Sistem Kekerabatan Menurut M.D. Purba dalam bukunya yang berjudul Adat Perkawinan

Masyarakat Simalungun menggunakan Ulos dalam beberapa upacara adat misalnya dalam upacara pernikahan, upacara kematian dan dalam kegiatan adat istiadat lainya. Bentuk kesenian lainnya adalah Seni Arsitektur yaitu seni untuk membangun rumah dengan arsitektur tradisional. Aspek seni ini berperan sebagai tolak ukur ketepatan bangunan rumah adat Simalungun. Biasanya yang menjadi pertimbagan dalam Seni Arsitektur adalah posisi rumah, jumlah tangga rumah, besar kecilnya rumah, hingga aturan ruangan dalam rumah. Banyak dari aspek kesenian tersebut ditinggalkan oleh masyarakat karena dianggap kurang sesuai dengan perkembangan zaman.Walaupun demikian beberapa masyarakat Simalungun yang memilih hidup di perkampungan lebih mempertahankan aspek kesenian tersebut.Hal ini dikarenakan aspek kesenian tersebut menjadi sebuah mata pencaharian pokok dalam kehidupan masyarakat di perkampungan tersebut.

2.5 Sistem Kekerabatan Menurut M.D. Purba dalam bukunya yang berjudul Adat Perkawinan

Simalungun 1985, ada dua cara yang umum yang dipakai untuk menarik garis keturunan, yaitu : 1. Menarik garis keturunan hanya dari satu pihak, yaitu mungkin dari pihak laki-laki dan mungkin pula dari pihak perempuan. Masyarakat demikian dinamakan masyarakat unilateral. Jika masyarakat tersebut menarik garis Universitas Sumatera Utara keturunan dari pihak laki-laki atau ayah saja, maka keturunan tersebut disebut masyarakat patrilineal. Dan jika menarik dari garis keturunan perempuan ibu maka disebut matrilineal. 2. Menarik garis keturunan dari kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu, masyarakat demikian disebut masyarakat bilateral atau masyarakat parental. Berdasarkan teori di atas, masyarakat Simalungun dalam garis keturunannya menganut sistem patrilineal, dimana ayah sebagai penentu garis keturunan dalam suatu keluarga, sehingga anak laki-laki dalam suatu keluarga adat Simalungun dianggap lebih memiliki posisi penting. Beberapa pembuktian mengenai garis keturunan Simalungun adalah sistem marga, setiap kelahiran seorang anak dalam adat Simalungun akan mengikuti marga ayahnya. Hal lain yang mendukung gagasan di atas adalah kedudukan laki-laki sebagai kepala rumah tangga sekaligus sebagai pewarta harta warisan. Hubungan kekerabatan masyarakat Simalungun dilandasi oleh tata marga yang masing-masing mempunyai hubungan tertentu. Perkawinan dalam masyarakat Simalungun hanya dapat dilakukan dengan marga yang berbeda, perkawinan antar marga yang satu dengan yang lainnya akan menghasilkan penggolongan marga yang membuat marga lainnya memiliki status kedudukan tertentu. Dalam kehidupan masyarakat Simalungun sering dikenal sebutan Partuturan yaitu istilah yang digunakan untuk penggolongan setiap marga, jauh atau dekatnya hubungan kekeluargaan pardihadihaon dalam penggolongan Universitas Sumatera Utara setiap masyarakat Simalungun ditentukan oleh Partuturan. Partuturan dibagi ke dalam beberapa bagian: 1. Tutur Manorus Langsung Kekerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri. Misalnya: Sima-sima artinya anak dari NonoNini. Botou artinya saudara perempuan baik lebih tua atau lebih muda.Mangkela baca: Makkela artinya suami dari saudara perempuan dari ayah. 2. Tutur Holmouan Kelompok Proses berjalannya adat istiadat dalam kehidupan masyarakat Simalungun dapat dilihat melalui tutur Holmouan. Misalnya: Panogolan artinya kemenakan, anak lakiperempuan dari saudara perempuan. Tondong Bolon artinya pambuatan orang tua atau saudara laki dari istrisuami.Bapa Tongah artinya saudara lelaki ayah yang lahir dipertengahan bukan paling muda, bukan paling tua. 3. Tutur Natipak Kehormatan Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Simalungun Tutur NatipakKehormatan biasanya digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat. Misalnya: Kaha digunakan pada istri dari saudara laki-laki yang lebih tua. Ambia Panggilan seorang laki-laki terhadap laki-laki lain yang seumuran atau bawahan. Ikatan kekerabatan diklasifikasikan dalam suatu sistem yang dalam bahasa Simalungun dikenal Tolu Sahundulan, yaitu : 1. Tondong Pemberi istri Universitas Sumatera Utara 2. Anak BoruBoru Penerima Istri 3. SaninaSapanganonkon Sanak saudara, individu semarga atau pembawa garis keturunan. Dalam masyarakat Simalungun pengakuan atas seorang pria dewasa dapat dilihat dari keikutsertaannya dalam kegiatan adat istiadat, menurut aturan adat yang berlaku, pria yang sudah menikah dan memiliki anak adalah syarat seseorang agar dapat ikut serta dalam kegiatan adat-istiadat.

i. Marga-marga Simalungun