Kesimpulan Diskusi KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang penelitian serta saran praktis dan saran teoritis untuk penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diuraikan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu: a. Ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun. Dukungan sosial secara positif mempengaruhi penyesuaian diri, artinya semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin tinggi penyesuaian diri pada masa pensiun. Sebaliknya jika dukungan sosial rendah, maka penyesuaian diri pada masa pensiun pun akan rendah. Kontribusi dukungan sosial terhadap penyesuaian diri sebesar 48,6. d. Ada pengaruh yang signifikan kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun. Koefisien variabel kepribadian terhadap penyesuian diri bernilai positif, yang artinya terjadi hubungan positif antara kepribadian dengan penyesuaian diri, semakin besar nilai kepribadian semakin extrovert maka semakin baik penyesuaian diri. Sebaliknya semakin rendah nilai kepribadian semakin introvert maka semakin buruk 68 penyesuaian dirinya. Kontribusi kepribadian terhadap penyesuaian diri sebesar 8,7. b. Ada pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan kepribadian secara bersama-sama terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun. Interaksi dari dukungan sosial dan kepribadian memberikan kontribusi terhadap penyesuaian diri sebesar 57,3

5.2 Diskusi

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa ada pengaruh positif dengan kriteria signifikan dukungan sosial terhadap penyesuaian diri. Adanya pengaruh yang positif ini memberikan arti bahwa ketika dukungan sosial yang diterima para pensiunan tinggi, maka penyesuaian dirinya pun akan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah terlebih dahulu dilakukan oleh Jou Fukada 1996 yang mengatakan bahwa dukungan sosial mempunyai korelasi yang positif dengan penyesuaian diri. Pada penelitian ini ditemukan bahwa rata-rata responden memiliki skor penerimaan dukungan sosial dalam kategori sedang. Dukungan sosial yang diberikan dapat bersumber dari keluarga, teman sejawat, perusahaan tempat reponden dahulunya bekerja dan lingkungan sosial terdekatnya saat ini. Kuantitas dan kualitas dukungan yang diberikan kepada para pensiunan dapat membuat kebutuhan para pensiunan terpenuhi. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan yang bersifat prakstis, kebutuhan informasi, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan akan adanya seseorang yang dapat diandalkan. 69 Dukungan sosial disaat para pensiunan menyesuaikan diri pada masa pensiunnya, sangat dibutuhkan karena banyak perubahan kebiasaan yang harus dilakukan, dan perubahan tersebut dapat menimbulkan stres untuk itu dukungan sosial dapat digunakan sebagai pelindung buffering effect terhadap efek negatif dari stres, sehingga dukungan sosial memegang peranan penting dalam memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan Smet, 1994. Oleh karena itu, semakin besar dukungan sosial yang diberikan, semakin baik penyesuaian diri pada masa pensiun. Selanjutnya, hasil uji hipotesis yang mengatakan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan antara kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun”. Kepribadian mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyesuaian diri, hal ini dapat diartikan bahwa semakin extrovert seseorang, semakin baik penyesuaian dirinya. Hal ini sejalan dengan definisi kepribadian yang diungkapkan Allport dalam Sumadi, 2006 bahwa kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Teori tersebut didukung oleh pernyataan GufronRisnawita 2010 yang menyatakan bahwa kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Kepribadian extrovert adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan menjauh dari subjektif. Extrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya sendiri. Mereka cenderung untuk 70 berfokus pada sikap objektif dan menekan sisi subjektifnya, Jung dalam Feist, 2010. Extrovert dalam MBTI diartikan sebagai tipe pribadi yang suka bergaul, menyenangi interaksi sosial dengan orang lain dan berfokus pada the world outside the self . Semakin extrovert seseorang, interaksi sosialnya pun akan lebih baik dibandingkan orang yang introvert, sehingga mereka yang extrovert akan lebih merasakan manfaat dukungan sosial yang sangat berpengaruh disaat keberlangsungan penyesuaian diri pada masa pensiun. Hasil uji hipotesis terakhir dalam penelitian yang menghasilkan “Ada pengaruh yang signifikan interaksi dukungan sosial dan kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun” sangat mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Jou Fukada 1996 yang mengatakan bahwa penyesuaian sangat kuat ditentukan oleh kepribadian dan dukungan sosial. Berdasarkan tinjauan literatur dan meta-analisis baru-baru ini, Smet 1994 mengungkapkan bahwa ada faktor-faktor lain yang mencampuri efek perubahan dari dukungan sosial yaitu kepribadian. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang peneliti lakukan yaitu ada pengaruh yang signifikan interaksi dukungan sosial dan kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun. Selain melakukan ketiga uji hipotesis di atas, peneliti juga melakukan analisa terhadap data-data lain yang terkait, guna memperkaya penelitian ini, diantaranya: Pertama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam menyesuaikan diri. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak 71 sebandingnya jumlah pensiunan perempuan dengan jumlah pensiunan yang laki- laki. Hasil tinjauan literatur yang peneliti lakukan adalah perempuan memiliki kecenderungan lebih besar untuk merawat diri mereka sendiri dan memperoleh perawatan medis, dukungan sosial yang lebih besar yang mereka terima dibandingkan pria Papalia, 2009. Selain itu juga, adanya pandangan mengenai peran jenis kelamin laki-laki adalah pekerja dan pencari nafkah bagi keluarga. Hal tersebut menjadikan beban psikologis laki-laki lebih besar daripada perempuan. Sehingga status pensiun bukanlah hal yang mudah bagi seorang laki-laki. Kedua, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pensiunan yang mempunyai aktivitas pengganti pasca pensiun dan yang tidak mempunyai aktivitas pengganti pasca pensiun dalam menyesuaikan diri. Menurut teori aktivitas yang terkait dengan peran sosial, maka makin besar kehilangan peran melalui pensiun, menjadi jandaduda, jauh dari anak, atau masuk ke institusi perawatan maka seseorang semakin tidak dapat menyesuaikan diri Papalia, 2009. Meskipun dengan demikian, sebagian orang yang tidak melakukan banyak peran sosial juga dapat menyesuaikan diri dengan baik Papalia, 2009. Menurut Menec dalam Papalia, 2009 adanya ketidakkonsistenan dalam mendefinisikan aktivitas menyebabkan kesulitan dalam melakukan perbandingan antar penelitian. Ketiga, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pensiunan yang mengidap suatu penyakit dan pensiunan yang tidak mengidap suatu penyakit dalam penyesuaian diri. Peneliti mengasumsikan bahwa kesehatan akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri jika diinteraksikan dengan variabel lain yang dapat mempengauhi penyesuaian diri seperti pendapatan. Soumerai dan 72 Avorn dalam Perlmutter, 1992 mengungkapkan bahwa kesehatan dan pendapatan sangat kuat memprediksikan kepuasan para pensiunan. Keempat, terdapat perbedaan yang signifikan antara penyesuaian diri berdasarkan tingkat penghasilan yang diterima para pensiunan. Menurut Palmore dalam Santrock, 2002, orang-orang dewasa lanjut yang memiliki penyesuaian diri paling baik terhadap pensiun adalah yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman-teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun. Selanjutnya peneliti menemukan tambahan informasi melalui observasi dan wawancara ketika proses penyebaran skala di lapangan, informasi tersebut adalah ketika proses penyebaran skala di lapangan, ditemukan hal-hal yang menarik untuk ditindaklanjuti, yaitu perlakuan pegawai muda yang kurang menghargai para pensiunan. Selain itu penghasilan pegawai yang diterima tiap bulannya, tinggal 10 sampai dengan 15 saja pada saat pensiun dan tidak disesuaikan secara otomatis dengan tingkaat inflasi. Disamping itu para pensiunan dibagi kedalam dua kelompok penerima manfaat pensiun 1 MP1 dan penerima manfaat pensiun 2 MP2. Kedua kelompok ini menerima kebijakan yang berbeda, khususnya dalam bidang finansial. MP1 merupakan kelompok pensiunan berdasarkan golongan gaji serupa dengan pegawai negeri Taspen karena PLN sebelumnya bagian dari pegawai departemen. Sedangkan MP 2 merupakan kelompok pensiunan berdasarkan peringkat seperti PT Persero yang menerima langsung tunjangan yang cukup besar dibandingkan MP 1. Sehingga para 73 pensiunan MP 2 siap beralih profesi atau berinvestasi untuk memenuhi kebutuhan kekurangan pendapatan setelah pensiun yang diterima per bulan dari perusahaan. Sikap para pensiunan menerima kenyataan tersebut, dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: Pertama, para pensiunan pasrah dan menerima apa adanya tanpa mempunyai kegiatan lagi untuk menambah penghasilan tersebut. Ciri-ciri kelompok pertama adalah kurang spiritual, penurunan kesehatan, banyak mengeluh dan menyesali, penggunaan waktu yang tidak produktif dll. Kedua, pensiunan tetap bekerja lagi di kantor untuk mencukupi kebutuhannya, walaupun dari posisi atasan menjadi posisi bawahan. Ciri-ciri kelompok kedua adalah spiritual tidak menonjol, penurunan kesehatan, selalu memikirkan pekerjaan, penggunaan waktu untuk mencari uang, dll. Ketiga, pensiunan tetap menambah penghasilan dengan tujuan utama untuk aktualisasi diri seperti di dalam perusahaan menjadi penasehat dan diluar berkiprah dengan kegiatan sosialnya. Ciri-ciri kelompok ketiga adalah spiritual tinggi, pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani yang seimbang, tidak mengeluh dan menikmati hidup, waktu untuk dunia dan akhirat, dll.

5.3 Saran