Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era teknologi maju dan globalisasi, Bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan yang berhubungan dengan masalah kecurangan, kolusi, nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara objektif yang terdokumentasi secara sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti audit untuk menentukan apakah aktivitas, kejadian, dan kondisi, sistem atau informasi tersebut sesuai dengan kriteria audit, serta mengkomunikasikan hasil proses tersebut kepada klien Iqbal, 2003:55. Keputusan yang utama harus ditetapkan oleh setiap auditor adalah menyangkut banyaknya bukti pendukung yang memadai untuk dikumpulkan, agar ia merasa yakin bahwa unsur-unsur laporan keuangan dan semua laporan lainnya dari klien dibuat secara wajar. Banyaknya bukti yang harus dikumpulkan dalam suatu pemeriksaan tertentu merupakan proses pengambilan keputusan di antara proses tersebut yang paling penting adalah proses pemeriksaan. Memperoleh bukti yang terlalu sedikit akan memperbesar kemungkinan kegagalan kesalahan yang material. 1 Ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan, antara lain: salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva sering disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia SAK. Ada beberapa istilah yang diberikan pada pelanggaran dalam bentuk ketidakjujuran yaitu: 1 Penipuan kecurangan merupakan penyajian yang tidak benar atau penyembunyian fakta penting sehingga menyebabkan seseorang kehilangan sesuatu yang berharga, 2 Kejahatan kerah putih white collar crime merupakan suatu tindakan atau serangkaian tindakan pelanggaran yang dilakukan dalam artian bukan fisik, dilakukan dengan menyembunyikan fakta atau tipu muslihat untuk mendapatkan uang atau barang dan keuntungan pribadi, 3 Penggelapan embezzlement merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum dengan memakai barangharta yang ada dibawah tanggung jawab si pelanggar untuk kepentingan pribadi Iqbal, 2003:56. Seorang auditor tidak harus memberikan perhatian dan keahlian lebih dari biasanya dalam melakukan atau memberikan pertanyaan dan penyidikan. Ia bukanlah penjamin, tugas dari seorang auditor adalah ia haruslah seorang yang jujur oleh karena itu ia seharusnya tidak meyakini 2 apa yang tidak dipercayainya akan benar terjadi, dan ia harus menggunakan keahliannya sebelum ia percaya apa yang diyakininya itu benar. Belakangan ini perhatian auditor diarahkan terutama untuk mendeteksi terjadinya kesalahan dan transaksi kecurangan. Melalui penetapan kebijakan, dan fungsinya lebih kepada mendeteksi dan melindungi, tidak ada standar formal yang ditetapkan untuk menentukan tanggung jawab seorang internal auditor untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya kecurangan. Dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya kecurangan, seorang auditor internal haruslah memiliki sikap independensi dan profesionalisme yang tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang internal auditor di perusahaan. Salah satu kecurangan terbesar yang diingat dunia sampai saat ini adalah kasus Enron yang melibatkan salah satu dari The Big Five, Andersen and Co. Dalam kasus tersebut, auditor yang bertugas untuk mengaudit perusahaan tersebut juga merupakan auditor internal perusahaan yang bersangkutan Yuniarti, 2008:1. Suatu kecurangan dapat dicegah salah satunya adalah dengan cara meningkatkan sistem pengendalian intern yang terdapat di perusahaan, karena pada dasarnya unsur yang menentukan terjadinya kecurangan adalah manusia itu sendiri dan sistem pengendalian dalam perusahaan tersebut. Manusia dengan perilaku hidup yang dianutnya menentukan wujud tingkah lakunya dalam pergaulan dan dalam melaksanakan tugas 3 dan pekerjaannya. Sedangkan suatu sistem pengendalian intern dibangun untuk menghalangi atau menghambat kemungkinan terjadinya kecurangan. Seperti pada halnya menangani penyakit, lebih baik mencegahnya daripada “mengobatinya”. Para ahli memperkirakan bahwasannya kecurangan terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh kecurangan yang sebenarnya terjadi. Karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada pencegahannya. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab kecurangan, maka dari sisi pengguna laporan keuangan juga harus memperhatikan apakah laporan keuangan yang akan mereka gunakan memang sudah diaudit dengan baik atau belum. Oleh karena itu, laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang sudah diaudit oleh auditor yang kompeten dan independen. Arens dan Loebbecke 2009:17 mengatakan bahwa internal auditor adalah seorang yang bekerja sebagai karyawan pada suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen. Menurut Amrizal 2004:1 internal auditing adalah suatu penilaian, yang dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat dipercayainya, efisiensi, kegunaan catatan-catatan akuntansi perusahaan serta pengendalian internal yang terdapat dalam perusahaan. Tujuannya adalah untuk membantu pimpinan perusahaan manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit. 4 Menurut Arens dan Loebbecke 2009:4 Auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Auditor harus pula mempunyai sikap mental independen. Sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias. Independensi merupakan tujuan yang harus selalu diupayakan, dan itu dapat dicapai sampai tingkat tertentu. Misalnya, sekalipun auditor internal dibayar oleh perusahaan, ia harus tetap memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit yang handal. Independensi dalam profesi sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas auditor tersebut. Independensi bukan hanya dimiliki oleh auditor eksternal namun juga dimiliki oleh auditor internal. Independensi menurut Mautz dan Sharaf dalam karya terkenal mereka, “The Philosophy of Auditing” Filosofi Audit, Sawyer, 2006:35 terbagi menjadi 3 yaitu: independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukkan bagi akuntan publik atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini adalah independensi dalam pelaporan dimana menurut Sawyer 2006:36 independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal: harus bebas dari perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas 5 dari hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam memberikan pertimbangan. Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan tersebut para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui. Selain itu profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor sebab dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin luas, seorang auditor harus memiliki wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern. Gambaran tentang profesionalisme seorang auditor menurut Hall 1968 dalam Hendro Wahyudi 2006, tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian dalam profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi. Jika seorang auditor internal berada dalam situasi konflik penting bagi seorang auditor untuk mempertahankan sikap independensi serta profesionalismenya dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan, jika seorang auditor internal tidak bersikap independen dan profesional terhadap profesinya maka itu akan mempengaruhi integritas pada laporan keuangan yang akan sulit dicapai. Dikarenakan akan sulit mendapatkan 6 pandangan yang objective dan solusi yang terbaik untuk setiap keadaan dan permasalahan yang ada. Sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan trust kepercayaan dari masyarakat untuk menjalankan usahanya baik bagi konsumen maupun sebagai investor. Auditor internal dituntut untuk selalu independen dan profesional dalam segala situasi, terlebih lagi jika seorang auditor internal tersebut menemukan atau mendeteksi terjadinya kecurangan fraud. Maka, tanpa sikap independensi serta profesionalismenya peran auditor internal tidak akan berarti sedikit pun dalam upaya mencegah dan mendeteksi kecurangan fraud. Setiap auditor internal harus tetap mempertahankan independensinya serta profesionalismenya agar dapat mencegah serta dapat mendeteksi segala bentuk tindak kecurangan fraud yang terjadi. Kurangnya pengetahuan dan pengertian seorang auditor internal mengenai indikasi akan terjadinya tindak kecurangan fraud sering terjadi dan prosedur yang efektif untuk mendeteksi kecurangan fraud sudah sering dibuat sulit oleh auditor–auditor dalam melakukan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, seorang auditor internal harus mempunyai keahlian dalam mencegah kecurangan fraud sebagai eksistensi dari pengetahuan mengenai gejala pasti, dan harus mampu mendeteksi segala bentuk kecurangan fraud yang terjadi, pengertian akan masalah dan sikap independensi serta profesionalisme untuk menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi. 7 Penelitian sebelumnya oleh M. Sodik 2007, dalam menganalisis pengaruh keahlian dan independensi audit internal terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dan hasilnya diketahui bahwa keahlian dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik 2008, menganalisis pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan fraud. Hasil penelitian ini diketahui bahwa pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan fraud. Penelitian oleh Mohammad Iqbal 2003, yaitu meneliti tentang peran dan tanggung jawab internal auditor dalam mendeteksi kecurangan. Dalam hal mendeteksi kecurangan dibutuhkannya peran auditor internal serta tanggung jawab auditor internal. Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Karena pada penelitian sebelumnya independensi audit internal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu: 1. Tahun yang diamati, pada penelitian ini mengambil tahun 2010. Alasan penelitian ini menggunakan tahun 2010 yaitu: 1 untuk mendapatkan 8 2. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada para auditor internal yang berada di lingkungan Yayasan Pendidikan Internal Audit YPIA dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih valid atas data yang diujikan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti bermaksud menyusun skripsi dengan judul: “Pengaruh Independensi dan Profesionalisme Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah dan Mendeteksi Terjadinya Fraud”.

B. Perumusan Masalah