Latar Belakang Masalah Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan

Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perawat merupakan salah satu dari berbagai profesi yang berperan untuk membantu individu yang mengalami masalah-masalah fisiologis. Perawat merupakan profesi yang mengabdi kepada manusia dan lebih mendahulukan kepentingan kesehatan masyarakat diatas kepentingan sendiri, rela dan peduli mengasuh seseorang Carruthers, 2006. Kedudukan perawat penting karena mereka merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang secara 24 jam dituntut untuk selalu di samping pasien Suharyati, 2006. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan ternyata membutuhkan kepedulian terhadap kebutuhan pasien Abraham Shanley, 1997. Ikawati dalam Rochman 2001 berpendapat bahwa perawat memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil langkah-langkah keperawatan yang diperlukan guna kesembuhan pasien, walaupun pada kenyataannya perawat hanya diberi wewenang yang sangat kecil untuk hal tersebut, yakni ia tidak boleh secara langsung memberi pengobatan kecuali sebelumnya sudah mendapat instruksi yang tertulis dari rekam medik. Dalam menanggapi tugas yang diterima, perawat mempersepsikan tugas secara berbeda-beda. Pareek dan Milton 1981 mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima. Pada proses tersebut tentunya tidak hanya sampai pada Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009. pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. Rangsang yang diterima bisa menyebabkan stres. Stres biasanya dianggap sebagai istilah negatif. Stres dianggap karena sesuatu yang buruk. Misalnya teguran formal dari pimpinan atas kinerja yang buruk. Stres yang buruk disebut distres . Selain stres yang buruk, ada juga stres positif dan menyenangkan yang disebabkan oleh hal yang baik. Misalnya pegawai yang ditawari promosi kerja di tempat lain yang lebih baik. Hal ini disebut eustres Luthans, 1998. Stres bisa dialami oleh siapa saja. Hal yang menyebabkan stres bisa karena pekerjaan Ivancevich dan Mateson dalam Luthans, 1998. Beehr dan Newman dalam Luthans, 1998 mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan mereka, terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam organisasi kerja. Aspek-aspek stres kerja antara lain fisik berupa kaki dan tangan dingin, lelah, tekanan darah tinggi, denyut nadi cepat, kehilangan selera makan, gangguan pencernaan dan gangguan pernapasan, psikis berupa mudah lupa, pikiran kacau, susah konsentrasi, cemas, berpikiran obsesif, sukar mengambil keputusan, perilaku berupa tidak dapat berhubungan akrab dengan orang lain, tidak asertif, tidak berani mengambil resiko, menarik diri, tidak punya kontrol hidup. Luthans 1998 menyatakan beberapa penyebab stres kerja. Hal yang menyebabkan stres kerja antara lain: ekstraorganisasi dipengaruhi oleh lingkungan eksternal, organisasi kebijakan dan strategi administratif, struktur Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009. dan desain organisasi, proses organisasi, kelompok, dan individu peranan disposisi. Hal yang menarik bahwa organisasi itu sendiri menyebabkan stres kerja. Beberapa contoh khusus mengenai sumber stres berasal dari organisasi mencakup tanggung jawab tanpa otoritas, ketidakmampuan menyuarakan keluhan, penghargaan yang tidak memadai, dan kurangnya deskripsi kerja yang jelas atau menurunnya hubungan antar perawat. Kebijakan dan strategi administratif dibuat agar organisasi berjalan dengan lancar. Salah satu kebijakan dan strategi administratif adalah aturan birokrasi Luthans, 1998. Peraturan-peraturan dapat membantu dalam memelihara hubungan dengan menyediakan ketentuan-ketentuan yang pasti seperti spesialisasi dan pembagian kerja yang jelas. Sehingga orang dapat menduga pengaruh suatu perbuatan terhadap orang lain dan bekerjasama untuk menghasilkan tujuan yang dibuat Abraham Shanley, 1997. Hal ini akan mempengaruhi kualitas perawat. Zeithaml dan Bitner 2003 menyatakan bahwa kualitas adalah suatu perbuatan, cara, dan unjuk kerja. Pelayanan bukan sesuatu yang nyata ataupun bisa disentuh dan dilihat. Pelayanan merupakan perbuatan ataupun unjuk kerja. Peraturan-peraturan dan hal yang berhubungan dengan pekerjaan diatur dalam birokrasi. Blau Meyer 1987 mendefinisikan birokrasi sebagai jenis organisasi yang dirancang untuk menangani tugas administratif dalam skala besar serta mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara sistematis. Hampir setiap organisasi memiliki sifat atau karakteristik birokrasi tertentu, namun dalam derajat yang berbeda-beda Perrow, 1979. Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009. Konsep birokrasi pada awalnya dipandang sebagai suatu alat atau bentuk organisasi yang paling efisien dan ideal dalam menangani berbagai kegiatan dalam organisasi dan memungkinkan organisasi untuk menghadapi tantangan secara lebih baik Kast Rosenzweig, 1985. Organisasi mempunyai otoritas yang mendefinisikan siapa melapor kepada siapa, siapa mengambil keputusan, dan keputusan-keputusan apa saja yang boleh dibuat oleh individu. Organisasi juga menciptakan aturan, prosedur, kebijakan dan ragam lain dari peraturan untuk membakukan perilaku karyawan. Semakin formal peratuan yang ditetapkan oleh organisasi, semakin konsisten dan dapat diramalkan perilaku anggota kelompok kerja Robbins, 1998. Namun dalam perkembangannya, birokrasi dianggap sering menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif yang bukan hanya tidak sesuai dengan tujuan yang semula dikemukakan, tetapi juga lebih jauh dapat mengganggu efektifitas organisasi Kast Rosenzweig, 1985. Kritik-kritik berkaitan dengan karakteristik birokrasi kemudian banyak dikemukakan oleh para ahli, misalnya sifat hirarkis dalam organisasi birokrasi cenderung menghambat komunikasi, penekanan yang berlebihan terhadap aturan dan prosedur dapat menghambat respon organisasi dan dapat menimbulkan kekakuan Daft, 1983. Pekerja ataupun pegawai merasa diintimidasi oleh karena adanya aturan yang diberikan terlalu kaku seperti aturan terhadap pakaian mereka, kedatangan, dan waktu keluar pada saat kerja. Adanya larangan untuk mengobrol dengan teman merupakan faktor yang dapat memicu terjadi stres kerja Cooper Smith, 1985. Masalah lain yang khusus seperti teguran dari atasan Munandar, 2001. Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009. Maslach 1982 mengatakan bahwa sifat atau kualitas sebuah institusi, seperti peraturan, prosedur, tujuan-tujuan, dan lain sebagainya, menentukan dan memberi batasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara pemberi pelayanan dan penerima pelayanan. Misalnya, peraturan dalam sebuah rumah sakit memberi batasan tentang pelayanan kesehatan yang disediakan dan yang tidak disediakan, persyaratan orang yang dapat menerima pelayanan dari mereka, serta prosedur yang harus dilakukan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Pengaruh institusi terhadap bagaimana hubungan pemberi-penerima pelayanan dilakukan memiliki implikasi bahwa institusi memegang peranan penting dalam mendorong maupun mengurangi kemungkinan munculnya stres kerja. Berkaitan dengan hal ini, Perrow 1978 mengatakan bahwa sifat birokratis dalam suatu organisasi menyebabkan munculnya situasi-situasi yang menyumbang pada terjadinya stres di kalangan pekerjanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan RU inisial salah seorang perawat yang bekerja di gedung baru rumah sakit Pirngadi Medan mengatakan:”kalau di gedung baru sih enak ruangannya, tapi kerjaan di sini bikin pusing”. Selain itu RP inisial juga menambahkan kalau mereka sering kecewa atas perlakuan atasan ditambah lagi pekerjaan yang banyak. Bergerak dari fenomena di atas, maka akan diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh persepsi perawat mengenai birokrasi terhadap stres kerja. Bontor Ebenezer Sinamo : Pengaruh Persepsi Mengenai Birokrasi Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Pirngadi Medan, 2009.

B. Rumusan Masalah