18 Untuk menentukan hasil penelitian semakin reliable semakin dapat
dipercaya pada Gambar 4 dan Gambar 5, maka standar error dihitung dengan cara :
=
Gambar 2. Pengaruh 1-MCP Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Lama Kesegaran Bunga Krisan ‘White Fiji’.
Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan B, C, D, dan E secara nyata mempengaruhi lama kesegaran bunga krisan ‘White Fiji’ dibandingkan
dengan perlakuan A. Pengaruh 1-MCP terhadap lama kesegaran bunga krisan ‘White Fiji’ terlama terdapat pada perlakuan B dengan konsentrasi 0,25 µL L
-1
. 2
4 6
8 10
12 14
16
Perlakuan L
am a
K es
egar an
B u
n ga
H S
P
19
Gambar 3. Pengaruh 1-MCP Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Lama Kesegaran Bunga Krisan ‘Yellow Fiji’.
Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan B, C, D, dan E secara nyata mempengaruhi lama kesegaran bunga krisan ‘Yellow Fiji’ dibandingkan
dengan perlakuan A. Pengaruh 1-MCP terhadap lama kesegaran bunga krisan ‘Yellow Fiji’ terlama terdapat pada perlakuan E dengan konsentrasi 1 µL L
-1
. Dari pembahasan Gambar 4 dan Gambar 5 dapat dilihat bahwa pengaruh
konsentrasi 1-MCP terhadap lama kesegaran bunga krisan sejalan dengan hasil penelitian Kebenei, et al. 2003 yang mengemukakan bahwa, 1-MCP secara
nyata dapat memperpanjang kesegaran bunga kalancu dan sweet pea selama 4 hari lebih lama dibandingkan dengan kontrol.
4.2.2 Tingkat Kesegaran Bunga
Tingkat kesegaran bunga krisan dapat dilihat dari perubahan warna bunga tepi dari cerah ke pudar, berapa banyak lingkaran bunga cakram yang terbuka, dan
sudut kulai bunga. Pengaruh kombinasi 1-MCP terhadap tingkat kesegaran bunga 2
4 6
8 10
12 14
16
Perlakuan L
am a
K es
egar an
B u
n ga
H S
P
20 krisan ‘White Fiji’ dan ‘Yellow Fiji’ dari 1 HSP hingga 14 HSP disajikan pada
Gambar 6 dan Gambar 7. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11. Untuk menentukan hasil penelitian semakin reliable semakin dapat
dipercaya pada Gambar 6 dan Gambar 7, maka standar error dihitung dengan cara :
=
.
21
Keterangan : 100 - 75,1 = Sangat segar skor 4; 75 - 50,1 = Segar skor 3; 50 - 25,1 = Agak layu skor 2; dan 25 - 0 = Layu skor 1.
Gambar 4. Pengaruh 1-MCP Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Tingkat Kesegaran Bunga Krisan ‘White Fiji’ 1 HSP sampai 14 HSP
1 HSP 2 HSP
3 HSP 4 HSP
5 HSP 6 HSP
7 HSP 8 HSP
9 HSP 10 HSP
11 HSP 12 HSP
13 HSP 14 HSP
0 A 100,00
94,44 88,89
83,33 80,56
75,00 75,00
75,00 69,44
69,44 61,11
51,39 50,00
33,33 0,25 B
100,00 97,22
94,44 91,67
91,67 86,11
80,56 80,56
79,17 77,78
73,61 70,83
70,83 70,83
0,5 C 100,00
100,00 97,22
97,22 97,22
83,33 83,33
79,17 75,00
69,44 69,44
68,06 65,28
62,50 0,75 D
100,00 94,44
91,67 91,67
88,89 83,33
83,33 83,33
80,56 80,56
77,78 77,78
75,00 72,22
1 E 100,00
97,22 94,44
91,67 91,67
83,33 83,33
80,56 80,56
80,56 77,78
75,00 73,61
70,83 -
20,00 40,00
60,00 80,00
100,00 120,00
T in
gk at
K es
egar an
B u
n ga
K o
n se
n tr
a si
1 -M
CP µ
L L
-1
22 Dari Gambar 4 dapat dilihat perkembangan tingkat kesegaran bunga krisan
‘White Fiji’ dari 1 HSP hingga 14 HSP sebagai berikut : Pada 1 HSP, seluruh bunga krisan ‘White Fiji’ dan keadaan seluruh bunga
dalam keadaan 100 atau sangat segar. Pada 2 HSP dan 3 HSP, terjadi penurunan pada tingkat kesegaran seluruh
perlakuan. Pada perlakuan B, C, D, dan E masih memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kesegaran bunga krisan ‘White Fiji’ dibandingkan dengan
perlakuan A. Keadaan bunga krisan pada seluruh perlakuan adalah sangat segar. Pada 4 HSP, bunga pada perlakuan A terus mengalami penurunan tingkat
kesegaran lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lain. Perlakuan B, C, D, dan E memberikan pengaruh yang nyata terhadap kesegaran bunga krisan ‘White
Fiji’. Keadaan bunga krisan pada seluruh perlakuan adalah sangat segar. Pada 5 HSP, bunga pada perlakuan C memiliki pengaruh dalam
mempertahankan tingkat kesegaran lebih lama dibandingkan dengan perlakuan lain. Perlakuan B dan E masih memiliki potensi dalam mempertahankan
kesegaran sama dengan perlakuan C. Sedangkan perlakuan D masih memiliki potensi dalam mempertahankan kesegaran sama dengan perlakuan B dan E, tetapi
tidak sama dengan perlakuan C. Keadaan bunga krisan pada seluruh perlakuan adalah sangat segar.
Pada 6 HSP, bunga pada seluruh perlakuan mengalami penurunan tingkat kesegaran. Bunga pada perlakuan A mengalami penurunan tingkat kesegaran
hingga 25 atau pada saat ini dalam keadaan 75 segar.
23 Pada 7 HSP, seluruh perlakuan dapat mempertahankan kesegaran dari
6 HSP. Kecuali, bunga pada perlakuan B yang mengalami penurunan tingkat kesegaran dari 86,11 menjadi 80,56 karena terserang hama Aphis gossypii.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Vasquez et al. 2006 yang menyatakan bahwa A. gossypii dapat menyerang tanaman Krisan.
Pada 8 HSP, seluruh perlakuan dapat mempertahankan kesegaran dari 7 HSP. Kecuali, bunga pada perlakuan C dan E yang mengalami penurunan
tingkat kesegaran menjadi 79,17 dan 80,56. Pada 9 HSP, bunga pada seluruh perlakuan mengalami penurunan tingkat
kesegaran. Perlakuan A memiliki potensi dalam mempertahankan kesegaran seperti perlakuan C, tetapi tidak memiliki potensi seperti perlakuan B, D, dan E
yang dapat lebih lama mempertahankan kesegaran. Bunga pada perlakuan C telah mengalami penurunan tingkat kesegaran hingga 25 atau pada saat ini dalam
keadaan 75 segar. Pada 10 HSP, perlakuan B, D, dan E memiliki pengaruh yang lebih baik
dibandingkan perlakuan A dan C dalam mempertahankan kesegaran bunga. Pada 11 HSP, perlakuan B mengalami penurunan tingkat kesegaran
menjadi 73,61 segar. Perlakuan B, C, D, dan E memberikan pengaruh yang nyata dalam mempertahankan kesegaran dibandingkan dengan perlakuan A.
Pada 12 HSP, bunga pada seluruh perlakuan mengalami penurunan tingkat kesegaran kecuali bunga pada perlakuan D. Bunga pada perlakuan E mengalami
penurunan tingkat kesegaran hingga 25 atau pada saat ini dalam keadaan 75
24 segar. Perlakuan B, C, D, dan E memberikan pengaruh yang nyata dalam
mempertahankan kesegaran dibandingkan dengan perlakuan A. Pada 13 HSP, bunga pada perlakuan D mengalami penurunan tingkat
kesegaran hingga 25 atau pada saat ini dalam keadaan 75 segar dan bunga pada perlakuan A mengalami penurunan tingkat kesegaran hingga 50 atau pada
saat ini dalam keadaan 50 agak layu. Perlakuan B, C, D, dan E memberikan pengaruh yang nyata dalam mempertahankan kesegaran dibandingkan dengan
perlakuan A. Pada 14 HSP, perlakuan B, C, D, dan E memberikan pengaruh yang nyata
dalam mempertahankan kesegaran dengan keadaan segar dibandingkan dengan perlakuan A 0 µL L
-1
1-MCP dengan keadaan agak layu. Tetapi, potensi perlakuan B, D, dan E tidak sama dengan perlakuan C dalam mempertahankan
kesegaran bunga. Dari penjelasan diatas dilihat bahwa, bunga krisan ‘White Fiji’ yang diberi
perlakuan 0,25 µL L
-1
1-MCP; 0,5 µL L
-1
1-MCP; 0,75 µL L
-1
1-MCP; dan 1 µL L
-1
1-MCP dapat mempertahankan kesegaran bunga lama dibandingkan bunga krisan ‘White Fiji’ yang tidak diberi perlakuan 1-MCP. Keadaan bunga yang
diberi perlakuan 1-MCP tidak mengalami kerusakan yang disebabkan oleh etilen eksogen pada bunga potong. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Serek dan Sisler 2001 menyatakan bahwa, eksogenous etilen tidak akan mempengaruhi senesen pada spesies bunga potong dan pot yang
memiliki kandungan 1-MCP. Penelitian lain yang dilakukan Serek et al 1995 menyatakan bahwa 1-MCP mencegah rontoknya bunga atau kelopak dan layu
25 bunga kecil dari bunga anyelir Sandra’. Celikel et al 2002 menyatakan bahwa
1-MCP mencegah rontoknya tunas rapid dan bunga oriental lily Lilium ‘Mona Lisa’ dan ‘Stargazer’. Dengan demikian, senesen pada bunga krisan ‘White Fiji’
dapat ditunda dan kesegaran bunga dapat dipertahankan. Bunga pada seluruh perlakuan mengalami penurunan tingkat kesegaran
yang ditandai dengan sudut kulai bunga tepi yang semakin besar, warna bunga tepi yang menjadi putih kecoklatan, dan bunga cakram yang terbuka. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Wuryan 2008 yang menyatakan bahwa, masa kesegaran bunga potong gerbera dihitung sejak bunga dipanen hingga layu yang
ditandai oleh mekar dan terkulainya mahkota bunga atau mengkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis dan menurunkan tekanan turgor.
26
Keterangan : 100 - 75,1 = Sangat segar skor 4; 75 - 50,1 = Segar skor 3; 50 - 25,1 = Agak layu skor 2; dan 25 - 0 = Layu skor 1.
Gambar 5. Pengaruh 1-MCP Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Tingkat Kesegaran Bunga Krisan ‘Yellow Fiji’ 1 HSP sampai 14 HSP
1 HSP 2 HSP
3 HSP 4 HSP
5 HSP 6 HSP
7 HSP 8 HSP
9 HSP 10 HSP
11 HSP 12 HSP
13 HSP 14 HSP
0 A 100,00
97,22 95,83
93,06 88,89
81,94 77,78
77,78 76,39
76,39 69,44
66,67 55,56
44,44 0,25 B
100,00 97,22
91,67 91,67
83,33 83,33
83,33 81,94
81,94 80,56
77,78 77,78
75,00 65,28
0,5 C 100,00
100,00 98,61
97,22 88,89
86,11 83,33
80,56 80,56
79,17 77,78
73,61 73,61
66,67 0,75 D
100,00 98,61
93,06 91,67
86,11 83,33
81,94 81,94
81,94 81,94
79,17 75,00
73,61 62,50
1 E 100,00
98,61 95,83
93,06 86,11
83,33 81,94
81,94 81,94
81,94 80,56
80,56 79,17
72,22 -
20,00 40,00
60,00 80,00
100,00 120,00
T in
gk at
K es
egar an
B u
n ga
K o
n se
n tr
a si
1 -M
CP µ
L L
-1
27 Dari Gambar 5 dapat dilihat perkembangan tingkat kesegaran bunga krisan
‘Yellow Fiji’ dari 1 HSP hingga 14 HSP sebagai berikut : Pada 1 HSP, seluruh bunga krisan ‘Yellow Fiji’ dan keadaan seluruh
bunga dalam keadaan 100 atau sangat segar. Pada 2 HSP, terjadi penurunan pada tingkat kesegaran seluruh perlakuan
kecuali perlakuan C. Pada 3 HSP sampai 4 HSP, bunga pada seluruh perlakuan mengalami
penurunan tingkat kesegaran.. Perlakuan C memiliki pengaruh tertinggi yang nyata untuk mempertahankan kesegaran bunga.
Pada 5 HSP, bunga pada seluruh perlakuan mengalami penurunan tingkat kesegaran. Seluruh perlakuan memiliki pengaruh nyata untuk mempertahankan
kesegaran. Perlakuan A, D, dan E memiliki potensi dalam mempertahankan kesegaran sama dengan perlakuan C, tetapi perlakuan B memiliki potensi yang
sama dengan perlakuan C. Pada 6 HSP, bunga pada seluruh perlakuan mengalami penurunan tingkat
kesegaran. Perlakuan C memiliki pengaruh tertinggi yang nyata untuk mempertahankan kesegaran bunga.
Pada 7 HSP sampai 10 HSP bunga pada seluruh perlakuan mengalami penurunan tingkat kesegaran. Seluruh perlakuan memiliki pengaruh nyata untuk
mempertahankan kesegaran. Pada 11 HSP, seluruh perlakuan memiliki pengaruh nyata untuk
mempertahankan kesegaran. Perlakuan B, C, D, dan E dapat mempertahankan bunga dalam keadaan sangat segar, hal ini berpengaruh nyata dalam
28 mempertahankan kesegaran lebih lama dibandingkan dengan perlakuan A dengan
bunga dalam keadaan 69,44 segar. Pada 12 HSP, bunga pada perlakuan C dan D mengalami penurunan
tingkat kesegaran menjadi keadaan segar. Perlakuan E memiliki pengaruh tertinggi yang nyata untuk mempertahankan kesegaran bunga. Perlakuan B, C, D,
dan E memberikan pengaruh yang nyata dalam mempertahankan kesegaran dibandingkan dengan perlakuan A.
Pada 13 HSP, bunga pada perlakuan B mengalami penurunan tingkat kesegaran hingga 25 atau pada saat ini dalam keadaan 75 segar. Perlakuan E
memiliki pengaruh tertinggi yang nyata untuk mempertahankan kesegaran bunga. Perlakuan B, C, D, dan E memberikan pengaruh yang nyata dalam
mempertahankan kesegaran dibandingkan dengan perlakuan A. Pada 14 HSP, bunga pada perlakuan B mengalami penurunan tingkat
kesegaran hingga 27,78 atau pada saat ini dalam keadaan 72,22 segar. perlakuan B 0,25 µL L
-1
1-MCP, C 0,5 µL L
-1
1-MCP, D 0,75 µL L
-1
1-MCP, dan E 1 µL L
-1
1-MCP memberikan pengaruh yang nyata dalam mempertahankan kesegaran dengan keadaan segar dibandingkan dengan
perlakuan A 0 µL L
-1
1-MCP dengan keadaan 44,44 atau agak layu. Tetapi, potensi perlakuan B, C, dan D tidak sama dengan perlakuan E dalam
mempertahankan kesegaran bunga. Dari penjelasan diatas dilihat bahwa, bunga krisan ‘Yellow Fiji’ yang
diberi perlakuan 0,25 µL L
-1
1-MCP; 0,5 µL L
-1
1-MCP; 0,75 µL L
-1
1-MCP; dan 1 µL L
-1
1-MCP dapat mempertahankan kesegaran bunga lama dibandingkan
29 bunga krisan ‘Yellow Fiji’ yang tidak diberi perlakuan 1-MCP. Keadaan bunga
yang diberi perlakuan 1-MCP tidak mengalami kerusakan yang disebabkan oleh etilen eksogen pada bunga potong.
Dalam mempertahankan kesegaran bunga dibutuhkan jumlah air yang mencukupi selama percobaan untuk proses metabolisme dalam proses pemekaran
bunga. Oleh karena itu, selama 14 HSP ketersediaan air dalam gelas percobaan harus selalu tersedia. Batang bagian bawah harus selalu terendam oleh air agar
proses pemekaran bunga tidak terganggu. Hal ini sejalan dengan penelitian Nelson 1981, Coorts 1973, Halevy et al 1978, dan Marousky 1972 yang
mengemukakan bahwa bunga walaupun telah dipotong dari tangkainya masih melakukan aktivitas metabolisme. Penyerapan air oleh tanaman selama 14 HSP
terkait dengan proses respirasi dan transpirasi. Menurut Jiang et al 2002b menyatakan bahwa menariknya tingkat respirasi pada perlakuan ketumbar dengan
1-MCP sama atau lebih besar daripada kontrol.
4.2.3 Derajat warna bunga
Pengaruh berbagai konsentrasi 1-MCP terhadap derajat warna bunga krisan ‘White Fiji’ dan ‘Yellow Fiji’ 2 HSP sampai 14 HSP disajikan pada Tabel
4 sampai Tabel 16 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil uji statistik menunjukkan adanya interaksi antara bunga krisan
‘White Fiji’ dan ‘Yellow Fiji’ dengan berbagai konsentrasi 1-MCP terhadap derajat warna bunga pada 2 HSP
30
Tabel 4. Derajat Warna Bunga Krisan ‘White Fiji’ dan Krisan ‘Yellow Fiji’ pada 2 HSP
Jenis Bunga Krisan Konsentrasi 1-MCP
0 µL L
-1
m 0,25 µL L
-1
m
1
0,5 µL L
-1
m
2
0,75 µL L
-1
m
3
1 µL L
-1
m
4
White Fiji k
1
3,667 a 4,000 a
4,000 a 4,000 a
4,000 a A
B B
B B
Yellow Fiji k
2
4,000 b 4,000 a
4,000 a 4,000 a
4,000 a A
A A
A A
Keterangan : Nilai rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama huruf besar arah horizontal dan huruf kecil arah vertikal tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf 5 .
Pada Tabel 4 menunjukkan awal perubahan warna bunga pada k
1
m Krisan ‘White Fiji’ tanpa perlakuan 1-MCP dari warna putih pekat menuju ke
putih. Dimana awal perubahan warna bunga merupakan pengaruh etilen terhadap perubahan warna bunga menjadi pudar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Michelle et al 2001 menyatakan bahwa etilen menyebabkan ejakulasi layu, warna memudar dan gugurnya kelopak bunga. Hasil penelitian lain yang
dilakukan oleh Jiang 2000 menyatakan bahwa dengan keberadaan etilen, hal itu menyebabkan penuaan bunga, memperpendek hidup dan hilangnya warna cerah
Hasil uji statistik menunjukkan adanya interaksi antara bunga krisan ‘White Fiji’ dan ‘Yellow Fiji’ dengan berbagai konsentrasi 1-MCP terhadap
derajat warna bunga pada 3 HSP