dan bekerja tetap dituntut untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam rumah tangga. Wanita dengan peran ganda ini tentunya memiliki penghasilan sendiri
dan pergaulan yang lebih luas daripada wanita dengan peran tunggal Stefanie, 2000. Pergaulan yang luas akan mendukung perluasan wawasan yang
dimiliki wanita tersebut, sehingga ia mampu bersikap lebih optimis dalam menghadapi masalah, dan tidak lagi terlalu tergantung pada pasangan dalam
mengambil keputusan maupun dalam hal keuangan. Sebaliknya, wanita yang menikah dan tidak bekerja memiliki peran
tunggal sebagai ibu rumah tangga. Peran tunggal ini berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga, dan mengurus suami serta anak-anak Santrock,
2002. Sebagian besar waktu yang dimiliki oleh wanita dengan peran tunggal ini dihabiskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang bersifat rutin
Baron, 2005 sehingga ia memiliki pergaulan yang terbatas. Pergaulan yang terbatas ini kurang mendukung perluasan wawasan yang dimiliki oleh wanita
dengan peran tunggal tersebut. Wawasan yang terbatas dan kondisi ketergantungan sepenuhnya terhadap pasangan menyebabkan wanita yang
menikah dan tidak bekerja menjadi kurang yakin akan kemampuan diri sendiri. Ketidakyakinan diri tersebut menimbulkan sikap pesimis dalam
memandang segala sesuatu, tidak menyukai perubahan dalam hidup, dan cenderung menghindari tantangan serta masalah Dowling, 1981.
Berdasarkan penjabaran di atas peneliti tertarik untuk melihat apakah wanita yang menikah dan tidak bekerja memiliki kecenderungan
cinderella complex yang lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan bekerja.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan kecenderungan cinderella complex antara wanita menikah yang bekerja dengan yang tidak bekerja?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya perbedaan kecenderungan cinderella complex pada wanita menikah yang bekerja dengan
yang tidak bekerja
D. Manfaat Penelitian
1.Manfaat teoritis Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya pada psikologi
wanita dan psikologi sosial. 2. Manfaat praktis
Membantu para wanita untuk semakin memahami dinamika psikologis diri sendiri, sehingga memiliki pengendalian diri yang baik dan mampu hidup
secara mandiri baik dalam lingkungan keluarga maupun kerja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Cinderella Complex
1. Pengertian Cinderella complex Cinderella complex merupakan suatu teori psikologi populer yang
diungkapkan oleh Dowling 1981 yang didasarkan atas teori Horney mengenai psikoanalisa, khususnya wanita. Cinderella complex berbicara
mengenai ketakutan yang dialami wanita akan kemandirian. Dowling 1981 mengungkapkan bahwa wanita cenderung tidak yakin akan kemampuan
dirinya sendiri dan tergantung pada orang lain, khususnya sosok yang lebih kuat darinya untuk merawat dan melindungi dirinya. Cinderella complex
didefinisikan sebagai suatu ketakutan yang membuat wanita tertekan sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi, bakat, dan kreativitasnya
secara optimal Dowling, 1981. Ketakutan akan kemandirian tidak selalu nampak dan disadari oleh
para wanita. Meskipun demikian ketakutan ini sering mempengaruhi cara wanita dalam berpikir, bertindak, dan berbicara, seperti muncul lewat
berbagai macam ketakutan yang dialami oleh banyak wanita sukses dan tampak tangguh Dowling, 1981. Akibat dari ketakutan tersebut adalah
bahwa mereka tidak mampu mengeluarkan potensi mereka secara maksimal, namun justru berusaha untuk mendapatkan cinta, pertolongan, dan
perlindungan dari orang lain untuk menghadapi sesuatu yang sulit dalam
6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kehidupannya, seperti dongeng anak-anak yang mengisahkan Cinderella, sang putri yang menunggu sang pangeran untuk menyelamatkannya dari
bahaya dan penderitaan, begitu pula dengan wanita yang cenderung menunggu sesuatu dari luar dirinya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih
baik Dowling, 1981. Cinderella complex menyebabkan wanita cenderung tergantung
pada sosok lain yang lebih kuat darinya dan menjadi tidak mandiri. Dowling 1981 menambahkan bahwa sebagian besar wanita membenci
ketergantungannya terhadap orang lain dan menginginkan kemandirian. Mereka ingin bebas dari dominasi keluarga dan pria yang berstatus sebagai
suami atau atasan kerja, bebas mengambil keputusan sendiri, dan bebas menentukan karir atau profesi apa yang akan dijalani. Meskipun demikian,
keinginan untuk mandiri tersebut terhambat dengan adanya rasa rendah diri atau ketidakyakinan akan kemampuan diri sendiri. Rasa rendah diri ini
menyebabkan wanita menjadi takut untuk menanggung resiko hidup mandiri dan lebih memilih untuk tergantung pada orang-orang disekitarnya www.
cmn.hs.h.kyoto-u.ac.jp. 2. Faktor penyebab timbulnya cinderella complex
Setiap wanita memiliki kecenderungan cinderella complex. Kecenderungan untuk tergantung pada orang lain ini tidak datang begitu
saja. Dowling mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya cinderella complex dalam diri wanita :
a. Perlakuan dalam lingkungan keluarga 1 Pola asuh anak selama enam tahun pertama
Menurut hasil penelitian Bayley pada tahun 1956, semenjak lahir, bayi perempuan memiliki kemampuan verbal, kognitif, dan
perseptual yang maju daripada bayi laki-laki Dowling, 1981. Maka perilaku bayi perempuan lebih menyenangkan orang dewasa
daripada perilaku bayi laki-laki, dimana bayi perempuan tidak suka menggigit-gigit sesuatu atau berkelahi, dsb. Perilaku menyenangkan
ini membuat orang dewasa cenderung memberikan pertolongan dan perlindungan terhadap anak perempuan dari segala kesulitan
semenjak bayi, dan juga membuat anak perempuan terbiasa dengan adanya pertolongan bila ia ‘berperilaku baik’. Akibatnya, anak
perempuan cenderung mengembangkan bakat dan kemampuannya lebih untuk menyenangkan orang lain, bukan untuk kemajuan dirinya
sendiri. Sebaliknya, bayi laki-laki lebih banyak mengalami stress daripada bayi perempuan karena perilakunya yang kurang
menyenangkan dan tidak disetujui oleh orang dewasa Wilikinson, 1995. Hasil penelitian Bardwick dan Douvan dalam Dowling,
1981 menunjukkan bahwa stress pada bayi laki-laki ini justru membantunya untuk mandiri semenjak kanak-kanak.
2 Pola asuh anak yang tidak berwawasan gender Pola asuh yang tidak berwawasan gender merupakan suatu bentuk
pola asuh dimana keluarga dan lingkungan sekitar memberikan lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI