Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman

18 lain: WKRI, Monika perkumpulan janda-janda Katolik, Pangruktilaya, Ngajab Sih, Kambing Abadi, OMK, PIA-PIR, Putra Altar, Penabur Ragi Kristus dan ME. Melalui paguyuban-paguyuban kategorial tersebut, umat dibimbing untuk semakin menghayati iman melalui kemampuan masing-masing Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 31-34. Selain paguyuban kategorial, Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki dua komunitas biarawan-biarawati yang membantu karya pastoral di paroki ini, yaitu kongregasi Bruder FIC Congregatio Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis dan kongregasi Suster OSF Ordo Santo Fransiskus. Para bruder FIC berkarya dalam bidang pendidikan dengan mengelola SMP Pangudi Luhur Kalibawang, bidang ekonomi dengan mengelola pertenunan Santa Maria Boro, dan bidang sosial dengan mengelola Panti Asuhan Sancta Maria. Sedangkan para suster OSF berkarya dalam bidang pendidikan dengan mengelola TK Santa Theresia Marsudirini dan SD Santa Maria Marsudirini, bidang kesehatan dengan mengelola Rumah Sakit Santo Yusup Boro, dan bidang sosial dengan mengelola Panti Asuhan Brayat Pinuji dan Panti Werdha Santa Monika Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 36-37.

B. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman

yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner Paus Emeritus Benediktus XVI mencanangkan Tahun Iman dari 12 Oktober 2012-24 November 2013 yang ditandai dengan surat apostolik Porta Fidei. Keuskupan Agung Semarang KAS menanggapi pencanangan tahun iman melalui gerak pastoral formatio iman berjenjang dengan tujuan supaya umat 19 mampu mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner Pujasumarta, 2012: 1. Arah Dasar ARDAS KAS 2016-2020 memiliki cita-cita untuk membangun Gereja yang signifikan, relevan dan memiliki daya ubah. Cita-cita tesebut diupayakan melalui pengembangan iman yang cerdas, tangguh dan misioner DKP KAS, 2016: 5. Paroki St. Theresia Lisieux Boro adalah salah satu paroki di Keuskupan Agung Semarang. Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam menanggapi pencanangan tahun iman, gerakan pastoral formatio iman berjenjang dan ARDAS KAS 2016-2020 memberi kesempatan kepada seluruh umat untuk terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner yang terinspirasi dari perjuangan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Kegiatan-kegiatan yang diupayakan meliputi kegiatan-kegiatan di tingkat paroki dan lingkungan, sehingga umat memiliki kesempatan yang banyak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

1. Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang

Cerdas, Tangguh dan Misioner Formatio iman berjenjang bertujuan untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Melalui iman yang cerdas, tangguh, dan misioner ingin diwujudkan Gereja yang inklusif, inovatif, dan transformatif sesuai dalam ARDAS KAS 2016-2020. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki berbagai pandangan tentang pemahaman iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah sosok nyata sebagai teladan bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro untuk 20 beriman cerdas, tangguh, dan misioner. Bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro iman yang cerdas, tangguh, dan misioner merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Iman yang cerdas akan menopang iman yang tangguh, sedangkan iman yang misioner adalah buah dari kecerdasan dan ketangguhan iman. a. Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Cerdas Berdasarkan hasil wawancara kepada umat Paroki St.Theresia Lisieux Boro terdapat beberapa pandangan mengenai arti dan maksud dari iman yang cerdas. Pertama, iman yang cerdas berkaitan dengan akal budi atau segi kognitif. Iman yang cerdas berarti seseorang mampu untuk mengerti dan memahami ajaran-ajaran Gereja. Kemampuan akal budi sebagai anugerah Allah hendaknya dikembangkan untuk hal-hal yang positif seperti untuk menimba ilmu pengetahuan. Selain ilmu pengetahuan, akal budi juga dipergunakan untuk memahami ajaran-ajaran Gereja seperti kitab suci, dogma-dogma, dan ajaran- ajaran Gereja yang lain. Hal ini bertujuan agar umat siap untuk menghadapi tantangan-tantangan dan ancaman dari luar yang menyerang dan mengancam iman Katolik [Lampiran 5: 6]. Kedua, iman cerdas berkaitan dengan sikap kritis terhadap lingkungan sekitar. Globalisasi membawa dampak besar terhadap perkembangan teknologi dan budaya. Banyak penemuan-penemuan baru yang sangat berpengaruh dalam hidup manusia, seperti smartphone dan internet. Penemuan-penemuan baru tersebut membawa dampak positif sekaligus negatif dalam kehidupan manusia. Peranan iman yang cerdas adalah menyikapi perubahan dan pembaruan akibat 21 budaya dan teknologi baru dalam hidup manusia, sehingga tidak tergerus oleh arus zaman [Lampiran 5: 6]. Ketiga, iman yang cerdas ditopang oleh suara hati nurani yang murni. Kecerdasan iman tidak hanya mengenai kemampuan intelektualitas untuk memahami ajaran Gereja, tetapi juga menyangkut perilaku dan tindakan seseorang. Suara hati atau hati nurani berperan untuk membimbing orang dalam melakukan suatu tindakan, mulai dari membuat perencanaan, menentukan pilihan- pilihan, mengambil keputusan atas pilihan dan bertanggungjawab atas pilihan yang telah diambil. Iman yang cerdas berarti bijak dan tepat sasaran dalam mengambil keputusan [Lampiran 5: 6]. Pada zaman dahulu menjadi orang Katolik cukup dengan merayakan Ekaristi di gereja dan mengikuti sembayangan di lingkungan. Akan tetapi, orang Katolik pada zaman sekarang dituntut untuk memiliki iman yang cerdas supaya dapat menghadapi ancaman-ancaman yang menyerang iman kepercayaan. Menurut umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memupuk dan membina iman yang cerdas ialah melalui sarasehan katekese, membaca buku-buku tentang ajaran Gereja, dan sharing pengalaman. Dalam proses katekese sangatlah penting peran dari katekis atau pemandu lingkungan untuk membantu umat dalam memahami ajaran-ajaran Gereja. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dahulu sering memberikan pelajaran agama kepada umat dan membentuk pamomong umat yang bertugas untuk membantu Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam mengajar agama. Iman yang cerdas diperoleh dengan menimba langsung dari sumber yaitu Yesus Kristus 22 yang tertuang di dalam Injil. Ajaran-ajaran Yesus menjadi dasar untuk memiliki iman yang cerdas [Lampiran 5: 7]. b. Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Tangguh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menjadi teladan umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro untuk beriman secara tangguh. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ banyak mengalami tantangan dari pihak luar seperti Muhamadiyah, Zending, dan pemerintah. Akan tetapi, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dapat menyelesaikan permasalahan dengan tetap teguh dalam iman. Selain itu, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak mudah mengeluh dan putus asa terhadap keadaan yang sulit, tetapi tetap terus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan dengan meminta bantuan dari Allah dan Bunda Maria. Tangguh berarti kokoh, tidak mudah goyah dan berpondasi kuat. Iman tangguh dapat diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar kuat yang mampu menembus tanah, sehingga ketika diterjang angin tetap dapat berdiri kokoh, bahkan dapat mencegah erosi dan longsor. Iman yang tangguh adalah iman yang mampu bertahan dan tidak goyah saat dihadapkan dengan tantangan dan godaan zaman sekarang ini. Tantangan dan godaan dapat berasal dari dalam dan dari luar. Godaan yang berasal dari dalam adalah kemalasan, keminderan, rasa tinggi hati dan sebagainya. Sedangkan godaan dari luar berupa tawaran-tawaran duniawi seperti teknologi, budaya baru, jabatan, uang, dan sebagainya [Lampiran 5: 7]. Iman yang tangguh perlu ditopang dengan iman yang cerdas, sehingga dapat membedakan hal-hal yang baik dengan hal-hal yang buruk discerment. 23 Orang yang memiliki iman cerdas akan dapat memilah dan memilih tindakan- tindakan yang baik dan buruk, sehingga saat menghadapi tantangan dan godaan. Ketangguhan iman dapat diukur melalui kemampuan seseorang dalam menyikapi godaan dan tantangan zaman. Godaan dan tantangan zaman merupakan ujian bagi setiap orang beriman [Lampiran 5: 7]. Iman yang tangguh diperoleh dan dikembangkan melalui formatio iman berjenjang. Sejak usia dini, anak-anak harus dilatih dan didampingi untuk tetap setia kepada ajaran-ajaran kristiani, sehingga dapat bertahan ketika menghadapi ujian dan pujian. Ada banyak orang yang dapat bertahan dan tidak goyah ketika menghadapi ujian, yaitu tantangan dan godaan, tetapi langsung jatuh ketika menerima pujian dari orang lain. Iman yang tangguh berarti kuat dalam menghadapi ujian dan pujian di dalam kehidupan sehari-hari [Lampiran 5: 7]. c. Permahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Misioner Iman dipahami sebagai tanggapan manusia terhadap wahyu yang diberikan oleh Allah. Meskipun sebagai tanggapan manusia terhadap wahyu Allah, iman tidak hanya berarti menjalin hubungan vertikal antara manusia dengan Allah saja. Akan tetapi membentuk hubungan horizontal antara manusia dengan manusia dan alam ciptaan. Iman yang misioner adalah buah dari iman yang cerdas dan tangguh. Pemahaman-pemahaman atas ajaran-ajaran kristiani yang menopang ketangguhan iman diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat [Lampiran 5: 7]. 24 Misioner berasal dari kata misi. Dalam bahasa Latin disebut militere, yang berarti utusan. Iman misioner mengibaratkan seseorang memiliki kesiapan untuk diutus, baik di dalam keluarga, masyarakat, sekolah dan politik. Iman yang misioner menuntut gerak keluar dari rasa nyaman seorang umat, sehingga sangat penting untuk keterlibatan dalam masyarakat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memperoleh warisan kemisioneran dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Karya-karya misi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengarah kepada sikap iman yang misioner karena karya-karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ditujukan bagi rakyat kecil dan miskin, mulai dari bidang kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Karya-karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler diteruskan oleh umat melalui keterlibatan dalam hidup bermasyakarat. Iman yang misioner dapat dikembangkan melalui keterlibatan langsung dalam kehidupan bermasyarakat, seperti dengan bakti sosial, gotong royong, ikut terlibat dalam kepengurusan desa, dan kepedulian terhadap permasalahan politik [Lampiran 5: 7].

2. Kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan

Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner Ada berbagai macam kegiatan untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner. Secara garis besar, iman yang cerdas, tangguh dan misioner dapat dikembangkan melalui gerakan formatio iman berjenjang yang dimulai dari usia dini, anak-anak, remaja, kaum muda, orang dewasa hingga usia lanjut DKP KAS, 2014: 29. Paroki St. Theresia Lisieux Boro menjabarkan gerakan pastoral formatio iman berjenjang melalui kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh 25 setiap bidang kerja dewan paroki. Dewan paroki menyusun kegiatan berdasarkan kebutuhan umat paroki, sehingga diharapkan dapat menyentuh seluruh umat [Lampiran 6: 13]. Kegiatan-kegiatan tersebut diprogramkan oleh Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro berdasarkan cita-cita dalam ARDAS KAS 2016-2020 dan memperoleh inspirasi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan St. Theresia Lisieux Dewan Paroki Boro, 2016: 10-12. a. Kegiatan-kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas Iman yang cerdas mengarah kepada pemahaman umat atas ajaran-ajaran Gereja, sehingga kegiatan yang menunjang pengembangan iman cerdas berupa pendalaman akan ajaran-ajaran Gereja seperti kitab suci dan dogma-dogma. Saat berkarya di daerah Pegunungan Menoreh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menempuh perjalanan puluhan kilometer per minggu untuk memberikan pelajaran agama kepada umat. Umat berkumpul untuk mendengarkan pengajaran Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Hal ini dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ agar umat memiliki pengetahuan agama [Lampiran 6: 14]. Pada zaman sekarang metode Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ untuk memberikan pelajaran agama tetap diteruskan melalui kegiatan-kegiatan pendalaman ajaran Gereja. Kegiatan pendalaman ajaran-ajaran Gereja dijabarkan dalam sosialisasi bahan katekese yang ditujukan khusus bagi para pemandu lingkungan agar memiliki persiapan dalam mendampingi proses katekese dan sarasehan pada masa tertentu seperti: APP, BKL, BKSN dan Masa Adven. 26 1 Sosialisasi bahan katekese Bidang kerja Perwartaan Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro selalu melaksanakan sosialisasi bahan katekese pada kesempatan tertentu. Sosialisasi bahan katekese menjadi langkah awal untuk melaksanakan pendalaman iman yang akan dilaksanakan di lingkungan atau wilayah. Sosialisasi bahan katekese bertujuan untuk mendalami tema-tema katekese dan membantu para pemandu lingkungan untuk memahami isi dari buku panduan yang telah disusun oleh keuskupan. Sosialisasi bahan katekese dilaksanakan pada masa-masa tertentu seperti menjelang masa Prapaskah, Bulan Katekese Liturgi BKL, Bulan Kitab Suci Nasional BKSN dan masa Adven. Melalui adanya sosialisasi bahan katekese ini diharapkan para pemandu lingkungan memiliki gambaran dan dasar tentang bagaimana proses katekese atau sarasehan yang akan dilaksanakan di lingkungan atau wilayah, sehingga umat juga merasa terbantu untuk mengikuti proses katekese Dewan Paroki Boro, 2016 : 31. 2 Sarasehan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro kerap kali menyebut kegiatan katekese atau pendalaman iman dengan sarasehan. Dalam masyarakat luas, sarasehan merupakan kegiatan pertemuan dimana semua peserta memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memilih sarasehan karena lebih dekat dengan kehidupan bersama masyarakat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengikuti kegiatan sarasehan secara rutin setiap minggu dan pada saat kesempatan tertentu seperti sarasehan APP, sarasehan BKL, sarasehan BKSN, dan Adven [Lampiran 5: 12]. 27 b. Kegiatan-kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Tangguh Pada zaman sekarang ini, iman yang tangguh sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman berupa budaya dan kebiasaan baru akibat dari perkembangan zaman. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah teladan umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam menghidupi iman yang tangguh. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak pernah menyerah dan mengeluh pada saat menghadapi tantangan dari kelompok Zending, Muhamadiyah dan pemerintah. Ketangguhan iman Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga diperlihatkan hingga masa akhir hidup. Dalam keadaan sakit parah, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tetap ingin melayani umat dengan memimpin Perayaan Ekaristi di Gereja Boro supaya umat dapat merayakan Ekaristi mingguan. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memiliki iman yang tangguh karena kepercayaan kepada Kristus, ketekunan dalam berdoa, berdevosi kepada Bunda Maria dan selalu bersosialisasi dengan umat [Lampiran 5: 9]. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro ingin meneladani ketangguhan iman yang dimiliki oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ melalui kegiatan- kegiatan bersama. Kegiatan yang diikuti oleh umat dalam rangka mengembangkan iman yang tangguh sebagian besar dilaksanakan di tingkat paroki dalam bentuk rekoleksi dan pendampingan lainnya. Sepanjang tahun 2016 Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro telah melaksanakan beberapa kegiatan untuk membantu umat supaya memiliki dan mengembangkan iman yang tangguh, yaitu Tahun Prennthaler, tirakatan malam Jumat Kliwon, pembaruan janji 28 perkawinan, Paskahan dan Natalan bersama PIUD-PIA-PIR, rekoleksi orang tua baptis bayi, rekoleksi calon baptis dewasa dan wali baptis, pertemuan katekis se- paroki, pembentukan tim pendamping keluarga, rekoleksi keluarga untuk usia perkawinan 12-25 tahun, rekoleksi pemandu lingkungan, kursus persiapan perkawinan, dan r ekoleksi ‘Sendiri tidak Sepi’ rekoleksi untuk anggota paguyuban Monika. 1 Tahun Prennthaler Paroki St. Theresia Lisieux Boro menetapkan tahun 2016 sebagai ‘Tahun Prennthaler ’. Tujuan dari penetapan ‘Tahun Prennthaler’ adalah untuk mengenang karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Ada berbagai rangkaian acara yang berkaitan dengan Tahun Prennthaler seperti Misa Novena Prennthaler, napak tilas perjalanan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan kegiatan lain. Tahun Prennthaler dimaksudkan untuk semakin menggali semangat Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ yang menjiwai seluruh gerak langkah umat Paroki Boro. Melalui kegiatan-kegiatan dalam rangka Tahun Prennthaler ini diharapkan umat semakin mencintai dan meneladani semangat Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai cikal bakal Paroki St. Theresia Lisieux Boro Dewan Paroki Boro, 2016 : 19. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah misionaris tangguh yang berjalan kaki sekian puluh kilometer untuk mewartakan Kerajaan Allah. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak pernah mengeluh terhadap situasi yang sulit, tetapi tetap terus berjuang hingga akhir hidupnya. Semangat dan ketangguhan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ 29 diharapkan dapat diteladani oleh umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro pada zaman sekarang ini [Lampiran 5: 9]. 2 Tirakatan Malam Jumat Kliwon Tirakatan Malam Jumat Kliwon merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Tirakatan ini dilaksanakan setelah perayaan Ekaristi di makam Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Dalam tirakatan ini diisi dengan salawatan Katolik yang mengisahkan perjalanan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Umat diajak untuk mengingat dan merenungkan cara pewartaan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ Dewan Paroki Boro, 2016: 20. 3 Pembaruan janji perkawinan Keluarga adalah tempat pembinaan iman pertama. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak. Sebagai tempat pembinaan iman yang pertama, keluarga menjadi tempat sentral yang harus diperhatikan. Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak harus menjadi tempat yang nyaman terlebih dahulu untuk dapat menjadi tempat pembinaan iman. Hubungan suami dan istri yang harmonis menjadi kunci untuk menjadikan keluarga sebagai tempat pembinaan iman yang baik. Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro menyadari bahwa banyak umat Katolik yang mengalami permasalahan di dalam keluarga karena berbagai alasan. Menyikapi permasalahan ini, Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro khususnya tim kerja peribadatan dan pendampingan keluarga mengadakan pembaruan janji perkawinan yang dilaksanakan pada perayaan 30 Ekaristi minggu keempat setiap bulan. Melalui pembaruan janji perkawinan ini diharapkan pasangan suami istri dapat mengingat janji perkawinannya dan semakin menghidupi untuk membangun keluarga sebagai tempat pembinaan iman yang pertama Dewan Paroki Boro, 2016: 20. 4 Paskahan dan Natalan bersama PIUD-PIA-PIR Kegiatan Paskahan dan Natalan bersama PIUD, PIA dan PIR merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan seluru anak-anak di Paroki St. Theresia Lisieux Boro supaya dapat saling bertemu dan mengenal. Mengingat bahwa Paroki St. Theresia Lisieux Boro terbagi menjadi dua teritorial atas dan bawah, sehingga muncul anggapan adanya perbedaan antara anak-anak di wilayah atas dengan anak-anak di wilayah bawah. Melalui kegiatan Paskahan dan Natalan bersama, diharapkan tidak lagi ada jurang pemisah antara wilayah atas dengan wilayah bawah, serta memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan iman bersama-sama dengan teman seusiannya. Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ketika berkunjung ke keluarga-keluarga di sekitar gereja dan di wilayah atas seperti Gorolangu Dewan Paroki Boro, 2016: 31. 5 Rekoleksi orang tua baptis bayi Rekoleksi orang tua baptis bayi dilaksanakan pada hari Jumat setelah minggu kedua setiap bulannya. Rekoleksi orang tua baptis bayi dimaksudkan untuk mempersiapkan para orang tua dan wali baptis supaya memiliki sikap iman 31 dan tanggung jawab dalam membimbing anak. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sering mengumpulkan orang-orang yang akan menerima baptisan untuk didampingi bersama dengan para pamomong umat. Melalui pendampingan ini diharapkan orang-orang yang akan menerima baptisan dapat bertahan dalam Kristus. Demikian pula dengan rekoleksi orangtua baptis bayi. Dengan diadakan rekoleksi orang tua baptis bayi diharapkan para orang tua dan wali baptis tetap setia membimbing anak-anak secara Katolik, sehingga perkembangan iman anak dapat terjamin Dewan Paroki Boro, 2016: 26. 6 Rekoleksi calon baptis dewasa dan wali baptis Pelaksanaan rekoleksi calon baptis dewasa berbeda dengan rekoleksi orang tua baptist bayi. Calon baptis dewasa atau katekumen dipersiapkan dengan matang melalui pelajaran agama dan ditutup dengan rekoleksi calon baptis dewasa bersama dengan para wali baptis. Rekoleksi ini dimaksudkan untuk menanamkan sikap iman Kristiani yang tangguh kepada para katekumen, sehingga para katekumen sungguh siap untuk menerima sakramen baptis dan dapat dengan setia menjadi orang Katolik Dewan Paroki Boro, 2016: 26. 7 Pertemuan katekis tingkat paroki Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki cukup banyak katekis, meskipun bekerja secara paruh waktu. Katekis yang memiliki ijazah berjumlah 7 Dewan Paroki Boro, 2015: 3. Sedangkan, katekis yang tidak memiliki ijazah berjumlah sekitar 60 orang yang tersebar di masing-masing Lingkungan. Pada masa karya Rm. Johannes Baptist Prennthalr SJ telah dibentuk pamomong umat 32 dan ‘malaikat pelindung’ bersama Rm. FX. Satiman SJ. Para pamomong umat dan ‘malaikat pelindung’ dibina untuk dapat membantu pelayanan kepada umat. Pamomong umat dan ‘malaikat pelindung’ pada saat ini berubah menjadi para katekis yang membantu imam untuk mengajar agama. Pertemuan katekis tingkat paroki dilaksanakan pada hari Minggu ketiga setiap bulan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama antar katekis, sehingga dapat mengajar para katekumen dan membantu umat dalam menghayati iman Dewan Paroki Boro, 2016: 27. 8 Pembentukan tim pendamping keluarga Keluarga dipandang sebagai tempat yang sangat strategis dalam pengembangan iman. Seringkali paroki tidak mengetahui bahwa keluarga- keluarga Katolik memiliki permasalahan karena kurang keterbukaan keluarga terhadap paroki. Akibatnya banyak keluarga yang mengabaikan pendidikan dan perkembangan iman anak-anak. Menyikapi permasalahan ini, dewan paroki khususnya tim kerja Pendampingan Keluarga membentuk tim pendamping keluarga, supaya keluarga-keluarga Katolik di Paroki St. Theresia Lisieux Boro mendapatkan perhatian dan pembinaan dalam menghayati hidup berkeluarga Dewan Paroki Boro, 2016: 29. 9 Rekoleksi keluarga untuk usia perkawinan 12-25 tahun Paroki St. Theresia Lisieux Boro menanggapi tahun keluarga yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus dengan memberikan perhatian khusus kepada keluarga-keluarga Katolik. Berbagai upaya dilakukan untuk menciptakan keluarga 33 yang harmonis, seperti melalui rekoleksi keluarga untuk usia perkawinan 12-25 tahun. Rekoleksi ini dilaksanakan pada Oktober 2016 dalam rangka Tahun Prennthaler Dewan Paroki Boro, 2016: 30. 10 Rekoleksi pemandu lingkungan Setiap lingkungan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki pemandu lingkungan, baik menjabat sebagai pengurus lingkungan, prodiakon dan katekis. Pemandu lingkungan memiliki peranan penting dalam membantu umat mengembangkan iman. Rekoleksi pemandu lingkungan dilaksanakan pada 26 Juni 2016 dengan tujuan supaya para pemandu lingkungan semakin kreatif dan inovatif dalam memandu pertemuan di lingkungan. Dengan adanya pemandu lingkungan yang handal dan kompeten diharapkan adanya hubungan yang linear terhadap perkembangan iman umat Dewan Paroki Boro, 2016: 30. 11 Kursus persiapan perkawinan Kursus persiapan perkawinan bagi calon pasangan suami istri bukan sekedar untuk memenuhi hukum Gereja, tetapi untuk mempersiapkan calon pasangan suami istri dalam membangun keluarga dengan matang. Kematangan dalam persiapan membangun keluarga akan berdampak pada keharmonisan keluarga, termasuk tanggung jawab untuk saling mengembangkan iman satu sama lain. Kursus persiapan perkawinan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali, yaitu pada bulan Maret, Juli, September dan Desember Dewan Paroki Boro, 2016: 33. 34 12 Rekoleksi ‘Sendiri tidak Sepi’ rekoleksi untuk anggota paguyuban Monika Paguyuban Monika adalah paguyuban janda-janda Katolik di Paroki Theresia Lisieux Boro. Paguyuban ini merupakan paguyuban yang menjalin persaudaraan di antara para janda yang merasa satu nasib Tim Buku Kenangan 80 Tahun Gereja Boro, 2007: 30. Paroki St. Theresia Lisieux Boro sangat mendukung keberadaan paguyuban ini dengan berbagai perhatian, seperti mengadakan rekoleksi ‘Sendiri tidak Sepi’. Rekoleksi ini dimaksudkan untuk memberikan sapaan kepada anggota paguyuban supaya semakin teguh dalam menjalani kehidupan dan semakin terlibat dalam mewujudkan komunitas kasih Dewan Paroki Boro, 2016: 40. c. Kegiatan-kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Misioner Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ didasari oleh semangat dan semboyan ‘Ad Maiorem Dei Gloriam et pro salute animarum’, yang berarti demi lebih besar kemuliaan Allah dan demi keselamatan jiwa-jiwa. Dalam roh pro salute animarum, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memiliki semangat dan tujuan yang mengutamakan cinta kasih kepada rakyat miskin. Cinta kasih kepada rakyat miskin diwujudkan dengan tidak hanya bekerja untuk rakyat miskin, tetapi juga bekerja bersama dengan rakyat miskin untuk mencapai keselamatan jiwa dan kesejahteraan bersama. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menginginkan bahwa Kabar Gembira Kerajaan Allah sungguh dapat hadir dan terwujud di dunia, terutama bagi orang miskin dan tersingkir [Lampiran 5: 9]. 35 Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memiliki pandangan bahwa perkembangan iman juga harus ditopang dengan kesejahteraan. Orang yang belum mengalami kesejahteraan badani akan merasa sulit untuk mengembangkan iman. Sebagai contoh, orang yang sedang mengalami musibah kelaparan tidak akan berpikir untuk pergi berdoa ke gereja, tetapi akan mencari pekerjaan. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menyadari situasi umat yang sedang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, langkah pastoral yang diambil oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah membantu umat untuk memperoleh kesejahteraan. Strategi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ini menjadi dasar dan pedoman bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro untuk mengembangkan iman yang misioner pada zaman sekarang ini. Harapan untuk mencapai kesejahteraan bersama memunculkan sikap peduli dan solidaritas umat untuk ikut terlibat dalam mewartakan Kerajaan Allah melalui tindakan kasih di tengah masyarakat tanpa adanya syarat tertentu [Lampiran 5: 9]. Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengadakan beberapa kegiatan yang mendukung umat dalam mengembangkan iman yang misioner, yaitu edukasi air langit, pelayanan kesehatan pekan suci, pelayanan kesehatan HUT paroki, pelayanan kesehatan Natal, silaturahmi tokoh lintas iman se-paroki pada Idul Fitri, SGMB Sekolah Generasi Muda Boro, Festival Kesenian Tradisional FKT OMK Kulonprogo, dan donor darah secara rutin 4 kali satu tahun [Lampiran 5: 37]. 1 Edukasi Air Langit Salah satu permasalahan yang muncul di sekitar Paroki St. Theresia Lisieux Boro adalah ketersediaan air bersih yang masih kurang. Meskipun berada 36 di lereng pegunungan dan banyak masyarakat memiliki sumur, ketersediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari masih kurang. Edukasi Air Langit adalah sebuah pelatihan bagi masyrakat di Boro untuk mengolah air hujan menjadi air minum yang sehat. Kegiatan ini ingin membantu masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan melalui air sehat hasil pengolahan dari air hujan. Edukasi Air Langit tidak hanya dibatasi bagi umat Katolik di Paroki St. Theresia Lisieux Boro, tetapi juga terbuka bagi masyarakat sekitar. Kegiatan ini dimulai sejak 6 Maret 2016 dengan bantuan kerjasama dari Rm. Vincentius Kirjita, Pr Dewan Paroki Boro, 2016: 19. 2 Pelayanan kesehatan gratis Paroki St. Theresia Lisieux Boro meneladani karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam bidang kesehatan. Kesehatan menjadi bidang penting bagi masyarakat di Boro. Pelayanan kesehatan gratis merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Paroki St. Theresia Lisieux Boro sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan masyarakat Boro. Pelayanan kesehatan gratis dilaksanakan pada masa pekan suci, HUT paroki, dan Natal. Meskipun kegiatan pelyanan kesehatan gratis diadakan bertepatan dengan hari raya Katolik, kegiatan ini dibuka bagi masyarakat sekitar yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan gratis Dewan Paroki Boro, 2016: 35. 3 Silaturahmi tokoh lintas iman pada Hari Raya Idul Fitri Paroki St. Theresia Lisieux Boro tidak berdiri sendiri sebagai individu, tetapi hidup di dalam masyarakat plural. Meskipun Gereja Boro berada di kompleks penduduk Katolik, tetapi tetap menjalin dengan umat beragama lain. 37 Semangat persaudaraan ini terwujud dalam silaturahmi tokoh lintas iman pada hari raya Idul Fitri. Silaturahmi ditujukan kepada camat, Polsek, Koramil dan kades Dewan Paroki Boro, 2016: 36. 4 SGMB Sekolah Generasi Muda Boro Sekolah Generasi Muda Boro SGMB merupakan kegiatan baru di Paroki St. Theresia Lisieux Boro. SGMB merupakan sekolah bagi anak-anak di Boro yang bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan dan semangat persaudaraan lintas iman. SGMB tidak menggantikan pendidikan di sekolah formal, tetapi memberikan pelajaran tambahan bagi anak-anak di Boro. SGMB dikelola oleh bidang paguyuban khususnya OMK Paroki St. Theresia Lisieux Boro yang bekerjasama dengan para mahasiswa volunter dari perguruan tinggi di Yogyakarta Dewan Paroki Boro, 2016: 38. 5 Festival Kesenian Tradisional FKT OMK Kulonprogo Festival Kesenian Tradisional FKT adalah kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh OMK Kulonprogo. OMK Paroki St. Theresia Lisieux Boro ikut mengambil bagian dalam kegiatan ini. Tujuan utama FKT adalah melestarikan kebudayaan lokal Dewan Paroki Boro, 2016: 39. Akan tetapi, banyak pelajaran berharga yang dapat diperoleh melalui kegiatan ini. FKT sebagai festival tentu mencari pemenang, akan tetapi tujuan utama OMK Paroki St. Theresia Lisieux Boro bukanlah kemenangan, melainkan proses mewujudkan kebersamaan dan kesetiakawanan dalam mempersiapkan FKT [Lampiran 5: 9]. 38 6 Donor darah rutin Paroki St. Theresia Lisieux Boro melaksanakan donor darah secara rutin setiap tiga bulan sekali. Jumlah total kantong darah yang terkumpul dari setiap kegiatan donor darah adalah 30 kantong, sehingga Paroki St. Theresia Lisieux Boro disebut sebagai lumbung darah. Kegiatan donor darah secara rutin dilaksanakan pada Februari, Mei, Agustus dan November dengan peserta umat Katolik dan masyarakat sekitar. Selain bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan darah, melalui kegiatan donor darah ini Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengharapkan supaya umat memiliki sikap peduli dan keterlibatan dalam menciptakan ‘komunitas berbagi’ Dewan Paroki Boro, 2016: 41.

C. Rangkuman Permasalahan-permasalahan Pokok yang Dialami oleh Umat