Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

40 belum dapat memakai pakaian sendiri setelah mandibuang air, belum dapat menggosok gigi sendiri, dan belum dapat memilih baju yang ingin dipakainya. Berdasarkan fakta yang didapat, orang tua Raphael cenderung memanjakan Raphael ketika berada di rumah. Semua keinginan Raphael akan dituruti oleh kedua orang tuanya maupun anggota keluarga lain yang ada di rumah. Orang tua Raphael mengaku jika keinginan Raphael tidak dituriti maka ia akan terus merengak dan mengamuk. Selain itu, Raphael juga mengalami keterlambatan dalam berbicara. Di usia 3 tahun, Raphael baru dapat mengucapkan beberapa kata saja dengan lafal yang belum jelas. Padahal berdasarkan teori Lenneberg, penguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum alami, yaitu mengikuti bakat, kodrat dan ritme yang alami. Menurut Lenneberg perkembangan bahasa anak berjalan sesuai jadwal biologisnya Zubaidah, 2009. Perkembangan ini mulai sejak awal kehidupan. Sampai anak berusia 5 bulan 0-1 tahun, seorang anak akan mengoceh seperti orang yang sedang berbicara dengan rangkaian suara yang teratur, walaupun suara yang dikeluarkan ketika berusia 2 bulan. Disini terjadi penerimaan percakapan dan diskriminasi suara percakapan. Ocehan dimulai untuk menyusun dasar bahasa Hasan, 2006. Hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar mengapa anak pada umur tertentu sudah dapat berbicara, sedangkan pada umur tertentu belum dapat berbicara. Perkembangan bahasa tidaklah ditentukan pada umur, namun mengarah pada perkembangan motoriknya. Namun perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahasa anak akan muncul dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 berkembang melalui berbagai situasi interaksi sosial dengan orang dewasa Kartono, 1995. Perkembangan bahasa Raphael yang masih kurang karena ada kemunginan Raphael mengalami kebingungan dalam berbahasa di lingkungannya. Di keluarganya diterapkan empat bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Prancis, dan Bahasa Jawa. Ayahnya yang berasal dari Perancis menyebabkan ia tidak mahir berbahasa Indonesia, sehingga bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu Bahasa Inggris. Sesekali mengenalkan Raphael dengan bahasa Prancis, sedangkan Ibunya berusaha mengimbangi dengan Bahasa Inggris. Namun mengingat bahwa saat ini keluarga mereka hidup di Indonesia maka Raphael harus dibiasakan berbahasa Indonesia. Selain itu, kakek dan nenek Raphael yang asli dari Jawa juga mengenalkan bahasa tersebut kepada Raphael. Hal ini tentunya membuat Raphael tidak fokus untuk memahami bahasa yang akan sampaikan kepada orang lain sehingga ia mengungkapkan keinginan dengan kata-kata yang ia pahami, atau bahkan dengan cara merengek. Kebingungan Raphael dalam menyampaikan keinginan secara verbal, membuat kedua orang tua Raphael berusaha menuruti apa yang diinginkan oleh Raphael. Hal itulah yang menyebabkan adanya perbedaan rules antara di rumah dan di sekolah ataupun TPA. Di rumah semuanya serba dilayani, sedangkan di TPA Raphael diajak untuk mandiri dan mencoba terlebih dahulu apa yang ingin ia lakukan sebelum minta tolong kepada pengasuh. Ketika Raphael merengek, menangis, atau bahkan jika ia marah karena keinginannya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 tidak terpenuhi, maka pengasuh akan mengajak Raphael berdiskusi kemudian mengajaknya untuk mau mencoba. Adapun pada anak yang diasuh oleh ART, subjek yang paling tinggi kemandiriannya adalah Vania dan Vinka, sedangkan kemandirian paling rendah yaitu Samuel. Vania dan Vinka melakukan aktivitas yang hampir sama yang lebih banyak yang menunjukkan tingkat kemandirian dibandingkan subjek lainnya yaitu mau membuang sampah pada tempatnya, dapat tidur sendiri tanpa ditemani, mau meminjamkan mainan pada temannya, berani mengucapkan salam, dapat berdoa sebelum makan, tidak marah ketika tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, dapat makan sendiri, dapat membereskan meja setelah makanminum, dapat menyisir rambut sendiri, dapat melepaskan kaos kaki dan sepatu sendiri, dapat menggosok gigi sendiri, mampu membereskan mainan sendiri setelah bermain, dapat menata tempat tidur sendiri, dapat mengungkapkan keinginan untuk pergi ke toilet dan dapat memilih mainan kesukaannya. Pada anak yang diasuh oleh ART, kemandirian paling rendah yaitu Samuel. Hampir semua aktivitas sebagai indikator memiliki skor paling rendah diantara teman-teman yang lain kecuali dapat memilih mainan kesukaannya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Izzaty 2005 bahwa anak yang memiliki kemandirian rendah disebabkan karena anak terbiasa menerima bantuan yang berlebihan dari orang tua ataupun dari orang dewasa lainnya. Ketergantungan anak bisa mencakup dari segi fisik ataupun dari mental, misalnya anak akan selalu meminta bantuan untuk mengancingkan bajunya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 memasangkan sepatu sekolah atau dalam mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan, biasanya anak yang tidak mandiri akan sulit untuk mengambil keputusan. Solahudin dalam Malau 2012 menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang berpengaruh pada tingkat kemandirian anak usia sekolah yaitu 1 Faktor internal yaitu emosi dan intelektual anak. 2 Faktor eksternal yaitu lingkungan, status ekonomi keluarga, stimulasi, pola asuh, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dengan orang tua dan status pekerjaan ibu. Menurut Yamin dan Sanan 2013, “Anak dikatakan mandiri apabila dilihat dari kemampuan fisik, percaya diri, tanggung jawab, disiplin, pandai bergaul, saling berbagi, dan mengendalikan emosi”. Secara keseluruhan, kemandirian paling tinggi dimiliki oleh Nesha dan kemandirian paling rendah yaitu Samuel. Hal ini dilihat dari perilaku-perilaku yang menjadi indikator kemandiriaan, dimana Nesha paling sering menunjukkan perilaku-perilaku tersebut dibandingkan teman-teman yang lain yaitu mau bermain bersama teman-teman, tidak marah jika keinginan tidak terpenuhi dan mau membereskan mainan setelah digunakan. Sedangkan kemandirian paling rendah yaitu dimiliki oleh subjek Samuel. Hal ini juga dilihat berdasarkan intensitas perilaku yang menunjukkan kemandirian. Kemandirian sangat rendah karena perilaku sebagai indikator kemandirian paling jarang dilakukan dibandingkan subjek lainnya yaitu hampir di semua perilaku kecuali dapat mengungkapkan keinginan ke toilet, dapat memilih baju yang ingin dipakainya dan dapat memilih mainan kesukaannya yang memiliki tingkatan hampir sama dengan subjek lainnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Gambaran perbedaan kemandirian anak prasekolah yang dititipkan di TPA dengan anak yang diasuh oleh Asisten Rumah Tangga ART ada perbedaan secara signifikan. Anak yang diasuh di TPA memiliki kemandirian yang lebih tinggi dibandingkan kemandirian anak yang diasuh oleh ART. Hal ini karena pengasuhan di TPA didukung oleh tenaga yang tidak hanya mengasuh namun juga mendidik yang dapat menstimulasi anak untuk lebih mandiri, memiliki kurikulum dengan target dan kegiatan yang tersistem untuk mencapai kemandirian anak, serta teman sebaya mengajarkan take and give belajar kemampuan sosial sehingga anak dapat membantu atau dibantu teman sebayanya untuk lebih mandiri. Berbeda dengan pengasuhan di ART, pengasuh berperan hanya sebagai pengasuh, bukan pendidik sehingga pengasuhan ART hanya memenuhi kebutuhan anak seperti makan, mandi dan aktivitas harian lainnya, meskipun fokus pada satu anak namun karena bukan tenaga pendidik dan tidak tersistem pengasuhannya maka kemandirian anak belum terarah secara maksimal. Pada pengasuhan di TPA, subjek yang memiliki kemandirian paling tinggi yaitu Nesha, sedangkan kemandirian paling rendah yaitu Raphael. Adapun berdasarkan pengasuhan oleh ART, subjek yang paling tinggi kemandiriannya adalah Vania dan Vinka, sedangkan kemandirian paling 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 rendah yaitu Samuel. Secara keseluruhan, kemandirian paling tinggi dimiliki oleh Nesha dan kemandirian paling rendah yaitu Samuel. Tingkat kemandirian tersebut ditunjukkan dari jenis aktivitas yang merupakan indikator kemandirian. Aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh anak di TPA yaitu “Mau bermain bersama dengan teman-teman” dan paling jarang dilakukan adalah “Dapat tidur sendiri tanpa ditemani”, sedangkan aktivitas anak yang diasuh oleh ART yang paling seri ng adalah “Dapat mengungkapkan keinginan ketika ingin ke toilet” dan aktivitas paling jarang dilakukan adalah “Dapat menata tempat tidurnya”. Aktivitas “Mau bermain bersama” menjadi aktivitas paling banyak dilakukan karena di lingkungan TPA terdapat banyak anak seusia yang mempunyai karakter yang sama yaitu suka bermain, sedangkan aktivitas “Dapat mengungkapkan keinginan ketika ingin ke toilet” menjadi aktivitas paling sering dilakukan anak yang diasuh oleh ART sebagai bentuk pencarian perhatian orang di sekitarnya karena anak yang diasuh oleh ART tidak mempunyai teman sehingga membutuhkan perhatian.

B. Saran

1. Orang tua yang anaknya diasuh oleh ART sebaiknya memilih ART yang tidak hanya mampu menjalankan kewajiban pengasuhan namun juga mempunyai kemampuan untuk mendidik anak. 2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan dengan rentang usia 4-5 tahun 46 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Astuti, D. 1999. Jejak Seribu Tangan. Yogyakarta: Pustaka Media Hasan, A.B. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga Izzaty, Rita Eka. 2005. Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Depdiknas. Kartono, K. 1995. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju Malau, Ervinawati. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Kelas Satu Sekolah Dasar Negeri 1 Pondok Cina. Skripsi. Universitas Indonesia Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Siti Rahayu Haditono. 1998. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press Musdalifah. 2007. Perkembangan Sosial Remaja dalam Kemandirian. IQRA’. Vol. 4: 46-56 Putra. F. Yunanda. 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Anak Usia Prasekolah di Desa Balung Lor Kecamatan Balung Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Jember Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Steinberg, Laurence. 1993. Adolescence. New York: McGraw-Hill Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi Mix Methods. Bandung: CV. Alfa Beta Suminah, E., Nugraha, A., Lestari, G.D., dan Mareta Wahyuni. 2015. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini: Apa, Mengapa dan Bagaimana. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini 47 Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing Warisyah, Y. 2 015. Pentingnya „Pendampingan Dialogis‟ Orang Tua dalam Penggunaan Gadget pada Masa Anak Usia Dini. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan “Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”, FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015 Yamin, M. dan Sanan, JS. 2013. Panduan PAUD. Jambi: Referensi. Yunita, R.D. t.t. Pemberdayaan Asisten Rumah Tangga Sebagai Upaya Mengembangkan Kemandirian dan Budaya Kreatif pada Anak Usia Dini. Fakultas Psikologi Universitas Pancasila Zubaidah, E., 2003, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini, Yogyakarta: FIP UNY http:datatopics.worldbank.orghnpfilesedstatsIDNbr10b.pdf, 2010 http:widhiarso.staff.ugm.ac.idwptanya-jawab-tentang-uji-normalita LAMPIRAN Tabel 1. Data Observer 1 TPA Subjekinterval Nesha Total Loisa Total Mikhael Total Gavin Total Raphael Total Total Item Item I II III I II III I II III I II III I II III 1 4 2 3 9 3 4 2 9 3 2 2 7 3 4 2 9 2 3 1 6 40 2 1 1 2 1 1 3 3 4 3 3 10 2 1 2 5 1 2 2 5 2 2 3 7 1 2 2 5 32 4 2 2 3 7 2 2 2 6 1 2 1 4 1 2 1 4 2 1 3 24 5 2 2 2 6 2 2 1 5 1 1 2 3 1 1 5 2 1 1 4 22 6 4 3 3 10 4 4 3 11 4 3 3 10 4 3 4 11 4 3 2 9 51 7 1 2 2 5 1 2 1 4 2 2 1 5 2 1 1 4 2 2 2 6 24 8 2 1 2 5 2 1 2 5 2 2 2 6 2 2 2 6 2 2 2 6 28 9 3 2 3 8 3 3 3 9 3 3 2 8 1 3 3 7 1 1 3 5 37 10 1 2 2 5 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 12 11 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 10 12 3 2 2 7 2 2 3 7 2 2 2 6 2 3 3 8 2 3 2 7 35 13 2 2 3 7 3 3 3 9 2 3 3 8 3 3 3 9 2 2 3 7 40 14 1 1 1 3 1 1 2 4 1 1 2 4 1 2 1 4 2 1 3 18 15 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 2 11 16 3 3 2 8 3 3 2 8 1 1 1 3 1 1 1 1 2 22 17 3 3 2 8 2 3 2 7 2 2 2 6 2 2 3 7 1 1 3 5 33 18 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 2 11 19 2 1 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 11 20 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 2 1 1 4 13 21 4 2 3 9 2 3 3 8 3 2 3 8 3 3 3 9 3 3 2 8 42 22 1 1 2 1 1 2 1 1 5 23 2 4 3 9 3 3 3 9 3 2 3 8 3 2 3 8 3 2 2 7 41 24 2 2 2 6 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 2 4 1 1 2 4 20 25 1 2 3 6 2 1 1 4 3 3 3 9 2 3 2 7 2 2 3 7 33 26 1 4 2 7 3 2 2 7 2 2 2 6 2 2 2 6 3 1 2 6 32 ∑ 52 51 52 155 48 47 42 137 41 41 39 121 43 47 43 133 33 35 36 104 650 51,67 45,67 40,33 44,33 34,67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI