2. Rangsangan
Rangsangan dalam novel
Padang Bulan
mulai muncul ketika Zamzami, ayah Enong mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Ekonomi keluarga
Enong semakin terpuruk karena sudah tidak memiliki tulang punggung lagi. Enong harus rela putus sekolah. Rangsangan juga terjadi pada tokoh Ikal Aku,
yang pada situasi ini menceritakan ketidaksetujuan ayah Ikal akan hubungan asmaranya dengan A Ling sehingga Ikal terpaksa memusuhi ayahnya sendiri. Hal
tersebut tampak dari kutipan berikut. 4
Syalimah bergembira melihat seseorang bersepeda dengan cepat. Jika orang itu Sirun telah pulang, pasti suaminya segera pula pulang. Namun,
Sirun berbelok menuju rumah Syalimah dengan tergesa- gesa buruh kasar itu langsung masuk dengan gemetar mengatakan telah terjadi kecelakaan.
Zamzami tertimbun tanah. Syalimah terpAku di tempatnya berdiri. Napasnya tercekat. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Sirun memintanya
menitipkan anak-anaknya kepada tetangga dan mengajaknya ikut ke tambang Andrea, 2010: 7.
5 “Kau harus pulang, Nong, ayahmu meninggal.”
Enong yang sedang ingin mengucapkan sesuatu, terserentak. Seisi kelas Iam. Senyap. Wajah Enong pucat. Ia menatap Sirun.
“Iya, Nong, pukul tiga tadi.” Mata Enong mendadak merah
“Pak Cik pasti salah. Aku baru dibelikan Ayah kamus bahasa Inggris. Sebentar lagi Aku
dijemput ayah,” suaranya bergetar-getar. Ia menatap Bu Nizam minta dibela Andrea, 2010: 22.
6 Genap sebulan kutinggalkan rumah. Kecewa pada ayah. Alasannya
sungguh
absurd:
cinta. Aku menumpang dirumah Mapangi, orang bersarung kawan lamAku. Sering sepupu-sepupuku datang diutus ayah
untuk membujukku pulang, Aku bergeming Andrea, 2010: 45.
3. Gawatan
Gawatan dimulai ketika Enong harus putus sekolah untuk bekerja. Enong harus merantau dan meninggalkan keluarganya untuk mendapatkan pekerjaan.
Dalam proses mendapatkan pekerjaan Enong mengalami banyak penolakan. Pada
akhirnya Enong harus kembali ke kampung dan bekerja sebagai pendulang timah. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.
7 Enong tahu, beberapa anak perempuan tetangga sesama keluarga
pendulang telah berangkat ke Tanjong Pandan untuk bekerja sebagai penjaga toko, tukang cuci dirumah orang kaya, atau buruh pabrik. Ia
brusaha meyakinkan ibunya bahwa ia bisa bekerja seperti itu. Apa susahnya menjaga toko? Katanya Andrea, 2010: 25.
8 Namun, tak semudah sangkanya. Juragan menyuruhnya pulang dan
kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan kasar. Ketika ditanya ijasah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hampit tamat SD. Ia pun
ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau pabrik karemna tampak sangat kurus dan lemah. Penolakan ini ia alami berkali-kali, selama
berhari- hari Andrea, 2010: 33.
9 Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu,
lalu segera kembali ke danau. ia menyingsingkan lengan baju, turun kebantaran dan mulai menggali lumpur. Ia terus menggali dan menggali.
Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya betrcucuran, tubuhnya berlumur lumpur. Ia mengumpulkan galiannya kedalam dulang,
mengisinya dengan air, dan mengayak-ayaknya. Sore itu, pendulang timah perempuan timah pertama di dunia ini, telah lahir
Andrea, 2010: 49
4. Tikaian
Tikaian terjadi ketika Enong mampu mendulang timah walau hasilnya jauh dari penghasilan pendulang yang lain. Segerombolan laki-laki pendulang timah
merasa iri dan tidak suka terhadap Enong. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.
10 Enong melompat-lompat girang. Ia berputar dan menari. Ia menyanyikan
If you’re happy and you knowit, clap your hand, dan ia bertepuk tangan, sendirian, di tengah hutan. Beban yang amat berat di pundaknya
dirasakannya terlepas seketika. Akhirnya, ia menggenggam timah, akhirnya ia menggenggam harapan Andrea, 2010: 61
11 Bersemangat setelah mendapatkan timah pertama, Enong semakin giat
bekerja. Ia tidak tahu, di pasar, di balik gelapnya subuh, pria-pria bermata jahat di tempat juru taksir itu telah bersiap membuntutinya. Mereka ingin
mengintai lokasi Enong mendapat timah Andrea, 2011: 71
12 Salak anjing meraung- raung. Enong diburu seperti peladuk. Ia berlari
sekuat tenaga karena takut diperkosa berdarah karena duri dan pokok kayu yang tajam. Malangnya, ia tidak dapat berlari lebih jauh karena