Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

(1)

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA

DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XI SEMESTER II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: TYAS PRATIWI NIM : 101224094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN SASTRA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

Karya ini saya persembahkan untuk Rohmad Hadi Siswoyo dan

Sarwiji, orang tua tercinta saya yang selalu memberikan cinta, kasih

sayang, doa dan dukungan dalam kegiatan positif yang saya lakukan

setidaknya saya ingin membuat kalian tersenyum bangga.


(5)

v MOTO

“Kesopanan Adalah Pengaman yang Baik Bagi Keburukan Lainnya”

(Cherterfield)


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

Pratiwi, Tyas. 2015. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Padang Bulan

karya Andrea Hirata dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester II. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, tokoh, dan penokohan dalam novel untuk mengetahui nilai- nilai pendidikan karakter dan rlevansinya dengan pembelajaran di SMA.

Penelitihan ini merupakan penelitian kualitatif. Langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan alur, tokoh dan penokohan (2) mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter berdasarkan klasifikasinya (3) menghubungkan hasil penelitian dengan pembelajaran SMA kelas XI.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan 16 macam nilai pendidikan karakter, yaitu religius (6), jujur (2), toleransi (4), kerja keras (8), kreatif (4), mandiri (4), demokratis (2), nasionalisme (2), cinta tanah air (4), menghargai prestasi (2), tanggung jawab (3), gemar membaca (3), rasa ingin tahu (7), komunikatif (7), disiplin (5), dan peduli sosial (8).

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti memberikan saran kepada pengajar bahasa Indonesia agar dapat menjadikan novel ini sebagai suatu alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA dengan memperhatikan tiga aspek penting yaitu aspek bahasa, psikologis, dan aspek latar belakang siswa. Selanjutnya, bagi peneliti berikutnya, novel ini masih mempunyai masalah-masalah lain yang dialami oleh tokoh utama maupun tokoh tambahan yang menarik untuk diteliti dengan menggunakan kajian lainnya.

Kata kunci: nilai-nilai pendidikan karakter, novel, pembelajaran sastra. 2016


(9)

ix

ABSTRACT

Pratiwi, Tyas. 2016. The Education Character Values as Seen in Padang Bulan

Novel by Andrea Hirata and its Relevance with Literature Learning of Second Semester Senior High School Grade XI. A Thesis. Yogyakarta:

PBSI, FKIP, Sanata Dharma University.

This research reviewed the education character values as seen in Padang Bulan novel by Andrea Hirata and its relevance with the literature learning of Second Semester Senior High School Grade XI. The purpose of this research was to describe the plot, characters and characterizations of the novel to find out the education character values and its relevance with the literature learning in Senior High School.

This research was a qualitative research. The steps conducted in this research were; (1) describing plot, characters and characterization (2) describing the education character values based on its classification (3) connecting the result of the research with the literature learning in grade XI Senior High School.

In this research, the researcher found out 16 kinds of the education of character values. Those were religious (6), honesty (2), discipline (3), hard-working (8), creative (4), independent (4), democratic (2), curuosity (1), fond of reading (3), social care (11), responsibility (3).

According to the result of this research above, the researcher suggest to the Indonesian teachers for using this novel as one of alternative of literature learning in Senior High School by considering the three important aspects in choosing the

literature learning material. Those are language, psychology and the students’

background aspects. Furthemore, for the next research, this novel still has other problems wich occurred by the main character and additional characters which are interested to discuss using another reviews.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan berkat-Nya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI”, ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan memberi dorongan serta dukungannya dalam penulisan skripsi ini.

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia.

3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama yang dengan sabar dan bijaksana membimbing, menuntun, dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Y. Karmin, M.Pd, selaku dosen pembimbing kedua yang dengan sabar dan bijaksana membimbing, menuntun, dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Robertus Marsidiq karyawan sekretariat PBSI yang selalu sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan kuliah di PBSI sampai dengan menyelesaikan skripsi ini. 6. Semua dosen Program Studi Bahasa Sastra Indonesia yang memberikan

bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman kehidupan selama penulis menjadi mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

7. Ayahku tercinta Rohmad Hadi Siswoyo dan Ibuku tersayang Sarwiji yang penuh kasih sayang mendukungku, menuntunku dengan penuh perhatian, serta selalu mendoakan dan memfasilitasi penulis.


(11)

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Batasan Istilah ... 7

1.6Sistematika Penyajian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1Penelitian yang Relevan ... 9

2.2Kajian Pustaka... . 11

2.2.1 Pendidikan Karakter... ... 11

2.2.2 Novel ... ... 17

2.2.3 Unsur-unsur Sastra... ... 18

2.2.3.1 Alur... 19

2.2.3.2 Tokoh ... 21

2.2.3.3 Penokohan... 23


(13)

xiii

2.3Pembelajaran Sastra di SMA... . 24

2.4 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 26

2.4.1 Kurikulum ... 26

2.4.2 Silabus ... 27

2.4.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1Jenis Penelitian ... 29

3.2Sumber Data ... 30

3.3Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.4Instrumen Penelitian... 31

3.5Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1Deskripsi Data ... 32

4.2Analisis Data ... 33

4.2.1 Analisis Alur... 33

4.2.2 Analisis Tokoh ... 39

4.2.3 Penokohan ... 43

4.2.4 Tema ... 55

4.3Pendidikan Karakter ... 57

1. Religius ... 58

2. Jujur ... 58

3. Disiplin ... 59

4. Kerja Keras... 59

5. Kreatif ... 60

6. Mandiri ... 60

7. Demokratis ... 61

8. Rasa Ingin Tahu ... 61

9. Cinta Tanah Air ... 62

10.Menghargai Prestasi ... 62

11.Komunikatif ... 63


(14)

xiv

13.Peduli Sosial ... 64

14.Tanggung Jawab ... 64

15.Toleransi ... 65

16.Nasionalisme ... 65

4.4Relevansi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran ... 66

1. Bahasa ... 66

2. Kematangan Jiwa (Psikologis) ... 67

3. Latar Belakang Budaya ... 68

4. Novel Padang Bulan sebagai Bahan Pembelajaran ... 70

5. Silabus ... 71

6. RPP ... 74

BAB V PENUTUP ... 86

5.1Kesimpulan ... 86

5.2Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN KARTU DATA ... 91

1. Religius ... 91

2. Jujur ... 93

3. Disiplin ... 93

4. Kerja Keras... 95

5. Kreatif ... 99

6. Mandiri ... 101

7. Demokratis ... 102

8. Rasa Ingin Tahu ... 103

9. Cinta Tanah Air ... 105

10.Menghargai Prestasi ... 106

11.Komunikatif ... 107

12.Gemar Membaca ... 110

13.Peduli Sosial ... 111

14.Tanggung Jawab ... 113


(15)

xv

16.Nasionalisme ... 115

LAMPIRAN PENGGALAN NOVEL ... 117 BIOGRAFI PENULIS ... 137


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan cerminan kehidupan nyata yang imajinatif. Untuk menciptakan sastra, pengarang tidak hanya meniru atau menjiplak kehidupan nyata, namun juga mengalami proses kreatif. Sastra dapat mengoreksi kehidupan sosial masyarakat. Sastra mampu memberi dampak positif terhadap cara pikir seseorang dalam memaknai hidup. Seseorang dapat menuangkan hasil pemikirannya yang disebut karya sastra.

Seorang pengarang dapat menuangkan ide, pikiran dan perasaan melalui sebuah karya sastra. Seperti yang diungkapkan oleh Suharianto (1982: 17) karya sastra dibuat pengarang untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada para penikmatnya, mengharapkan terjadinya komunikasi imajinatif, yaitu suatu sentuhan yang dapat menimbulkan citra atau bayangan- bayangan tertentu di dalam angan-angan penikmatnya.

Sastra yang bersifat imajinatif memiliki tiga jenis (genre) sastra yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa yaitu novel. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (KBBI, 2008). Novel dipilih sebagai bahan kajian dalam penelitian ini. Menurut Nurgiyantoro (2007: 9) novel masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman : novelle). Seperti halnya karya sastra yang lain, novel termasuk fiksi. Abram dalam Nurgiyantoro (2007: 9) mengungkapkan


(17)

bahwa secara harafiah novella berarti „sebuah barang baru yang kecil‟ dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟.

Karya sastra juga dapat menghubungkan pengarang dengan pandangan dunia. Hubungan pengarang dengan pandangan dunia dalam sebuah karya sastra berintikan masalah sosial bukan hanya sekadar riwayat pribadi. Seberapa sederhananya sebuah pandangan terhadap karya sastra khususnya novel merupakan tekstualitas ideologi atau pandangan dunia. Apabila hal seperti ini diabaikan, sama saja mengabaikan pandangan dunia yang dimiliki seorang pengarang. Karena pandangan tentang dunia akan membentuk pandangan yang bersatu padu dengan keseluruhan realitas. Apalagi karya sastra meupakan sebuah hasil renungan yang dapat memberikan gambaran dan memberikan kesadaran seseorang dalam berkarya (Sumarjo dan Saini, 1991: 8-10).

Novel mengemukakan sesuatu secara bebas dan secara lebih banyak dengan melibatkan berbagai unsur pembangunan sehingga dunia imajiner yang ditampilkan merupakan dunia dalam skala besar dan kompleks. Karya sastra novel mengungkapkan berbagai pengalaman hidup manusia agar manusia lain dapat memetik pelajaran yang baik darinya (Sumardjo, 1991: 14). Pelajaran baik yang dimaksud adalah nilai- nilai pendidikan baik itu secara tersurat maupun tersirat yang dapat dipetik oleh pembaca.

Dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) dikemukakan 18 nilai karakter versi Kemendiknas, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,


(18)

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

Novel yang digunakan peneliti untuk penelitian ini adalah Padang Bulan yang diterbitkan tahun 2010. Novel ini adalah novel pertama dwilogi Padang Bulan yang disusul dengan novel Cinta di dalam Gelas. Novel ini bercerita mengenai Enong seorang anak yang ditinggal ayahnya meninggal sehingga harus putus sekolah kemudian bekerja untuk menghidupi ibu dan ketiga adiknya. Padahal Enong adalah salah satu siswi yang pintar dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Perjuangan Enong untuk tetap menghidupi keluarganya tidaklah mudah. Akhirnya, Enong memutuskan untuk hidup mandiri dan merantau ke kota. Namun di kota Enong tidak mendapatkan kerja tapi malah penolakan-penolakan yang diterimanya karena Enong masih di bawah umur dan berbadan kecil. Sampai pada pilihan terakhir, Enong harus bekerja sebagai pendulang timah. Pekerjaan ini biasanya dialukakan oleh laki-laki tetapi Enong tidak ada pilihan lain karena hanya itu jalan satu-satunya agar keluarganya tetap bisa makan. Enong sangat gigih dan pekerja keras tidak mengenal kata lelah. Walaupun hasil yang didapat Enong tidak banyak, setidaknya dia masih bisa membeli makan dan mempertahankan hidupnya dan keluarganya. Jika ada waktu senggang bekerja, Enong selalu meluangkan waktu untuk belajar bahasa Inggris karena ia sangat tertarik dengan pelajaran tersebut.

Dari sisi lain novel ini juga menceritakan tokoh Ikal (Aku) yaitu seorang laki-laki yang sangat mencintai keluarganya terutama ayahnya. Namun, pada


(19)

suatu saat ditempatkan pada pilihan yang membuatnya harus benar-benar memberikan keputusan yang sangat berat yaitu antara ayahnya atau perempuan yang dicintainya. Perempuan itu adalah A Ling seorang gadis tionghoa yang berbeda agama dan status sosial dengannya. Tetapi Ikal berusaha memberikan keputusan tanpa mengorbankan keduanya. Ikal dengan semangat dan kerja kerasnya selalu berusaha meyakinkan ayahnya, namun ayahnya belum bisa memberikan restu. Ikal selalu memberikan penjelasan kepada ayahnya bahwa toleransi antar umat beragama itu baik untuk dilakukan. Semuanya sia-sia karena ayahnya belum bisa luluh juga. Sampai pada akhirnya Ikal mendapat kabar burung bahwa A Ling sudah dipinang oleh laki-laki lain yang sangatlah tampan dan ideal, Zinar namanya. Segala macam cara dilakukan oleh Ikal untuk merebut A Ling kembali. Baik cara yang masuk akal sampai cara konyol. Singkat cerita ternyata kabar itu jauh dari kenyataan. Mereka dekat karena A Ling hanya membantu Zinar untuk mempersiapkan pernikahan. Akhir dari kesalah pahaman itu Ikal dan A ling akhirnya bersatu kembali dan ayahnya luluh dan merestuinya.

Peneliti memilih novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata karena novel ini mengandung nilai- nilai pendidikan karakter. Peneliti menghubungkan dengan pembelajaran sastra di sekolah khususnya SMA kelas XI. Relevansi penelitian ini berdasarkan kurikulum KTSP 2006. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul “ Nilai- nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester II”. Peneliti memilih novel sebagai objek penelitian karena dirasa


(20)

tepat untuk penelitian ini. Novel sering menggambarkan gejala- gejala sosial masyarakat yang juga akan berkaitan dengan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, disusun rumusan masalah sebagai berikut.

a. Bagaimana alur, tokoh, penokohan dan tema dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata?

b. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata?

c. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI?

1.3 Tujuan Penelitian

Selaras dengan permasalahan yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan dan tema dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.

b. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.


(21)

c. Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata guna pembelajaran sastra di SMA kelas XI.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Peneliti Sastra

Memberikan sumbangan dalam bidang sastra agar memperkaya pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Selain itu, diharapkan dapat menjadi acuan atau pertimbangan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan aspek pendidikan karakter dalam sebuah karya sastra dan relevansinya terhadap bahan pembelajaran di SMA kelas XI.

2. Bagi Guru Bahasa Indonesia

Memberikan suatu referensi karya sastra (novel) yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas X.


(22)

1.5Batasan Istilah

Batasan istilah operasional yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik (Depdiknas, 2008:326).

b. Karakter

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang (Kemendiknas 2011:3).

c. Nilai

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi manusia (KBBI, 2008:969).

d. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara (Kemendiknas, 2010:8).


(23)

e. Novel

Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorangan dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelakunya (Depdiknas, 2008:969).

1.6 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini disampaikan dalam 5 bab. Bab I berisi tentang Pendahuluan. Uraian mengenai pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi tentang Studi Kepustakaan. Uraian mengenai studi kepustakaan berisi penelitian terdahulu yang relevan dan landasan teori.

Bab III berisi tentang Metodologi Penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data.

Bab IV berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari deskripsi data, analisis alur, tokoh, penokohan, tema dan analisis pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan relevansinya dalam pembelajaran di SMA kelas XI.

Bab V merupakan penutup berisi tentang kesimpulan, saran dan implikasi.


(24)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sejauh ini peneliti hanya menemukan tiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian Marliya Solihah (2013), Hendry Suwoto (2010) dan Veronica Khristanti (2013). Ketiga penelitian tersebut dituangkan secara ringkas seperti berikut ini.

Penelitian Marliya Solihah (2013) berjudul Penanaman Nilai Karakter pada Siswa di MAN Wonokromo Bantul Yogyakarta. Dari hasil penelitiannya dapat dikatakan bahwa: (1) pelaksanaan proses penanaman karakter di MAN Wonokromo Bantul dilakukan dengan menggunakan dengan berbagai macam kaidah, yaitu kaidah kebertahapan, kesinambungan, momentum, motivasi intrinsik, dan kaidah pembimbing. (2) Hasil yang dicapai adalah kedisiplinan warga madrasah meningkat cukup pesat, religiusitas warga madrasah juga semakin membaik, kejujuran peserta didik juga mulai tertanam serta prestasi siswa-siswi dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan cukup tinggi baik akademik maupun non akademik. (3) Faktor pendukungnya adalah (a) kerjasama yang baik antara guru dan karyawan (b) tersedianya fasilitas yang memadai

(c) mayoritas anak-anak MAN Wonokromo bermukim di pondok pesantren. Adapun faktor penghambatnya (a) kurangnya kesadaran peserta didik, diatasi dengan mengadakan softskill, (b) Kondisi orang tua dan lingkungan tempat


(25)

tinggal yang kurang mendukung, hal ini diatasi dengan mengadakan paguyuban wali murid.

Penelitian Hendry Suwoto (2010) berjudul Nilai Pendidikan Moral pada Puisi Anak dalam Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Edisi Januari-Juni 2008 dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan RPP di SD kelas II Semester 1. Peneliti menemukan nilai pendidikan moral berdasarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Nilai pendidikan moral itu adalah bersyukur pada Tuhan, menjalankan firman Tuhan, dan berdoa kepada Tuhan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, analisis nilai pendidikan moral pada puisi anak dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di SD khususnya kelas II semester 1. Penelitian ini membuktikan adanya kesesuaian nilai pendidikan moral pada puisi anak dengan kurikulum, standar kompetensi “Mendengarkan” poin 1 tertulis “ Memahami teks pendek dan puisi anak” dan kompetensi dasar tertulis “ Mendeskripsikan isi puisi”.

Penelitian Veronica Khristanti (2013) berjudul Analisis Struktur Intrinsik dan Nilai-nilai Pendidikan dalam Cerita Film “Sang Pemimpi”. Penelitian ini menganalisis lima unsur intrinsik, yaitu tokoh, alur, latar, tema, dan amanat. Penelitian ini menjabarkan nilai-nilai pendidikan religius, nilai pendidikan sosial dan nilai pendidikan moral. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hubungan antar unsur intrinsik saling berkaitan satu sama lain.

Ketiga penelitian di atas dianggap relevan dengan penelitian ini karena mengangkat nilai-nilai pendidikan khususnya yang terdapat dalam karya sastra. Hal yang membedakan ketiga penelitian tersebut adalah genre (jenis) sastra.


(26)

Penelitian Marliya Solihah menganalisis penanaman nilai-nilai karakter pada siswa tanpa mengkhususkan pada suatu karya sastra. Sedangkan penelitian Hendry Suwoto menganilisis pendidikan moral pada karya sastra bergenre puisi dan penelitian Veronica Khristanti menganalisis nilai pendidikan dalam karya sastra bergenre drama (film). Pada penelitian ini, peneliti menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter karya sastra bergenre prosa yaitu novel.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter saat ini memang sedang marak diperbincangkan. Permasalahan mengenai budaya dan karakter bangsa menjadi salah satu sorotan yang harus kita kaji lebih dalam. Dalam hal ini alternatif yang digunakan sebagai penyelesaian masalah adalah melalui pendidikan. Pendidikan dapat membangun generasi baru yang lebih baik. Maka dari itu, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil berbagai masalah budaya dan karakter bangsa (Kemendiknas, 2010:1).

Budaya merupakan aspek yang mempengaruhi pendidikan karakter. Budaya adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai moral, norma, dan keyakinan yang menjadikan hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya yang kemudian bisa menghasilan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Ketika kehidupan manusia terus


(27)

berkembang, maka yang berkembang adalah sistem-sistem tersebut (Kemendiknas, 2010:3).

Selain budaya terdapat karakter yang menjadi bagian dari pendidikan. Karakter merupakan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Kita harus memiliki pengendalian diri sendiri dan keinginan pribadi untuk melakukan hal banyak bagi orang lain. Bisa dikatakan bahwa apabila karakter seseorang itu baik maka akan berdampak baik pula bagi orang lain.

Kehidupan yang berbudi luhur termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri sendiri sebagaimana halnya dengan kebaikan yang berorientasi pada hal lainnya dan kedua jenis ini berhubungan. Menurut Michael Novak karakter merupakan campuran kompatibel yang diidentifikasikan oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah. Tidak semua orang memiliki karakter kebaikan dan setiap orang tersebut memiliki kelemahan (Thomas Lickona 2012:81).

Menurut Thomas Lickona (2012:81), pendidikan karakter adalah segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa serta suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Selain itu pendidikan karakter juga harus mampu mengartikan pengetahuan tentang moral dan nilai-nilai baik dalam aksi dan aktivitas nyata dengan dorongan untuk selalu berbuat baik. Karena pada


(28)

dasarnya karakter adalah kebaikan seperti kejujuran, keberanian, keadilan dan kasih sayang. Ketiga kebaikan tersebut adalah disposisi yang berperilaku secara bermoral.

Karakter merupakan suatu objektivitas yang mendukung kualitas manusia, baik diketahui atau tidak. Objektivitas dapat diketahui dengan adanya kebaikan objektif yang baik bukan bersifat subjektif. Kebaikan itu memiliki kriteria-kriteria tertentu yaitu : (a) Kebaikan yang menentukan apa artinya manusia. Saat kita menjadi manusia yang utuh maka kita akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk mana yang baik dan mana yang tidak baik. (b) Kebajikan meningkatkan kebahagiaan dan kesehjahteraan seorang individu. (c) Melayani kepentingan umum sehingga memungkinkan untuk mampu hidup bermasyarakat. (d) memenuhi tes etika klasik reservibilitas dan universalisabilitas.

Dalam mewujudkan karakter yang baik seorang anak, bukanlah hal yang dapat dilakukan secara instan. Melainkan memerlukan waktu dan tahapan yang kompleks. Menurut Lawrence Kohlberg (1969) tahapan-tahapan tersebut terdapat tiga level hirarki yang masing-masing level tersebut memiliki dua tahapan. Ketiga level tersebut adalah (1) preconventional reasoning level, (2) conventional level, dan (3) postconventional level. Preconventional reasoning level adalah level yang terendah dari perkembangan moral. Tahap ini seorang anak sudah memiliki sifat yang responsif terhadap peraturan label baik dan buruk dari peraturan yang dikeluarkan oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya, dengan ditandai dengan adanya pemberian penghargaan maupun hukuman. Pada level ini anak


(29)

juga sudah bisa menafsirkan baik dan buruk secara fisis dan hedonistis (berdasarkan enak tidak enak atau suka dan tidak suka).

Level kedua adalah conventional level. Pada level ini anak tidak hanya mau berkompromi pada dirinya sendiri, namun berusaha mewujudkan secara aktif, menunjukan ketertiban dan berusaha mengidentifikasi diri mereka yang mengusahakan ketertiban sosial. Level ini terdapat dua orientasi dasar yaitu interpersonal concordance (good boy-nice girl orientation) dan law and order orientation. Dalam artian bahwa interpersonal concordance (good boy-nice girl orientation) adalah tingkah laku yang baik apabila tingkah laku seseorang mampu membuat orang lain merasa senang atau menolong orang lain. Law and order orientation lebih menekankan pada otoritas peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan pemeliharaan ketertiban sosial yang dijunjung tinggi.

Level terakhir dalam tahapan ini adalah post conventional level. Dalam tahapan ini seorang anak berusaha untuk mendapatkan perumusan nilai-nilai moral karakter yang selanjutnya berusaha untuk merumuskan prinsip yang sah, sehingga dapat diterapkan tanpa ada persoalan prinsip otoritas individu atau kelompok. Di dalam level ini terdapat dua orientasi yaitu social contract orientation dan the universal ethical principle orientation. Dengan artian bahwa social contract orientation merupakan seorang individu yang mengartikan benar atau salahnya suatu tindakan atas hak dan norma individu yang sudah teruji di masyarakat. The universal ethical principle orientation bisa dikatakan bahwa benar salahnya sesorang itu ditentukan oleh keputusan suara hati nurani individu


(30)

yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang sudah berjalan dan ditaati oleh masyarakat lingkungan.

Seperti kita ketahui karakter berfungsi di lingkungan sosial masyarakat. Akan tetapi, masyarakat tak jarang menyampingkan bahkan mengindahkan hal yang berkaitan dengan karakter. Alhasil di dalam masyarakat sebagian besar orang merasa acuh untuk melakukan hal bermoral yang akan berdampak pada anak-anak sebagai penerus suatu bangsa. Masyarakat harus mengajarkan pentingnya pendidikan karakter untuk menghindari hal tersebut pengajaran perlu dilakukan secara legitimasi di sekolah.

Pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral dalam manifestasinya merupakan sebuah kualitas karakter yang membuat nilai-nilai moral menjadi realitas yang hidup. Seseorang yang memiliki karakter yang baik maka ia akan mampu menghargai kehidupannnya dengan bersifat tanggung jawab, jujur, saling menghormati, disiplin diri, dan berperilaku sebaik mungkin kepada orang lain yang ada disekitarnya. Mengetahui diri sendiri juga merupakan sebuah jenis pengetahuan moral guna pengembangan karakter. Menjadi seseorang yang bermoral tersebut memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan diri sendiri sehingga kita mampu mengevaluasi diri kita pula sendiri.

Menurut Setya Tri Nugraha (2012), pendidikan karakter dapat dilakukan melalui tiga desain, yaitu; (a) desain berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar, (b) desain berbasis kultur sekolah, yang berusaha membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam


(31)

diri siswa, dan (c) desain berbasis komunitas. Terdapat 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

1. Religius atau sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur atau perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi atau sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain walaupun orang tersebut berbeda dari dirinya.

4. Disiplin atau tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan

5. Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif atau berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri atau sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis atau cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingin tahu atau sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat kebangsaan atau cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah air atau cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12. Menghargai prestasi atau sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca atau kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan atau sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.


(32)

17. Peduli sosial atau sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung jawab atau sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kemendiknas, 2011:9-10)

Dalam hal ini pendidikan karakter yang berbasis kelas dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Pendidikan karakter menjadi bagian dari sebuah integral dalam kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter dalam diri siswa. Maka dari itu seorang guru harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam kurikulum, silabus dan RPP.

2.2.2 Novel

Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelakunya (Depdiknas, 2008:969).

Novel termasuk karya sastra fiksi, sehingga menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2007:4).


(33)

Novel masuk ke Indonesia berasal dari bahasa itali novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Istilah novella atau novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia yakni novelet (Inggris: novelette) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2007:9-10)

2.2.3 Unsur-unsur Sastra

Karya sastra adalah salah satu kekayaan di bidang seni yang dimiliki oleh setiap negara. Setiap negara memiliki karya sastra yang beranekaragam. Termasuk di Indonesia, karya sastra digemari oleh banyak orang. Prosa, merupakan salah satu genre dalam bidang sastra yang sangat digemari khususnya anak muda.

Karya sastra yang bersifat fiksi merupakan karya yang menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam berbagai interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Khayalan penulis merupakan suatu penghayatan dan perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Karya fiksi dapat memberikan hiburan kepada pembaca dan daya tarik yang mungkin akan memotivasi pembaca untuk belajar, merasakan dan menghayati berbagai permasalahan dalam hidupnya (Nurgiyantoro, 2009: 3).

Unsur pembangun dalam karya fiksi tebagi menjadi dua yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri secara langsung, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, namun secara tidak langsung


(34)

mempengaruhi bangunan atau system organisasi karya sastra (Nurgiyantoro, 2009:23).

Dalam menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, tidak semua unsur diperlukan untuk dianalisis. Hal ini dikarenakan tidak semua unsur dapat menghasilkan nilai-nilai karakter yang relevan dengan pembelajaran sastra. Adapun unsur yang diperlukan untuk dianalisis adalah unsur intrinsik dari novel Padang Bulan karya Andrea Hirata yaitu alur, tokoh, penokohan dan tema.

2.2.3.1 Alur

Alur adalah jalan cerita yang disampaikan oleh suatu karya sastra. Alur juga bisa berarti tahapan-tahapan dalam perjalanan sebuah peristiwa yang terjadi. Alur merupakan cerita yang berisi urutan peristiwa, tetapi setiap peristiwa itu dihubungkan secara klausal. Dengan adanya sebuah alur, sebuah karya menjadi jelas tentang kaitannya dari peristiwa satu ke peristiwa lainnya dan memiliki hubungan yang erat antar peristiwa.

Alur sebuah cerita tidak selalu menyajikan urutan peristiwa secara kronologis. Peristiwa awal cerita tidak harus berada di bagian awal melainkan dapat terletak di bagian mana pun. Pengarang memiliki kebebasan kreativitas, ia dapat memanipulasi urutan waktu kejadian sekreatif mungkin, tidak harus bersifat linier kronologis. Dari sinilah kita dapat membedakan alur ke dalam dua kategori yaitu kronologis dan tak kronologis (Nurgiyantoro,2007).


(35)

Sudjiman (1992:30) memaparkan alur sebagai berikut: (1) Paparan/ exposition, (2) Rangsangan/ inciting moment, (3) Gawatan/ rising action,

(4) Tikaian/ conflict, (5) Rumitan/ complication, (6) Klimaks/ climax, (7) Leraian/ falling action, (8) Selesaian/ denouement.

Struktur awal yang meliputi paparan, rangsangan dan gawatan. Paparan merupakan fungsi utama sebuah cerita atau keterangan sekadarnya untuk mempermudah pembaca dalam mengikuti kisah selanjutnya. Rangsangan sering ditimbulkan dengan masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator misalnya dengan datangnya berita yang merusak keadaan yang semula selaras. Gawatan lebih merujuk pada tegangan yang dapat menyebabkan pembaca terpancing rasa keingintahuannya dengan kelanjutan cerita dan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh tokoh tersebut.

Struktur tengah meliputi tikaian, rumitan, klimaks. Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat dari sebuah pertentangan yang terjadi. Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam, dengan masyarakat atau tokoh lain. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Klimaks adalah muslihat berwujud orang atau barang yang muncul tiba-tiba dan memberikan pemecahan atau jalan keluar atas semua kesulitan atau permasalahan.

Struktur akhir meliputi leraian dan selesaian. Leraian adalah peristiwa yang menunjukan perkembangan kearah selesaian. Sedangkan selesaian adalah bagian akhir dari penutup sebuah cerita. Dalam selesaian mengandung


(36)

penyelesaian masalah yang melegakan dan juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan.

2.2.3.2 Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Individu rekaan itu dapat berupa manusia atau binatang (Sudjiman, 1990:79). Menurut Abrams (1981:20) tokoh adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam sebuah karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (periferal) (Nurgiyantoro, 2007:176).

a. Tokoh Utama (sentral)

Tokoh yang diutamakan dalam pencitraannya atau tokoh yang paling banyak di ceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Selain itu juga selalu berhubungan dengan tokoh lain, ia selalu hadir sebagai pelaku atau yang dikenai kejadian dan konflik.

b. Tokoh Tambahan (periferal)

Tokoh yang kemunculan dalam suatu cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya keterkaitan dengan tokoh utama secara langsung maupun tidak langsung. Tokoh tambahan dalam suatu cerita sangat diperlukan kehadirannya untuk mendukung tokoh utama.


(37)

Adapun teknik yang digunakan pengarang untuk menggambarkan sifat pada tokoh. Altenbernd & Lewis (Burhan, 2009:194) menyebutnya dengan teknik ekspositori dan teknik dramatik.

a. Teknik Ekspositori

Teknik ekspositori biasa juga disebut dengan teknik analitik adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Pengarang menghadirkan tokoh secara langsung atau tidak berbelit-belit dengan disertai deskripsi berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku atau bahkan ciri-ciri fisiknya (Burhan, 2009:194).

b. Teknik Dramatik

Teknik dramatik ini dalam penggamabaran tokohnya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Akan tetapi pengarang membiarkan para tokoh cerita menunjukan kediriannya sendiri melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan baik secara verbal atau kata-kata maupun non verbal.atau tindakan dan tingkah laku (Burhan, 2009:198).


(38)

2.2.3.3 Penokohan

Sudjiman (1992:23) penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh. Jones dalam Nurgiyantoro (2007:165) mengemukakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Waluyo (1994: 164-165) mengemukakan penokohan dan perwatakan mempunyai hubungan yang erat. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang memilih dan menentukan tokok-tokohnya, perawatakan berhubungan dengan karakteristik/ watak dari tokoh-tokohnya dalam cerita.

Istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007:166).

Ada beberapa metode penokohan. Pertama menurut Hudson dalam Sugihastuti dan Suharto (2010:50), yaitu metode analitik atau metode langsung. Pengarang melalui narator memaparkan sifat-sifat, hasrat, pikiran dan perasaan tokoh. Kedua menurut Panuti Sudjiman dalam Sugihastuti dan Suharto (2010:51), yaitu metode tidak langsung yang disebut juga metode ragaan atau metode dramatik. Watak tokoh dapat disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang narator. Ketiga menurut Kenney dalam Sugihastuti dan Suharto (2010:51), yaitu metode konstektual. Melalui


(39)

metode ini watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan narator mengacu pada tokoh cerita.

2.2.3.4 Tema

Tema adalah dasar atau gagasan umum dalam sebuah novel. Gagasan dasar umum yang ditentukan sebelumnnya oleh pengarang yang dipergunakan pengarang untuk mengembangkan sebuah cerita. Dengan kata lain cerita akan “setia” mengikuti gagasan umum yang telah diterapkan sebelumnya sehingga berbagai peristiwa, konflik, pelataran, dan penyudutpandangan diusahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut (Nurgiyantoro, 2009:70).

2.3 Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik dalam membentuk karakter siswa yang berbudaya. Dunia pendidikan juga tidak lepas dari pembelajaran sastra. Secara umum sastra adalah sebuah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, dan keindahan dalam isi serta ungkapan (Sudjiman, 1990:71). Selain itu, Rahmanto (2005:27 – 28) mengklasifikasikan tiga aspek penting dalam memilih pengajaran sastra, yaitu: pertama dari segi bahasa, kedua dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan ketiga dari segi latar belakang kebudayaan para siswa. a. Bahasa

Bahasa merupakan aspek yang paling penting dalam berkomunikasi, begitu pula dalam pembelajaran sastra. Tingkat penguasaan kosa kata anak SD dan SMA akan berbeda. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan faktor-faktor seperti: cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu


(40)

penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Selain itu, perlu juga diperhatikan cara penulis menuangkan ide-idenya dan hubungan antar kalimat dalam wacana itu sehingga peserta didik dapat memahami bahasa atau kata-kata kiasan yang digunakan.

b. Kematangan Jiwa

Setiap orang pasti mengalami perkembangan psikologi. Hal ini juga harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada kemampuan berpikirnya, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan dalam memecahkan suatu masalah. Rahmanto (2005: 30) menyajikan tahap perkembangan psikologi anak untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan psikologi anak-anak SD dan anak-anak SMA.

1. Tahap pengkhayal (8 – 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

2. Tahap romantik (10 – 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Anak mulai menyukai cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.

3. Tahap realistik (13 – 16 tahun)

Pada tahap ini anak benar-benar terlepas dari dunia fantasi. Mereka terus berusaha mengetahui dan mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.


(41)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena.

c.Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya juga harus diperhatikan. Secara tidak langsung, peserta didik akan lebih tertarik dengan karya-karya sastra yang mempunyai hubungan erat dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, guru juga harus bisa memahami apa yang diminati oleh para peserta didik sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki oleh para peserta didiknya. Perlu kita ketahui bahwa pengajaran sastra dapat membantu meningkatkan keterampilan bahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta membantu pembentukan watak peserta didik.

2.4 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2.4.1 Kurikulum

Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan diwujudkan dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang relevan dengan hasil analisis novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan didasarkan pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (BSNP, 2006). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang membahas mengenai


(42)

Standar Nasional Pendidikan Bab I Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah “kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”.

KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan satuan silabus. Kurikulum KTSP merupakan penyempurnaan kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2009:17).

Pengembangan budaya dan karakter bangsa pada prisnsipnya tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Maka dari itu seorang guru harus bisa mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang ada (Kemendiknas 2011:11).

2.4.2 Silabus

Silabus merupakan penjabaran standar konpetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian BSNP. Silabus adalah sebuah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ alat/ bahan belajar.


(43)

2.5.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang di dalamnya terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.


(44)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data-data untuk penelitian ini bersumber dari artikel, ensiklopedia, jurnal dan lain-lain. Buku pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, untuk sumber lainnya adalah tulisan-tulisan yang membahas mengenai pendidikan karakter dan berbagai novel karya Andrea Hirata. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi (content analysis). Metode ini lebih berpusat pada kedalaman makna isi teks bacaan khususnya teks sastra yang bersangkutan dengan novel. Penelitian ini tidak menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menganalisis aspek pendidikan karakter sebuah karya sastra dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan relevansinya dalam pembelajaran di SMA kelas XI.

Metodologi penelitian ini akan dipaparkan menjadi beberapa bagian yaitu : (1) Subjek penelitian, (2) Sumber data dan data, (3) Teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) Teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena dianggap cocok untuk menggambarkan aspek pendidikan karakter yang terjadi dalam karya sastra khususnya novel. Menurut Bogdan dan Taylor (via Moleong, 2008:4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian


(45)

ini juga menggunakan penelitian deskriptif. Deskriptif merupakan sebuah penggambaran yang apa adanya mengenai suatu variabel, gejala atau suatu keadaan yang terjadi.

3.2 Sumber Data

Suharsimi Arikunto (2002:107) menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofland and Lofland (via Moleong, 2007:157) ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain.

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Novel ini diterbitkan tahun 2010. Panjang novel ini terdapat 253 halaman. Data yang diambil adalah nilai-nilai pendidikan karakter.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik untuk memperoleh data yang diperlukan atau proses pengadaan data untuk keperluan penelitian (Nazir, 1988:221). Proses pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menggunakan kartu data adalah sebagai berikut.

1. Peneliti membaca novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.

2. Peneliti mencatat data berupa kalimat atau percakapan yang menunjukkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel.


(46)

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Moleong (2007:168) bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai alat pengumpul data utama. Peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peniliti menjadi si pelapor hasil penelitiannya. Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan melakukan observasi (pengamatan secara langsung). Oleh sebab itu, peran manusia dalam penelitian ini sangatlah penting.

3.5 Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Peneliti mencatat alur, tokoh, penokohan, dan tema dalam novel.

2. Peneliti mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, dan tema dalam novel. 3. Peneliti mengidentifikasi kalimat dengan menggaris bawahi kalimat atau

paragraf yang mengandung nilai pendidikan karakter dalam novel.

4. Data-data yang diperoleh dari proses identifikasi kemudian diklasifikasikan sesuai klasifikasi yang ditentukan dalam nilai-nilai pendidikan karakter.

5. Setelah proses klasifikasi, data kemudian dideskripsikan pada kartu data. 6. Peneliti menghubungkan novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ke


(47)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Pada bagian ini peneliti memaparkan data yang berupa kalimat-kalimat yang menunjukkan alur, tokoh dan penokohan, dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Peneliti memilih tiga dari enam unsur intrinsik yang ada karena tiga unsur bisa membantu dalam menemukan nilai pendidikan karakter. Dipaparkan data berupa kalimat yang menunjukkan nlai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.

Peneliti menganalisis pendidikan karakter di dalam novel tersebut. Dari 18 nilai pendidikan karakter peneliti menemukan 16 nilai pendidikan karakter. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

Pada penelitian ini peneliti menganalisis unsur instrinsik antara lain (1) Alur terdiri dari struktur awal (paparan, rangsangan, gawatan), struktur tengah (tikaian, rumitan, klimaks) dan struktur akhir (leraian, selesaian). (2) Tokoh dan penokohan yang terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. Kemudian menganalisis nilai pendidikan karakter dan secara keseluruhan peneliti menemukan 69 kalimat dengan 16 macam nilai pendidikan karakter di antaranya religius (6), jujur terdapat (2), toleransi (4), kerja keras (8), kreatif (4), mandiri (4), demokratis (2), nasionalisme (2), cinta tanah air (4), menghargai prestasi (2),


(48)

tanggung jawab (3), gemar membaca (3), rasa ingin tahu (6), komunikatif (6), disiplin (5), dan peduli sosial (8).

4.2 Analisis Data. 4.2.1 Analisis Alur

Panuti Sudjiman (1992: 30) mengatakan bahwa di dalam alur terdapat tiga analisis struktur. Struktur awal yang terdiri atas paparan, rangsangan, dan gawatan. Struktur tengah meliputi tikaian, rumitan, dan klimaks. Struktur akhir meliputi leraian dan selesaian.

1. Paparan

Novel Padang Bulan ini berkisah tentang kehidupan seorang perempuan bernama Enong atau Maryamah yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ia gadis kecil yang cerdas dan pantang menyerah. Di sisi lain novel ini juga meceritakan tokoh Aku (Ikal), seorang anak yang sangat menyayangi dan bangga akan pekerjaan ayahnya. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.

(1) Enong adalah panggilan sayang untuk anak perempuan. Begitulah cara Zamzami memanggil anak tertuanya (Andrea, 2010: 10)

(2) Enong duduk di kelas enam SD dan merupakan siswa yang cerdas. Pelajaran favoritnya bahasa Inggris dan cita-citanya ingin menjadi guru seperti Bu Nizam (Andrea, 2010: 7)

(3) Aku senang melihat ayah melompat ke dalam bak truk itu. Ia, pria gagah itu, penguasa sembilan kunci inggris anak- beranak itu, adalah ayahku, begitu kata hatiku. Lalu Aku tidur lagi, sambil tersenyum (Andrea, 2010: 19)


(49)

2. Rangsangan

Rangsangan dalam novel Padang Bulan mulai muncul ketika Zamzami, ayah Enong mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Ekonomi keluarga Enong semakin terpuruk karena sudah tidak memiliki tulang punggung lagi. Enong harus rela putus sekolah. Rangsangan juga terjadi pada tokoh Ikal (Aku), yang pada situasi ini menceritakan ketidaksetujuan ayah Ikal akan hubungan asmaranya dengan A Ling sehingga Ikal terpaksa memusuhi ayahnya sendiri. Hal tersebut tampak dari kutipan berikut.

(4) Syalimah bergembira melihat seseorang bersepeda dengan cepat. Jika orang itu Sirun telah pulang, pasti suaminya segera pula pulang. Namun, Sirun berbelok menuju rumah Syalimah dengan tergesa- gesa buruh kasar itu langsung masuk dengan gemetar mengatakan telah terjadi kecelakaan. Zamzami tertimbun tanah. Syalimah terpAku di tempatnya berdiri. Napasnya tercekat. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Sirun memintanya menitipkan anak-anaknya kepada tetangga dan mengajaknya ikut ke tambang (Andrea, 2010: 7).

(5) ―Kau harus pulang, Nong, ayahmu meninggal.‖

Enong yang sedang ingin mengucapkan sesuatu, terserentak. Seisi kelas Iam. Senyap. Wajah Enong pucat. Ia menatap Sirun. ―Iya, Nong, pukul tiga tadi.‖

Mata Enong mendadak merah

―Pak Cik pasti salah. Aku baru dibelikan Ayah kamus bahasa Inggris. Sebentar lagi Aku dijemput ayah,‖ suaranya bergetar-getar. Ia menatap Bu Nizam minta dibela (Andrea, 2010: 22).

(6) Genap sebulan kutinggalkan rumah. Kecewa pada ayah. Alasannya sungguh absurd: cinta. Aku menumpang dirumah Mapangi, orang bersarung kawan lamAku. Sering sepupu-sepupuku datang diutus ayah untuk membujukku pulang, Aku bergeming (Andrea, 2010: 45).

3. Gawatan

Gawatan dimulai ketika Enong harus putus sekolah untuk bekerja. Enong harus merantau dan meninggalkan keluarganya untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam proses mendapatkan pekerjaan Enong mengalami banyak penolakan. Pada


(50)

akhirnya Enong harus kembali ke kampung dan bekerja sebagai pendulang timah. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.

(7) Enong tahu, beberapa anak perempuan tetangga sesama keluarga pendulang telah berangkat ke Tanjong Pandan untuk bekerja sebagai penjaga toko, tukang cuci dirumah orang kaya, atau buruh pabrik. Ia brusaha meyakinkan ibunya bahwa ia bisa bekerja seperti itu. Apa susahnya menjaga toko? Katanya (Andrea, 2010: 25).

(8) Namun, tak semudah sangkanya. Juragan menyuruhnya pulang dan kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan kasar. Ketika ditanya ijasah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hampit tamat SD. Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau pabrik karemna tampak sangat kurus dan lemah. Penolakan ini ia alami berkali-kali, selama berhari- hari (Andrea, 2010: 33).

(9) Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu, lalu segera kembali ke danau. ia menyingsingkan lengan baju, turun kebantaran dan mulai menggali lumpur. Ia terus menggali dan menggali. Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya betrcucuran, tubuhnya berlumur lumpur. Ia mengumpulkan galiannya kedalam dulang, mengisinya dengan air, dan mengayak-ayaknya. Sore itu, pendulang timah perempuan timah pertama di dunia ini, telah lahir

(Andrea, 2010: 49) 4. Tikaian

Tikaian terjadi ketika Enong mampu mendulang timah walau hasilnya jauh dari penghasilan pendulang yang lain. Segerombolan laki-laki pendulang timah merasa iri dan tidak suka terhadap Enong. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.

(10)Enong melompat-lompat girang. Ia berputar dan menari. Ia menyanyikan

If you’re happy and you knowit, clap your hand, dan ia bertepuk tangan, sendirian, di tengah hutan. Beban yang amat berat di pundaknya dirasakannya terlepas seketika. Akhirnya, ia menggenggam timah, akhirnya ia menggenggam harapan (Andrea, 2010: 61)

(11)Bersemangat setelah mendapatkan timah pertama, Enong semakin giat bekerja. Ia tidak tahu, di pasar, di balik gelapnya subuh, pria-pria bermata jahat di tempat juru taksir itu telah bersiap membuntutinya. Mereka ingin mengintai lokasi Enong mendapat timah (Andrea, 2011: 71)

(12)Salak anjing meraung- raung. Enong diburu seperti peladuk. Ia berlari sekuat tenaga karena takut diperkosa berdarah karena duri dan pokok kayu yang tajam. Malangnya, ia tidak dapat berlari lebih jauh karena


(51)

didepannya mengadang tebing yang curam. Dibawah tebing itu mengalir sungai yang berjeram-jeram. Enong menoleh ke belakang. Anjing-anjing pemburu sudah dekat. Ia berlari menuju tebing dan tanpa ragu ia meloncat. Tubuh kecilnya melayang, lalu berdentum dipermukaan sungai. Ia tenggelam bak batu, tak muncul lagi (Andrea, 2010: 72). 5. Rumitan

Situasi semakin menegangkan ketika A Ling ternyata sudah bersama lelaki lain dan Ikal merasa kecewa. Ikal berusaha menemui laki-laki itu. Zinar namanya, lelaki yang tampan dan seorang atlit yang serba bisa. Di sisi lain rumitan juga terjadi pada Enong yang kebingungan mencari kata bahasa inggris yang dikirim oleh sahabat penanya Yang dikenalnya lewat katalog. Hal tersebut pada kutipan berikut

(13) Selidik punya selidik, soal seorang pria menjemput A Ling itu rupanya telah beberapa kali terjadi. Informasi itu ku dapat dari Detektif M.Nur (Andrea, 2010: 78).

(14) Beberapa hari kemudian,sungguh mengejutkan, melalui jaringan penggosip warung kopi, kudengar kabar angin yang merisaukan bahwa lelaki itu akan melamar A Ling. Skandal pun dimulai (Andrea, 2010: 79). (15) Diluar pertimbangan itu, Aku pun sesungguhnya ingin bertemu dengan Zinar. Sungguh Aku ingin tahu, bagaimana muka orang yang telah membuat A Ling mabuk kepayang. Macam mana pula muka orang yang telah membuatku sengsara (Andrea, 2010: 99).

(16) Setelah dua jam bersepeda, Aku sampai. Aku berbelok ke sebuah jalan di seberang bioskop lama. Nun di ujung sana di pojok, nampak sebuah toko. Seperti gambaran Detektif M.Nur, itulah toko Zinar. Aku makin tergesa mengayuh. Emosi telah sampai ke ubun-ubun (Andrea, 2010: 100). (17) Kening Enong berkerut. Agaknya ia tak berhasil menemukan kata yang

ia cari. Ia meletakkan kamus itu Iatas meja loket, lalu mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Ia membuka buku yang kumal itu, mencari-cari halaman tertentu, dan menemukannya. Ia mengeja sebuah kata yang tertulis disitu seakan menyakinkan dirinya agr tidak salah melihat rangkaian hurufnya, kemuIan melu mencari-cari lagi didalam kamus tadi (Andrea, 2010: 119).


(52)

6. Klimaks

Klimaks terjadi ketika tokoh Enong dan Ikal bertemu tanpa sengaja di kantor pos dan akhirnya merekapun berteman. Ikal menceritakan kisah pilu percintaannya dengan A Ling. Begitu pula Enong, menceritakan ketertarikannya akan bahasa Inggris. Enong, Ikal dan Detektif M. Nur berencana akan pergi ke Tanjong Pandang bersama-sama walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun pada akhirnya Ikal dan Detektif M. Nur balik ke kampung dan mengurungkan niatnya untuk ke Jakarta. Mereka menyusun berbagai rencana untuk mengalahkan Zinar di perlombaan 17 Agustus, namun semuanya sis-sia karna Zinar menaklukkan Ikal dengan mudahnya.

(18) Dari warung kopi, Aku berpisah dengan Detektik M.Nur karena Aku mau ke kantor pos untuk mengirim surat-surat lamaran kerja ke perusahaan-perusahaan di Jakarta. Bagaimanapun berat keadaanku, kucoba mengumpulkan semangat dan bersikap realistis. Aku mengirim banyak surat lamaran. Sampai bosan rasanya Aku menulis kalimat Atas perhatian pertimbangan Bapak/ Ibu, saya ucapkan terimakasih dan To whom it may concern. Harapanku, jika menerima panggilan nanti, Aku telah berada di Jakarta. Di kantor pos itulah, ketika sedang menempel-nempelkan prangko, nasib mempertemukanku dengan Enong (Andrea, 2010: 118).

(19) Pertemuan dengan Enong berlanjut dengan obrolan panjang tentang minatnya akan bahasa Inggris. Ia memperlihatkan padAku berbagai macam katalog yang didapatnya dari Tuan Pos. Aku terkesan akan semangat dan jiwa humornya. Aku diserbu energi positif perempuan itu (Andrea, 2010: 120).

(20) Bus meluncur. Kami melihat orang-orang melambai sampai jauh. 4 jam kemuIan kami sampai di Tanjong Pandan. Yang akan kami lAkukan pertama kali adalah mengantarkan Enong mendaftar ke kursus bahasa Inggris (Andrea, 2010: 135).

(21) Kami berbalik. Tiba-tiba Aku merasa sangat senang. Detektif M. Nur pun tampaknya begitu. Aneh, kami girang dalam kebodohan dan ide-ide konyol yang meluap-luap. Sambil tertawa cekikikan, kami menarik lagi tas koper yang berat dan membopong ransel-ransel. Aneh lagi, sekarang rasanya ringan. Kami berlari pontang-panting mengejar truk ikan asin yang akan kembali ke kampungku. (Andrea, 2010: 145).


(53)

Ibu tercengang. ―Apa katamu?‖

―Aku mau bertanding catur melawan Zinar‖ (Andrea, 2010: 147). (23) Para penonton kembali bertepuk tangan untuk Zinar. Tak ada, satupun

tak ada, tepuk tangan untukku. Dan mengharapkan itu, seharusnya tak pantas. Dari omongan penonton kudengar bahwa kematian rajAku adalah kematian tercepat dalam sejarah pertandingan catur 17 Agustus di kampung ku sejak pertandingan itu dimulai berpuluh tahun silam. Memalukan (Andrea, 2010: 165).

(24) Aku telah digulung Zinar di papan catur. Aku telah dimakzulkan di meja pingpong. Aku telah dicadangkan secara abadi di lapangan sepak bola (Andrea, 2010: 189).

7. Leraian

Leraian adalah tahap alur yang menunjukkan bahwa tegangan akibat terjadinya tikaian telah menurun. Leraian terjadi ketika Ikal memutuskan untuk pergi ke Jakarta mencari pekerjaan. Walaupun keputusannya ini gagal untu terealisasi karena A Ling tiba- tiba muncul dan menjelaskan apa yang terjadi. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.

(25) Dari bantaran sungai yang menyedihkan itu, kukayuh lagi sepeda ke rumah Mualim Syahbana untuk mengatakan bahwa Aku akan ikut dengannya berlayar ke Jakarta minggu depan. Lalu, ku temui Pamanku untuk pamit (Andrea, 2010: 227).

(26) Akhirnya, akhir dari semua hal yang menyakitkan itu adalah keputusan yang pahit yan harus kuambil, yaitu meninggalkan kampung dan mungkin taklan pernah kembali. Aku tak dapat tinggal disini. Aku tak dapat melihat Zinar tanpa merasa cemburu. Aku tak dapat melihat A Ling tanpa merasa patah hati. Aku tak dapat melihat ibuku tanpa rasa malu, dan Aku tak dapat melihat ayahku tanpa rasa bersalah (Andrea, 2010: 236).

(27) Aku melangkah menuju pintu, membukanya, dan Aku terperanjak tak kepalang melihat seorang perempuan berdiri di tengah pekarangan: A Ling (Andrea, 2010: 242).

(28) Belum sempat Aku ambil ancang-ancang dua bilah alis padang tertarik ke atas. Perempuan Ho Pho itu merepet dalam bahasa Khek campur Melayu. Katanya ia tak bisa menemuiku lantaran sibuk membantu sahabat pamannya membuka toko dan menyiapkan perkawinananya. Disela-sela omelan dengan kecepatan gigi empat ku dengar beberapa kali ia menyebut moi nyin, khet fun. Aku paham kebiasaan lama orang Ho


(54)

Pho menggunakan jasa moi nyin, semacam comblang untuk memasang-masangkan calon mempelai (Andrea, 2010: 243)

8. Selesaian

Selesaian dalam novel Padang Bulan ini berakhir Happy Ending. Ikal sangat senang karena A Ling wanita yang dicintainya telah kembali. Kesalah pahaman yang bersumber dari Detektif M. Nur sudah terselesaikan. Tanpa di duga Ayah Ikal yang semula menentang hubungan mereka lambat laun mulai dapat menerimanya

(29) Ke hadapan kawanku, Ikal...

Melalui Joze Rizal, kusampaikan permohonan maaf karena telah keliru memberikan informasi soal A Ling dan Zinar tempo hari. Lapangkan dadamu untuk mengampuni Sahabatmu yang malang dan penuhh kesilapan ini. Sebai tebusan kesalahanku, marilah kita ke bioskop A Nyau menonton pelem DrAkula Mantu. Karcis? Usahlah kau resahkan, serahkan urusanmu itu padAku.

M. Nur, Detektif yang penuh penyesalan (Andrea, 2010: 247).

(30) Di sudut sana ku lihat ayahku. Ia memperhatikanku dengan A Ling, dan ia tersenyum. Aku tak tahu apa yang akan terjadi pada hari-hari mendatang masa depan milik Tuhan. Tapi saat ini Aku tahu bahwa pertikaian antara Aku dan Ayah telah berakhir dengan damai (Andrea, 2010: 251).

4.2.2 Analisis Tokoh

Uraian alur di atas, digunakan sebagai pedoman menentukan tokoh utama dan tokoh tambahan dari novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Tokoh utama dalam novel ini adalah Ikal atau tokoh Aku dan Enong. Hal ini dibuktikan berdasar uraian alur diatas, tokoh Ikal dan Enong merupakan tokoh yang paling sering muncul dan diceritakan dalam novel tersebut. Tokoh Ikal dan Enong selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, baik sebagai pelaku kejadian ataupun yang


(55)

dikenai kejadian, sedangkan tokoh Detektif M. Nur, Syalimah, Zamzami, A Ling, Zinar, Paman dan Bibi merupakan tokoh tambahan.

1. Enong

Salah satu tokoh utama dalam novel Padang Bulan adalah Maryamah. Tokoh Enong ini dapat dikatakan sebagai tokoh utama karena dalam pencitraannya, tokoh ini banyak di ceritakan, baik sebagai pelaku kejaIan maupun yang dikenai kejaIan. Selain itu juga selalu berhubungan dengan tokoh lain, ia hadir sebagai pelaku atau yang dikenai kejaIan dan konflik.

Enong siswa kelas 6 SD yang sangat cerdas. Tetapi Ia terpaksa harus putus sekolah setelah ayahnya meninggal. KemuIan ia memutuskan untuk mencari pekerjaan demi kelangsungan hidup adik-adiknya. Hal tersebut dapat dilihat daari kutipan berikut.

(31)Enong duduk di kelas enam SD dan merupakan siswa yang cerdas. Pelajaran favoritnya bahasa Inggris dan cita-citanya ingin menjadi guru seperti Bu Nizam (Andrea, 2010: 7)

(32)Syalimah semula menolak. Berat baginya melepaskan Enong dari sekolah dan harus bekerja jauh dari rumah. Anak itu baru kelas enam SD. Tapi akhirnya ia luluh karena Enong mengatakan tak bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti sekolah karena biaya. Ia sendiri rela mengorbankan sekolahnya (Andrea, 2010: 25)

Enong adalah gadis yang tangguh walaupun fisiknya yang kecil dan lemah sering menjadi alasan penolakan saat melamar pekerjaan namun ia pantang menyerah. Ia juga santun dalam berbicara.

(33) ―Pulang sana! Kalau sudah besar, datang lagi!‖

Padahal, Enong sudah memakai baju empat lapis. Enong berpamitan dengan santun dan pergi dengan perut lapar. Pada juragan pabrik tali, ia membanting harga habis-habisan (Andrea, 2010: 36).


(56)

2. Ikal (Aku)

Ikal (Aku) adalah tokoh utama selain Enong. Awal dari novel ini, tokoh Aku memang belum begitu dominan karena didominasi oleh tokoh Enong. Namun ditengah cerita sampai akhir tokoh Aku sangat mendominasi cerita. Tokoh Ikal digambarkan sebagai pemuda yang postur tubuhnya tidak tinggi. Hal tersebut tercermin dari kutipan berikut

(34) Jika menghapus papan tulis, Aku harus naik bangku dan ditertawakan seisi kelas. Pada lomba azan, tiang mikrifon harus diturunkan. Karena tidak bisa diturunkan lebih rendah lagi, mikrofon harus di pegangi panitia sehinga menimbulkan pemandangan menggelikan (Andrea, 2010: 190) (35) Beranjak remaja, jika nonton film di Markas Pertemuan Buruh, Aku

harus duduk paling depan. Layar dan pengeras suara TOA terlalu dekat pandangan berpendar, telinga berdengung, dan kepala pening. Keluar gedung, Aku berjalan limbung seperti orang habis diputar-putarkan (Andrea, 2010: 191).

3. Detektif M. Nur

Detektif M. Nur adalah tetangga dan sekaligus teman Ikal. Badan keci, rambut Ikal dan kulit gelap menjadi salah satu cirinya. Ia juga membantu Ikal dalam usahanya mendapatkan A Ling.

(36) Mari kuceritakan sedikit soal Ichsanul Maimun bin Nurdin Mustamin pada mu, Kawan. Ia seumur denganku dan adalah tetanggAku. Badannya kecil. Maka, bolehlah ia dsebut kontet. Kulitnya gelap, rambutnya keriting kecil-kecil. Alisnya hanya satu setengah. Maksudnya, setengah alis mata kirinya tak ada sebab terbakar ketika ia meniup karbit yang menyala di dalam meriam bambu. Sisa alis itu hanya berupa bulu yang remang-remang. Kurasa semua itu akibat kualat pada guru ngaji di masjid (Andrea, 2010: 41).

(37) Semuanya karena satu alasan, yaitu penampilan Detektif memang kurang meyakinkan. Ia adalah lelaki kontet dengan rambut Ikal kusut seperti telah Iaduk anak-anak tawon (Andrea, 2010: 234).

(38) Bahkan, baru mengirim salaam saja sudah ditolak. Sungguh mengiriskan nasib lelaki itu. Warna kulitnya tidak ideal berdasarkan versi orang marketing produk-produk kecantikan yang tak tahu adat itu (Andrea, 2010: 233)


(57)

4. Syalimah

Syalimah adalah ibu dari Enong. Awal cerita syalimah digambarkan sebagai seorang janda yang masih cantik. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.

(39) ―Tak terbilang banyaknya duda dan bujang lapuk di kampung ini, Mah,‖ kata Sirun, sepupunya.

―Rupamu masih pula elok dipandang.‖ (Andrea, 2010: 86). 5. Zamzami

Tokoh Zamzami adalah Ayah Enong. Kerja sepanjang hari demi keluarganya membuat badannya terlihat kurus. Zamzami meningga tertimbun tanah saat mendulang timah. Hal ini tercermin dalam kutipan berikut

(40) Orang- orang berhamburan kearah tangan itu. Syalimah gemetar karena tangan yang menjulur itu terbuka. Suaminya telah tertimbun dalam keadaan terlentang. Para penambang cepat-cepat menarik Zamzami. Ketika berhasil ditarik, lelaki kurus itu tampak seperti tak bertulang tubuhnya telah patah. Pakaiannya compang-camping menyedihkan. Zamzami Iam tak bergerak. Semuanya telah terlambat

(Andrea, 2010: 7-8) 6. Zinar

Tokoh Zinar adalah pemuda yang dicurigai Ikal dan Detektif M. Nur sebagai calon suami A Ling. Zinar digambarkan sebagai pemuda yang tampan dan berbadan tinggi. Wajahnya nyaris sempurna. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut.

(41)Ikal yang budiman...

Nama orang itu adalah Zinar! Nama yang hebat, bukan? Nama itu seindah orangnya. Tampan bukan buatan, Boi.

Tinggi semampai. Kurasa kau harus datang ke rumAku untuk membicarakan hal ini!

Ttd,

M. Nur, Detektif (Andrea, 2010: 82).

(42)Seketika Aku terkesiap. Ya, ampun, lengkap sudah penderitaanku, Detektif M. Nur sama sekali tak berdusta. Pria didepanku ini memang ganteng bukan buatan. Wajahnya seperti bercahaya, hidungnya teguh,


(58)

keningnya bagus, dan matanya teduh. Tubuhnya sangat atletis. Aku kesulitan bernapas karena diterpa sebuah pesona. Ia tersenyum dengan ramah dan mempersilakanku duduk (Andrea, 2010: 105)

7. A Ling

Tokoh A Limg adalah perempuan Tionghoa yang dicintai Ikal. Gambaran fisik A Ling mungkin hampir sama dengan kebanyakan warga Tionghoa pada umumnya dan berambut panjang.

(43) Punai-punai itu kemuIan bangkit bak tokoh raksasa dengan satu nyawa, lalu terangkat seperti helikopter ingin lepas landas, dan terbang mengelilingi A Ling sampai rambut panjangnya tersibak sebab kepakan sayap beribu punai hanya berjarak sejengkal darinya

(Andrea, 2010: 69-70). 8. Bibi

Tokoh Bibi adalah istri dari paman Ikal yang mempunyai warung kopi dimana ia sempat kerja disana. Walaupun sudah setengah baya Bibi masih berparas cantik dan terlihat lebih muda dari umur sebenarnya.

(44)Bibiku, masih sangat cantik pada usianya yang menginjak 45 tahun. Wajahnya tipIkal cantik perempuan Melayudengan bentuk muka yang lonjong, mata kecil yang menawan, alis yang bagus, dagu juga bagus, dan hidung yang tidak mancung, tapi juga tidak pesek (Andrea, 2010: 167).

(45)Hal lain, Bibi sama sekali tak tampak seperti telah berumur 45 tahun. Ia keliatan jauh lebih muda. Umur bgainya bak ilusi (Andrea, 2010: 168).

4.2.3. Penokohan 1. Enong

Enong berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya bekerja sebagai pendulang timah. Enong sangat menyayangi ayahnya walau mereka dalam kondisi keuangan yang tidak baik. Walaupun begitu, Enong mempunyai semangat belajar


(59)

dan minat bahasa Inggris yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan teknik dramatik berikut.

(46) Zamzami sering mendengar Enong berbicara soal bahasa Inggris. Dari nada suaranya, ia tahu putrinya ingin sekali punya kamus. Sebaliknya, meskipun masih kecil, Enong paham bahwa ayahnya miskin. Ia tak pernah minta dibelikan apapun (Andrea, 2010: 11).

(47) Enong mengatakan sangat ingin mengikuti kursus itu, tapi tentu hanya di kota. Ia telah dikirim surat untuk menanyakan apakah mungkin ia kursus secara jarak jauh (Andrea, 2010: 122).

Enong adalah seorang gadis pertama yang menjadi pendulang timah. Ia terpaksa menggeluti pekerjaan tersebut karena sudah tidak ada pilihan lain. ia sadar akan kondisi fisiknya. Hal tersebut ditunjukkan dengan teknik dramatik berikut.

(48) Namun, putri kecil Syalimah itu gembira bukan main mendapat pekerjaan yang baru sebagai pendulang timah karena pekerjaan itu tak mengharuskannya memoles gincu, berbedak, berdandan, dan tak perlu membuatnya berbaju berlapis-lapis, dan terutama, karena ia memang tak punya pilihan lain (Andrea, 2010: 50).

Enong juga seorang yang religius dan memiliki sifat mudah terharu. Berikut kutipan dengan teknik dramatik.

(49) Buku ini untuk anakku, Enong. Kamus satu miliar kata.

Cukuplah untukmu sampai bisa menjadi guru bahasa Inggris seperti Ibu Nizam.

Kejarlah cita-citamu, jangan menyerah, semoga sukses Tertanda,

Ayahmu

Enong terIam, lalu ia menangis untuk sebuah alasan yang ia tidak mengerti (Andrea, 2010: 15)

(50) ―Panjang pendeknya hidup manusia, berada ditangan Allah, Boi! Kau tak boleh seenaknya saja mengambil alih tugas dan wewenang malaikat maut!‖ (Andrea, 2010: 219).

Enong juga bersifat penolong. Ia menolong Ikal saat dirinya terjebak pada alat peninggi badan. Berikut kutipan dengan teknik dramatik


(1)

(2)

(3)

(4)

137

BIOGRAFI PENULIS

Tyas Pratiwi lahir di Wonogiri, Jawa Tengah pada tanggal 14 November 1992. Menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2004 di SDN 1 Balepanjang. Setelah itu melanjutkan studi di SMPN 1 Jatisrono dan lulus tahun 2007. Pendidikan Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMAN 1 Sidoharjo dan lulus pada tahun 2010. Kemudian ditahun yang sama melanjutkan studi ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), penyelesaian tugas akhir ditempuh dengan skripsi berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata dan Relevansinya dengan Pembelajaran Di


(5)

ABSTRAK

Pratiwi, Tyas. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester II. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, tokoh, dan penokohan dalam novel untuk mengetahui nilai- nilai pendidikan karakter dan relevansinya dengan pembelajaran di SMA.

Penelitihan ini merupakan penelitian kualitatif. Langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan alur, tokoh dan penokohan (2) mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter berdasarkan klasifikasinya (3) menghubungkan hasil penelitian dengan pembelajaran SMA kelas XI.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan 16 macam nilai pendidikan karakter, yaitu religius (6),jujur (2),toleransi (4), kerjakeras (8),kreatif (4), mandiri (4), demokratis (2), nasionalisme (2),cintatanah air (4),menghargaiprestasi (2), tanggung jawab (3), gemarmembaca (3), rasa ingin tahu (7), komunikatif (7), disiplin (5), danpeduli sosial (8).

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti memberikan saran kepada pengajar bahasa Indonesia agar dapat menjadikan novel ini sebagai suatu alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA dengan memperhatikan tiga aspek penting yaitu aspek bahasa, psikologis, dan aspek latar belakang siswa. Selanjutnya, bagi peneliti berikutnya, novel ini masih mempunyai masalah-masalah lain yang dialami oleh tokoh utama maupun tokoh tambahan yang menarik untuk diteliti dengan menggunakan kajian lainnya.


(6)

ABSTRACT

Pratiwi, Tyas. 2016. The Education Character Values as Seen in Padang BulanNovel by Andrea Hirata and its Relevance with Literature Learning of Second Semester Senior High School Grade XI. A Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma University.

This research reviewed the education character values as seen in Padang Bulannovel by Andrea Hirata and its relevance with the literature learning of Second Semester Senior High School Grade XI. The purpose of this research was to describe the plot, characters and characterizations of the novel to find out the education character values and its relevance with the literature learning in Senior High School.

This research was a qualitative research. The steps conducted in this research were; (1) describing plot, characters and characterization (2) describing the education character values based on its classification (3) connecting the result of the research with the literature learning in grade XI Senior High School.

In this research, the researcher found out 16 kinds of the educationof character values. Those were religious (6), honesty (2), discipline (3), hard-working (8), creative (4), independent (4), democratic (2), curuosity (1), fond of reading (3), social care (11), responsibility (3).

According to the result of this research above, the researcher suggest to the Indonesian teachers for using this novel as one of alternative of literature learning in Senior High School by considering the three important aspects in choosing the literature learning

material. Those are language, psychology and the students’ background aspects. Furthemore,

for the next research, this novel still has other problems wich occurred by the main character and additional characters which are interested to discuss using another reviews.


Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

3 47 21

NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA BERMUATAN NILAI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

18 208 180

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL PADANG BULAN NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SEMIOTIK.

1 0 12

PENDAHULUAN NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA: TINJAUAN SEMIOTIK.

0 5 20

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA TERHADAP NILAI ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA TERHADAP NILAI PENDIDIKAN SD ISLAM KRADENAN TAHUN 2

0 2 12

Nilai nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II

1 40 152

Aspek Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Karakter Novel-novel Karya Andrea Hirata serta Relevansinya dengan Pembelajaran Apresiasi Prosa.

0 0 17

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA PADA PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA SISWA SMA KELAS XII.

0 0 15

NOVEL DWILOGI PADANG BULAN DAN CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA (Kajian Psikologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra).

1 1 1

NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA (KAJIAN STRUKTURAL DAN NILAI MORAL)

0 1 160