TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia.

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Noer Sasongko dan Nita Wulandari 2006, yang berjudul Pengaruh EVA dan Rasio–Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham. Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan Return On Assets ROA, Return on Equity ROE, Return on Sales ROS, Earning Per Share EPS, Basic Earning Power BEP, dan Economic Value Added EVA serta harga saham. Dengan menggunakan teknik regresi berganda atau multiple regression untuk menguji pengaruh ROA, ROE, ROS, EPS, BEP, dan EVA terhadap harga saham. Hasil pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1 Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa earning per share EPS berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikansi 5 p0,05. Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. 2 Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa return on asset, return on equity, return on sale, basic earning power, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang ditolak pada taraf signifikansi 5 p0,05. Artinya ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Toto Sugiharto 2003, yang berjudul Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada 10 Perusahaan Industri Minuman Di Bursa Efek Jakarta. Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan return on asset, return on equity, net profit margin dan harga saham perusahaan industri minuman. Dengan menggunakan teknik analisis adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa rasio profitabilitas hanya return on equity yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sedangkan untuk return on asset dan net profit margin tidak memiliki pengaruh yang signfikan terhadap harga saham. Sedangkan secara bersama-sama dari ketiga variabel return on asset, return on equity dan net profit margin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani 2003, yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal Indonesia. Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan equity, return on asset dan harga saham perusahaan Jasa Perhotelan. Dengan menggunakan teknik analisis adalah regresi linier berganda. Berdasar pendekatan constant growth of dividend discount model maka faktor- faktor yang diduga mempengaruhi harga saham mencakup: return on asset, return on equity, earning per share, book value equity per share, debt to equity ratio, return saham, return bebas risiko, beta saham dan return market . Setelah melalui kaidah-kaidah analisis regresi maka faktor-faktor yang membentuk model penelitian adalah return on asset, return on equity, book value equity per share, debt to equity ratio, return saham, beta saham dan return market sebagai variabel bebas sedangkan variabel terikatnya adalah harga saham. Dengan nilai sig F sebesar 0,038 11 atau dengan kata lain memiliki nilai P0,05, bisa dikatakan bahwa model persamaan dalam penelitian itu cukup signifikan meskipun hubungan yang terjadi antara harga saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya bersifat relatif lemah yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi R2 = 0,434. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum faktor-faktor di atas tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk mengekspektasi variasi harga saham, tentu masih banyak faktor-faktor lain di luar pendekatan dividend ini yang masih bisa dieksplorasi lebih lanjut pada penelitian-penelitian berikutnya. Selanjutnya jika dikaji secara parsial yang berpengaruh signifikan terhadap variasi harga saham adalah book value equity per share dan return on equity. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Raja Lambas J. Panggabean 2005, yang berjudul Analisis Perbandingan Korelasi Eva Dan Roe Terhadap Harga Saham Lq 45 Di Bursa Efek Jakarta. Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan Economic Value Added EVA, Return On Equity ROE, stock price . Penelitian ini merupakan studi kasus tentang hubungan antara Economic Value Added EVA dan Return on Equity ROE dari perusahaan – perusahaan LQ 45 dengan harga sahamnya. Penelitian ini bersifat asosiatif yaitu melihat hubungan antara EVA dan ROE dengan harga saham pada pasar periode 2001 sampai dengan periode 2003. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang analisis perbandingan korelasi EVA dan ROE terhadap Harga Saham pada 20 perusahaan di Bursa Efek Jakarta dapat disimpulkan beberapa hal pokok sebagai berikut: a. Beberapa perusahaan LQ 45 yang mempunyai rata – rata ROE cukup tinggi seperti PT Bimantara Citra, PT Indosat dan PT Semen Gresik 12 ternyata perusahaan value destroyer karena mempunyai nilai EVA yang negatif. b. PT HM Sampoerna merupakan perusahaan yang mempunyai rata – rata harga saham tertinggi dari seluruh rata-rata harga saham perusahaan dalam LQ 45. c. Economic Value Added EVA perusahaan dalam LQ 45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya. d. Return On Equity ROE perusahaan dalam LQ 45 tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga saham. Berdasarkan penjabaran mengenai penelitian terdahulu diatas maka dapat dijelaskan mengenai perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan saat ini, selengkapnya sebagai berikut : 1. Persamaan a. Sama-sama meneliti variabel EVA, Profitabilitas dan Harga Saham b. Sama-sama menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Berganda. 2. Perbedaan a. Menggunakan tahun pengamatan yang berbeda. b. Menggunakan Obyek Penelitian yang berbeda. 2.2.Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal Jogiyanto 2003:15 menyatakan bahwa perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer primary market. Tipe lain dari pasar modal adalah pasar kedua second market , pasar ketiga third market dan pasar keempat fourth market. 13 Pasar kedua merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar pertama tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar. 2.2.1.1.Pengertian Pasar Modal Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektor- sektor yang produktif. Dengan demikian pasar modal dapat menimbulkan multiplier efek yang sangat luas terutama kepada lembaga-lembaga yang terkait. Menurut Gitosudarmo dan Bisri 2002:239 pasar modal juga dapat dikatakan sebagai monopoli pemilikian perusahaan karena setelah perusahaan tersebut go publik dan memanfaatkan pasar modal kemudian pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga menjadi milik publik. Pengertian pasar modal menurut Sunariyah 2003:4 secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar tempat, berupa gedung yang 14 disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Pengertian lain dari pasar modal yang diungkapkan oleh Anoraga 2000:5 dalam Sugiharto dan Haryanto 2003:142 adalah pelengkapan di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan, dimana pasar modal memberikan jasanya sebagai jembatan penghubung antara pemilik modal dengan peminjaman dana. 2.2.1.2.Peranan Pasar Modal Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga menceminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga yang turun. Menurut Jogiyanto 2003:12 pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen. Juga pemegang saham mempunyai hak mengawasi manajemen lewat hak veto di dalam pertemuan dan pemilihan manajemen. Hak veto pemegang saham dapat dilakukan langsung atau dapat dialihkan ke pihak kedua lewat suatu wakil atau proksi. Jika pemegang saham tidak puas dengan manajemen, maka dapat terjadi perang proksi untuk mengganti manajemen. Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. 15 Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana. Sebagai akibatnya, peminjam dan pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan dibandingkan jika pasar modal tidak ada. Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal menurut Jogiyanto 2003:11 merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh di pasar uang. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham untuk mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti pemilikan sebagian dari perusahaan. Obligasi merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati. Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat- surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. 2.2.1.3.Pengertian Investasi Investasi menurut Sunariyah 2003:4 adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu 16 lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk aktiva real dan investasi dalam surat-surat berharga atau sekuritas. Investasi menurut Jogiyanto 2003: 5 merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi mendatang. 2.2.1.4.Bentuk-Bentuk Pasar Modal Pasar modal di Indonesia terdiri dari beberapa macam menurut Gitosudarmo 2002:245 terdiri dari: 1. Pasar Perdana Pasar Primer Pasar perdana penawaran efek dari emiten kepada para investor selama masa tertentu sebelum efek tersebut di catatan Bursa. Harga efek tidak dapat ditawar dan jumlah pembelian dibatasi sejumlah lot tertentu. 2. Bursa Efek Pasar Sekunder Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. 17 3. Pasar Tertier Pada bursa ini memperdagangkan efek untuk efek permasalahan tertentu dan memperdagangkan efek yang diperjual belikan. 4. Pasar Kuarter Pasar kuarter merupakan perdagangan efek diantara sesama perdagangan efek dan pada umumnya dalam jumlah yang besar.

2.2.2. Analisis Rasio

2.2.2.1.Pengertian Rasio Jumingan 2008:118 mendefinisikan rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan. Selain itu menurut Harahap 2001:297 berpendapat rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan berarti. Arifin 2007:32 memberikan definisi Rasio keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam arti relative maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yag satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan keuangan. 2.2.2.2.Masalah Yang Dihadapi Dalam Penentuan Rasio Standar Menurut Jumingan 2008:19 Penentuan rasio standar sebagai dasar pembanding tidak dapat digunakan sebagi ukuran yang pasti karena 18 rasio standar untuk industri otomotif merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan dan hasil usaha yang berbeda-beda. Variasi kondisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1 Perbedaaan letak geografis yang membawa perbedaaan dalam tingkat harga dan biaya usaha. 2 Perbedaan dalam pemilikian aktiva tetap, ada yang memiliki sendiri pada yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya investasi dalam harta kekayaan yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan operasi regular. 3 Perbedaan dalam tingkat harga dicerminkan dalam pos-pos aktiva tidak lancar. 4 Perbedaan dalam umur harta kekayaan yang dimiliki, ada yang baru ada yang lama. 5 Perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi. 6 Perbedaan dalam tingkat kapasitas pabrik. 7 Perbedaan dalam penilaian persediaan. 8 Perbedaaan dalam kebijaksanaan pembelian bahan dasar. 9 Perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat persediaan. 10 Perbedaan dalam kebijaksanaan penjualan barang dagangan. 19 11 Perbedaan dalam kebijaksanaan saluran pemasaran. Menjual produk kepada pembeli tunggal, kepada banyak pedagang besar, pedagang kecil, atau langsung kepada konsumen. 12 Perbedaaan dalam banyak sedikitnya utang jangka panjang. Juga dalam struktur permodalan, sumber dananya banyak berasal dari pinjaman atau modal sendiri. 13 Kebijaksanaan dalam pembayaran deviden. 14 Perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi, termasuk penggolongan pos-pos laporan keuangan, periode akuntansi, dan metode penyusunan. 2.2.2.3.Menentukan Rasio Standar Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang sudah dipublikasikan, menganalisis dapat membuat standarnya sendiri. Rasio standar dapat ditentukan dengan cara-cara sebagai berikut : a. Mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan dalam industri yang dipertimbangkan. Perusahaan tersebut hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan rekening-rekening dan metode penyusutan, keseragaman periode akuntansi, kesamaan dalam penilaian aktiva dan kebijaksanaan amortisasi, dan keseragaman dalam kebijaksanaan manajemen. b. Menghitung angka-angka rasio yang dipilih dari tiap-tiap perusahaan dalam industri. 20 c. Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah. d. Menghapus rasio yang ekstrem, yaitu rasio yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. e. Menghitung rata-rata atau menentukan mediannya ini merupakan rasio standar yang dicari.

2.2.2.4. Keunggulan Rasio Keuangan

Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut menurut Harahap 2001:298 adalah : 1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi Z score. 5. Menstandarisir size perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series ”. 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. 21 2.2.2.5.Keterbatasan Analisa Rasio Disamping keungulan yang dimiliki analisa rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu pengunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya. Harahap, 2001:298 Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti : a. Banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan jugment yang dapat dinilai bias atau subyektif . b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan cost bukan harga pasar. c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. 22 5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan 2.2.2.6.Jenis Rasio Jenis–jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis menurut Harahap,2001:301-311. Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah: 1. Rasio Likuiditas. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. 2. Rasio Solvabilitas. Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. 3. Rasio Rentabilitas Profitabilitas. Rasio rentabilitas atau juga disebut profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang 23 menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating rasio. 4. Rasio Leverage. Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal equity. Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal lebih besar dari hutang. Rasio ini bisa juga diangggap bagian dari rasio solvabilitas. 5. Rasio Aktivitas. Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegitan lainnya. 6. Rasio Pertumbuhan. Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan proses perusahaan dari tahun ke tahun. 7. Market Based Ratio Penelitian Pasar. Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan dipasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai. 24 8. Rasio Produktivitas. Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka bisa dihitung rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai

2.2.3. Saham

2.2.3.1.Harga Saham Siamat 2001:225 dalam Sugiharto dan Haryanto 2003:142 beranggapan bahwa harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Seringkali investor melakukan penilaian terhadap saham perusahaan berdasarkan perolehan per lembar saham. Weston, 1994:215 Menurut Sunariyah 2000:154 harga saham dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni harga pasar, harga nominal dan harga perdana. 1. Harga pasar market value yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada saat itu. 2. Harga nominal saham adalah harga saham yang tercantum dalam sertifikat saham, dimana yang telah ditetapkan oleh emiten serta dengan mendapatkan persetujuan dari Bapepam Badan Pemeriksa dan Pengawas Pasar Modal. 3. Harga perdana adalah harga saham ketika saham tersebut dijual saat pertama kali di pasar perdana, yang harganya ditentukan oleh penjamin emisi dan emiten berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 25 2.2.3.2.Penilaian Harga Saham Menurut G. Foster 1986 dalam Gitosudarmo dan Basri 2002:268, analisis terhadap saham melalui manajemen investasi aktif dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan teknikal dan pendekatan fundamental. 1. Pendekatan Teknikal Pendekatan teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan ini menggunakan data yang sudah dipublikasikan serta faktor-faktor lain yang sasarannya adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham maupun indikator pasar. Penekanan analis adalah pada perubahan harga daripada tingkat harga untuk meramalkan perubahan harga tersebut. 2. Pendekatan Fundamental Analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan nilai nyata suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan penerbit saham. Menurut Braham et al. 1986, nilai intrinsik adalah nilai yang tercermin pada faktor seperti pendapatan deviden, prospek perusahaan, aspek manajemen dan sebagainya. 26

2.2.4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. ROA Return On Assets Rasio Return On Assets menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Untuk menghitung Return on assets menurut Harahap 2001:305 dapat digunakan rumus sebagai berikut: Return On Assets = Asset Total Rata - Rata Bersih Laba Return on assets mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. b. ROE Return On Equity Rasio ini juga menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila dukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. Return on Equity = RataModal Rata − Bersih Laba Harahap,2001:305 Rasio ini dipergunakan untuk mengetahui kemampuan, perusahaan dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri. 27 c. EPS Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu perusahaan dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Harahap, 2001:305: EPS = Saham Lembar Jumlah Bersangku Saham Bagian Laba tan Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. d. Basic Earning Power Basic Earning Power merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio ini semakin baik. Yang dihitung dengan menggunakan rumus Harahap, 2001:305: Basic Earning Power = aktiva total pajak dan bunga sebelum Laba

2.2.5. Economic Value Added EVA

Economic Value Added EVA atau NITAMI Nilai Tambah Ekonomis adalah laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal tahunan. EVA yang menunjukkan nilai positif, artinya perusahaan tersebut menciptakan kekayaan modal, hal sebaliknya bila menunjukkan nilai negatif. Dalam jangka panjang hanya perusahaan-perusahaan yang mampu membentuk kekayaan saja yang dapat bertahan. Titiki berat EVA bertumpu pada penggunaan laba operasi setelah pajak dan biaya modal 28 yang sesungguhnya. Menurut Rousan 1997 dalam Isnani dan Iswati 2001:202 formula EVA adalah: EVA = Net operating after tax – Cost of capital Net operating after tax merupakan laba bersih setelah pajak, atau earning after tax EAT. EAT atau laba bersih merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak, di mana laba operasi dihitung sebelum dikurangkan dengan pengeluaran financing cost dan bukan masukan pembukuan tunai non cash bookkeeping entries. Besarnya nilai EAT tidak memberikan dampak pada profitabilitas ataupun resiko dari bisnis yang sekarang, jadi baik perusahaan tersebut dibiayai dengan hutang maupun dengan modal sendiri, nilai EAT-nya akan identik. Isnani dan Iswati, 2001:202 Cost of capital merupakan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor kreditur dan pemegang saham. Isnani dan Iswati, 2001:202 Menurut Utama 1997 dalam Isnani dan Iswati 2001:205 analisis EVA juga memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu: 1. Kelebihan a. Sangat bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai value creation b. Membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal c. Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal. 29 2. Kekurangan a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu b. Proses perhitungannya memerlukan estimasi atas biaya modal. Estimasi tersebut cukup sulit dilakukan dengan tepat, terutama pada perusahaan yang belum go publik. Disamping itu Rousana 1997 mengidentifikasi kelemahan EVA sebagai berikut: a. EVA terlalu menekankan pada kayakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru dominan. b. Konsep ini sangat tergantung pada transparasi internal untuk menghasilkan perhitungan yang akurat, dalam kenyataannya perusahaan jarang mengemukakan kondisi internalnya.

2.2.6. Pengaruh Return On Assets Terhadap Harga Saham

Menurut Harahap 2001:305, Rasio Return On Assets menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, seorang investor tidak akan mampu untuk merencanakan pola konsumsi selama hidupnya dengan pasti. Karena keuntungan investor dan 30 waktu dari keuntungan tersebut tidak pasti, investor mencoba mengkompensir ketidak pastian ini dengan mengharapkan keuntungan yang cukup tinggi dari investasi tersebut. Keuntungan investasi dalam saham akan terdiri dari deviden yang diterima ditambah dikurangi dengan “capital gains loss”, yaitu selisih antara harga saham pada saat ini dengan harga pada waktu pembelian. Suad Husnan, 1992:59 Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Haryanto dan Sugiharto, 2003:142 Berdasarkan definisi dari beberapa sumber diatas maka disimpulan bahwa ROA memiliki pengaruh yang positif terhadap Harga sama karena apabila sebuah perusahaan memiliki keuntungan yang besar maka akan banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut dan harga saham tersebut akan mengikuti untuk bergerak naik.

2.2.7. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham

Menurut Mamduh Hanafi 2003:85, “Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. 31 Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri ROE maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitynya dengan efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga saham. Jadi ROE ini dijadikan sebagai indikator atas kinerja suatu perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Sugiharto 2003:151, setelah menguji data dari laporan keuangan serta harga saham perusahaan minuman di Bursa Efek Jakarta dan menganalisa hasil perhitungan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa return on equity yang digunakan dalam mengukur performa perusahaan ternyata yang mempunyai pengaruh yang signifikan dengan harga saham. 32 Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro dan Andreani 2003:179, menemukan bahwa return on equity berpengaruh terhadap harga saham perusahaan jasa perhotelan di Pasal Modal Indonesia. Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa ROE memiliki pengaruh positif terhadap Harga saham, hal tersebut dikarenakan apabila perusahaan mampu menggunakan modalnya dengan efisien dan efektif maka akan semakin meningkatkan kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada meningkatnya harga saham.

2.2.8. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham

Earning Per Share adalah rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Menurut Skousen 1995:184 Earning Per Share merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur modal. Dengan berhasilnya perusahaan, laba bersih jelas akan meningkat. Tetapi investor berkepentingan untuk mengetahui apakah laba bersih bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur modal perusahaan. Investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi. Skousen, 1995:184 33 Menurut Tuanakotta 1985:213 Earning Per Share adalah angka yang paling sering dipergunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. EPS sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntasi. Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. EPS juga dianggap relevant dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian deviden. Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari 2006:67, maka diambil kesimpulan bahwa earning per share berpengaruh terhadap harga saham, yang artinya earning per share dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.

2.2.9. Pengaruh Basic Earning Power Terhadap Harga Saham

Untuk melakukan analisis profitabilitas yang merupakan hasil akhir dari berbagai keputusan dan kebijakan yang dijalankan perusahaan, diperlukan angka-angka indikator. Analisis profitabilitas ini memberikan jawaban akhir tentang efektif tidaknya suatu perusahaan. Profitabilitas dapat diukur melalui kemampuan perusahaan mempertahankan kebijakan 34 deviden yang stabil sementara pada saat yang sama dapat mempertahankan kenaikan kekayaan pemegang saham dalam perusahaan. Menurut Brigham dan Gapenski 1994 salah satu indikator profitabilitas adalah Basic Earning Power BEP yang merupakan laba per lembar saham dari suatu perusahaan, rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Harahap, 2001:305 Dengan berhasilnya perusahaan untuk meningkatkan laba per lembar saham perusahaan, maka investor yang tertarik untuk menginvestasikan dananya kepada perusahaan tersebut. Karena investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi. Skousen, 1995:184. Dengan tertariknya investor untuk menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan akan dapat meningkatkan nilai harga saham perusahaan tersebut. Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa BEP memiliki pengaruh positif terhadap Harga saham, hal tersebut disebabkan karena BEP dapat menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba, sehingga semakin baik keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba yang ditunjukkan oleh rasio BEP akan dapat akan dapat meningkatkan nilai harga saham perusahaan. 35

2.2.10. Pengaruh Economic Value Added Terhadap Harga Saham

Economic Value Added EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal tahunan. EVA yang menunjukkan nilai positif, artinya perusahaan tersebut mampu menciptakan kekayaan modal, hal sebaliknya bila menunjukkan nilai negatif. Dalam jangka panjang hanya perusahaan-perusahaan yang mampu membentuk kekayaan saja yang dapat bertahan. Titik berat EVA bertumpu pada penggunaan laba operasi setelah pajak dan biaya modal yang sesungguhnya. Penelitian yang dilakukan oleh Lehn dan Mahkija 1996, menyimpulkan bahwa EVA mempunyai hubungan paling erat dengan tingkat pengembalian saham. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Panggabean 2005:17, menemukan bahwa Economic Value Added EVA perusahaan dalam LQ 45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya. Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa EVA memiliki pengaruh positif terhadap Harga saham, hal tersebut disebabkan karena EVA dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan kekayaan modal. Semakin besar kekayaan modal yang dihasilkan oleh perusahaan maka perusahaan tersebut akan cenderung untuk meningkatkan harga sahamnya. 36 2.3.Kerangka Pikir Kecenderungan penurunanfluktuatif terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia Return On Assets. Semakin besar ROA menunjukkan bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Haryanto dan Sugiharto, 2003:142 Return On Equity . Semakin besar ROE maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. Haryanto dan Sugiharto, 2003:151 Earning Pers Share. Investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi, karena EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. Tuanakotta, 1985:213 Basic Earning Power. Perusahaan yang berhasil meningkatkan laba per lembar saham perusahaan, akan menarik investor untuk menginvestasikan dananya kepada perusahaan tersebut. Dengan tertariknya investor untuk menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan akan dapat meningkatkan nilai harga saham perusahaan tersebut. Skousen, 1995:184 Economic Value Added . Nilai EVA perusahaan yang menunjukkan nilai positif, berarti bahwa perusahaan tersebut mampu menciptakan kekayaan modal, sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya yang akan dapat meningkatkan nilai harga saham perusahaan tersebut. Lehn dan Mahkija, 1996 ROA Harga Saham Regresi Linier Berganda Uji t Tidak Pengaruh Ada Pengaruh ROE EPS BEP EVA 37 2.4.Hipotesis 1. Diduga Return On Assets ROA berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. 2. Diduga Return on Equity ROE berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. 3. Diduga Earning Per Share EPS berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. 4. Diduga Basic Earning Power BEP berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. 5. Diduga Economic Value Added EVA berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 67 80

Pengaruh Rasio Profitabilitas, Economic Value Added dan Market Value Added Terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan yang Listing di Bursa Efek Indonesia

0 4 96

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), DAN Pengaruh Rasio Profitabilitas, Economic Value Added (EVA), Dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Rasio Profitabilitas, Economic Value Added (EVA), Dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 8

NASKAH PUBLIKASI Pengaruh Rasio Profitabilitas, Economic Value Added (EVA), Dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di BEJ Tahun 2007-2009.

0 0 13

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI (YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

0 0 9

Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 10

Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia

0 0 26

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17