Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Lokal Atas Kepariwisataan

2.6. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Lokal Atas Kepariwisataan

Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan Atkinson dalam Ginting, 2006. Chaplin dalam Ginting 2006 memandang persepsi sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Proses perseptual ini dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Didalamnya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian- kejadian Chaplin dalam Ginting, 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Baltus dalam Ginting 2006 adalah : 1. Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera dapat mempengaruhi persepsi untuk sementara waktu ataupun permanen. 2. Kondisi lingkungan. 3. Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan atau bereaksi terhadap suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa lalunya. 4. Kebutuhan dan keinginan. Ketika seorang individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan dan diinginkannya tersebut. 5. Kepercayan, prasangka dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan dan menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama dengannya. Sedangkan prasangka dapat menimbulkan bisa dalam mempersepsi sesuatu. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Chaplin dalam Ginting 1999 persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional. Maka, arti suatu objek atau satu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun faktor-faktor organisme. Dengan alasan sedemikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang berbeda juga akan berbeda karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai persepsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses yang melibatkan aspek kognitif dan afektif individu untuk melakukan pemilihan, pengaturan, dan pemahaman serta penginterpretasian rangsang-rangsang indrawi menjadui suatu gambar obyek tertentu secara utuh. Pengelolaan lingkungan sosial sebagai upaya pemberdayaan masyarakat pelestarian lingkungan secara edukatif ialah menegakan keadilan sosial, mengembangkan demokrasi politik dan kebebasan budaya. Tanpa keadilan sosial social justice niscaya pengelolaan lingkungan sosial dapat memberdayakan mereka sebagai mitra, melainkan hanya akan menciptakan museum hidup yang layak menjadi tontonan. Hak-hak mereka untuk mengembangkan usaha, mengolah sumber daya dan mengelola lingkungannya secara aktif harus dipulihkan. Hak-hak masyarakat atas tempat berlindung, sumber makanan, tempat mendidik anak-anak, sarana integratif maupun arena aktualisasi diri harus dihormati. Karena itu tegakan kembali kedaulatan rakyat political democracy agar mereka dapat ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program-program pembangunan yang menyangkut kepentingan mereka secara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara langsung atau tidak langsung. Kemudian yang tidak kalah pentingnya ialah memberikan kebebasan budaya cultural freedom untuk merangsang kreativitas ke arah pembaharuan dalam menanggapi tantangan pembangunan. Berikan keleluasaan kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuan mengatasi kesulitan dan meningkatkan kesejahteraan dengan mengacu pada kebudayaan mereka sebagai pedoman dalam beradaptasi terhadap lingkungannya secara aktif. Dengan demikian, masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional seperti di Bali, upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi pariwisata. Selain itu, masyarakat lokal merupakan ‘pemilik’ langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan, dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada di tangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu perubahan- perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka. Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah terlebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Oleh sebab itu, peran mereka, terutama tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan jasa guiding dan penyediaan tenaga kerja Damanik, 2006 : 23 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Secara evolutif, Greenwood 1977 melihat bahwa hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal menyebabkan terjadinya proses komersialisasi dari keramahtamahan masyarakat lokal. Pada awalnya wisatawan dipandang sebagai tamu dalam pengertian tradisional, yang disambut dengan keramahtamahan tanpa motif ekonomi. Dengan semakin bertambahnya jumlah wisatawan, maka hubungan berubah terjadi atas dasar pembayaran, yang tidak lain daripada proses komersialisasi, dimana masyarakat lokal sudah mulai agresif terhadap wisatawan, mengarah kepada eksploitasi dalam setiap interaksi, tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Pada fase-fase seperti ini, banyak ditemui tindakan kriminal terhadap wisatawan. Fase ini biasanya direspon oleh Pemerintah dengan melakukan pengaturan pariwisata secara melembaga dan profesional, sehingga hubungan wisatawan dengan masyarakat lokal tidak semakin memburuk. Profesionalisme menjadi inti pokok untuk membina hubungan baik dengan wisatawan, dan sangat memperhatikan kelanjutan hubungan di masa-masa yang mendatang. Dalam hubungan dengan evolusi sikap masyarakat terhadap wisatawan, Doxey 1976 sudah mengembangkan sebuah kerangka teori yang disebut irendex irritation index. Model Irendex dari Doxey ini menggambarkan perubahan sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan secara linier. Sikap yang mula-mula positif berubah menjadi semakin negatif seiring dengan pertambahan jumlah wisatawan. Tahapan-tahapan sikap masyarakat terhadap digambarkan sebagai berikut: 1. Euphoria. Kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta harapan. Ini terjadi pada fase-fase awal perkembangan pariwisata pada suatu Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara daerah tujuan wisata, dan umumnya daerah tujuan wisata tersebut belum mempunyai perencanaan. 2. Apathy. Masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah, dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didominasi oleh hubungan komersialisasi. Perencanaan yang dilakukan pada daerah tujuan wisata pada fase ini umumnya hanya menekankan pada aspek pemasaran. 3. Annoyance. Titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat mulai merasa ternganggu dengan kehadiran wisatawan. Perencanaan umumnya berusaha meningkatkan prasarana dan sarana, tetapi belum ada usaha membatasi pertumbuhan. 4. Antagonism. Masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan ketidak- senangannya, dan melihat wisatawan sebagai sumber masalah. Pada fase ini perencana baru menyadari pentingnya perencanaan menyeluruh. Adanya berbagai kritik terhadap interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal telah disadari oleh berbagai pihak, termasuk organisasi-organisasi pariwisata internasional. Untuk mengurangi berbagai dampak negatif dan meningkatkan dampak positif, PATA dan WTO telah mengeluarkan kode etik bagi wisatawan. WTO juga sudah mengeluarkan Kode Etik Pariwisata Global, yang sudah dijadikan resolusi PBB, yaitu resolusi No. 37 tahun 2001 tertanggal 26 Oktober 2001, tentang Global Code of Ethics for Tourism Kode etik bagi wisatawan yang dikeluarkan oleh PATA 2002 adalah sebagai berikut: PATA Travellers Code: Sustaining Indigenous Cultures Travel is a passage through other peoples lives Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara and other peoples places. Perjalanan adalah menuju ketempat kehidupan orang lain dan menuju tempat orang lain. 1. Be Flexible. Are you prepared to accept cultures and practices different from your own? Jadilah Fleksibel. Apakah Anda siap untuk menerima budaya dan praktek- praktek yang berbeda dari yang anda alami sendiri? 2. Choose Responsibly, Have you elected to support businesses that clearly and actively address the cultural and environmental concerns of the locale you are visiting? Pilih secara bertanggung jawab, apakah Anda memilih untuk mendukung bisnis yang jelas dan secara aktif mengatasi masalah budaya dan lingkungan dari lokasi yang Anda kunjungi. 3. Do your homework. Have you done any research about the people and places you plan to visit so you may avoid what may innocently offend them or harm their environment? Kerjakan pekerjaan rumah Anda. Sudahkah Anda meneliti orang dan tempat-tempat yang akan anda kunjungi sehingga Anda dapat menghindarkan apa yang secara tidak sengaja dapat menyinggung perasaan atau merugikan lingkungan mereka? 4. Be Aware. Are you informed of the holidays, holidays and general religious and social customs of the places you visit? Sadarilah. Apakah anda diinformasikan mengenai liburan dan kebiasaan keagamaan serta kebiasaan sosial dari tempat-tempatyang anda kunjungi? Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 5. Support Local Enterprise. Have you made a commitment to contribute to the local economy by using businesses that economically support the community you are visiting, eating in local restaurant and buying locally made artisan crafts as remembrances of your trip? Dukunglah usaha lokal. Apakah Anda membuat sebuah komitmen untuk memberikan kontribusi terhadap ekonomi lokal dengan menggunakan usaha yang secaraekonomis mendukung komunitas yang Anda kunjungi, makan di restoran lokal dan membeli kerajinan buatan lokal sebagaikenangan dari perjalanan Anda? 6. Be Respectful and observant. Are you willing to respect local laws that may include restrictions of your usage of or access to places and things that may harm or otherwise erode the environment or alter or run counter to the places your visit? Bersikaplah hormat dan jeli. Apakah anda bersedia untuk menghargai peraturan daerah setempat yang dapat mencakup pembatasan penggunaan atau akses ketempat-tempat yang dapat membahayakan atau merusak lingkungan atau bertentangan dengan lingkungan pada tempat-tempat yang anda kunjungi? http:www.wisatakandi.com201102sosiologi-pariwisata-persepsi.html diakses pada 17 Oktober 2012 pukul 13:25 wib. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN