MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA

SISWA KELAS IV DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh NURLAILA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI S1 PGSD DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV

DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh : Nurlaila

Masalah dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar yang rendah dalam pelajaran IPA. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah aktivitas dan prestasi belajar siswa yang rendah terhadap pelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas IV SDN Kali Awi tahun pelajaran 2012/2013?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas Belajar siswa IPA siswa kelas IV (Lima) pada Sekolah Dasar. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kali Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan sebanyak 20 siswa yang dilakukan sebanyak 2 siklus, model pembelajaran yang digunakan adalah discovery, data yang di peroleh dalam penelitian ini melalui observasi keaktifan siswa, hasil belajar, dan diskusi kelompok.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas siswa pada siklus pertama sebesar adalah 5,00%, sedangkan pada siklus kedua meningkat menjadi 25,00%. Hal ini menunjukan bahwa terjadi rasio peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa sebesar 20%.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat di tingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran discovery pada siswa kelas IV SDN Kali Awi Kecamatan Negeri besar tahun Pelajaran 2012/2013 dengan adanya perubahan prestasi belajar IPA yang semakin meningkat dari sebelumnya.

Saran yang dapat diberikan adalah (1) Kepada guru pelajaran IPA untuk dapat menggunakan metode pembelajaran discovery dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA (2) Kepada siswa agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran discovery guna meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA pada siswa.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Perumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Secara teoritis ... 9

2. Manfaat secara Praktis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Pengertian Aktivitas ... 11

1. Pengertian Aktivitas ... 11

2. Pengertian Belajar ... 13

3. Jenis-Jenis Aktifitas Belajar ... 14

4. Klasifikasi Aktivitas belajar ... 15

5. Upaya Pelaksanaan aktivitas dalam belajar ... 16

6. Ciri-ciri Aktif dalam belajar ... 17

B. Prestasi Belajar IPA ... 18

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 18

2. Pengertian Pembelajaran IPA ... 19

C. Pengertian Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan) ... 21

1. Pengertian Pembelajaran Discovery (Penemuan) ... 21

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan ... 22

3. Kekurangan dan kelebihan metode discovery ... 25

D. Hasil Penelitian yang relevan ... 26

E. Kerangka berpikir ... 27

F. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian ... 30

2. Subjek Penelitian ... 30

3. Waktu penelitian ... 30

B.Faktor Yang Diteliti ... 31

C.Data Penelitian ... 31

D.Teknik Pengumpulan Data ... 31


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Awal ... 46

B. Hasil Penelitian ... 47

1. Siklus I ... 48

a. Perencanaan ... 48

b. Pelaksanaan Tindakan ... 49

c. Observasi ... 51

d. Refleksi ... 56

2. Siklus II ... 57

a. Perencanaan ... 60

b. Pelaksanaan Tindakan ... 60

c. Observasi ... 63

d. Refleksi ... 68

3. Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A.Kesimpulan ... 74

B.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Tabel 1 Tugas pembelajaran dengan metode discovery learning ... 23

2. Table 2 Kisi-Kisi Aktivitas Belajar Siswa ... 33

3. Tabel 3 Data Siswa ... 47

4. Table 4 Jadwal Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas ... 48

5. Tabel 5 Hasil Observasi siswa pada siklus I pertemuan I dan II ... 53

6. Tabel 6 Daftar Nilai Pree test dan post tes pada Siklus I ... 54

7. Tabel 7 IPKG pelaksanaan pembelajaran ... 58

8. Tabel 8 Penilaian IPKG ... 59

9. Tabel 9 Hasil Observasi siswa pada siklus II pertemuan I dan II ... 65

10. Tabel 10 Daftar Nilai Pree test dan post tes pada Siklus II ... 66

11. Table 11 IPKG pelaksanaan pembelajaran ... 69

12. Table 12 Penilaian IPKG ... 70


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Gambar 1 Kerangka Pikir ... 28

2. Gambar 2 Bagan siklus ... 37

3. Grafik 3 Pre test - Post Test siklus I ... 56


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Seperti diketahui di era globalisasi pendidikan merupakan salah satu kebutuhan sehingga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ketertinggalan bangsa Indonesia di bidang pendidikan dibandingkan negara-negara tetangga menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diriuntuk memiliki standar internasional. Dorongan tersebut bahkan dicantumkan di


(11)

dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yang berbunyi, "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Sistem pendidikan di Indonesia sendiri telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam sistem pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Dalam suatu proses pendidikan digunakan evaluasi dan metode untuk memantau perkembangan pendidikan. Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan.

Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan formal telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.


(12)

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).


(13)

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam dalam prestasi yang akan di capai siswa. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep- konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai dorongan untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk aktivitas sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA yang diharapkan oleh guru adalah 75,00.

Berdasarkan pengalaman dan observasi awal yang di lakukan pada siswa kelas IV di SDN Kaliawi Negeri Besar, peneliti mendapatkan beberapa


(14)

gambaran tentang kurang aktifnya siswa dalam proses belajar dapat dilihat dari KKM yang belum mencapai target, hasil ujian dan hasil ulangan semester yang rendah. Siswa cendrung kurang memperhatikan materi pelajaran yang di berikan, Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA sangat rendah yaitu mencapai 60,00. Hal ini mungkin disebabkan karena dalam proses belajar mengajar guru hanya menggunakan metode konvensional (ceramah), tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis, sehingga materi yang disampaikan menjadi kurang menarik, yang beakibat pada aktivitas belajar siswa yang kurang pada pelajaran IPA dan hal ini tentu mempengaruhi prestasi belajarnya.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga kuat akibat aktivitas, minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah, sehingga terlihat siswa tidak siap untuk menerima materi pelajaran . Di SDN Kali Awi sendiri masalah aktivitas belajar siswa masih menjadi persoalan yang kompleks, khususnya untuk mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang kurang dapat menerima pelajaran dengan baik. Pada saat pelajaran berlangsung, siswa justru sering malakukan kegiatan diluar pelajaran, seperti ngobrol, atau mengganggu teman lainnya.

Dalam hal ini model pembelajaran discovery di anggap sesuai untuk membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar pada siswa kelas IV SDN Kali Awi karena dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan


(15)

atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Sehingga siswa terpacu untuk mengetahui dan menemukan hal-hal baru dalam proses pembelajaran IPA yang menuntut adanya praktek langsung, sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran IPA di banding menggunakan metode ceramah.

Dengan pemberian metode pembelajaran discovery diharapkan agar aktivitas siswa dapat meningkat sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam kegiatan akademik. Siswa yang teraktivitas untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung aktivitas siswa. Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih metode pembelajaran ini agar terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Seperti yang di kemukakan oleh Jerome Bruner (dalam djamarah, 2008) discovery learning adalah metode


(16)

belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. konsep belajar menurut Bruner menekankan bahwa seseorang anak didik tidak saja dituntut untuk bisa menerima pengetahuan saja, tapi dintuntut juga untuk bisa mengolah dan bahkan mengevaluasi serta mengembangkan pengetahuan tersebut.

Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Seperti yang di ungkapkan di atas, pengunaan metode discovery diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi, seperti diketahui dalam pelajaran IPA siswa di tuntun untuk menemukan konsep, dalam hal ini siswa melakukan praktek seperti pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Sehingga siswa menjadi lebih memahami materi pelajaran mengingat metode pembelajaran yang tidak membosankan, dan dalam metode ini siswa dapat menemukan hal-hal baru dengan metode yang lebih menyenangkan.


(17)

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul " Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas IV Di SDN Kali Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2012/2013 ".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut di atas maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul yaitu:

1. Metode pembelajaran yang digunaan masih menggunakan metode konvensional

2. Terdapat siswa yang kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran IPA 3. Penyampaian materi pembelajaran yang kurang tepat.

4. guru kurang kreatif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran di kelas.

5. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.

6. Banyak siswa yang tidak memenuhi standar nilai yang di tentukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Penggunaan metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 20012/2013?


(18)

2. Apakah Penggunaan metode pembelajaran discovery dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 20012/2013?

3. Apakah dengan penilaian IPKG, kinerja guru dapat meningkat ?

D.Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penggunaan pembelajaran discovery dalam meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun pelajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui penggunaan pembelajaran discovery dalam meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi di Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun pelajaran 2012/2013.

3. Untuk mengetahui peningkatan kinerja guru dengan penilaian IPKG pembelajaran.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

Untuk memberikan sumbangsih positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan pengembangan metode pembelajaran discovery, dan adanya wujud dari penggunaan metode tersebut yaitu ditemukannya hasil-hasil penelitian baru tentang metode


(19)

pembelajaran discovery guna meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya di SDN Kali Awi.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Secara praktis penelitian ini barguna untuk memberikan bahan masukan atau memberikan perbaikan-perbaikan kepada guru mata pelajar IPA dalam melaksanakan metode pembelajaran discovery di sekolah untuk membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

b. Bagi siswa diharapkan dapat lebih mudah dalam memahami mata pelajaran dengan metode yang lebih menyenangkan.

c. Bagi sekolah diharapkan menjadi bahan masukan untuk membuat perencanaan dan peningkatan metode pembelajaran secara lebih baik dan optimal dalam upaya peningkatan motvasi dan prestasi belajar siswa.

d. Kemudian dapat dijadikan bahan masukkan bagi mahasiswa PGSD ketika berada dilapangan (sekolah), serta dapat juga dijadikan sebagai bahan pemberian informasi untuk masyarakat umum.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Seperti yang di kemukakan oleh Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.


(21)

Sedangkan menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Trinandita juga (1984) menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun non fisik, dalam proses belajar aktivitas siswa yang diharapkan adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan


(22)

memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sangat diharapkan aktivitas positif siswa guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran seperti yang diharapkan.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau karena proses yang terjadi secara internal didalam diri seseorang.

Menurut Morgan dan kawan-kawan ( Soekamto & Winataputra, 1997: 8) belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.

Definisi ini mencakup 3 unsur yaitu: 1.Belajar adalah prubahan tingkah laku

2.Perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman 3.Perubahan relatif tetap untuk waktu yang lama

Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau karena proses yang terjadi secara internal dalam diri seseorang.

Chaplin (Muhibbin, 1999: ) dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan.

Rumusan pertama berbunyi : belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai akibat adanya latihan khusus, sedangkan rumusan keduanya adalah: belajar merupakan proses memperoleh respon- respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

Pengertian Teori belajar konstruktivisme menurut Anita Woolfolk (Benny A. Pribadi, 2009: 156) mengemukakan pendekatan konstruktivistik sebagai pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami.

Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli


(23)

laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).

berdasarkan teori di atas jadi bisa disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku siswa yang didapatkan berdasarkan pengalaman atau pengaruh dari luar. Dan dalam proses pendidikan aktivitas belajar sangat diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran itu sendiri. Karena peran serta siswa dan guru sangat diperlukan agar menciptakan suasana yang kondusif. Dan dengan aktivitas siswa yang positif diharapkan mampu mencapai program pendidikan yang diharapkan.

3. Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B. Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi

saran,berpendapat, diskusi, interupsi.

c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.


(24)

f. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.

h. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang.

Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa.

4. Klasifikasi Aktivitas Belajar

Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2004: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan Visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

2. Kegiatan-kegiatan Lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.


(25)

4. Kegiatan-kegiatan Menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan Menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan Metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan Mental

Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan Emosional

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

5. Upaya pelaksanaan aktivitas dalam pembelajaran

Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni : 1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.

Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.

2. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas kedalam masyarakat, melalui metode karyawiasata, survei, keja


(26)

lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan pelatihan diluar.

3. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.

6. Ciri-ciri Siswa Aktif dalam Belajar

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau aktivitas siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : 1. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain

2. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru 3. Mampu menjawab pertanyaan

4. Senang diberi tugas belajar

5. Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru

6. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pembelajaran 7. Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa 8. Mencoba sendiri konsep-konsep


(27)

B.Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata dasar yaitu prestasi dan belajar. Menurut WJS Poerwadarminto (2004 : 768) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Hasil yang telah dicapai”. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2000 : 150) bahwa prestasi adalah “Hasil belajar yang meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”.

Menurut Abin Syamsuddin Makmun (1983: 430) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga atau dengan kata lain prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai suatu masalah setelah melalui ujian tertentu”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2008:17). belajar dapat diartikan sebagai sebagai “Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti adanya perubahan dalam pengetahuan, sikap, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan serta perubahan-perubahan aspek lainnya pada individu belajar”.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar.


(28)

Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

2. Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu sendiri didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Tujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains munurut Sumaji (1998:35) adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk memcahkan masalah yang


(29)

dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Penciptanya.

Pengajaran IPA menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan agar siswa:

a. Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari.

b. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan ide tentang alam di sekitarnya.

c. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar.

d. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri.

e. Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

f. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

g. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar dinyatakan bahwa tujuan


(30)

Sejalan dengan prestasi belajar dan tujuan dengan pelajaran IPA, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang diperoleh setelah melibatkan siswa secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar IPA.

C. Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan) 1. Pengertian Pembelajaran Discovery (Penemuan)

Metode discovery (penemuan) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Metode penemuan merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Menurut Suryosubroto, 2009. Ensiklopedia of Educational Research, “penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan berbagai keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan itu adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Menurut Bruner dalam Arends


(31)

(2008), discovery learning merupakan sebuah metode pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi).

Belajar penemuan mengakibatkan keigintahuan siswa, memberi aktivitas untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban. Lagi pula metode ini dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, dan meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi, tidak hanya menerima saja.

Dalam metode discovery learning, siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan kebaikan-kebaikan, diantaranya pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat, atau lebih mudah diingat.

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Discovery (Penemuan)

Ibrahim dan Nur dalam Asnawi (2009), menjelaskan tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh guru dalam menerapkan penggunaan metode dengan penemuan (discovery learning) adalah sebagai berikut:


(32)

Tabel 1 Tugas pembelajaran dengan metode discovery learning

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1:

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan bahan yang diperlukan, dan meaktivitas siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan.

Tahap 3:

Membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan hasil praktikum, dan membantu mereka untuk membagi tugas dengan temannya.

Tahap 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses yang mereka gunakan.

(Ibrahim dan Nur 2009)

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut: 1. identifikasi kebutuhan siswa

2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan


(33)

4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;

5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan; 7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;

8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa; 9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;

10.merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;

11.membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

Metode discovery merupakan salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.


(34)

3. Kekurangan dan Kelebihan Metode Discovery

Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:

a. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;

b. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;

c. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;

d. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; e. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Walaupun demikian ada kelemahan yang perlu diperhatikan ialah:

a. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

b. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.

c. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.


(35)

d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang

berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.

Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:

1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;

2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;

3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;

4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;

5. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan judul meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA dengan metode pembelajaran discovey pada siswa kelas IV di SDN Kali Awi kecamatan Negri Besar Kabupaten Way kanan tahun pelajaran 2012/2013. Dari hasil observasi awal diperoleh data hasil nilai rata-rata pretest 60,00 . dalam hal ini dapat diketahui bahwa siswa belum memenuhi kriteria


(36)

ketuntasan minimum (KKM), oleh karena itu berdasarkan data tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan perubahan metode pembelajaran discovery dari metode konvensional yang diterapkan sebelumnya. Dengan perubahan ini diharapkan aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA menjadi meningkat.

E. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah dasar penelitian yang di sintesiskan berdasarkan fakta-fakta hasil observasi dan kepustakaan yang memuat mengenai berbagai teori, dalil atau konsep-konsep. Aktivitas dan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kali Awi. Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan -kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pengertian aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun non fisik, dalam proses belajar aktivitas siswa yang diharapkan adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini sangat diharapkan aktivitas positif siswa guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran seperti yang diharapkan.


(37)

Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari, 2001:7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya aktivitas dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat aktivitas yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan aktivitas yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi aktivitas akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil

Gambar 1 Kerangka Pikir

AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA

RENDAH

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN

DISCOVERY (PENEMUAN)

AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR


(38)

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan penelitian. Dimana jawaban atau dugaan tersebut telah terbukti dengan data-data yang telah dikumpulkan peneliti.

Menurut Arikunto (2002:64) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan kajian pustaka di atas maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan bahwa :

1. Jika Penerapan metode pembelajaran discovery (penemuan) digunakan dengan tepat, maka dapat meninggkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Kali awi Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Jika Penerapan metode pembelajaran discovery (penemuan) digunakan dengan tepat, maka dapat meninggkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kali awi Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2012/2013.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Kali Awi Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subjek dalam penelitian ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi dilapangan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kali Awi Kabupaten Way Kanan, dipilihnya kelas ini karena memang tugas mengajar Guru (peneliti) di kelas IV SDN Kali Awi Kabupaten Way Kanan, jumlah siswanya 20 orang, 7 laki-laki dan 13 perempuan.

3. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 selama 3 bulan yaitu dari tanggal Maret sampai Mei 2013.


(40)

B. Faktor Yang Diteliti

Dalam penelitian ini faktor yang teliti adalah:

1. Peningkatan Aktivitas siswa pada materi pelajaran IPA. 2. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kali Awi

3. Memaksimalkan metode pembelajaran discovery pada pelajaran IPA

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah :

a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh melalui tes dalam bentuk nilai (angka) prestasi hasil belajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun, kemudian dilakukan checklist (√) untuk mengamati setiap perubahan perilaku siswa.

2. Test


(41)

untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup 3. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dan tes dapat dikumpulkan pada penelitian ini.

E. Teknik analisis Data

Setelah data diperoleh melalui pemberian tes pada akhir siklus pembelajaran. Maka langkah-langkah yang dilakukan selanjutnya untuk menganalisa hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Data Kualitatif

1. Menghitung jumlah chek list pada lembar observasi berdasarkan indikator yang telah di tentukan

2. Melakukan cheklis untuk semua indikator yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa

3. Menghitung jumlah keseluruhan cheklist yang dilakukan siswa. Jika rata jumlah akhir chek list menunjukan persentase sebesar 75 % maka siswa dinyatkn memiliki aktivitas belajar yang baik. Krena memenuhi kriteria yang di tentukan.

Data Kuantitatif

1. Penilaian hasil belajar

Nilai siswa diperoleh dengan persamaan


(42)

NS : Nilai skor yang di cari atau di harapkan SP : Skor Mentah yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : bilangan tetap

Berikut ini adalah kriteria keberhasilan dalam proses penelitian tentang aktivitas dan prestasi belajar dalam persentase (%)

90 % - 100% : Baik Sekali 75 % - 89 % : Baik 60% - 74 % : Cukup 40%-59% : Kurang 0%-39% : Kurang Sekali (arifin:2010)

Table 2 Kisi-Kisi Aktivitas Belajar Siswa

No Aspek Indikator

No. Item Positif Negatif 1 Kegiatan Visual 1.Membaca Buku Refrensi

2.Melihat Gambar

3.Kurang Mengamati Hasil Kerja Orang Lain

4.Bermain

1 2

4

3

2 Kegiatan Oral 1.Mengajukan Pertanyaan 2.Tidak Ikut Berdiskusi 3.Mengemukakan Pendapat

5

7


(43)

3 Kegiatan Mendengar

1. mendengarkan penyajian materi

2. bercakap-cakap sendiri 3. melakukan aktifitas lain

8

9 10 4 Kegiatan

Menulis

1. Menulis Materi yang diberikan

2. Membuat rangkuman 3. Mengerjakan Soal

11

12 13 5 Kegiatan

Motorik

1. Melakukan Percobaan 2. Melakukan aktivitas lain di

kelas

14

15

6 Kegiatan Menggambar

1. Menggambar rangkaian alat praktik

2. Dapat pola yang di ajarkan guru

16

17

7 Kegiatan Mental 1. Mengingat materi yang di berikan

2. Memecahkan masalah

3. Dan menganalisa materi yang di berikan

18

19 20

8 Kegiatan Emosional

1. Ketertarikan dalam belajar 2. Bersikap tenang dikelas 3. Aktif dalam belajar

21 22 23


(44)

2. Penilaian ketuntasan belajar

Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Ketuntasan belajar individual di tentukan dari KKM mata pelajaran yang di tetapkan. Siswa dinyatakan tuntas dalam belajar juka telah mendapat nilai 60, sedangkan jika tidak mencapai nilai tersebut maka siswa dinyatakan belum tuntas .untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal menggunakan persamaan:

NS : Nilai skor yang di cari atau di harapkan SP : Skor Mentah yang diperoleh siswa

SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : bilangan tetap

F. Pelaksanaan tindakan

Pelaskanaan tindakan kelas dilakukan melalui siklus-siklus yang di bagi menjadi dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap adalah unsur yang membetuk siklus, yaitu satu (Arikunto,2008;16).


(45)

Metode ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, melalui peningkatan aktivitas , sehingga dapat merubah siswa yang tadinya pasif menjadi aktif, tidak senang, takut dengan pembelajaran IPA menjadi menyenangkan. Karena dalam metode ini siswa ditekankan pada pemahaman konsep dan pengalaman langsung melalui aktivitas percobaan dan pengamatan. Siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dapat menemukan hal-hal baru dan berhasil mengeksplor kemampuan dalam dirinya.

Dalam proses pembelajaran, guru menyediakan beberapa alat peraga sebagai media-media yang nantinya digunakan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat belajar secara mandiri untuk dapat menemukan hal-hal baru dalam proses belajarnya. Dengan alat peraga, aktivitas siswa dan rasa ingin tahu siswa tentang materi lebih terlihat nyata dengan praktek langsung yang tentunya akan semakin mengeksplor kemampuannya yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Dalam penggunaan metode pembelajaran discovery peranan guru sangat di butuhkan untuk membangkitkan aktivitas belajar siswa yang awalnya pasif menjadi aktif, maka dari itu pada proses awal masih dirasa sulit untuk merubahsikap siswa dalam belajar, karena siswa terbiasa menggunakan metode konvensional, dengan demikian guru membutuhkan perencanaan untuk keberhasilan metode ini. Berikut ini peneliti akan memberikan gambaran tentang tahap-tahap yang akan dilaksanakan menggunakan metode pembelajaran discovery.


(46)

(Aqib 2007:22)

Gambar 2 Bagan siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas

OBSERVASI REFLEKSI

SELESAI Melanjutkan pada siklus

selanjutnya dengan memperbaiki metode

pembelajaran

OBSERVASI REFLEKSI

PERENCANAAN

TINDAKAN PELAKSANAAN

PRA PENELITIAN  Menentukan permasalahan

 Mengumpulkan data awal tentang hasil belajar siswa.

PERENCANAAN


(47)

G. Deskripsi Persiklus

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana Penelitian Tindakan Kelas yang hendak dilaksanakan dalam proses pembelajaran IPA yang terdiri dari 2 (dua) siklus yaitu siklus I dan siklus II

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perbaikan pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat-alat peraga atau media pembelajaran yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

2. Membagi siswa dalam beberapa kelompok.

3. Mendesain model pembelajaran Discovery Learning. 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran

5. Menjelaskan materi pembelajaran.

6. Melihat aktivitas siswa dalam mengadakan tanya jawab. 7. Mengerjakan soal secara individu.

4. Siklus I (Pertama)

Materi yang diberikan pada siklus 1 (pertama) adalah tentang energy dan penggunaannya. Materi ini diberikan dalam dua pertemuan, adapun tahanan yang dilakukan adalah:

a. Perencanaan

1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dengan Kompetens Dasar (KD) mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.


(48)

2. Menyusun dan menyiapkan alat pengumpul data, yaitu pedoman observasi sebagai instrument pengumpul data dalam proses pembelajaran.

3. Mendesain alat evaluasi untuk mengukur tingkat ketercapaian indikator, dengan menggunakan lembar kerja siswa yang harus dikerjakan dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pertemuan dilakukan selama (2x35 menit)

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

Indikator : dapat Menyebutkan contoh energi panas dan Memahami pemantulan bunyi

1. Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran. 2) Apersepsi.

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

1) Menjelaskan secara keseluruhan tentag energy dan penguunaannya 2) Siswa diminta Menyebutkan contoh sumber energi panas

3) Siswa berdiskusi bersama dengan topik bahasan matahari sebagai sumber energi panas yang sangat besar dan tidak akan habis serta fungsinya bagi kehidupan di bumi.

4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan


(49)

5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

6) Guru menyempurnakan materi dan hasil discovery siswa.

3. Kegiatan akhir

1) Siswa diminta memberikan agumennya tentang materi yang baru saja di pelajari

2) Siswa menumpulkan hasil diskusi kelompoknya

3) Siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang didapat selama proses belajar dan praktek yang baru siberikan.

4) Guru Menarik kesimpulan secara keseluruhan

5) Guru memberikan reinforcement berupa pujian kepada siswa atas ke aktifan dalam belajar.

6) Guru mengakhiri proses pembelajaran.

Siklus I Pertemuan ke-2

Kompetensi Dasar : Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaan energy

Indikator : Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, dan membuat kesimpulan berdasarkan pengamatan dari siklus yang telah dilakukan, kecendrungan


(50)

yang terjadi digunakan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya siklus yang telah dilakukan dan perbaikan pada siklus berikutnya.

Pada silkus I Siswa belum semuanya memperhatikan penjelasan guru ketika guru sedang menjelaskan, siswa juga belum seluruhnya aktif dalam kerja kelompok/ diskusi, tercatat juga siswa kurang mengerti terhadap maksud kalimat atau bahasa yang diucapkan guru. Hal ini disebabkan guru kurang menggunakan contoh/ ilustrasi dan penekanan serta alat peraga yang menarik, guru juga tidak memberikan tugas secara individu dalam diskusi/ kerja kelompok, juga guru kurang memberi penekanan-penekanan terhadap kata baru atau kata kunci yang menjadi permasalahan.

5. Rekomendasi

Setelah siklus pertama selesai dilaksanakan, maka selanjutnya adalah menganalisa data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah penggunaaan metode pembelajaran discovery dapat membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini peneliti, berdasarka hasil data yang didapat akan menjadi pertimbangan dalam proses pelaksanaan siklus selanjutnya. Dengan adanya rekomendasi ini peneliti diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan jika dalam proses pembelajaran dan penggunaaan metode discovery dianggap kurang sesuai, sehingga nantinya bias lebih baik dari yang sebelumnya dan mendapatkan hasil yang maksimal.


(51)

2. Siklus II

siklus II dilakukan berdasarkan hasil sebelumnya yang belum memenuhi standar yang di tentukan. Materi dalam siklus II masih mencakup tantang manfaat energy, pemantulan bunyi penyerapan bunyi

a. Perencanaan

1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dengan Kompetens Dasar (KD) mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

2. Menyusun dan menyiapkan alat pengumpul data, yaitu pedoman observasi sebagai instrument pengumpul data dalam proses pembelajaran.

3. Mendesain alat evaluasi untuk mengukur tingkat ketercapaian indikator, dengan menggunakan lembar kerja siswa yang harus dikerjakan dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pertemuan dilakukan selama (2x35 menit)

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

Indikator : dapat Menyebutkan contoh energi panas dan Memahami pemantulan bunyi

1. Kegiatan Awal

4) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran. 5) Apersepsi.


(52)

2. Kegiatan Inti

a. Menyebutkan keuntungan sumber energi alternatif

b. Siswa berdiskusi bersama dengan topik bahasan kerugian sumber energi alternatif melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

c. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

d. Guru menyempurnakan materi dan hasil kerja siswa.

3. Kegiatan akhir

1) Siswa diminta memberikan agumennya tentang materi yang baru saja di pelajari

2) Siswa menumpulkan hasil diskusi kelompoknya

3) Siswa diminta untuk menyimpulkan apa yang didapat selama proses belajar dan praktek yang baru siberikan.

4) Guru Menarik kesimpulan secara keseluruhan dan menyempurnakan hasil kerja siswa.

5) Guru memberikan reinforcement berupa pujian kepada siswa atas ke aktifan dalam belajar.

6) Guru mengakhiri proses pembelajaran.

Siklus II Pertemuan ke-2

Kompetensi Dasar : Menjelaskan cara memanfaatkan energi matahari dan cara memanfaatkan energi angin


(53)

Indikator : Memahami cara memanfaatkan energi matahari dan energi angin dalam kehidupan sehari-hari.

4. Refleksi

Siswa sudah mulai memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, siswa juga mulai aktif berkomunikasi dengan anggota kelompoknya dan mencatat hasil diskusi secara individual, tetapi para siswa kurang aktif ketika diskusi klasikal atau menanggapi kelompok lain ketika presentasi di depan kelas. Namun ada perkembangan yang lebih baik, siswa mulai mengerti bahasa yang dimaksud seperti, bagian-bagian, jenis-jenis, fungsi, bahwa kata-kata tersebut mengandung arti dan maksud yang berbeda. Siswa mulai menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Siswa sudah aktif memperhatikan penjelasan guru, aktif berdiskusi dan memahami kata kunci dalam pokok bahasan yang menjadi tujuan pembelajarannya. Siswa lebih respon dalam diskusi kelas/ presentasi ataupun tanya jawab. Hal ini disebabkan karena guru sudah menggunakan metode dan alat peraga yang sesuai , serta cara menjelaskan dan membimbing diskusi kecil dengan lebih intensif. Walau pada tes akhir ada saja siswa yang mau menyontek dari temannya tapi segera bisa diatasi dengan cara mendekati dan diberi teguran.

5. Rekomendasi

Setelah siklus I dan siklus 2 selesai dilaksanakan, maka selanjutnya adalah menganalisa data yang telah terkumpul kemudian membandingkan dengan hasil analisis data dari siklus I untuk mengetahui apakah penggunaaan


(54)

metode pembelajaran discovery dapat membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Kemudian berdasarka hasil data yang didapat, maka akan ditemukan berhasil atau tidaknya penggunaan metode pembelajaran discovery untuk membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV terhadap pelajaran IPA. Jika pada pada siklus II ini siswa menunjukan adanya peningkatan, maka dinyatakan berhasil, jadi tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya. Dengan adanya rekomendasi ini peneliti diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan jika dalam proses pembelajaran, sehingga nantinya bisa lebih baik dari yang sebelumnya dan mendapatkan hasil yang maksimal.

H. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari adanya peningkatan criteria ketuntasan minimum (KKM) untuk mata pelajaran ipa kelas IV di SDN Kali Awi .Siswa dapat dikatakan tuntas dalam belajar jika sudah memenuhi standar nilai KKM yang ditentukan . jika standar KKM yang di tentukan adalah 65 dan siswa tersebut melebihi nilai tersebut. Maka bisa dipastikan bahwa siswa tersebut tuntas.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Kali Awi kecamatan Negeri Besar dengan menggunakan metode pembelajaran discovery (Penemuan) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan materi tentang energi dan penggunaannya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas belajar siswa dari siklus I, terdapat peningkatan. hal ini didapatkan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti pada proses penelitian. Rata-rata aktivitas siswa dalam belajar meningkat di bandingkan sebelum dilakukannya siklus yang ditentukan. Peningkatan ini ditunjukan dari data peningkatan rata-rata yang didapat dari siklus I adalah pre test 40.00% dan post test 45.00% , Maka peningkatan yang didapat pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dan II adalah 5.00 % 2. Hasil belajar siswa dari Siklus II terdapat peningkatan yang signifikan . hal

ini didapatkan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti pada proses penelitian. Rata-rata aktivitas siswa dalam belajar meningkat di bandingkan sebelum dilakukannya siklus yang ditentukan. Peningkatan ini ditunjukan dari data peningkatan rata-rata yang didapat dari siklus I


(56)

adalah pre test 55.00% dan post test 80.00% , Maka peningkatan yang didapat pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dan II adalah 25.00 % 3. Kinerja guru mata pelajaran IPA di SDN Kali Awi terjadi peningkatan,

terutama setelah menggunakan metode pembelajaran discovery learning, hal ini dapat dilihar dari penilaian yang dilakukan oleh teman sejawat .

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah di uraikan di atas, maka saran yang diajukan peneliti adalah :

1. Kepada guru diharapkan agar dapat menerapkan metode-metode yang dapat membangkitkan kreatif siswa, agar mendapatkan hasil yang optimal

2. Kepada siswa agar lebih dapat meningkatkan aktivitas belajarnya agar mencapai hasil belajar yang maksimal.

3. Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian serupa dengan melibatkan Kepala Sekolah dan Guru sebagai partisipan untuk memeproleh informasi mengenai aktivitas dan pretasi belajar siswa.

4. Pihak sekolah untuk dapat mendukung kegiatan belajar mengajar dengan menyediakan fasilitas yang memadai untuk menunjang keberhasilan belajar. 5. Orang tua siswa agar berpartisipasi dalam mengawasi perkembangan siswa

terutama aktivitas dan prestasi belajar mereka mengingat orang tua adalah salah satu faktor pembentukan perkembangan siswa.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Abin syamsudin 1983. prestasi belajar (diakses) :

http://nurudinsiraj.blogspot.com/2011/07/beberapa-teori-prestasi-belajar-dan.html Anita Woolfolk dalam Benny A.Pribadi 2009, Teori belajar Konstruktif (diakses) :

http://irfan2410.blogspot.com/2012/04/teori-pembelajaran.html

Anton M. Mulyono, 2001, Teori Aktifitas (diakses) http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/

Ahmad Sudrajat (2008) Teori Aktifitas. (diakses)

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-Aktifitas/

Arends. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Arikunto Suharsimi (2006) Penelitian Tindakan Kelas , Bumi Aksara : Jakarta (Hal:51) Aqib , 2007 , Bagan Siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas, (diakses) :

http://www.scribd.com/doc/31021358/9/Gambar-3-1-Skema-prosedur-pelaksanaan-penelitian-tindakan-kelas-PTK

Burner dalam arend (2008) Discovery Learning :

http://kelompok28bgr.wordpress.com/2011/06/30/karya-tulis-ilmiah-upaya- meningkatkan-minat-belajar-siswa-melalui-metode-pembelajaran-discovery-learning-di-sdn-koleang-03/

Brunner (1964) Teori Belajar penemuan (Discovery learning), (diakses)

http://kedaibunga.wordpress.com/2010/04/23/teori-belajar-penemuan-discovery-learning-jerome-brunner/

Chaplin dan Muhibbin (1999) Psikologi Belajar , PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga (Hal:57)


(58)

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depeartemen pendidikan Nasional (2003) Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penilaian, Depdiknas : Jakarta

Dimyati dan Mujiono (2002), “Belajar dan Pembelajaran” PT. Rieneka Cipta : Jakarta (Hal-24)

Dirjen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri (2006) Strategi Belajar Mengajar. PT.Rieneka Cipta : Jakarta (Hal:34)

Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.(Hal:33)

Hamalik,Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Isjoni (2009) Cooperative learning efektifitas pembelajaran kelompok, Alfabeta : Jakarta (Hal:110)

Ibrahim, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta ; Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Morgan dalam Soekamto & Wiranata putra , 1997 “ teori belajar dan model-model pembelajaran “ departemen pendidikan dan kebudayaan.

Muhibbin, syah (2007) Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ,PT Remaja : Jakarta Mc. Clelland (1961) Teori Aktifitas (diakses):

http://eko13.wordpress.com/2008/03/22/teori-teori-Aktifitas/ Nana Sudjana , 2008 Teori Belajar (diakses) :

http://canizacaniza11.blogspot.com/2013/03/media-pengajaran.html

Nawai, Hadari 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada Perss. (Hal:112)

Osmundsen. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Perss.

Paul B. Diedric dalam sardiman, 2011, Jenis-Jenis Aktivitas Belajar , diakses: http://sudama-wayan.blogspot.com/2012/12/aktivitas-belajar-di-rumah.html

Poerwadarminto, 2004 Hasil Belajar (diakses): http://gojail.blogspot.com/2013/04/makalah-pengaruh-keterlambatan-terhadap.html

Sarifuddin, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Nasional.


(59)

Siadari , 2001 . Teori Metode Pembelajaran , (Diakses) : eprints.uny.ac.id/7544/1/P%20-%2023.pdf

Sriyono , Teori Aktivitas Belajar (diakses) : hamiddarmadi.blogspot.com/.../aktivitas-belajar-siswa-.

Suherman , dkk. 2001 , Keunggulan Metode Discovery( Diakses ) :

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran-discovery-penemuan/ Sumadji , 1998 , Tujuan Pemberian mata pembelajaran IPA (diakses) :

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2120776-tujuan-pembelajaran-ilmu-pengetahuan-alam/

Trianandita (1948) Teori Aktifitas (diakses):

http://mediafunia.blogspot.com/2013/01/aktivitas-dalam-pembelajaran.html Udin S. Winataputra, Dkk. 2003. Setrategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Universitas Terbuka.


(1)

metode pembelajaran discovery dapat membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Kemudian berdasarka hasil data yang didapat, maka akan ditemukan berhasil atau tidaknya penggunaan metode pembelajaran discovery untuk membantu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV terhadap pelajaran IPA. Jika pada pada siklus II ini siswa menunjukan adanya peningkatan, maka dinyatakan berhasil, jadi tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya. Dengan adanya rekomendasi ini peneliti diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan jika dalam proses pembelajaran, sehingga nantinya bisa lebih baik dari yang sebelumnya dan mendapatkan hasil yang maksimal.

H. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari adanya peningkatan criteria ketuntasan minimum (KKM) untuk mata pelajaran ipa kelas IV di SDN Kali Awi .Siswa dapat dikatakan tuntas dalam belajar jika sudah memenuhi standar nilai KKM yang ditentukan . jika standar KKM yang di tentukan adalah 65 dan siswa tersebut melebihi nilai tersebut. Maka bisa dipastikan bahwa siswa tersebut tuntas.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Kali Awi kecamatan Negeri Besar dengan menggunakan metode pembelajaran discovery (Penemuan) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan materi tentang energi dan penggunaannya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas belajar siswa dari siklus I, terdapat peningkatan. hal ini didapatkan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti pada proses penelitian. Rata-rata aktivitas siswa dalam belajar meningkat di bandingkan sebelum dilakukannya siklus yang ditentukan. Peningkatan ini ditunjukan dari data peningkatan rata-rata yang didapat dari siklus I adalah pre test 40.00% dan post test 45.00% , Maka peningkatan yang didapat pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dan II adalah 5.00 % 2. Hasil belajar siswa dari Siklus II terdapat peningkatan yang signifikan . hal

ini didapatkan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti pada proses penelitian. Rata-rata aktivitas siswa dalam belajar meningkat di bandingkan sebelum dilakukannya siklus yang ditentukan. Peningkatan ini ditunjukan dari data peningkatan rata-rata yang didapat dari siklus I


(3)

adalah pre test 55.00% dan post test 80.00% , Maka peningkatan yang didapat pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dan II adalah 25.00 % 3. Kinerja guru mata pelajaran IPA di SDN Kali Awi terjadi peningkatan,

terutama setelah menggunakan metode pembelajaran discovery learning, hal ini dapat dilihar dari penilaian yang dilakukan oleh teman sejawat .

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah di uraikan di atas, maka saran yang diajukan peneliti adalah :

1. Kepada guru diharapkan agar dapat menerapkan metode-metode yang dapat membangkitkan kreatif siswa, agar mendapatkan hasil yang optimal

2. Kepada siswa agar lebih dapat meningkatkan aktivitas belajarnya agar mencapai hasil belajar yang maksimal.

3. Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian serupa dengan melibatkan Kepala Sekolah dan Guru sebagai partisipan untuk memeproleh informasi mengenai aktivitas dan pretasi belajar siswa.

4. Pihak sekolah untuk dapat mendukung kegiatan belajar mengajar dengan menyediakan fasilitas yang memadai untuk menunjang keberhasilan belajar. 5. Orang tua siswa agar berpartisipasi dalam mengawasi perkembangan siswa

terutama aktivitas dan prestasi belajar mereka mengingat orang tua adalah salah satu faktor pembentukan perkembangan siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abin syamsudin 1983. prestasi belajar (diakses) :

http://nurudinsiraj.blogspot.com/2011/07/beberapa-teori-prestasi-belajar-dan.html Anita Woolfolk dalam Benny A.Pribadi 2009, Teori belajar Konstruktif (diakses) :

http://irfan2410.blogspot.com/2012/04/teori-pembelajaran.html

Anton M. Mulyono, 2001, Teori Aktifitas (diakses) http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/

Ahmad Sudrajat (2008) Teori Aktifitas. (diakses)

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-Aktifitas/

Arends. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Arikunto Suharsimi (2006) Penelitian Tindakan Kelas , Bumi Aksara : Jakarta (Hal:51) Aqib , 2007 , Bagan Siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas, (diakses) :

http://www.scribd.com/doc/31021358/9/Gambar-3-1-Skema-prosedur-pelaksanaan-penelitian-tindakan-kelas-PTK

Burner dalam arend (2008) Discovery Learning :

http://kelompok28bgr.wordpress.com/2011/06/30/karya-tulis-ilmiah-upaya- meningkatkan-minat-belajar-siswa-melalui-metode-pembelajaran-discovery-learning-di-sdn-koleang-03/

Brunner (1964) Teori Belajar penemuan (Discovery learning), (diakses)

http://kedaibunga.wordpress.com/2010/04/23/teori-belajar-penemuan-discovery-learning-jerome-brunner/

Chaplin dan Muhibbin (1999) Psikologi Belajar , PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga (Hal:57)


(5)

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depeartemen pendidikan Nasional (2003) Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penilaian, Depdiknas : Jakarta

Dimyati dan Mujiono (2002), “Belajar dan Pembelajaran” PT. Rieneka Cipta : Jakarta (Hal-24)

Dirjen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri (2006) Strategi Belajar Mengajar. PT.Rieneka Cipta : Jakarta (Hal:34)

Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.(Hal:33)

Hamalik,Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Isjoni (2009) Cooperative learning efektifitas pembelajaran kelompok, Alfabeta : Jakarta (Hal:110)

Ibrahim, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta ; Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Morgan dalam Soekamto & Wiranata putra , 1997 “ teori belajar dan model-model pembelajaran “ departemen pendidikan dan kebudayaan.

Muhibbin, syah (2007) Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ,PT Remaja : Jakarta Mc. Clelland (1961) Teori Aktifitas (diakses):

http://eko13.wordpress.com/2008/03/22/teori-teori-Aktifitas/ Nana Sudjana , 2008 Teori Belajar (diakses) :

http://canizacaniza11.blogspot.com/2013/03/media-pengajaran.html

Nawai, Hadari 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada Perss. (Hal:112)

Osmundsen. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Perss.

Paul B. Diedric dalam sardiman, 2011, Jenis-Jenis Aktivitas Belajar , diakses: http://sudama-wayan.blogspot.com/2012/12/aktivitas-belajar-di-rumah.html

Poerwadarminto, 2004 Hasil Belajar (diakses): http://gojail.blogspot.com/2013/04/makalah-pengaruh-keterlambatan-terhadap.html

Sarifuddin, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Nasional.


(6)

Siadari , 2001 . Teori Metode Pembelajaran , (Diakses) : eprints.uny.ac.id/7544/1/P%20-%2023.pdf

Sriyono , Teori Aktivitas Belajar (diakses) : hamiddarmadi.blogspot.com/.../aktivitas -belajar-siswa-.

Suherman , dkk. 2001 , Keunggulan Metode Discovery( Diakses ) :

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran-discovery-penemuan/ Sumadji , 1998 , Tujuan Pemberian mata pembelajaran IPA (diakses) :

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2120776-tujuan-pembelajaran-ilmu-pengetahuan-alam/

Trianandita (1948) Teori Aktifitas (diakses):

http://mediafunia.blogspot.com/2013/01/aktivitas-dalam-pembelajaran.html Udin S. Winataputra, Dkk. 2003. Setrategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WAY MULI KECAMATAN RAJABASA LAMPUNG SELATAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012

32 276 58

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMAKAIAN ATRIBUT PRAMUKA TANPA LATIHAN DI SMA NEGERI 1 NEGERI BESAR KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 21 61

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PADANGRATU KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 51

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE DEMONSTRASI KELAS IV SD NEGERI 2 REJOSARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 42

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS V SDN 2 NEGERI BESAR KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 13 58

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 30 59

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA REALIA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN I CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn KELAS V SDN SRI BASUKI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN

0 14 54

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PAKUAN RATU KECAMATAN PAKUAN RATU KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 24 66

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS IV SD NEGERI SRI BASUKI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2013/2014

0 2 44