MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PAKUAN RATU KECAMATAN PAKUAN RATU KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

(2)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES SISWA

KELAS IV SD NEGERI 1 PAKUAN RATU KECAMATAN PAKUAN RATU KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh RETSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES SISWA

KELAS IV SD NEGERI 1 PAKUAN RATU KECAMATAN PAKUAN RATU KABUPATEN WAY KANAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Retsi

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan melalui penerapan model pembelejaran example – non example.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

example – non example dapat meningkatkan aktivitas belajar yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I 58,00 % (kategori sedang), siklus II 80,50 % (kategori tinggi), dan siklus III 89,50 % (kategori tinggi). Rata-rata persentase ketuntasan belajar siswa 21,00% pada siklus I (kategori rendah), ketuntasan belajar siswa 51,50% pada siklus II (kategori sedang), dan ketuntasan belajar siswa 93,94 pada siklus II (kategori sangat tinggi).


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di desa Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada tanggal 14 Januari 1971, anak ke-3 dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak CA. Efendi dan Ibu Ayima Yati

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pakuan Ratu Tahun 1984. Sekolah Menengah Pertama pada SMPN Pakuan Ratu pada tahun 1987. Sekolah Menengah Atas di Sekolah Pendidikan Guru SPG PGRI Kota Bumi tahun 1990.

Diploma 2 STAI Ma’arif Metro dari tahun 2006 sampai 2008.

Pada tahun 2010 penulis tercatat sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S-1 PGSD SKGJ (Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan).

Selama menjadi mahasiswa S-1 PGSD SKGJ penulis masih aktif sebagai guru pada SD Negeri 1 Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan sebagai guru kelas sejak tahun 2007 hingga sekarang.


(8)

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, kerena limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan baik tanpa ada kendala dan hambatan yang berarti.

Penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul " Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Examples Non-Examples Siswa Kelas IV SD Negeri Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan Tahun Pelajaran 2013-2014 " adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Lampung.

Dalam penyelesaian penelitian tindakan kelas (PTK) ini, penulis banyak dibimbing dan diarahkan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas lampung yang telah memberikan berbagai fasilitas demi terlaksananya penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi PGSD S-1 Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas berbagai kemudahan yang diberikan kepada penulis.


(10)

4. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd., sebagai dosen pembimbing, yang selalu memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti, serta penuh sabar membimbing penulis selama pelaksanaan PTK.

5. Ibu Dra. Yulina Hamdan, M.Pd. I, sebagai dosen pembahas yang senantiasa telah memberikan masukan dan saran selama pelaksanaan PTK.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pengampu Program S-1 PGSD Dalam Jabatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pend idikan Universitas Lampung.

7. Ibu Nurlela, S.Pd. Kepala SD Negeri 1 Pakuan Ratu, Ibu Dra. Robaiti. selaku Observer, serta guru-guru dan staf yang telah memberikan kesempatan, kemudahan dan fasilitas pendukung demi terlaksananya penelitian ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa PGSD SKGJ angkatan 2010

9. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi kita semua, khususnya bagi penulis pribadi. Amin Ya Robbal Alamin.

Pakuan Ratu, 6 Januari 2013 Penulis

Retsi.


(11)

MOTO

1.

Sabar dalam menghadapi kesulitan dan bertindak bijaksana

dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.

2.

“Jangan pernah takut untuk menco

ba, karena segala sesuatu

hal berawal dari mencoba sampai akhirnya Anda sendiri

yang menilai apakah Anda sudah mampu dalam bidang

tersebut atau belum.”

3.

“Mulailah menggarap sedikit demi sedikit ide yang ada

dalam pikiran Anda, jangan jadikan ide tersebut hanya


(12)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk Suami tercinta Gunawan

Yang selalu memberikan do

a dan dukungan moral dan materiil

yang tak henti-hentinya untuk keberhasilanku.

Anakku tersayang Genta beserta adik-adiknya, dan keluargaku

i

yang selalu memberikan semangat, dan keberhasilanku

dan untuk teman-teman yang selalu memberikan motivasi,

bantuan, dan dukungannya,

serta Ibu Dra. Yulina Hamdan, M.Pd.I. dan

Bapak Dr. Cahandra Ertikanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing

dan Pembahas.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ……... xiii

Daftar Gambar ……... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ... 5

D Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Aktivitas Belajar ... 7

B. Hasil Belajar ... 9

C. Model Pembelajaran Examples Non Examples ... 14

1. Pengertian ... 14

2 Prinsip / Ciri-ciri ... 15

3. Kelebihan dan Kekurangan ... 16

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples ... 17

5. Sintaks Model Pembelajaran examples non examples ... 18 6. D. Pembelajaran IPA ... 19

1 Pembelajaran IPA di SD ... 22

2 Optimalisasi Pembelajaran IPA di SD ... 24

3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD ... 26

E. Kerangka Pikir ... 29


(14)

III . METODE PENELITIAN ... 31

A. Setting penelitian ... 31

1. Subject penelitian ... 31

2. Waktu penelitian ... 31

B. Faktor yang Diteliti ... 31

C. Data Penelitian ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Instrumen Penelitian . ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 33

G. Pelaksanaan Tindakan ... 35

H. Indikator Keberhasilan ... 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

B. Deskripsi Prosedur dan Hasil Penelitian ... 47

a. Tindakan Siklus I ... 47

b. Tindakan Siklus II ... 50

c. Tindakan Siklus III ... 55

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

Daftar Pustaka ... 63


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil belajar siswa kelas IV semester I mata pelajaran IPA

tahun pelajaran 2012/2013 ... 4 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 28 3. Indikator Keberhasilan ... 44 4. Aktivitas siswa selama KBM pada Siklus I (pertemuan 1

dan 2) ... 48 5. Distribusi hasil belajar IPA siswa selama KBM Siklus I ... 49 6. Aktivitas siswa selama KBM pada Siklus II (pertemuan 1

dan 2) ... 52 7. Distribusi hasil belajar IPA siswa selama KBM Siklus II ... 53 8. Aktivitas siswa selama KBM pada Siklus III (pertemuan 1

dan 2) ...

56 9. Distribusi hasil belajar IPA siswa selama KBM Siklus III ... 57 10. Hasil Analisis Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 58 11. Data Persentase Hasil Belajar Menggunakan Model


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur PTK Model Lewin menurut Elliot (Wiraatmadja, 2007:


(17)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Izin Penelitian ... 66

2. Surat Keterangan Penelitian ... 67

3. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 68

4. Data Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 69

5. Data Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 71

6. Instrumen Pengamatan Guru Mengajar Siklus I ... 73

7. Data Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 75

8. Data Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 77

9. Instrumen Pengamatan Guru Mengajar Siklus II ... 79

10. Data Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 ... 81

11. Data Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2 ... 83

12. Instrumen Pengamatan Guru Mengajar Siklus III ... 85

13. Fhoto-Fhoto Kegiatan Penelitian ... 87


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia, sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia pendidikan. Kesuksesan dalam pembangunan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dibidang ekonomi, tetapi juga kualitas sumber daya yang menjalankan proses pembangunan tersebut. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui pendidikan itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembngnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab (UU RI, 2003:7).

Keberhasilan pendidikan akan dicapai oleh suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Untuk itu pemerintah akhir-akhir ini


(19)

2

mengusahakan mutu pendidikan di tanah air terutama pendidikan formal. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah berkaitan langsung dengan siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik. Keberhasilan pendidikan di sekolah dapat diketahui dari motivasi siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dari diri siswa, orang tua, dan guru.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan sehingga proses belajar yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal khususnya dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh komponen belajar mengajar, misalnya siswa, guru, sarana dan prasarana belajar.

Dari hasil pengamatan peneliti, hasil belajar peneliti di SD Negeri 1 Pakuan Ratu masih sangat memperihatinkan khususnya mata pelajaran IPA dari beberapa pemantauan yang bersifat formal maupun non formal banyak siswa mengeluh dalam upaya menerima mata pelajaran IPA. Mereka merasa bosan, dan kurang puas. Hal tersebut diperberat dengan sarana dan prasarana fasilitas pratikum yang kurang memadai.

Dalam hubungannya dengan pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA di SD Negeri 1 Pakuan Ratu masih dapat ditingkatkan. Ada beberapa faktor yang diduga mempunyai korelasi positif terhadap peningkatan hasil belajar IPA (sains), yaitu kurikulum, media, guru dan proses belajar mengajar. Dari faktor-faktor tersebut, proses pembelajaran merupakan faktor yang cukup penting, karena dalam proses itu terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Dalam pembelajaran diperlukan kesesuaian antara pengalaman guru dengan siswa.


(20)

3

Kebermaknaan pembelajaran IPA sangat ditentukan oleh kegiatan-kegiatan nyata, karena siswa SD belum dapat menghubungkan alasan yang bersifat hipotesis. Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman dan pemahaman akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru.

Dalam kaitannya dengan uraian di atas, pembelajaran IPA pada umumnya masih dominan menggunakan metode konvensional dan penugasan yang terkesan kaku dan dogmatis sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-benda konkrit. Selama ini, siswa kurang diberi kesempatan untuk melakukan observasi, penyelidikan, memahami sendiri, dan melakukan eksperimen terhadap konsep-konsep IPA melalui pengalaman nyata.

Sementara dari kajian awal terhadap guru dan siswa di SD Negeri 1 Pakuan Ratu terungkap, guru kesulitan membelajarkan siswa dalam pelajaran IPA pada umumnya. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, karena siswa adalah pembelajar, guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas perlu memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan siswa.

Hal ini perlu dilakukan agar para siswa memperoleh kepuasan belajar dengan penuh gairah yang dapat membangkitkan antusias serta motivasi siswa dalam menuangkan semua ide yang terkait dengan mata pelajaran yang diberikan, khususnya mata pelajaran IPA. Dengan demikian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan akan memunculkan kreatifitas tinggi yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(21)

4

Adapun pengemasan metode pembelajaran yang disarankan adalah melalui pemanfaatan media lingkungan pada materi benda dan sifatnya dalam pembelajaran IPA yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Pemanfaatan lingkungan adalah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran dan siswa belajar dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan yang alami. Anak tidak menghapal seperangkat fakta-fakta dan konsep yang siap diterima, tetapi anak dirangsang untuk terampil mengembangkan sendiri fakta-fakta dan konsep dari apa yang dilihatnya secara nyata.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 1 Pakuan Ratu kelas IV pada mata pelajaran IPA, siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru terbukti pada saat siswa diberi pertanyaan dari guru, siswa tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, terlihat bahwa siswa kurang memahami penjelasan yang dilakukan guru dengan metode ceramah. Sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.

Dari data nilai yang diperoleh siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Hasil belajar siswa kelas IV semester 1 Mata Pelajaran IPA tahun Pelajaran 2012/2013

No Interval Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori 1

2 3

60,0 - 100,0 40,0 - 59,00

< 40 15 13 5 45,45 39,39 15,15 Baik Cukup Kurang

Jumlah 33 100

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Peningkatan


(22)

5

Aktivitas Belajar. IPA melalui model pembelajaran Examples Non-Examples

siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu tahun pelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentidikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa.

2. Banyaknya siswa kelas IV yang memperoleh nilai IPA dibawah KKM (60) adalah 18 siswa (54,55%)

3. Pembelajaran masih cenderung konvensional (ceramah) 4. Guru masih mendominasi pembelajaran (teacher centered)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran examples non-examples dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu?

2. Bagaimana penggunaan model pembelajaran examples non-examples dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(23)

6

1. Meningkatkan aktivitas belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran examples non-examples siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu.

2. Meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran examples non-examples siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan proses belajarnya. b. Meningkatkan hasil belajarnya.

c. Menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan hasil belajar. 2. Bagi Guru

a. Kemampuan memperbaiki pembelajaran. b. Berkembangnya profesionalisme diri.

c. Ikut berperan aktif dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan.

d. Tumbuh rasa percaya diri yang kuat dalam memecahkan masalah pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

a. Sebagai referensi dalam perbaikan pembelajaran di sekolah. b. Meningkatnya kualitas pendidikan di sekolah.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Aktivitas Belajar

Secara etimologi aktivitas belajar berasal dari dua kata, yaitu aktivitas dan belajar. Aktivitas dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai kegiatan, keaktifan, kesibukan, sedangkan belajar secara bahasa berarti berusaha mengetahui sesuatu; berusaha memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan (Qodratillah, 2008: 24). Hal ini berarti segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siapapun dianggap sebagai aktivitas. Selanjutnya Hanafiah dan Suhana

(2009: 23) menyatakan: “aktivitas pembelajaran haruslah melibatkan seluruh

aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspekkognitif, afektif, maupun psikomotor”.

Namun demikian, cukup banyak para ahli yang merumuskan pengertian belajar. Slameto (dalam Kurnia 2008: 1.3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Winkel (dalam Kurnia (2008: 1.3) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan


(25)

8

yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama.

Segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai (Winkel 1998: 48). Menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Lebih lanjut Sadiman (2009: 44) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik dan mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa sangat diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena siswa lah yang sebenarnya banyak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2006: 98) mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan dengan harapan siswa belajar. Aktivitas siswa merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar aktivitas itu harus selalu berkait sehingga akan membuahkan hasil belajar yang optimal.

Dalam hal kegiatan belajar ini, Rousseou (dalam Sardiman 2010: 96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan belajar sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun


(26)

9

teknis. Oleh sebab itu, orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar ialah kegiatan-kegiatan aktif yang dilakukan siswa yang bersifat fisik dan mental dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa, diharapkan siswa akan semakin memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru, dengan demikian hasil belajar siswa akan meningkat.

B. Hasil Belajar

Hasil belajar berasal dari kata “hasil” dan “belajar”. Pengertian “Hasil” (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Rini Susanti (dalam Suyono 2008: 11). Sedangkan

“Belajar” adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan

untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman, Grounlund (dalam Suyono 2008: 12).


(27)

10

Belajar merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik individualnya yang khas, seperti minat, intelegensi, perhatian, bakat dan sebagainya, Grounlund (dalam Suyono 2008: 12).

Hasil belajar merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Suatu hasil belajar tidak hanya sebagai indikator, keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Selain itu juga, hasil belajar juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan perilaku setelah mengikuti proses belajar mengajar berdasarkan tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Hasil belajar diukur dengan sebuah tes, hasil belajar berbentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelas setelah mengikuti proses pembelajaran. Setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement)

seseorang. Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan bukan hanya penguasaan kemampuan akademik baru saja, melainkan juga perkembangan emosional, interaksi sosial dan perkembangan kepribadian. Perubahan dari belum mampu ke arah menjadi mampu dalam jangka waktu tertentu, hal tersebut dapat


(28)

11

dikatakan hasil belajar. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Syah, Muhibbin (2003: 91-92) menyatakan bahwa hasil belajar juga dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Aspek kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang berarti. Aspek insitusional atau kelembagaan menekankan pada ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka. Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan penafsiran siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat di evaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Keberhasilan dalam pendidikan adalah terletak pada kemampuan dan kualitas proses pendidikan. Proses pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan produk pendidikan yang baik pula. Pendekatan pembelajaran konstruktivisme


(29)

12

menuntut pembelajaran yang berpusat belajar yang baik kepada siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang didominasi ceramah oleh guru.

Hasil belajar memiliki beberapa kategori yakni: 1) Intellectual skill, 2) Cognitif Strategies,3)Verbal Information,4)Motor skill,dan 5)Attitudes.

1) Keterampilan Intelektual (Intellectual skill)

Kemampuan ini merupakan keterampilan yang membuat seseorang secara cakap berinteraksi dengan lingkungan melalui penggunaan lambang-lambang.

2) Siasat Kognitif (Cognitif Strategies)

Kemampuan yang mengatur cara bagaimana si pelajar mengelola belajarnya.

3) Informasi Verbal (Verbal Information)

Kemampuan ini berupa perolehan label atau nama, fakta dan pengetahuan yang tersusun rapi.

4) Keterampilan Motorik (Motor skill)

Kemampuan yang mendasari pelaksanaan perbuatan jasmaniah secara mulus.

5) Sikap (Attitudes)

Menurut Sadiman (2009:45), belajar dapat diartikan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Hasil belajar


(30)

13

yang juga merupakan prestasi guru dalam pembelajaran atas tiga kategori ranah, yang dikenal dengan sebutan “Taksonomi Bloom” yakni: kognitif, afektif, dan

psikomotor. Ketiga kategori prestasi belajar itu mempunyai beberapa aspek masing-masing yaitu: Kognitif, aspek-aspek dari domain ini terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Afektif,

domain ini terdiri dari aspek-aspek: penerimaan penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pengarahan. Psikomotorik, terdiri dari beberapa aspek: kemampuan gerak refleks, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, kemampuan gerak terampil, dan kemampuan gerak komunikatif.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu yang dinyatakan dalam nilai baik berbentuk rapor dan laporan lain seperti nilai mid semester, dimana angka mid semester tersebut mencerminkan keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajarnya.

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah mengikuti program belajar mengajar dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakikat IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah.


(31)

14

C. Model Pembelajaran Examples Non-Examples 1. Pengertian.

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk perancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas tau di tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.

Brady (dalam Aunurrahman, 2011:146), mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru didalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011:133), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk urikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan embelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.


(32)

15

Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti ;

a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan, b. kemampuan analisis ringan, dan

c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.

Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui LCD Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas. Pembelajaran dengan menggunakan metode Example Non Example yang menyajikan gambar-gambar yang menarik akan memotivasi siswa untuk lebih mudah memahami makna dan pesan dari gambar-gambar tersebut. Hal ini akan sangat efektif dalam menjelaskan materi sains pokok bahasan kerangka manusia.

2. Prinsip / ciri-ciri

Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita


(33)

16

pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Non-example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep, Joyce and Weil (dalam Buehl 1996: 23).

Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Metode Example non-Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.

3. Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Buehl (1996: 35) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:


(34)

17

1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.

2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example.

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Kelebihan:

1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. 3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Kekurangan:

1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 2. Memakan waktu yang lama.

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Example Non Example:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar.

b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui video, jika ada dapat pula menggunakan proyektor.

Pada tahapan ini guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus pembentukan kelompok siswa.


(35)

18

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis gambar.

Biarkan siswa melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat difahami oleh siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa.

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika disediakan oleh guru.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing.

f. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

Setelah memahami hasil dari analisa yang dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. g. Kesimpulan Model Pembelajaran Examples Non Examples

Guru membuat kesimpulan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan memperhatikan pendapat siswa, Joyce and Weil (dalam Rusman,1986: 128).

5. Sintaks Model Pembelajaranexamples non examples

Pada sintaks pertama model pembelajaran examples non examples, guru mempersiapkan gambar-gambar yang merupakan contoh dan non contoh. Siswa diminta untuk menganalisis permasalahan yang ada pada gambar. Pada tahap ini siswa diberi sesuatu yang berlawanan sehingga merangsang. siswa untuk berpikir kreatif dengan mempertimbangkan bagian contoh maupun

non contoh dari gambar yang ditempel dipapan, dengan melakukan aktivitas mengajukan pertanyaan dan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah sehingga berdasarkan hasil angket tanggapan siswa diketahui bahwa, sebagian besar siswa merasa diberi kesempatan untuk berpikir kreatif.


(36)

19

Sintak kedua adalah diskusi kelompok. Siswa bersama teman satu kelompok saling mendiskusikan LKK dengan mencari informasi dari kartu bergambar, sehingga jika ada siswa yang mengalami kesulitan dapat bertanya pada anggota kelompoknya. Pada tahap diskusi ini membuat siswa bebas mengajukan gagasan-gagasan yang asli dari pemikirannya melalui aktivitas bekerjasama dalam kelompok se-hingga memicu keaktifan siswa.

D. Pembelajaran IPA

Mata pelajaran IPA berkaitan dengan kemampuan-kemampuan siswa mengenai pemahaman struktur dasar sistem bilangan daripada mempelajari keterampilan dan fakta-fakta hafalan. Pelajaran IPA menekankan mengapa dan bagaimana IPA melalui penemuan dan eksplorasi.

Mata pelajaran IPA menerapkan prinsip-prinsip basic skill movement yang mencerminkan beberapa kemampuan dasar IPA bagi siswa yang meliputi hal sebagai berikut.

a. Menyiapkan anak untuk belajar IPA b. Maju dari konkret ke abstrak

c. Penyediaan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang d. Generalisasi ke dalam situasi baru

e. Bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa

f. Perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep atau keterampilan IPA

g. Penyediaan program IPA yang seimbang. (Mulyono, 2003:273).

Oleh karena itu ada beberapa pendekatan dalam pengajaran IPA, yaitu sebagai berikut.


(37)

20

Dalam hal ini guru diharapkan memberikan pelajaran IPA sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Tidak akan ada manfaatnya mengajarkan anak suatu konsep atau keterampilan IPA sebelum mencapai tahap perkembangan tersebut karena tidak akan berhasil.

b. Belajar Tuntas

Dalam pembelajaran IPA guru harus menentukan sasaran atau tujuan pembelajaran khusus. Sasaran tersebut harus dapat diukur dan diamati, menguraikan langkah-langkah yang sudah dikuasai oleh siswa dari soal mudah, sedang ke tingkat yang sukar, dan mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.

c. Strategi belajar

Strategi belajar IPA memusatkan bagaimana siswa belajar agar dapat mengembangkan stratgi belajar metakognitif yang mengarahkan proses mereka dalam belajar.

d. Pemecahan Masalah

Mulyono, (1999:25), Strategi belajar IPA dengan pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kaitannya dengan soal-soal IPA.

Keempat pendekatan dalam pembelajaran IPA tersebut, tentunya menuntut kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, juga dituntut lebih aktif dan cermat melakukan strategi pembelajaran agar siswa yang mengalami


(38)

21

kesulitan belajar tidak merasa ditinggalkan tetapi terlayani dengan baik dengan cara kemampuannya sendiri dan mampu mengikuti setahap demi setahap.

IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah (Departemen Pendidikan Nasional, 2004:32).

Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi.Pendidikan IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat


(39)

22

membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Departemen Pendidikan Nasional, 2004: 32).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, hakikat sains dalam penelitian ini adalah suatu ilmu atau pengetahuan yang mengamati dan memahami tentang berbagai gejala alam, yang bersifat analitis, logis, rasional, lengkap dan cermat, yang berupa prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum, konsep-konsep, maupun fakta-fakta yang ditujukan untuk menjelaskan gejala alam serta menghubungkan berbagai gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga membentuk sudut pandang yang baru terhadap objek yang diamatinya.

1. Pembelajaran IPA di SD

Pendidikan IPA di SD ditujukan agar siswa dapat mempelajari tentang diri sendiri dan alam sekitar. Dalam hal ini, pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi, agar siswa mampu menjelajahi dan mengalami alam sekitar secara ilmiah. Dalam IPA terdapat tiga komponen utama yaitu proses, produk dan sikap. Produk IPA dapat berbentuk konsep, generalisasi, prinsip, teori dan hukum. Proses IPA digambarkan sebagai langkah-langkah penyelidikan yang meliputi masalah, observasi, hipotesis menguji hipotesis, dan kesimpulan. Sikap sains berkaitan dengan ketelitian, kejujuran, dan membuat keputusan. Sains juga diartikan sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain, penyelidikan, penyusunan, dan penyajian gagasan..


(40)

23

IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawiradilaga dan Siregar, 2007: 44).

Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini:

a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh

: nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda

yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula.

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

c. IPA merupakan pengetahuan teoritis.

Teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,


(41)

24

penyusunan teori, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain

d. Menurut Carin & Sund (dalam Djuanda.dkk 2006: 42) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut.

e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.

Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

2. Optimalisasi Pembelajaran IPA di SD

Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal banyak dipengaruhi oleh beberapa komponen belajar mengajar antara lain: Bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, interaksi guru dan siswa media atau alat peraga yang dipergunakan dan sebagainya.


(42)

25

Dari beberapa komponen belajar mengajar tersebut di atas tentunya tidak boleh ada salah satu komponen yang diabaikan, sebagai contoh penggunaan alat peraga, sebab alat peraga mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai alat bantu untuk memperjelas suatu konsep, ide atau pengertian tertentu sehingga siswa tidak akan memiliki pemahaman yang besifat verbalisme (Rustiyah 1995 : 61) Proses belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga yang sesuai akan lebih berhasil dari pada tidak menggunkan alat peraga (Sadiman, 2006 : 56).

Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada tingkat Sekolah dasar bertujuan agar siswa memahami pengertian-pengertian dasar IPA dan saling berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, serta memahami lingkungan alam, sehingga dengan melihat tujuan pengajaran IPA pada tingkat SD maka didalam menyampaikan materi IPA kepada siswa tentunya berbeda dengan materi pelajaran yang lain, misalnya : IPS, IPA, Bahasa Indonesia atau lainnya, terutama didalam menggunakan media atau alat peraga.

Untuk melatih ketrampilan anak agar dapat berfikir secara kreatif dan inovatif melalui IPA merupakan latihan awal bagi anak untuk berfikir kritis dalam mengembangkan daya cipta dan minat siswa secara dini kepada alam sekitarnya.

Pentinganya peningkatan pengajaran IPA di amanatkan dalam TAP MPR No.II/MPR/1998 tentang GBHN yang menyatakan antara lain bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan


(43)

26

ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran IPA.

Dengan hal tersebut di atas jelas bahwa pengajaran IPA mendapat perhatian besar untuk semua jenjang pendidikan, khususnya pada tingkat Sekolah Dasar yang menjadi landasan begi pendidikan selanjutnya.

Keberhasilan pengajaran IPA ditentukan oleh beberapa hal antara lain, kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri di dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pengajaran IPA yang terdapat dalam kurikulum.

3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.


(44)

27

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

( BSNP: 2006:488) Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan secara mata pelajaran sejak kelas IV sampai kelas VI, sedang kelas 1 sampai kelas III diberikan secara tematik pada pelajaran lain. Karena di dalam penelitian ini yang penulis kaji bahan kelas IV, maka di bawah ini penulis sampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV.

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas IV, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya

1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya 1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan

kerangka tubuh

1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya


(45)

28

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

indera 2. Memahami hubungan

antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya

2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya

2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya

2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya

2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya

3. Menggolongkan hewan, berdasarkan jenis makanannya

3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan 3.2 Menggolongkan hewan berdasarkan jenis

makanannya 4. Memahami daur

hidup beragam jenis makhluk hidup

4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk, kupu-kupu, kucing

4.2 Menunjukkan kepedulian terhadap hewan peliharaan, misalnya kucing, ayam, ikan

5. Memahami hubungan sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan

lingkungannya

5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas

(simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan” antar makhluk hidup (rantai

makanan)

5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya

Benda dan Sifatnya

6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya

6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu

6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cairpadatcair; cairgascair; padat

gas

6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya


(46)

29

Materi IPA Kelas IV SD yang dipakai dalam penelitian ini adalah Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan dengan menggunakan alat peraga berupa contoh-contoh gambar.

E. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kondisi awal siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu semester I tahun pelajaran 2013/2014 bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar IPA belum optimal. Aktivitas belajar dan hasil belajar mata pelajaran IPA rendah diakibatkan karena guru dalam mengajar menggunakan metode ceramah. Umumnya siswa cenderung cepat bosan mendengarkan penjelasan guru, sehingga mengurangi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Untuk mengatasi hal tersebut maka guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode exampeles non examples dalam dua siklus. Pada siklus pertama guru melakukan tindakan dengan cara membagi kelompok belajar, dimana setiap kelompok masing-masing tiga orang dan menggunakan media pembelajaran berupa gambar tidak berwarna. Pada siklus kedua guru melakukan tindakan dengan cara membagi kelompok belajar dengan setiap kelompok masing-masing dua orang dan menggunakan media pembelajaran berupa gambar berwarna atau animasi.

Kondisi akhir mengenai motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam meningkat setelah menerapkan metode examples non examples. Peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar ini ditandai dengan hasil observasi dan nilai ulangan pada setiap siklus yaitu dengan membandingkan antara sikus pertama dengan sikus kedua.


(47)

30

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara pada kajian teori dan kerangka berfikir, menjawab perumusan yang diajukan dan merupakan hipotesis tindakan bukan merupakan hipoesis penelitian. Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: melalui metode examples - non examples dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV semester I SD Negeri 1 Pakuan Ratu Tahun Pelajaran 2013/2014.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan..

2. Subjek penelitian

Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV yang berjumlah 33 orang, yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan.

3. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014 yaitu dari bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013.

B. Faktor Yang Diteliti

1. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

2. Peningkatan hasil belajar IPA siswa, yang diukur melalui tes dan di laksanakan di akhir siklus.


(49)

32

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah :

1. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil obervasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh melalui tes dalam bentuk nilai (angka) hasil belajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, dan tes pada setiap akhir siklus.

1. Observasi

Obsevasi dilakukan oleh sorang guru mitra. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan dengan penyapuan setiap 10 menit selama proses pembelajaran. Data aktivitas di peroleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa menggunakan “√”, Indikator yang diobservasi

mencakup sebagai berikut:

a. Memperhatikan penjelasan guru b. Bertanya /menjawab pertanyaan c. Memahami pemanfaatan alat peraga d. Mengerjakan LKS


(50)

33

2. Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar/prestasi belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran examples non-examples. Tes diberikan setiap akhir siklus pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah a. Lembar Observasi

b. Lembar Tes.

F. Teknik Analisis Data

Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes pada setiap akhir siklus pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengganalisis data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut;

1. Data Kualitatif

a. Menghitung jumlah check list (√) pada lembar observasi berdasarkan indikator aktivitas siswa yang telah ditentukan.

b. Menghitung jumlahcheck list (√) untuk semua indikator aktivitas yang dilakukan oleh siswa.

c. Menghitung persentase semua indikator aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Jika siswa melakukan lebih atau sama dengan 75% dan semua indikator aktivitas yang ditentukan dilakukan siswa secara aktif maka siswa dikategorikan aktif.


(51)

34

Indikator aktivitas siswa dinyatakan sebagai berikut :

No Indikator Kategori

1 5 aktivitas Sangat Aktif 2 4 Aktivitas Aktif

3 3 Aktivitas Cukup Aktif 4 2 Aktivtas Kurang Aktif 5 1 Aktivitas Tidak Aktif Sumber: Diadopsi dari Muncarno (2001 : 126)

2. Data Kuantitatif

a. Penilaian hasil belajar

Nilai siswa diperoleh dengan persamaan

Keterangan :

NS = Nilai skor yang dicari atau diharapkan SP = Skor mentah yang diperloleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap

(Sumber : adopsi dari Mulyasa, 2002: 16)

Klasifikasi aktivitas siswa ditentukan sebagai berikut:

No Interval Nilai (%) Tingkat Kemampuan

1 80,01 % - 100 % Sangat Tinggi (ST) 2 60,01 %–80,00 % Tinggi (T) 3 40,01 %–60,00 % Sedang (S) 4 20,01 %–40,00 % Rendah (R) 5 0,00 % - 20,00 % Sangat Rendah (SR)

(Sumber: adopsi dari Purwanto, 2006: 102)

Skor Perolehan (SP)

NS = X 100


(52)

35

b. Penilaian ketuntasan belajar

Dalam penelitian ini terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar individual didapat dari KKM mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu siswa dinyatakan tuntas dalam belajarnya jika telah mendapatkan nilai 60, sedangkan di bawah 60 dinyatakan belum tuntas. Ketuntasan belajar secara klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan belajar menyeluruh. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal menggunakan persamaan:

Keterangan :

NP = Nilai persentase yang dicari atau diharapkan ST = Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar

SS = Jumlah seluruh siswa dalam satu kelas 100% = Bilangan pengali tetap

(Sumber : adopsi dari Mulyasa, 2002: 16)

G. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam siklus, yakni dilaksanakan dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap pengamatan (observasing), dan tahap refleksi berdasarkan hasil pengamatan (reflecting), Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur yang

∑ Siswa Tuntas (ST)

NP = X 100% ∑ Seluruh Siswa (SS)


(53)

36

membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula (dalam Arikunto, 2008: 16).

Gambar 1. Alur PTK Model Lewin menurut Elliot (Wiraatmadja, 2007: 67)

Dalam pembelajaran siswa menggunakan alat peraga sebagai media pembantu untuk menjawab LKS.

1. Siklus I

Materi siklus I adalah “Hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dan fungsinya” dan “memelihara kesehatan kerangka tubuh”. Materi ini diberikan dalam dua pertemuan, tahap-tahap yang dilakukan adalah :

a. Perencanaan

1) Mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan teman sejawat atau guru mitra.

2) Membuat perangkat pembelajaran.

Dst Merencanakan

selanjutnya

Melakukan Tindakan

Observasi

Refleksi SIKLUS II Merencanakan

Melakukan Tindakan

Observasi

Refleksi SIKLUS I


(54)

37

3) Menyiapkan lembar catatan lapangan serta menyiapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai penunjang aktivitas dan hasil belajar sesuai dengan materi yang diberikan 4) Menyiapkan perangkat tes

b. Pelaksanaan

1) Pertemuan pertama (2x35 menit)

Kompetensi dasar : Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya.

Indikator : Mendiskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.

a) Kegiatan awal

1) Apersepsi dan aktivitas

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Kegiatan inti

1) Menjelaskan materi yang akan disampaikan secara garis besar makhluk hidup..

2) Menjelaskan macam-macam organ tubuh.

3) Siswa mengerjakan Lembar Kerja yang diberikan oleh guru. 4) Siswa mengumpulkan hasil kerjanya.

5) Guru menyempurnakan dan menyimpulkan hasil kerja siswa.


(55)

38

c) Kegiatan akhir

1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran.

2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang diberikan.

3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi.

4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali materi pelajaran yang diterimanya di rumah.

2) Pertemuan kedua (2x35 menit)

Kompetensi dasar : Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya.

Indikator : Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh.

a) Kegiatan awal

1) Apersepsi dan aktivitas

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran b) Kegiatan inti

1) Menjelaskan bagaimana cara memelihara kesehatan kerangka tubuh.


(56)

39

2) Guru membagikan lembar kerja kepada siswa dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.

3) Setiap siswa menyampaikan hasil kerjanya. 4) Guru menyempurnakan hasil kerja siswa. c) Kegiatan akhir

1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran.

2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang diberikan.

3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi.

4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali materi pelajaran yang diterimanya dirumah.

c. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan refleksi berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahannya. Kecenderungan yang terjadi di analisis sebagai bahan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Keberhasilan yang diperoleh lebih ditingkatkan dan kelemahan yang diperbaiki.


(57)

40

2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan refleksi siklus I. Materi siklus II struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. Materi ini ditentukan dalam dua pertemuan. Tahap yang dilakukan pada siklus ini adalah:

a. Perencanaan

1) Mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan teman sejawat atau guru mitra.

2) Membuat perangkat pembelajaran.

3) Menyiapkan lembar catatan lapangan serta menyiapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai penunjang aktivitas dan hasil belajar sesuai dengan materi yang diberikan. b. Pelaksanaan

1) Pertemuan pertama (2x35 menit)

Kompetensi dasar : Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya

Indikator : Mendiskripsikan hubungan antar struktur panca indera dengan fungsinya.

a) Kegiatan awal

1) Apersepsi dan aktivitas


(58)

41

b) Kegiatan inti

1) Menjelaskan materi yang akan disampaikan secara garis besar tentang panca indera.

2) Siswa mengerjakan Lembar Kerja yang diberikan oleh guru. 3) Siswa mengumpulkan hasil kerjanya.

4) Guru menyempurnakan dan menyimpulkan hasil kerja siswa.

c) Kegiatan akhir

1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran.

2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang diberikan.

3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi.

4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali materi pelajaran yang diterimanya dirumah.

2) Pertemuan kedua (2x35 menit)

Kompetensi dasar : Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya

Indikator : Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera.


(59)

42

a) Kegiatan awal

1) Apersepsi dan aktivitas

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Kegiatan inti

1) Mengingatkan kembali tentang pentingnya panca indera. 2) Guru memberikan lembar kerja siswa yang diberikan siswa

dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.

3) Setiap siswa menyampaikan hasil kerjanya. 4) Guru menyempurnakan hasil kerja siswa. c) Kegiatan akhir

1) Guru memberikan kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti proses pembelajaran.

2) Bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang diberikan.

3) Evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi.

4) Guru mengingatkan siswa agar siswa mengulang kembali materi pelajaran yang diterimanya dirumah.

c. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan refleksi berguna untuk


(60)

43

mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahannya. Kecenderungan yang terjadi di analisis sebagai bahan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Keberhasilan yang diperoleh lebih ditingkatkan dan kelemahan yang diperbaiki.

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian SK dan KD dengan memberdayakan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi sendiri oleh guru. Sehingga dengan belajar IPA, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu mengembangkan lebih lanjut dengan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang cukup untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetisi bekerja ilmiah secara bijaksana, agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas secara umum menitik-beratkan pada dua aspek, yaitu aspek proses dan aspek produk yang berkuallitas.

1. Aspek Proses Pembelajaran

Hal-hal yang akan ditelaah pada aspek ini adalah pencatatan tentang langkah-langkah dalam pembelajaran, yang meliputi:

a) Aktivitas siswa, yaitu kegiatan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, kendala-kendala yang dihadapi siswa, interaksi antar siswa dan interaksi antar siswa dan guru.


(61)

44

b) Aktivitas guru, yaitu semua kegitan guru dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan sampai pada akhir proses pembelajaran.

2. Aspek Produk yang Berkualitas

Aspek ini meliputi peningkatan kemampuan siswa dalam belajar IPA

khususnya pada materi ”makhluk hidup”. Data yang diambil berupa latihan tugas-tugas yang diberikan, serta aktivitas siswa baik secara individu maupun kelompok. Nilai KKM yang harus ditempuh siswa adalah 60,0 untuk mata pelajaran IPA. Apabila sejumlah siswa yang mendapat nilai melebihi KKM mencapai 75%, maka proses pembelajaran IPA dianggap berhasil tetapi jika jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM kurang dari 75%, maka proses pembelajaran dianggap gagal dan harus dilakukan perbaikan untuk menuju siklus ke dua dan seterusnya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, maka pendekatannya yang utama dilakukan peneliti adalah kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis dan penafsiran data merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini analisis dan penafsiranya dilakukan secara terus menerus sampai berhasil menemukan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.

Indikatornya adalah meningkatnya aktivitas belajar siswa serta minimal 75 % dari seluruh siswa telah mencapai tuntas belajar dengan KKM 60.


(62)

45

H. Indikator Keberhasilan

Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran sekurang-kurangnya 75% berperan aktif dalam pembelajaran dengan metode examples non examples, dan minimal 75% dari seluruh siswa telah mencapai prestasi belajar/KKM 60.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu dengan model pembelajaranexamplenon example

mengunakan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi rangka dan panca indera manusia sekolah dasar, dapat disimpulkan bahwa:

a. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III, hal ini berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan observer. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 57,88%. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II adalah 80,00% dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 22,22%. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus III adalah 89,00% dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 19,00%.

b. Meningkatnya aktivitas guru dari siklus I, siklus II, dan siklus III, hal ini berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan observer. Rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah 2,19 (pembelajaran cukup baik). Rata-rata aktivitas guru pada siklus II adalah 3,07 (pembelajaran baik) dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,88. Rata-rata aktivitas guru pada siklus III adalah 3,75 (pembelajaran sangat baik) dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 0,68.


(64)

62

c. Meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar 21,00%, rata- rata hasil belajar siswa sebesar 46,06, siswa yang mencapai KKM sebanyak 7 siswa. Siklus II persentase ketuntasan siswa sebesar sebesar 48,48 %, rata-rata hasil belajar siswa sebesar 56,97, siswa yang mencapai KKM sebanyak 17 siswa. Siklus III persentase ketuntasan siswa sebesar 93,93%, rata-rata hasil belajar siswa sebesar 73,94, siswa yang mencapai KKM sebanyak 31 siswa.

B. Saran

Saran yang perlu disampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru kelas IV sedapat mungkin menggunakan model belajar example non exampler dalam mengajarkan materi rangka dan panca indera manusia, karena dapat mengingkatkan prestasi belajar siswa.

2. Guru kelas IV di SD, dapat menggunakan model belajar example non exampler dan media gambar sebagai alat bantu dalam pembelajaran pada rangka dan panca indera manusia.

3. Siswa kelas IV diharapkan berlatih memahami contoh dan buka contoh gambar rangka dan panca indera manusia untuk memudahkan mengerjakan soal-soal latihan, sehingga membantu siswa dalam menyelesaikan soal rangka dan panca indera manusia.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arief S, Sadiman. (2009). Media Pendidikan: pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada..

Arikunto, Suharsimi, (2008).Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta, Jakarta. Aunurrahman. (2011).Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

BSNP. (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Isi Standar Kelulusan IPA. Depdiknas. Jakarta.

Buehl (1996) Keuntungan dari teknik pembelajaran examples non examples antara lain: (dikutip dari: http://www.papantulisku.com/2010/01/model-pembelajaran-examples-non examples.html diakses pada tanggal 5 April 2013. 00.38)

Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2004).Sains. Depdiknas. Jakarta

Djuanda, Dadan. (2006).Kapita Selekta Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta. Hanafiah, Nanang., dan Cucu, Suhana. (2009).Konsep Strategi Pembelajaran.PT

Refika Aditama. Bandung.

Mulyana, Hendri Edi (2006), Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Tasikmalaya : UPI Kampus Tasikmalaya.

Kiranawati, (http://gurupkn.wordpres.com/12/12/model-pembelajaran-arias). Kunandar (2010).Penelitian Tindakan Kelas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kurnia, Igridwati., Simon, Irene Maya., Trihastuti, Maria Claudia Wahyu., Wanei,

Gerda K. (2008). Perkembangan Belajar Peserta Didik. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.


(66)

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Muncarno, (2001) Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Dalam Soal Cerita Untuk Menigkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VI Sekolaah Dasar. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Prawiradilaga, DS. dan Siregar, E. (2007).Mozaik Teknologi Pendidikan. Strategi Pembelajaran Multiple Intelegensi (MI) untuk Pencapaian Kompetensi dalam Pembelajaran.Jakarta: Kencana.

Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Qodratillah., Taqdir, Meity. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Depdiknas. Jakarta.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Rajawali Pers

Rustiyah NK. (1995).Masalah-Masalah Keguruan. Jakarta: Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana Prenada Media. Jakarta

Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Slameto.(2003).Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta

Suyono. (2008). Bentuk tes dan tingkah laku belajar. (Online) http.Suyono/2008/02/bentuk-tes-dan-tingkah-laku-belajar/com (diakses pada tanggal 2 September 2013).

Syah, Muhibbin. (2003).Psikologi Belajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta :

Rineka Cipta.

Winkel. (1998).Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2007).Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya


(1)

b) Aktivitas guru, yaitu semua kegitan guru dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan sampai pada akhir proses pembelajaran.

2. Aspek Produk yang Berkualitas

Aspek ini meliputi peningkatan kemampuan siswa dalam belajar IPA khususnya pada materi ”makhluk hidup”. Data yang diambil berupa latihan tugas-tugas yang diberikan, serta aktivitas siswa baik secara individu maupun kelompok. Nilai KKM yang harus ditempuh siswa adalah 60,0 untuk mata pelajaran IPA. Apabila sejumlah siswa yang mendapat nilai melebihi KKM mencapai 75%, maka proses pembelajaran IPA dianggap berhasil tetapi jika jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM kurang dari 75%, maka proses pembelajaran dianggap gagal dan harus dilakukan perbaikan untuk menuju siklus ke dua dan seterusnya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, maka pendekatannya yang utama dilakukan peneliti adalah kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis dan penafsiran data merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini analisis dan penafsiranya dilakukan secara terus menerus sampai berhasil menemukan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.

Indikatornya adalah meningkatnya aktivitas belajar siswa serta minimal 75 % dari seluruh siswa telah mencapai tuntas belajar dengan KKM 60.


(2)

45

H. Indikator Keberhasilan

Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran sekurang-kurangnya 75% berperan aktif dalam pembelajaran dengan metode examples non examples, dan minimal 75% dari seluruh siswa telah mencapai prestasi belajar/KKM 60.


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri 1 Pakuan Ratu dengan model pembelajaranexamplenon example mengunakan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi rangka dan panca indera manusia sekolah dasar, dapat disimpulkan bahwa:

a. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III, hal ini berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan observer. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 57,88%. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II adalah 80,00% dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 22,22%. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus III adalah 89,00% dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 19,00%.

b. Meningkatnya aktivitas guru dari siklus I, siklus II, dan siklus III, hal ini berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan observer. Rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah 2,19 (pembelajaran cukup baik). Rata-rata aktivitas guru pada siklus II adalah 3,07 (pembelajaran baik) dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,88. Rata-rata aktivitas guru pada siklus III adalah 3,75 (pembelajaran sangat baik) dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 0,68.


(4)

62

c. Meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar 21,00%, rata- rata hasil belajar siswa sebesar 46,06, siswa yang mencapai KKM sebanyak 7 siswa. Siklus II persentase ketuntasan siswa sebesar sebesar 48,48 %, rata-rata hasil belajar siswa sebesar 56,97, siswa yang mencapai KKM sebanyak 17 siswa. Siklus III persentase ketuntasan siswa sebesar 93,93%, rata-rata hasil belajar siswa sebesar 73,94, siswa yang mencapai KKM sebanyak 31 siswa.

B. Saran

Saran yang perlu disampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru kelas IV sedapat mungkin menggunakan model belajar example non exampler dalam mengajarkan materi rangka dan panca indera manusia, karena dapat mengingkatkan prestasi belajar siswa.

2. Guru kelas IV di SD, dapat menggunakan model belajar example non exampler dan media gambar sebagai alat bantu dalam pembelajaran pada rangka dan panca indera manusia.

3. Siswa kelas IV diharapkan berlatih memahami contoh dan buka contoh gambar rangka dan panca indera manusia untuk memudahkan mengerjakan soal-soal latihan, sehingga membantu siswa dalam menyelesaikan soal rangka dan panca indera manusia.


(5)

Arief S, Sadiman. (2009). Media Pendidikan: pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada..

Arikunto, Suharsimi, (2008).Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta, Jakarta. Aunurrahman. (2011).Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

BSNP. (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Isi Standar Kelulusan IPA. Depdiknas. Jakarta.

Buehl (1996) Keuntungan dari teknik pembelajaran examples non examples antara lain: (dikutip dari: http://www.papantulisku.com/2010/01/model-pembelajaran-examples-non examples.html diakses pada tanggal 5 April 2013. 00.38)

Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2004).Sains. Depdiknas. Jakarta

Djuanda, Dadan. (2006).Kapita Selekta Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta. Hanafiah, Nanang., dan Cucu, Suhana. (2009).Konsep Strategi Pembelajaran.PT

Refika Aditama. Bandung.

Mulyana, Hendri Edi (2006), Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Tasikmalaya : UPI Kampus Tasikmalaya.

Kiranawati, (http://gurupkn.wordpres.com/12/12/model-pembelajaran-arias). Kunandar (2010).Penelitian Tindakan Kelas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kurnia, Igridwati., Simon, Irene Maya., Trihastuti, Maria Claudia Wahyu., Wanei,

Gerda K. (2008). Perkembangan Belajar Peserta Didik. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.


(6)

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Muncarno, (2001) Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Dalam Soal Cerita Untuk Menigkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VI Sekolaah Dasar. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Prawiradilaga, DS. dan Siregar, E. (2007).Mozaik Teknologi Pendidikan. Strategi Pembelajaran Multiple Intelegensi (MI) untuk Pencapaian Kompetensi dalam Pembelajaran.Jakarta: Kencana.

Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Qodratillah., Taqdir, Meity. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Depdiknas. Jakarta.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Rajawali Pers

Rustiyah NK. (1995).Masalah-Masalah Keguruan. Jakarta: Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana Prenada Media. Jakarta

Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Slameto.(2003).Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta

Suyono. (2008). Bentuk tes dan tingkah laku belajar. (Online) http.Suyono/2008/02/bentuk-tes-dan-tingkah-laku-belajar/com (diakses pada tanggal 2 September 2013).

Syah, Muhibbin. (2003).Psikologi Belajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta :

Rineka Cipta.

Winkel. (1998).Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2007).Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 1 BHAKTI NEGARA WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 23 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS IV (EMPAT) SD NEGERI 3 PAKUAN RATU TAHUN 2012

0 10 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 46

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIDANG STUDI PKn SISWA KELAS IV SDN 3 PAKUAN RATU KECAMATAN PAKUAN RATU KABUPATEN WAYKANAN TAHUN 2012/2013

0 12 45

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS V SDN 2 NEGERI BESAR KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 13 58

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV DI SDN KALI AWI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 30 59

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 76

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PAKUAN RATU KECAMATAN PAKUAN RATU KABUPATEN WAY KANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 24 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKAMULYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 67

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS IV SD NEGERI SRI BASUKI KECAMATAN NEGERI BESAR KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2013/2014

0 2 44