51
1. Konteks
Dasar diterapkannya sistem blok pada jurusan teknik pengelasan ini adalah untuk mengoptimalkan penggunaan bengkel. Dengan jumlah peralatan yang
terbatas maka agar penggunaannya bisa maksimal dilakukan secara bergantian. Dengan sistem blok ini diharapkan pula materi pelajaran yang disampaikan dapat
berkesinambungan sehingga penyampaian dapat menjadi mudah dan teratur. Sampai pada akhirnya pengelola sekolah mempunyai harapan agar prestasi siswa
menjadi lebih baik dan hasil praktik siswa bisa melampaui KKM yang telah ditetapkan.
Dalam kurikulum yang digunakan di SMK N 1 Sedayu jurusan Teknik Pengelasan terdapat dua mata pelajaran praktik pengelasan, yaitu praktik las
SMAW dan OAW. Mata diklat tersebut ada di semester 1 dan 2. Dengan demikian setiap semester siswa melakukan aktivitas praktik di bengkel pengelasan
sehingga penggunaan bengkel menjadi padat. Untuk mengatasi kepadatan di bengkel maka pihak sekolah melakukan pengaturan penggunaan bengkel.
Pengaturan ini meliputi penjadwalan praktik bagi seluruh siswa jurusan teknik pengelasan, sehingga diharapkan penggunaan bengkel dapat merata dan
maksimal. Pengaturan jadwal di bengkel pengelasan didasarkan pada jumlah jam
praktik yang harus ditempuh oleh masing-masing kelas. Jadwal yang diterapkan di bengkel pengelasan sudah tergolong baik, sebab antara kelas yang satu dengan
kelas yang lain tidak terjadi benturan. Jumlah jam penggunaan bengkel untuk praktik pengelasan juga sudah sesuai dengan alokasi waktu praktik yang
52
ditetapkan. Dengan jumlah jam praktik di bengkel yang terpenuhi maka pencapaian kompetensi belajar yang disampaikan dapat terselesaikan dengan baik.
Pensiasatan kegiatan praktik di bengkel berupa penerapan sistem blok praktik dilakukan dengan alasan jumlah siswa yang tidak sebanding dengan
jumlah alat yang dimiliki sekolah. Satu kelas berjumlah 32 siswa, sedangkan alat las SMAW yang tersedia hanya 3 unit tentu saja bila dipaksakan untuk praktik
bersamaan akan menimbulkan antrian untuk menggunakan alat. Adanya antrian akan mengakibatkan waktu praktik terbuang sia-sia dan menimbulkan suasana
yang kurang kondusif. Permasalahan yang kemungkinan bisa muncul akibat jumlah siswa dan
alat tidak sebanding adalah job praktik tidak dapat diselesaikan. Dengan penggunaan alat secara bergiliran diharapkan semua job dapat dikerjakan dengan
baik dan keterampilan siswa dapat terasah. Setiap job praktik yang diberikan kepada siswa merupakan materi berurutan, sehingga jika pada kelas X tidak dapat
menyelesaikan kompetensinya maka di kelas XI akan mengelami kesulitan praktik.
Tindakan pengelola bengkel dengan membagi blok dalam kegiatan praktik tergolong telahberjalan baik. Jumlah siswa yang mengantri dalam menggunakan
alat dapat dikurangi. Selain itu tidak menyebabkan waktu terbuang sia-sia saat kegiatan praktik berlangsung. Meskipun masih ada beberapa siswa yang
mengantri dalam praktik namun penggunaan alat dapat dikatakan lebih maksimal dibanding jika alat digunakan secara bersama-sama oleh satu kelas.