Artikel Jurnal Karya Andhika Agung Nugroho, 2014, Dinamika
41
pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Organisasi dan tata kerja LPMP diatur dalam Permendiknas No. 37
tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Lalu kemudian sebagian substansi diubah kedalam
Permendiknas No. 16 tahun 2013 dan disempurnakan ke dalam Permendiknas No. 33 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 16 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 37
Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kelola Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. LPMP Provinsi Sulawesi Barat berada di Kelurahan Rangas
Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Di level daerah tingkat I Provinsi, dalam hal ini Provinsi
Sulawesi Barat. Sesuai dengan Perda Provinsi Sulawesi Barat No. 3 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sulawesi
Barat pada BAB III Pasal 3 Ayat 7, pendidikan kesetaraan dinaungi oleh Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sulawesi Barat di Bidang Pendidikan
Nonformal dan Informal PNFI pada Seksi Kesetaraan dan Keaksaraan. Sedangkan di level daerah tingkat II KabupatenKota, dalam hal ini
Kabupaten Polewali Mandar, sesuai dengan Perda Kabupaten Polewali Mandar No.10 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Kabupaten Polewali Mandar pada BAB IV Pasal 6, pendidikan
42
kesetaraan dinaungi oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DISDIKPORA Kabupaten Polewali Mandar di Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Seksi Pendidikan Keaksaraan, Kesetaraan, dan Masyarakat. Pendidikan kesetaraan, meskipun idelanya merupakan kebijakan
pendidikan yang sifatnya makro dan secara international melalui lembaga UNESCO maupun secara nasional melalui kemdikbud telah diakui
sebagai jalur pendidikan yang equivalent dengan jalur pendidikan formal, namun di Indonesia, pendidikan kesetaraan mengalami distorsi makna,
sehingga cita-cita Long Life Education
masih berada dalam tatanan konsep.
Lemahnya kesadaran pendidikan masyarakat yang hanya terbatas pada jalur pendidikan formal, mengakibatkan tafsir pendidikan sebagai
suatu kajian holistik mengalami suatu dikotomi. Terjadi pergeseran makna pendidikan, sehingga kesakralan pendidikan terbatas pada aspek legalitas-
formal semata. Dalam dikotomi tersebut, bagi masyarakat, pendidikan yang dianggap berkualitas adalah pendidikan yang memiliki aturan yang
jelas dan komponen-komponen yang jelas. Di luar dari itu, pendidikan tidak memiliki makna sama sekali.
Terjadinya pergeseran makna pendidikan akibat dari kesadaran pendidikan yang lemah telah meciptakan kelas-kelas sosial dalam
masyarakat pendidikan. Di Indonesia, pendidikan formal adalah pilihan utama masyarakat pada umumnya. Di luar dari itu, kualitas pendidikan
tidak lagi menjadi orientasi utama kualitas pendidikan dianggap hanya
43
berlaku dalam pendidikan formal. Hal tersebut terjadi dalam dinamika pendidikan kesetaraan di Indonesia, di mana pendidikan tersebut hanya
dianggap sebagai sebuah alternatif yang tidak termasuk sebagai salah-satu pilihan utama.
Hak eligibilitas
dan makna equivalent
dalam pendidikan kesetaraan tidak tersampaikan dalam benak mayoritas masyarakat
Indonesia. Ke dua kata tersebut adalah semangat pendidikan kesetaraan sebagai konsep pendidikan yang setara dan bahkan lebih dibandingkan
jalur pendidikan formal yang telah gagal tersosialisasikan dalam masyarakat Indonesia.
Kegagalan tersebut bukan karena faktor
kesengajaan, melainkan karena ketidaksadaran pihak otoritatif pemangku kebijakan
dalam memahami
hakikat pendidikan
kesetaraan. Ketidaksadaran adalah akar terciptanya kesenjangan, baik itu kesenjangan
secara struktural maupun secara kultural. Sebagai negara yang telah menerapkan desentralisasi pendidikan,
sehingga yang menarik dari konteks pendidikan kesetaraan sebagai salah- satu kebijakan nasional adalah proses alur kebijakan tersebut atau dengan
kata lain bagaimana kebijakan tersebut disambut pada level daerah. Sebagaimana pendidikan formal yang disetiap daerah dimanifestasikan
dalam bentuk kebijakan messo atau bahkan mikro, apakah pendidikan
kesetaraan juga memiliki kelayakan seperti itu ? Secara konsep jelas sangat layak, namun dalam aspek realita terakit kesadaran masih
memerlukan kajian yang mendalam dan komprehensif.