Analisis Kelayakan Usaha Analisis Fungsi Produksi

20 40 60 80 100 120 140 160 180 50 100 150 200 250 300 350 400 Panjang jaring meter Produksi ton Gambar 16 Hubungan antara ukuran panjang jaring dengan perubahan produksi ∆ Y

4.9 Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui secara jelas tingkat keberhasilan dari suatu usaha perikanan soma pajeko mini purse seine yang ada di perairan Tidore, apakah layak untuk dikembangkan atau dilanjutkan. Analisis ini berdasarkan pada perhitungan Net present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit-Cost ratio net B-C ratio dan Analisis Break Event Point BEP. Berdasarkan hasil yang didapat pada lampiran, maka untuk pengembangan perikanan soma pajeko mini purse seine di perairan Tidore dibutuhkan biaya Rp 333.000.000, dengan biaya operasional sebesar Rp 60.864.100 setiap tahun. Secara rinci biaya-biaya tersebut dapat disajikan pada lampiran 9. Usaha perikanan soma pajeko mini purse seine di Tidore dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 22 orang, dengan penghasilan setiap tahun sebesar untuk juragan laut Rp 12.838.087, sedangkan juru mesin dan nelayan ABK masing- masing Rp 9.628.565. Untuk analisis investasi dilakukan dengan perhitungan NPV, IRR dan net B-C ratio dengan masing- masing hasil perhitungan adalah NPV = Rp 58.816.414, IRR = 26.32 persen, hal ini berarti lebih besar daripada discount rate yang dipakai, sedangkan net B-C rationya = 1,17. Untuk menganalisis usaha maka dilakukan perhitungan dengan BEP, berdasarkan hasil perhitungan BEP pada lampiran 11 maka didapat nilai harga jual ikan sebesar Rp 63.832.265,58 dengan volume produksi sebesar 26,64 ton atau 26.640 kg setiap tahun. Untuk waktu pengembalian modal para pengusaha perikanan soma pajeko mini purse seine memerlukan waktu sekitar 7 tahun, untuk hasil perhitungan secara menyeluruh dapat dilihat pada lampiran.

4.10 Analisis SWOT

Untuk melihat peluang pengembangan dan meminimalisir kelemahan dan ancaman dalam pengembangan suatu usaha perikanan soma pajeko mini purse seine di perairan Tidore Kota Tidore Kepulauan, maka kita harus dapat menganalisis lewat analisis SWOT. Langkah- langkah yang diambil dalam menganalisis SWOT ini adalah dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor- faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore.

4.10.1 Faktor internal

Faktor internal yang berpengaruh dalam pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore, seperti kekuatan adalah tingkat penguasaan teknologi oleh nelayan Kota Tidore cukup tinggi, sehingga dalam pengoperasian penangkapan cukup untuk menghasilkan hasil tangkapan yang banyak, hal ini dapat dilihat dengan tingkat produksi yang cukup tinggi setiap tahun. Perairan Tidore merupakan daerah yang menyimpan potensi perikanan pelagis kecil yang cukup melimpah, ini terlihat dengan kegiatan penangkapan perikanan pelagis yang terjadi diperairan tidore cukup tinggi, tetapi hasil tangkapan yang didapat juga cukup besar. Selain dengan kegiatan perikanan tangkap yang tinggi, jumlah armada yang cukup banyak mengindikasikan bahwa potensi perikanan pelagis kecil di perairan Tidore cukup besar, jumlah armada soma pajeko yang banyak di perairan Tidore, teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai dan produksi hasil perikanan yang cukup besar merupakan suatu kekuatan internal dalam pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore. Faktor internal yang merupakan kelemahan dalam pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore adalah tidak tersedianya tempat pendaratan ikan TPI sangat berpengaruh bagi kegiatan operasi penangkapan soma pajeko, ini terlihat dengan kegiatan pendaratan ikan dilakukan ditempat dimana dekat dengan sang pemilik usaha masing- masing, sehingga tidak dapat menyerap pembeli yang besar. Tingkat pendidikan anak buah kapal ABK yang rendah juga merupakan kelemahan yang dapat menghambat pengembangan perikanan soma pajeko, ini dapat berakibat langsung pada si ABK itu sendiri. Keadan ini dapat saja terjadi penipuan pada nelayan atau ABK baik itu dilakukan oleh sang pengusaha soma pajeko sendiri ataukah dilakukan oleh para pembeli. Faktor- faktor internal yang berpengaruh pada pengembangan soma pajeko dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10 Faktor- faktor internal perikanan soma pajeko di perairan Tidore No Faktor Internal 1 2 3 1 2 Kekuatan Strengths Teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai Produksi hasil perikanan yang cukup besar Jumlah armada yang cukup banyak Kelemahan Weakness Tidak tersedianya TPI Tingkat pendidikan ABK yang rendah

4.10.2 Faktor-faktor external

Peluang yang menjadi faktor external untuk pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore adalah potensi perikanan yang cukup tinggi, hal ini sangat mendukung bagi pengembangan perikanan perikanan soma pajeko dikemudian hari. Selain itu, daerah Tidore yang mempunyai tingkat keramahan dan keadaan daerahnya yang sangat kondusif juga sangat menjanjikan bagi pengusaha untuk menanam investasi bagi sistem usaha perikanan soma pajeko di daerah Kota Tidore Kepulauan. Potensi yang cukup besar, ternyata tidak diimbangi dengan daya dukung pembeli yang Tinggi, di Tidore daya beli masyarakat tidak dapat mengimbangi tingkat produksi dari soma pajeko. Harga bahan bakar minyak BBM yang cukup tinggi mengakibatkan para pengusaha sering mengeluarkan anggaran yang cukup besar untuk persediaan BBM setiap kali melakukan kegiatan operasi penangkapan. Selain itu juga banyak terjadi kompetitif dalam penjualan hasil tangkapan akibat dari tidak tersedianya TPI, dan daya beli pasar yang rendah. Keadaan-keadaan ini yang merupakan ancaman bagi para pengusaha perikanan soma pajeko di perairan Tidore, apabila tidak diantisipasi dengan baik oleh pemerintah dan instansi- instansi terkait . Faktor-faktor external yang mempengaruhi pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Faktor- faktor external perikanan soma pajeko di perairan Tidore No Faktor Eksternal 1 1 2 3 Peluang Opportunity Kondisi daerah Tidore yang aman Ancama n Threats Harga ikan yang tidak stabil Harga BBM yang tinggi Terjadi kompetisi pasar produk

4.10.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT dibuat berdasarkan hasil analisis dari faktor- faktor internal dan faktor- faktor eksternal yang berpengaruh pada pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore, setelah hasil analisis faktor-faktor internal dan faktor- faktor eksternal didapat, maka selanjutnya dilakukan analisis alternatif strategi pengembangan dengan menggunakan matriks SWOT, guna untuk melihat keterkaitan antara faktor- faktor internal dengan faktor- faktor external. Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka didapatkan lima pola strategi dalam pengembangan usaha perikanan soma pajeko mini purse seine di perairan Tidore. Strategi-strategi tersebut antara lain: strategi S-O yaitu pengembangan industri pengolahan hasil perikanan; strategi W-O yaitu 1 penyediaan prasaran perikanan tangkap TPI, 2 pengembangan diversifikasi usaha produk olahan perikanan; strategi S-T yaitu pengembangan cold storage; strategi W-T yaitu pendirian SPDN solar packet dealer for nelayan. Hasil dari analisis strategi dapat dilihat pada Tabel 12 Tabel 12 Hasil analisis matriks SWOT Faktor Internal Faktor External Strengths Kekuatan 1. Teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai 2. Produksi hasil perikanan cukup besar 3. Jumlah armada yang cukup banyak Weakness Kelemahan 1. Tidak tersedianya TPI 2. Tingkat pendidikan ABK yang rendah Opportunity Peluang 1. Kondisi daerah Tidore yang aman Strategi S – O • Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan S2, O2 S trategi W – O • Penyediaan prasarana perikanan tangkap TPI W1, W2,O1, O2 • Pengembangan diversifikasai usaha produk olahan perikanan W3, O2 Threats Ancaman 1. Harga ikan tidak stabil 2. Harga BBM tinggi 3. Terjadi kompetisi pasar produk Strategi S – T • Pengembangan cold storage S2, T1, T3 Strategi W – T • Pendirian spdn solar packet dealer for nelayan W2, T2

4.10.4 Prioritas strategi pengembangan soma pajeko mini purse seine

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, untuk mendapatkan skala prioritas strategi maka dilakukan penilaian bobot masing- masing faktor strategi internal dan eksternal. Untuk faktor internal kekuatan dan kelemahan menggunakan matriks IFE Internal Factor Evaluation sedangkan untuk faktor eksternal peluang dan ancaman menggunakan matriks EFE External Factor Evaluation.

4.10.4.1 Matriks IFE Internal Factor Evaluation

Matriks IFE Internal Factor Evaluation merupakan cakupan dari kekuatan Strengths = S dan kelemahan Weakness = W. Penjabaran untuk mendapatkan prioritas strategi melalui pembobotan terhadap faktor matriks IFE kekuatan dan kelemahan, disajikan pada Tabel 13. Matriks IFE kekuatan dan kelemahan, menunjukkan faktor kunci internal. Kekuatan Strenghs yaitu teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai, produksi hasil perikanan yang cukup besar dan jumlah armada yang cukup banyak, merupakan pengaruh yang sangat kuat guna mendukung pengembangan usaha perikanan soma pajeko di perairan Tidore. Kelemahan yang sangat menonjol yaitu tidak tersedianya sarana dan prasarana TPI dan tingkat pendidikan anak buah kapal ABK yang rendah. Kelemahan-kelemahan ini dapat menghambat kegiatan usaha pengembangan perikanan soma pajeko bila mana tidak diatasi, dari faktor internal tersebut diperoleh bobot = 1, dengan nilai = 2,50. Tabel 13 Hasil analisis matriks IFE Internal Factor Evaluation No Faktor Internal Bobot Rating Nilai 1 2 3 1 2 Kekuatan Strengths Teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai Produksi hasil perikanan cukup besar Jumlah armada yang cukup banyak Kelemahan Weakness Tidak tersedianya TPI Tingkat pendidikan ABK yang rendah 0,20 0,25 0,20 0,25 0,10 4 3 3 1 1 0,80 0,75 0,60 0,25 0,10 1,00 2,50 Keterangan : Rating 1 = Sangat lemah 2 = Agak lemah 3 = Agak kuat 4 = Sangat kuat

4.10.4.2 Matriks EFE External Factor Evaluation

Matriks EFE External Factor Evaluation merupakan cakupan dari peluang Opportunity = O dan ancaman Threats = T. Penjabaran untuk mendapatkan prioritas strategi melalui penilaian pembobotan terhadap faktor peluang dan ancaman, disajikan pada Tabel 14. Matriks EFE peluang dan ancaman, menunjukkan pengaruh yang sangat kuat terhadap pengembangan soma pajeko adalah kondisi daerah Tidore yang aman dapat memberikan peluang dan keuntungan bagi pengembangan usaha perikanan soma pajeko mini purse seine di Tidore, agar usaha dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Untuk faktor-faktor ancaman yang dikhawatirkan dari usaha perikanan di Tidore adalah harga ikan yang tidak stabil , harga bahan bakar minyak BBM yang tinggi dan terjadinya kompetisi pasar produk. Berdasarkan hal- hal tersebut diatas maka diperoleh bobot = 1, dengan nilai = 3,55. Tabel 14 Hasil analisis matriks EFE External Factor Evaluation No Faktor External Bobot Rating Nilai 1 1 2 3 Peluang Oppertunity Kondisi daerah Tidore yang aman Ancaman Threats Harga ikan tidak stabil Harga BBM tinggi Terjadi kompetisi pasar Produk 0,30 0,20 0,25 0,25 4 3 4 3 1,20 0,60 1,00 0,75 1,00 3,55 Keterangan : Rating 1 = Sangat lemah 2 = Agak lemah 3 = Agak kuat 4 = Sangat kuat 4.10.4.3 Matriks QSPM Quantitative Strategic Planing Management Matriks QSPM Quantitative Strategic Planing Management merupakan analisis lebih lanjut untuk memilih alternatif strategi terbaik. Analisis ini merupakan pola pengelompokan berdasarkan asumsi, yang mana lebih diterima dan tidak dapat diterima. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil analisis matriks QSPM Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Faktor kunci Nilai Rata rata AS WAS AS WAS AS WAS AS WAS AS WAS Kekuatan 1 Kekuatan 2 Kekuatan 3 Kelemahan 1 Kelemahan 2 Peluang Ancaman 1 Ancaman 2 Ancaman 3 0,20 0,25 0,20 0,25 0,10 0,30 0,20 0,25 0,25 3 4 4 3 1 4 3 1 3 0,60 1,00 0,80 0,75 0,10 1,20 0,60 0,25 0,75 3 4 4 3 1 3 2 1 2 0,60 1,00 0,80 0,75 0,10 0,90 0,40 0,25 0,50 3 4 4 3 1 3 4 1 4 0,60 1,00 0,80 0,75 0,10 0,90 0,80 0,25 1,00 3 4 4 3 1 3 4 1 3 0,60 1,00 0,80 0,75 0,10 0,90 0,80 0,25 0,75 2 4 4 3 2 4 3 4 2 0,40 1,00 0,80 0,75 0,10 1,20 0,60 1,00 0,50 Total 6,05 5,30 6,20 5,95 6,45 Urutan alternatif strategi dalam pengembangan usaha perikanan soma pajeko di perairan Tidore : 1 Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan 2 Pengembangan cold storage 3 Penyediaan prasarana perikanan tangkap TPI 4 Pengembangan diversifikasi usaha produk olahan periknan 5 Pendirian SPDN solar packet dealer for nelayan Hasil analisis QSPM menghasilkan sejumlah strategi, antara lain : 1 pengembangan industri pengolahan hasil perikanan dengan nilai 6,05 nilai urutan tiga; 2 pengembangan cold storage dengan nilai 5,39 nilai urutan lima; 3 penyediaan prasarana perikanan tangkap dengan nilai 6,20 nilai urutan dua; 4 pengembangan diversifikasi usaha produk olahan perikanan dengan nilai 5,95 nilai urutan empat; dan pendirian SPDN solar packet dealer for nelayan dengan nilai 6,45 nilai urutan satu. Hasil analisis QSPM dapat dilihat pada Tabel 13. 5 PEMBAHASAN 5.1 Aspek Biologis Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Tidore Sumberdaya perikanan pelagis merupakan sumberdaya perikanan yang paling dominan dengan produksi tertinggi yang didaratkan di Tidore. Teknologi penangkapan sumberdaya perikanan pelagis di perairan Tidore yang digunakan dalam usaha penangkapan adalah soma pajeko mini purse seine dengan mesin out board. Potensi lestari ikan pelagis kecil atau maximum Sustainable Yield MSY sebesar 11101,36 kg per tahun dengan upaya penangkapan optimum f Opt sebesar 16500 hari per tahun. Berdasarkan data produksi pada tahun 2000 sampai 2004, tingkat pemanfaatan aktual pelagis kecil di perairan Tidore pada tahun 2004 telah melampaui tingkat pemanfaatan Maximum Ekonomi Yield MEY yaitu sebesar 14026 kg sementara Maximum Economic Yield MEY adalah sebesar 8674 kg per tahun. Kondisi perikanan pelagis di perairan Tidore ini di sebabkan oleh imbas dari kondisi propinsi Maluku Utara yang baru dilanda konflik dan krisis yang melanda nagara indonesia. Akibat dari ini semua, sehingga pengusaha menjual armada atau unit penangkapan yang menyebabkan armada di perairan Tidore berkurang, sehingga kondisi hasil tangkapan atau produksi meningkat. Keadaan ini berpengaruh terhadap produksi dan upaya penangkapan yang terjadi di perairan Tidore. Peningkatan produksi hasil tangkapan harus diimbangi dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan di perairan Tidore, sebab dengan demikian tidak akan terjadi kelebihan tangkap ikan yang masih dalam pertumbuhan Growth Overfishing, kelebihan tangkap terhadap ikan dalam peremajaan Recruitment Overfishing dan kelebihan tangkap akibat penggunaan alat tangkap dengan intensitas penangkapan yang tinggi sehingga memperoleh hasil tangkapan yang semakin berkurang Maltusian Overfishing. Muripto 2001 mengemukakan bahwa dengan hasil analisis Maximum Sustainable Yield MSY diatas dapat diambil suatu gambaran bahwa; 1 harus segera ditetapkan jumlah armada dan alat tangkap yang diperbolehkan untuk menangkap ikan, 2 pada musim barat harus lebih waspada, karena pada saat itu para nelayan akan berbondong-bondong dari segala arah untuk turun ke laut melakukan penangkapan ikan, dan 3 perlu dilakukan pengaturan daerah penangkapan dengan bijaksana. Dengan demikian partisipasi masyarakat nelayan yang bertanggung jawab dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan dan menjaga lingkungan perairan tetap dipertahankan. Ikan hasil tangkapan soma pajeko mini purse seine semakin meningkat harganya jika diolah terlebih dahulu, sehingga ikan hasil tangkapan yang diperoleh , baik dalam jumlah yang banyak maupun sedikit tidak tersia-siakan. Hasil dari olahan ini kemudian dipasarkan keluar daerah. Hasil dari olahan dan penjualan tadi dapat meningkatkan pendapatan nelayan skala kecil terutama nelayan perikanan pelagis kecil, dis amping itu kondisi ini dapat membuka peluang kerja baru bagi masyarakat Tidore, dan dapata mengalakan ekonomi kerakyatan.

5.2 Analisis Fungsi Produksi

Fungsi produksi untuk unit penangkapan perikanan soma pajeko mini purse seine di perairan Tidore adalah: Y = e 0.905 X 1 0.881 X 2 - 0.054 X 3 0.128 X 5 0.0524 Dalam persamaan tersebut faktor X 1 ABK dan faktor X 3 panjang jaring memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan Y. Keadaan ini berarti setiap pena mbahan atau pengurangan ABK anak buah kapal dan panjang jaring akan mengakibatkan peningkatan atau mengurangi hasil tangkapan produksi. Dalam persamaan tersebut diatas, fase produksi yang dinilai berdasarkan kontribusi setiap unit input atau faktor produksi dapat ditentukan, jumlah nilai koefisien b atau ?b adalah lebih besar dari 1. Keadaan ini berarti bahwa dimensi ukuran atau jumlah faktor-faktor produksi masih dapat ditambah tanpa mengganggu proses produksi, khususnya untuk anak buah kapal dan panjang jaring soma pajeko. Untuk panjang jaring pada soma pajeko dilaporkan juga signifikan untuk produksi ikan yang ditangkap dengan pukat cincin di Pekalongan Sudibyo, 1998. Secara teoritis, semakin panjang jaring soma pajeko yang digunakan maka semakin besar pula garis tengah lingkaran soma pajeko. Semakin panjang jaring menyebabkan semakin besar peluang gerombolan ikan tidak terusik perhatiannya karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding soma pajeko dapat semakin besar, sehingga gerombolan ikan tersebut semakin besar peluangnya untuk tertangkap Fridman and Carrother, 1986. Jumlah tenaga kerja ABK akan menentukan tingkat produksi hasil tangkapan, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi yang mendapatkan nilai 4,96, ini berarti bahwa setiap penambahan satu orang tenaga kerja ABK maka dia akan meningkatkan produksi sebesar satu satuan 4,96 kg ikan dalam keadaan sideris paribus. Keadaan ini disebabkan karena setiap pengoperasian alat tangkap soma pajeko di perairan Tidore tidak menggunakan alat bantu. Operasi penangkapan soma pajeko hanya mengandalkan tenaga manusia dalam hal ini ABK, baik itu dalam kegiatan penangkapan maupun setelah penangkapan. Jumlah ABK juga berpengaruh terhadap kecepatan laju penarikan hauling dari jaring soma pajeko tersebut, semakin banyak ABK maka semakin cepat proses penarikannya, sehingga ikan yang tertangkap punya peluang untuk meloloskan diri juga kecil. Berdasarkan hasil analisis model fungsi produksi ternyata jumlah hari penangkapan berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dan berkorelasi positif, dengan nilai 0,0524. Hasil ini menandakan bahwa jumlah hari penangkapan mempunyai pengaruh terhadap produksi hasil tangkapan, bahwa apabila setiap unit armada penangkapan melakukan penambahan 1hari dari jumlah hari penangkapan, maka dia akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar satu satuan 0,0524 dalam keadaan sideris paribus. Keadaan ini disebabkan bahwa dengan semakin banyaknya hari penangkapan peluang untuk mendapatkan hasil tangkapan juga semakin banyak. Berdasarkan hasil koefisien regresi faktor produksi ukuran kapal dengan hasil sebesar 0,123, hal ini berarti searah dengan peningkatan dari jumlah produksi hasil tangkapan perikanan soma pajeko. Bila dalam satu unit penangkapan melakukan penambahan ukuran kapal sebesar 1 meter maka kapal tersebut berpeluang menambahkan hasil tangkapan sebesar satu satuan 0,123 dalam keadaan sideris paribus. Kondisi ini sebabkan oleh setiap penambahan ukuran kapal akan berpeluang untuk penambahan jumlah ABK, penambahan panjang jaring dan areal palka semakin besar, serta daya jelajahnya juga semakin jauh, sehingga berpeluang untuk menampung hasil tangkapan dan jumlah tenaga kerja yang semakin banyak. Selain itu juga armada yang besar daya jangkau yang luas berpeluang untuk mencari fishing ground yang lebih jauh juga akan menghasilkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Selain empat fungsi produksi tadi ada dua fungsi produksi yang tidak punya pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan yaitu bahan bakar minyak BBM dan tinggi jaring. Keadaan dikarenakan bahwa bahan bakar minyak dapat dibatasi oleh ketersediaan tangki wadah dan palka dari kapal, disamping itu daerah fishing ground yang dekat dengan fishing base, karena kegiatan penangkapan oleh perikanan soma pajeko menggunakan alat bantu rumpon, sehingga kapal juga tidak terlalu memerlukan bahan bakar yang cukup banyak untuk mencapai fishing ground, sehingga bahan bakar minyak tidak terlalu menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan. Sedangkan tinggi jaring juga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata disebabkan oleh kegiatan penangkapan perikanan soma pajeko yang menggunakan alat bantu cahaya atau lampu, sehingga ikan- ikan akan cenderung mendekati cahaya, maka panjang jaring yang dipakai sudah representatif untuk melakukan kegiatan penangkapan. Selain itu jaring yang terlalu tinggi akan memerlukan luas kapal yang semakin besar, disamping itu pula dalam pengoperasian diperlukan ABK yang banyak, karena semakin tinggi jaring maka akan mengakibatkan proses penarikan hauling semakin berat.

5.3 Analisis Kelayakan Usaha