20 40
60 80
100 120
140 160
180
50 100
150 200
250 300
350 400
Panjang jaring meter Produksi ton
Gambar 16 Hubungan antara ukuran panjang jaring dengan perubahan produksi
∆
Y
4.9 Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui secara jelas tingkat keberhasilan dari suatu usaha perikanan soma pajeko mini purse seine yang ada di
perairan Tidore, apakah layak untuk dikembangkan atau dilanjutkan. Analisis ini berdasarkan pada perhitungan Net present Value NPV, Internal Rate of Return
IRR, Net Benefit-Cost ratio net B-C ratio dan Analisis Break Event Point BEP. Berdasarkan hasil yang didapat pada lampiran, maka untuk pengembangan
perikanan soma pajeko mini purse seine di perairan Tidore dibutuhkan biaya Rp 333.000.000, dengan biaya operasional sebesar Rp 60.864.100 setiap tahun.
Secara rinci biaya-biaya tersebut dapat disajikan pada lampiran 9. Usaha perikanan soma pajeko mini purse seine di Tidore dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 22
orang, dengan penghasilan setiap tahun sebesar untuk juragan laut Rp 12.838.087, sedangkan juru mesin dan nelayan ABK masing- masing Rp 9.628.565.
Untuk analisis investasi dilakukan dengan perhitungan NPV, IRR dan net B-C ratio dengan masing- masing hasil perhitungan adalah NPV = Rp 58.816.414,
IRR = 26.32 persen, hal ini berarti lebih besar daripada discount rate yang dipakai, sedangkan net B-C rationya = 1,17. Untuk menganalisis usaha maka dilakukan
perhitungan dengan BEP, berdasarkan hasil perhitungan BEP pada lampiran 11 maka
didapat nilai harga jual ikan sebesar Rp 63.832.265,58 dengan volume produksi sebesar 26,64 ton atau 26.640 kg setiap tahun.
Untuk waktu pengembalian modal para pengusaha perikanan soma pajeko mini purse seine memerlukan waktu sekitar 7 tahun, untuk hasil perhitungan secara
menyeluruh dapat dilihat pada lampiran.
4.10 Analisis SWOT
Untuk melihat peluang pengembangan dan meminimalisir kelemahan dan ancaman dalam pengembangan suatu usaha perikanan soma pajeko mini purse seine
di perairan Tidore Kota Tidore Kepulauan, maka kita harus dapat menganalisis lewat analisis SWOT. Langkah- langkah yang diambil dalam menganalisis SWOT ini adalah
dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor- faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore.
4.10.1 Faktor internal
Faktor internal yang berpengaruh dalam pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore, seperti kekuatan adalah tingkat penguasaan teknologi oleh
nelayan Kota Tidore cukup tinggi, sehingga dalam pengoperasian penangkapan cukup untuk menghasilkan hasil tangkapan yang banyak, hal ini dapat dilihat dengan tingkat
produksi yang cukup tinggi setiap tahun. Perairan Tidore merupakan daerah yang menyimpan potensi perikanan pelagis
kecil yang cukup melimpah, ini terlihat dengan kegiatan penangkapan perikanan pelagis yang terjadi diperairan tidore cukup tinggi, tetapi hasil tangkapan yang didapat
juga cukup besar. Selain dengan kegiatan perikanan tangkap yang tinggi, jumlah armada yang cukup banyak mengindikasikan bahwa potensi perikanan pelagis kecil di
perairan Tidore cukup besar, jumlah armada soma pajeko yang banyak di perairan Tidore, teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai dan produksi hasil
perikanan yang cukup besar merupakan suatu kekuatan internal dalam pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore.
Faktor internal yang merupakan kelemahan dalam pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore adalah tidak tersedianya tempat pendaratan ikan TPI
sangat berpengaruh bagi kegiatan operasi penangkapan soma pajeko, ini terlihat dengan kegiatan pendaratan ikan dilakukan ditempat dimana dekat dengan sang
pemilik usaha masing- masing, sehingga tidak dapat menyerap pembeli yang besar. Tingkat pendidikan anak buah kapal ABK yang rendah juga merupakan kelemahan
yang dapat menghambat pengembangan perikanan soma pajeko, ini dapat berakibat langsung pada si ABK itu sendiri. Keadan ini dapat saja terjadi penipuan pada nelayan
atau ABK baik itu dilakukan oleh sang pengusaha soma pajeko sendiri ataukah dilakukan oleh para pembeli. Faktor- faktor internal yang berpengaruh pada
pengembangan soma pajeko dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10 Faktor- faktor internal perikanan soma pajeko di perairan Tidore
No Faktor Internal
1 2
3 1
2
Kekuatan Strengths
Teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai Produksi hasil perikanan yang cukup besar
Jumlah armada yang cukup banyak
Kelemahan Weakness
Tidak tersedianya TPI Tingkat pendidikan ABK yang rendah
4.10.2 Faktor-faktor external
Peluang yang menjadi faktor external untuk pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore adalah potensi perikanan yang cukup tinggi, hal ini sangat
mendukung bagi pengembangan perikanan perikanan soma pajeko dikemudian hari. Selain itu, daerah Tidore yang mempunyai tingkat keramahan dan keadaan daerahnya
yang sangat kondusif juga sangat menjanjikan bagi pengusaha untuk menanam investasi bagi sistem usaha perikanan soma pajeko di daerah Kota Tidore Kepulauan.
Potensi yang cukup besar, ternyata tidak diimbangi dengan daya dukung pembeli yang Tinggi, di Tidore daya beli masyarakat tidak dapat mengimbangi
tingkat produksi dari soma pajeko. Harga bahan bakar minyak BBM yang cukup tinggi mengakibatkan para pengusaha sering mengeluarkan anggaran yang cukup
besar untuk persediaan BBM setiap kali melakukan kegiatan operasi penangkapan.
Selain itu juga banyak terjadi kompetitif dalam penjualan hasil tangkapan akibat dari tidak tersedianya TPI, dan daya beli pasar yang rendah. Keadaan-keadaan ini yang
merupakan ancaman bagi para pengusaha perikanan soma pajeko di perairan Tidore, apabila tidak diantisipasi dengan baik oleh pemerintah dan instansi- instansi terkait .
Faktor-faktor external yang mempengaruhi pengembangan perikanan soma pajeko di perairan Tidore dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Faktor- faktor external perikanan soma pajeko di perairan Tidore
No Faktor Eksternal
1
1 2
3
Peluang Opportunity
Kondisi daerah Tidore yang aman
Ancama n Threats
Harga ikan yang tidak stabil Harga BBM yang tinggi
Terjadi kompetisi pasar produk
4.10.3 Matriks SWOT
Matriks SWOT dibuat berdasarkan hasil analisis dari faktor- faktor internal dan faktor- faktor eksternal yang berpengaruh pada pengembangan perikanan soma pajeko
di perairan Tidore, setelah hasil analisis faktor-faktor internal dan faktor- faktor eksternal didapat, maka selanjutnya dilakukan analisis alternatif strategi
pengembangan dengan menggunakan matriks SWOT, guna untuk melihat keterkaitan antara faktor- faktor internal dengan faktor- faktor external.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka didapatkan lima pola strategi dalam pengembangan usaha perikanan soma pajeko mini purse seine di perairan Tidore.
Strategi-strategi tersebut antara lain: strategi S-O yaitu pengembangan industri pengolahan hasil perikanan; strategi W-O yaitu 1 penyediaan prasaran perikanan
tangkap TPI, 2 pengembangan diversifikasi usaha produk olahan perikanan; strategi S-T yaitu pengembangan cold storage; strategi W-T yaitu pendirian SPDN
solar packet dealer for nelayan. Hasil dari analisis strategi dapat dilihat pada Tabel 12
Tabel 12 Hasil analisis matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor External
Strengths Kekuatan
1. Teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai
2. Produksi hasil perikanan cukup besar 3. Jumlah armada yang cukup banyak
Weakness Kelemahan
1. Tidak tersedianya TPI 2. Tingkat pendidikan ABK yang rendah
Opportunity Peluang
1. Kondisi daerah Tidore yang aman
Strategi S – O
• Pengembangan industri pengolahan
hasil perikanan S2, O2
S trategi W – O
• Penyediaan prasarana perikanan
tangkap TPI W1, W2,O1, O2 •
Pengembangan diversifikasai usaha produk olahan perikanan W3, O2
Threats Ancaman
1. Harga ikan tidak stabil 2. Harga BBM tinggi
3. Terjadi kompetisi pasar produk
Strategi S – T
• Pengembangan cold storage
S2, T1, T3
Strategi W – T
• Pendirian spdn solar packet dealer for
nelayan W2, T2
4.10.4 Prioritas strategi pengembangan soma pajeko mini purse seine
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, untuk mendapatkan skala prioritas strategi maka dilakukan penilaian bobot masing- masing faktor strategi internal dan
eksternal. Untuk faktor internal kekuatan dan kelemahan menggunakan matriks IFE Internal Factor Evaluation sedangkan untuk faktor eksternal peluang dan ancaman
menggunakan matriks EFE External Factor Evaluation.
4.10.4.1 Matriks IFE Internal Factor Evaluation
Matriks IFE Internal Factor Evaluation merupakan cakupan dari kekuatan Strengths = S dan kelemahan Weakness = W. Penjabaran untuk mendapatkan
prioritas strategi melalui pembobotan terhadap faktor matriks IFE kekuatan dan kelemahan, disajikan pada Tabel 13.
Matriks IFE kekuatan dan kelemahan, menunjukkan faktor kunci internal. Kekuatan Strenghs yaitu teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai,
produksi hasil perikanan yang cukup besar dan jumlah armada yang cukup banyak, merupakan pengaruh yang sangat kuat guna mendukung pengembangan usaha
perikanan soma pajeko di perairan Tidore. Kelemahan yang sangat menonjol yaitu tidak tersedianya sarana dan prasarana TPI dan tingkat pendidikan anak buah kapal
ABK yang rendah. Kelemahan-kelemahan ini dapat menghambat kegiatan usaha pengembangan perikanan soma pajeko bila mana tidak diatasi, dari faktor internal
tersebut diperoleh bobot = 1, dengan nilai = 2,50.
Tabel 13 Hasil analisis matriks IFE Internal Factor Evaluation
No Faktor Internal Bobot
Rating Nilai
1 2
3
1 2
Kekuatan Strengths
Teknologi penangkapan soma pajeko yang dikuasai Produksi hasil perikanan cukup besar
Jumlah armada yang cukup banyak
Kelemahan Weakness
Tidak tersedianya TPI Tingkat pendidikan ABK yang rendah
0,20 0,25
0,20
0,25 0,10
4 3
3
1 1
0,80 0,75
0,60
0,25 0,10
1,00 2,50
Keterangan : Rating 1 = Sangat lemah
2 = Agak lemah 3 = Agak kuat
4 = Sangat kuat
4.10.4.2 Matriks EFE External Factor Evaluation
Matriks EFE External Factor Evaluation merupakan cakupan dari peluang Opportunity = O dan ancaman Threats = T. Penjabaran untuk
mendapatkan prioritas strategi melalui penilaian pembobotan terhadap faktor peluang dan ancaman, disajikan pada Tabel 14.
Matriks EFE peluang dan ancaman, menunjukkan pengaruh yang sangat kuat terhadap pengembangan soma pajeko adalah kondisi daerah Tidore yang aman
dapat memberikan peluang dan keuntungan bagi pengembangan usaha perikanan soma pajeko mini purse seine di Tidore, agar usaha dapat berjalan dengan baik dan
berkelanjutan. Untuk faktor-faktor ancaman yang dikhawatirkan dari usaha perikanan di Tidore adalah harga ikan yang tidak stabil , harga bahan bakar minyak BBM yang
tinggi dan terjadinya kompetisi pasar produk. Berdasarkan hal- hal tersebut diatas maka diperoleh bobot = 1, dengan nilai = 3,55.
Tabel 14 Hasil analisis matriks EFE External Factor Evaluation
No Faktor External Bobot
Rating Nilai
1 1
2 3
Peluang Oppertunity
Kondisi daerah Tidore yang aman Ancaman
Threats
Harga ikan tidak stabil Harga BBM tinggi
Terjadi kompetisi pasar Produk 0,30
0,20 0,25
0,25 4
3 4
3 1,20
0,60 1,00
0,75
1,00 3,55
Keterangan : Rating 1 = Sangat lemah
2 = Agak lemah 3 = Agak kuat
4 = Sangat kuat
4.10.4.3 Matriks QSPM
Quantitative Strategic Planing Management
Matriks QSPM Quantitative Strategic Planing Management merupakan analisis lebih lanjut untuk memilih alternatif strategi terbaik. Analisis ini merupakan
pola pengelompokan berdasarkan asumsi, yang mana lebih diterima dan tidak dapat diterima. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Hasil analisis matriks QSPM
Alternatif Strategi Strategi 1
Strategi 2 Strategi 3
Strategi 4 Strategi 5
Faktor kunci
Nilai Rata
rata
AS WAS AS
WAS AS WAS AS
WAS AS WAS
Kekuatan 1 Kekuatan 2
Kekuatan 3 Kelemahan 1
Kelemahan 2 Peluang
Ancaman 1 Ancaman 2
Ancaman 3 0,20
0,25 0,20
0,25 0,10
0,30 0,20
0,25 0,25
3 4
4 3
1 4
3 1
3 0,60
1,00 0,80
0,75 0,10
1,20 0,60
0,25 0,75
3 4
4 3
1 3
2 1
2 0,60
1,00 0,80
0,75 0,10
0,90 0,40
0,25 0,50
3 4
4 3
1 3
4 1
4 0,60
1,00 0,80
0,75 0,10
0,90 0,80
0,25 1,00
3 4
4 3
1 3
4 1
3 0,60
1,00 0,80
0,75 0,10
0,90 0,80
0,25 0,75
2 4
4 3
2 4
3 4
2 0,40
1,00 0,80
0,75 0,10
1,20 0,60
1,00 0,50
Total 6,05
5,30 6,20
5,95 6,45
Urutan alternatif strategi dalam pengembangan usaha perikanan soma pajeko di perairan Tidore :
1 Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan
2 Pengembangan cold storage 3 Penyediaan prasarana perikanan tangkap TPI
4 Pengembangan diversifikasi usaha produk olahan periknan 5 Pendirian SPDN solar packet dealer for nelayan
Hasil analisis QSPM menghasilkan sejumlah strategi, antara lain : 1 pengembangan industri pengolahan hasil perikanan dengan nilai 6,05 nilai urutan
tiga; 2 pengembangan cold storage dengan nilai 5,39 nilai urutan lima; 3 penyediaan prasarana perikanan tangkap dengan nilai 6,20 nilai urutan dua; 4
pengembangan diversifikasi usaha produk olahan perikanan dengan nilai 5,95 nilai urutan empat; dan pendirian SPDN solar packet dealer for nelayan dengan nilai
6,45 nilai urutan satu. Hasil analisis QSPM dapat dilihat pada Tabel 13.
5 PEMBAHASAN 5.1 Aspek Biologis Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Tidore
Sumberdaya perikanan pelagis merupakan sumberdaya perikanan yang paling dominan dengan produksi tertinggi yang didaratkan di Tidore. Teknologi
penangkapan sumberdaya perikanan pelagis di perairan Tidore yang digunakan dalam usaha penangkapan adalah soma pajeko mini purse seine dengan mesin out board.
Potensi lestari ikan pelagis kecil atau maximum Sustainable Yield MSY sebesar 11101,36 kg per tahun dengan upaya penangkapan optimum f Opt sebesar
16500 hari per tahun. Berdasarkan data produksi pada tahun 2000 sampai 2004, tingkat pemanfaatan aktual pelagis kecil di perairan Tidore pada tahun 2004 telah
melampaui tingkat pemanfaatan Maximum Ekonomi Yield MEY yaitu sebesar 14026 kg sementara Maximum Economic Yield MEY adalah sebesar 8674 kg per
tahun. Kondisi perikanan pelagis di perairan Tidore ini di sebabkan oleh imbas dari
kondisi propinsi Maluku Utara yang baru dilanda konflik dan krisis yang melanda nagara indonesia. Akibat dari ini semua, sehingga pengusaha menjual armada atau
unit penangkapan yang menyebabkan armada di perairan Tidore berkurang, sehingga kondisi hasil tangkapan atau produksi meningkat. Keadaan ini berpengaruh terhadap
produksi dan upaya penangkapan yang terjadi di perairan Tidore. Peningkatan produksi hasil tangkapan harus diimbangi dengan tetap menjaga
dan mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan di perairan Tidore, sebab dengan demikian tidak akan terjadi kelebihan tangkap ikan yang masih dalam pertumbuhan
Growth Overfishing, kelebihan tangkap terhadap ikan dalam peremajaan Recruitment Overfishing dan kelebihan tangkap akibat penggunaan alat tangkap
dengan intensitas penangkapan yang tinggi sehingga memperoleh hasil tangkapan yang semakin berkurang Maltusian Overfishing.
Muripto 2001 mengemukakan bahwa dengan hasil analisis Maximum Sustainable Yield MSY diatas dapat diambil suatu gambaran bahwa; 1 harus segera
ditetapkan jumlah armada dan alat tangkap yang diperbolehkan untuk menangkap ikan, 2 pada musim barat harus lebih waspada, karena pada saat itu para nelayan
akan berbondong-bondong dari segala arah untuk turun ke laut melakukan
penangkapan ikan, dan 3 perlu dilakukan pengaturan daerah penangkapan dengan bijaksana. Dengan demikian partisipasi masyarakat nelayan yang bertanggung jawab
dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan dan menjaga lingkungan perairan tetap dipertahankan.
Ikan hasil tangkapan soma pajeko mini purse seine semakin meningkat harganya jika diolah terlebih dahulu, sehingga ikan hasil tangkapan yang diperoleh ,
baik dalam jumlah yang banyak maupun sedikit tidak tersia-siakan. Hasil dari olahan ini kemudian dipasarkan keluar daerah. Hasil dari olahan dan penjualan tadi dapat
meningkatkan pendapatan nelayan skala kecil terutama nelayan perikanan pelagis kecil, dis amping itu kondisi ini dapat membuka peluang kerja baru bagi masyarakat
Tidore, dan dapata mengalakan ekonomi kerakyatan.
5.2 Analisis Fungsi Produksi
Fungsi produksi untuk unit penangkapan perikanan soma pajeko mini purse seine di perairan Tidore adalah:
Y = e
0.905
X
1 0.881
X
2 - 0.054
X
3 0.128
X
5 0.0524
Dalam persamaan tersebut faktor X
1
ABK dan faktor X
3
panjang jaring memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan Y. Keadaan ini
berarti setiap pena mbahan atau pengurangan ABK anak buah kapal dan panjang jaring akan mengakibatkan peningkatan atau mengurangi hasil tangkapan produksi.
Dalam persamaan tersebut diatas, fase produksi yang dinilai berdasarkan kontribusi setiap unit input atau faktor produksi dapat ditentukan, jumlah nilai
koefisien b atau ?b adalah lebih besar dari 1. Keadaan ini berarti bahwa dimensi ukuran atau jumlah faktor-faktor produksi masih dapat ditambah tanpa mengganggu
proses produksi, khususnya untuk anak buah kapal dan panjang jaring soma pajeko. Untuk panjang jaring pada soma pajeko dilaporkan juga signifikan untuk
produksi ikan yang ditangkap dengan pukat cincin di Pekalongan Sudibyo, 1998. Secara teoritis, semakin panjang jaring soma pajeko yang digunakan maka semakin
besar pula garis tengah lingkaran soma pajeko. Semakin panjang jaring menyebabkan semakin besar peluang gerombolan ikan tidak terusik perhatiannya karena jarak antara
gerombolan ikan dengan dinding soma pajeko dapat semakin besar, sehingga
gerombolan ikan tersebut semakin besar peluangnya untuk tertangkap Fridman and Carrother, 1986.
Jumlah tenaga kerja ABK akan menentukan tingkat produksi hasil tangkapan, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi yang mendapatkan nilai 4,96,
ini berarti bahwa setiap penambahan satu orang tenaga kerja ABK maka dia akan meningkatkan produksi sebesar satu satuan 4,96 kg ikan dalam keadaan sideris
paribus. Keadaan ini disebabkan karena setiap pengoperasian alat tangkap soma pajeko di perairan Tidore tidak menggunakan alat bantu. Operasi penangkapan soma
pajeko hanya mengandalkan tenaga manusia dalam hal ini ABK, baik itu dalam kegiatan penangkapan maupun setelah penangkapan. Jumlah ABK juga berpengaruh
terhadap kecepatan laju penarikan hauling dari jaring soma pajeko tersebut, semakin banyak ABK maka semakin cepat proses penarikannya, sehingga ikan yang
tertangkap punya peluang untuk meloloskan diri juga kecil. Berdasarkan hasil analisis model fungsi produksi ternyata jumlah hari
penangkapan berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dan berkorelasi positif, dengan nilai 0,0524. Hasil ini menandakan bahwa jumlah hari penangkapan
mempunyai pengaruh terhadap produksi hasil tangkapan, bahwa apabila setiap unit armada penangkapan melakukan penambahan 1hari dari jumlah hari penangkapan,
maka dia akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar satu satuan 0,0524 dalam keadaan sideris paribus. Keadaan ini disebabkan bahwa dengan semakin
banyaknya hari penangkapan peluang untuk mendapatkan hasil tangkapan juga semakin banyak.
Berdasarkan hasil koefisien regresi faktor produksi ukuran kapal dengan hasil sebesar 0,123, hal ini berarti searah dengan peningkatan dari jumlah produksi hasil
tangkapan perikanan soma pajeko. Bila dalam satu unit penangkapan melakukan penambahan ukuran kapal sebesar 1 meter maka kapal tersebut berpeluang
menambahkan hasil tangkapan sebesar satu satuan 0,123 dalam keadaan sideris paribus. Kondisi ini sebabkan oleh setiap penambahan ukuran kapal akan berpeluang
untuk penambahan jumlah ABK, penambahan panjang jaring dan areal palka semakin besar, serta daya jelajahnya juga semakin jauh, sehingga berpeluang untuk
menampung hasil tangkapan dan jumlah tenaga kerja yang semakin banyak. Selain itu juga armada yang besar daya jangkau yang luas berpeluang untuk mencari fishing
ground yang lebih jauh juga akan menghasilkan hasil tangkapan yang lebih banyak.
Selain empat fungsi produksi tadi ada dua fungsi produksi yang tidak punya pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan yaitu bahan bakar minyak BBM
dan tinggi jaring. Keadaan dikarenakan bahwa bahan bakar minyak dapat dibatasi oleh ketersediaan tangki wadah dan palka dari kapal, disamping itu daerah fishing
ground yang dekat dengan fishing base, karena kegiatan penangkapan oleh perikanan soma pajeko menggunakan alat bantu rumpon, sehingga kapal juga tidak terlalu
memerlukan bahan bakar yang cukup banyak untuk mencapai fishing ground, sehingga bahan bakar minyak tidak terlalu menunjukkan pengaruh yang nyata
terhadap hasil tangkapan. Sedangkan tinggi jaring juga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata disebabkan oleh kegiatan penangkapan perikanan soma pajeko yang
menggunakan alat bantu cahaya atau lampu, sehingga ikan- ikan akan cenderung mendekati cahaya, maka panjang jaring yang dipakai sudah representatif untuk
melakukan kegiatan penangkapan. Selain itu jaring yang terlalu tinggi akan memerlukan luas kapal yang semakin besar, disamping itu pula dalam pengoperasian
diperlukan ABK yang banyak, karena semakin tinggi jaring maka akan mengakibatkan proses penarikan hauling semakin berat.
5.3 Analisis Kelayakan Usaha