f. Pembiayaan Konsumen Perusahaan pembiayaan konsumen consumers finance company adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran
angsuran atau berkala oleh konsumen. Perusahaan pembiayaan dapat melakukan lebih dari satu kegiatan
pembiayaan. Perusahaan pembiayaan dapat berbentuk Perseroan Terbatas PT atau koperasi. Perusahaan pembiayaan dilarang menarik dana secara
langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan Surat Sanggup Bayar Promissory Note. Perusahaan pembiayaan hanya dapat
menerbitkan Surat Sanggup Bayar sebagai jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi krediturnya www.pajak.go.id, 2006.
2.7. Hasil Penelitian Terdahulu
Olof 2006 meneliti mengenai penerapan metode CreditRisk+ dalam pengukuran risiko kredit pada pembiayaan kendaraan bermotor studi kasus
pada PT. XYZ. Metode CreditRisk+ sesuai untuk mengukur risiko kredit kendaraan bermotor serta cukup efektif dan praktis dalam penerapannya
karena hanya memerlukan data internal berupa jumlah unit kendaraan, jumlah exposure, kolektabilitas dan recovery rate. Tahapan-tahapan
CreditRisk+ yaitu pengumpulan data debitur, penyusunan band, penyusunan exposure default per band, pengukuran recovery rate, pengukuran severity
loss Loss Given Default, pengukuran probability of default dan cummulative probability of default, pengukuran expected dan unexpected
loss, pengukuran economic capital, backtesting, dan pengujian validitas. Data LGD yang diperoleh dibagi menjadi tiga band yaitu Rp 1.000.000,00 ;
Rp 10.000.000,00 dan Rp 100.000.000,00. Iqbal 2007 melakukan penelitian mengenai analisis risiko
pembiayaan syariah dengan menggunakan metode CreditRisk+ pada BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Metode CreditRisk+ dapat dijadikan sebagai alat penghitungan alternatif dalam mengestimasi risiko pembiayaan. Hasil penghitungan dengan metode
CreditRisk+ Portofolio dapat menjadi informasi yang berguna sebagai
evaluasi apakah risiko pembiayaan mampu ditanggung oleh keadaan keuangan perusahaan dan sebagai estimasi potensi kerugian yang akan
dihadapi pada periode berikutnya. Hasil pengujian validasi melalui backtesting memperoleh hasil bahwa potensi kerugian memiliki selisih
sebesar Rp 7.663.805,65 dibandingkan dengan real loss Desember 2004 atau terjadi deviasi sekitar 4,41 persen. Hasil validasi menunjukkan bahwa
metode CreditRisk+ Portofolio sesuai untuk mengukur risiko pembiayaan syariah pada BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu. Total potensi
kerugian untuk Bulan Desember 2004 dari 522 debitur berdasarkan penghitungan sebesar Rp 181.350.000,00 atau 8,09 persen dari total
pembiayaan sebesar Rp 2.242.711.600,00. Strategi mitigasi dan pengelolaan risiko atas kerugian yang mungkin terjadi antara lain adalah 1. Pemberian
pembiayaan kepada debitur di semua sektor ekonomi; 2. Penanganan portofolio bemasalah melalui penjadwalan ulang pembiayaan, restukturisasi
atau penghapusan piutang; 3. Penggunaan metode CreditRisk+ Portofolio untuk menghitung estimasi risiko pembiyaan satu bulan mendatang; 4.
Membentuk cadangan penghapusan piutang yang berasal dari kas sebesar Rp 181.350.000,00 untuk bulan Desember 2004 dan modal ekonomi unrtuk
risiko yang berasal dari modal sebesar Rp. 45.073.668,50.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Perkembangan perekonomian Indonesia selama beberapa tahun terakhir memberikan dampak yang positif bagi perusahaan pembiayaan,
tidak terkecuali PT. PQR Finance. Pada tahun 2001 sampai tahun 2006 terjadi peningkatan unit pembiayaan sepeda motor pada PT. PQR Finance
dengan rata-rata 55,34 persen PT. PQR Finance, 2007. Perkembangan positif yang diraih PT. PQR Finance telah sesuai dengan visi dan misi
perusahaan. Dalam menjalankan usahanya, PT. PQR Finance dihadapkan pada potensi risiko yang mempengaruhi kinerjanya. Risiko yang dihadapi
oleh PT. PQR Finance berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor, PT. PQR Finance
dihadapkan pada risiko kredit. Peningkatan persentase penyisihan penghapusan piutang loan loss provision terhadap total asset PT. PQR
Finance yaitu dari 2,91 persen tahun 2004 menjadi 6,49 persen tahun 2006 mengindikasikan peningkatan kerugian yang diakibatkan
meningkatnya risiko kredit. Persentase tersebut mengindikasikan peningkatan penghapusan piutang ragu-ragu PT. PQR Finance. Hal tersebut
disertai dengan peningkatan jumlah konsumen pembiayaan sepeda motor Honda yang dapat menimbulkan potensi risiko kredit macet apabila tidak
dikelola dengan baik. Peningkatan risiko kredit macet tersebut perlu ditunjang oleh kualitas manajemen risiko kredit yang baik untuk
meminimalisir potensi kerugian yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna
sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. Risiko kredit yang dihadapi perusahaan meliputi risiko gagal bayar,
risiko exposure dan risiko recovery. Besarnya risiko kredit tercermin dalam dimensi risiko kredit yaitu kuantitas risiko kredit dan kualitas risiko kredit.
Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu. Risiko exposure merupakan risiko yang melekat pada
besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Risiko recovery