Data Teknis Perencanaan Pelat Lantai Perencanaan Pelat Lantai 2, Lantai 3 Dan Pelat Atap

41 SNI 03-2847-2002 Tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan Rumah dan Gedung. SNI 03-1727-2002 F Tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. Berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan Rumah dan Gedung dan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung maka beban yang diperhitungkan sebagai berikut: Beban mati W D dikalikan dengan faktor 1,2 Beban Hidup W L dikalikan dengan faktor 1,6

3.1.2 Data Teknis Perencanaan Pelat Lantai

Mutu beton fc : 22,825 Mpa K275 Mutu baja fy : 240 Mpa Berat adukan semen per cm tebal : 21 kgm 2 Berat penutup lantai keramik : 24 kgm 2 Berat beton bertulang : 2400 kgm 3 Berat pasir kondisi lembab : 1850 kgm 3 Beban hidup untuk gedung perkantoran : 250 kgm 2

3.2.1 Perencanaan Pelat Lantai 2, Lantai 3 Dan Pelat Atap

Perencanaan pelat lantai 2, pelat lantai 3 dan pelat atap gedung Sekretariat Daerah Kota Tegal, terdiri dari 5 skema penyaluran beban 42 berdasarkan metode amplop seperti terlihat pada gambar di bawah ini, ditunjukkan dengan simbol huruf A, B, C dan D Gambar 3.1 Rencana Pelat Lantai 2 Gambar 3.2 Rencana Pelat Lantai 3 43 Gambar 3.3 Rencana Pelat Lantai Atap Perencanaan perhitungan pelat lantai 2, pelat lantai 3 dan pelat atap sebagai berikut: 1. Menentukan syarat – syarat batas dan panjang bentang Pelat ditumpu bebas pada balok – balok tepi dan terjepit penuh pada balok tengah menerus di atas tumpuan. Lihat gambar 3.6 dan 3.7 sebagai berikut: ly 1 = 4600 mm untuk lantai B4 ly 2 = 4000 mm untuk lantai A1, A2, B1, B2, C1 dan C2 ly 3 = 2900 mm untuk lantai C3 ly 4 = 2800 mm untuk lantai C4 44 ly 5 = 2400 mm untuk lantai DI, D2, D3K, C3, C4, B3 dan B4 lx 1 = 4000 mm untuk lantai AI dan A2 lx 2 = 2900 mm untuk lantai B1 lx 3 = 2500 mm untuk lantai C3, C4 dan B4 lx 4 = 2400 mm untuk lantai B2, D1, dan D3K lx 5 = 2000 mm untuk lantai C1 lx 6 = 1900 mm untuk lantai D2 lx 7 = 2000 mm untuk lantai B3 lx 8 = 1900 mm untuk lantai C2 2. Menentukan tebal pelat lantai Untuk lapangan tepi dalam arah x berlaku lx 1 = 4000 mm, tebal pelat minimum sesuai dengan tabel 10 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” untuk fy = β40 Mpa adalah h min = 132 lx 1 = 132 x 4000 = 125 mm Untuk lapangan tengah dalam arah x berlaku lx 1 = 4000 mm, tebal pelat minimum sesuai dengan tabel 10 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertula ng” untuk fy = β40 Mpa adalah h min = 137 lx 1 = 137 x 4000 45 = 108,10 mm Untuk lapangan tengah dalam arah x berlaku lx 2 = 2900 mm, tebal pelat minimum sesuai dengan tabel 10 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” untuk fy = β40 Mpa adalah h min = 137 lx 2 = 137 x 2900 = 78,37mm Untuk lapangan tepi dalam arah x berlaku lx 3 = 2500 mm, tebal pelat minimum sesuai dengan tabel 10 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” untuk fy = β40 Mpa adalah h min = 132 lx 3 = 132 x 2500 = 78,12 mm Untuk lapangan tepi dalam arah x berlaku lx 4 = 2400 mm, tebal pelat minimum sesuai dengan tabel 10 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” untuk fy = β40 Mpa adalah h min = 132 lx 4 = 132 x 2400 = 75 mm Untuk lapangan tengah dalam arah x berlaku lx 5 = 2000 mm, tebal pelat minimum sesuai dengan tabel 10 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” untuk fy = β40 Mpa adalah h min = 137 lx 5 46 = 137 x 2000 = 48 mm Untuk lapangan tepi dalam arah x berlaku lx 6 = 1900 mm, tebal pelat minimum sesuai dengan tabel 10 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” untuk fy = β40 Mpa adalah h min = 132 lx 6 = 132 x 1900 = 59 mm Untuk lapangan tepi dalam arah x berlaku lx 7 = 1800 mm, tebal pelat minimum sesuai dengan tabel 10 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” untuk fy = β40 Mpa adalah h min = 132 lx 7 = 132 x 1800 = 56 mm Untuk lapangan tengah dalam arah x berlaku lx 8 = 1500 mm, tebal pelat minimum ses uai dengan tabel 10 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” untuk fy = β40 Mpa adalah h min = 137 lx 8 = 137 x 1500 = 40 mm Kesimpulan tebal pelat lantai dianggap h = 120 mm, dimana syarat lendutan pun memadai. 47 3. Pembebanan pelat lantai Berat beban mati W D o W D dari berat pelat sendiri W DPe = h . berat beton bertulang = 0,12 . 24 = 2,88 kNm 2 o W D dari berat pasir W Dpa = tebal pasir . berat pasir kondisi lembab = 0,05 . 18,5 = 0,92 kNm 2 o W D dari berat adukan semen W DS = 0,21 kNm 2 o W D dari berat penutup lantai keramik W DK = 0,24 kNm 2 o W Dtotal = W Dpe + W Dpa + W DS + W DK = 2,88 + 0,92 + 0,21 + 0,24 = 4,25 kNm 2 Berat beban hidup W L o Beban hidup untuk gedung perkantoran W L1 = 2,5 kNm 2 o Beban hidup untuk ruang arsip atau gudang W L2 = 4 kNm 2 Beban ultimed atau rencana untuk gedung perkantoran Wu 1 Wu = 1,2 W D + 1,6 W L1 = 1,2 . 4,25 + 1,6 . 2,5 = 9,1 kNm 2 Beban ultimed atau rencana untuk ruang arsip atau gudang Wuk = 1,2 W D + 1,6 W L2 48 = 1,2 . 4,25 + 1,6 . 4 = 11,5 kNm 2 4. Perhitungan momen a. Untuk pelat lantai bersimbol huruf A1 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 1 lx 2 = 1,0 untuk kasus V B didapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,039 . Wu . l x1 2 = 0,039 . 9,1 . 4 2 = 5,67 kNm m ly = 0,031 . Wu . l x1 2 = 0,031 . 9,1 . 4 2 = 4,51 kNm m tx = 0,091 . Wu . l x1 2 = 0,091 . 9,1 . 4 2 = 13,25 kNm m tix =½ . m 1x = ½ . 5,67 = 2,83 kNm m tiy =½ . m 1y ly 2 lx 1 49 = ½ . 4,51 = 2,25 kNm b. Untuk pelat lantai bersimbol huruf A2 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 2 lx 1 = 1,0 untuk kasus II didapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,025 . Wu . l x1 2 = 0,025 . 9,1 . 4 2 = 3,64 kNm m ly = 0,025 . Wu . l x1 2 = 0,025 . 9,1 . 4 2 = 3,64 kNm m tx = 0,051 . Wu . l x1 2 = 0,051 . 9,1 . 4 2 = 7,42 kNm m ty = 0,051 Wu . l x1 2 = 0,051 . 9,1 . 4 2 = 7,42 kNm ly 2 lx 1 50 c. untuk pelat lantai bersimbol B1 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 2 lx 2 = 1,4 untuk kasus VI A didapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,047 . Wu . l x2 2 = 0,047 . 9,1 . 2,9 2 = 3,59 kNm m ly = 0,023 . Wu . l x2 2 = 0,023 . 9,1 . 2,9 2 = 1,76 kNm m tx = 0,088 . Wu . l x2 2 = 0,088 . 9,1 . 2,9 2 = 6,73 kNm m ty = 0,074 . Wu . l x2 2 = 0,074 . 9,1 . 2,9 2 = 5,66 kNm m tix = ½ . m 1x = ½ . 3,59 = 1,79 kNm lx 2 ly 2 51 d. Untuk pelat lantai bersimbol huruf B2 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 2 lx 4 = 1,6 untuk kasus II didapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,049 . Wu . l x4 2 = 0,049 . 9,1 . 2,4 2 = 2,56 kNm m ly = 0,015 . Wu . l x4 2 = 0,015 . 9,1 . 2,4 2 = 0,78 kNm m tx = 0,078 . Wu . l x4 2 = 0,078 . 9,1 . 2,4 2 = 4,08 kNm m ty = 0,054 Wu . l x4 2 = 0,054 . 9,1 . 2,4 2 = 2,83 kNm e. untuk pelat lantai bersimbol huruf B3 lx 4 ly 2 lx 7 ly 5 52 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 5 lx 7 = 1,4 untuk kasus V1 A didapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,047 . Wu . l x7 2 = 0,047 . 9,1 . 1,8 2 = 1,38 kNm m ly = 0,023 . Wu . l x7 2 = 0,023 . 9,1 . 1,8 2 = 0,67 kNm m tx = 0,088 . Wu . l x7 2 = 0,088 . 9,1 . 1,8 2 = 2,56kNm m ty = 0,074 . Wu . l x7 2 = 0,074 . 9,1 . 1,8 2 = 2,18 kNm m tix =½ . m 1x = ½ . 1,38 = 0,69 kNm f. Untuk pelat lantai bersimbol huruf B4 l x 3 ly 1 53 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 1 lx 3 = 1,8 untuk kasus IV A didapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,074 . Wu . l x3 2 = 0,074. 9,1 . 2,5 2 = 4,20 kNm m ly = 0,027 . Wu . l x3 2 = 0,027 . 9,1 . 2,5 2 = 1,53 kNm m ty = 0,110 Wu . l x3 2 = 0,110 . 9,1 . 2,5 2 = 6,25 kNm m tix = ½ . m lx = ½ . 4,20 = 2,1 kNm g. Untuk pelat lantai bersimbol huruf C1 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 2 lx 5 = 2,0 untuk kasus V1 A didapatkan momen – momen sebagai berikut: ly 2 lx 5 54 m lx = 0,070 . Wu . l x5 2 = 0,070 . 9,1 . 2 2 = 2,54 kNm m ly = 0,017 . Wu . l x5 2 = 0,017 . 9,1 . 2 2 = 0,62 kNm m tx = 0,114 . Wu . l x5 2 = 0,114 . 9,1 . 2 2 = 4.14 kNm m ty = 0,076 . Wu . l x5 2 = 0,076 . 9,1 . 2 2 = 2,76 kNm m tix = ½ . m lx = ½ . 2,54 = 1,27 kNm h. Untuk pelat lantai bersimbol huruf C2 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 2 lx 8 = 2,5 untuk kasus VI A didapatkan momen – momen sebagai berikut: lx 8 ly 2 55 m lx = 0,079 . Wu . l x8 2 = 0,079 . 9,1 . 1,5 2 = 1,62 kNm m ly = 0,016 . Wu . l x8 2 = 0,016 . 9,1 . 1,5 2 = 0,32 kNm m tx = 0,121 . Wu . l x8 2 = 0,121 . 9,1 . 1,5 2 = 2,47 kNm m ty = 0,060 . Wu . l x8 2 = 0,060 . 9,1 . 1,5 2 = 1,49 kNm m tix = ½ . m lx = ½ . 1,62 = 0,81 kNm i. Untuk pelat lantai bersimbol C3 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 3 lx 3 = 1,2 untuk kasus III didapatkan momen – momen sebagai berikut: l y 3 Lx 3 56 m lx = 0,041 . Wu . l x3 2 = 0,041 . 9,1 . 2,5 2 = 2,33 kNm m ly = 0,027 . Wu . l x3 2 = 0,027 . 9,1 . 2,5 2 = 1,54 kNm m tx = 0,084 . Wu . l x3 2 = 0,084 . 11,5 . 2,5 2 = 4,77 kNm m ty = 0,074 . Wu . l x3 2 = 0,074 . 9,1 . 2,5 2 = 4,20 kNm m tix = ½ . m lx = ½ . 2,33 = 1,16 kNm m tiy = ½ . m ly = ½ . 1,54 = 0,77 kNm j. Untuk pelat lantai bersimbol huruf C4 l y4 lx 3 57 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 4 lx 3 = 1,2 untuk kasus VII B didapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,037 . Wu . l x3 2 = 0,037 . 9,1 . 2,5 2 = 2,10 kNm m ly = 0,021 . Wu . l x3 2 = 0,021 . 9,1 . 2,5 2 = 1,19 kNm m tx = 0,070 . Wu . l x3 2 = 0,070 . 9,1 . 2,5 2 = 3,98 kNm m ty = 0,055 . Wu . l x3 2 = 0,055 . 9,1 . 2,5 2 = 3,12 kNm m tiy = ½ . m ly = ½ . 1,19 = 0,59 kNm 58 k. Untuk pelat lantai bersimbol huruf D1 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 5 lx 4 = 1,0 untuk kasus VII B didapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,028 . Wu . l x4 2 = 0,028 . 9,1 . 2,4 2 = 1,46 kNm m ly = 0,025 . Wu . l x4 2 = 0,025 . 9,1 . 2,4 2 = 1,31 kNm m tx = 0,070 . Wu . l x4 2 = 0,070 . 9,1 . 2,4 2 = 3,14 kNm m ty = 0,054 . Wu . l x4 2 = 0,054 . 9,1 . 2,4 2 = 2,83 kNm m tiy = ½ . m ly = ½ . 1,31 = 0,65 kNm lx 4 ly 5 59 l. Untuk pelat lantai bersimbol D2 Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 5 lx 6 = 1,4 untuk kasus IIIdidapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,052 . Wu . l x6 2 = 0,052 . 9,1 . 1,9 2 = 1,70 kNm m ly = 0,023 . Wu . l x6 2 = 0,023 . 9,1 . 1,9 2 = 0,75 kNm m tx = 0,097 . Wu . l x6 2 = 0,097 . 11,5 . 1,9 2 = 3,18 kNm m ty = 0,077 . Wu . l x6 2 = 0,077 . 9,1 . 1,9 2 = 2,52 kNm m tix = ½ . m lx = ½ . 1,70 = 0,85 kNm m tiy = ½ . m ly lx 6 ly 5 60 = ½ . 0,75 = 0,37 kNm m. Untuk pelat lantai bersimbol huruf D3k Momen – momen ditentukan sesuai tabel 14 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” pada ly 5 lx 4 = 1,0untuk kasus VII B didapatkan momen – momen sebagai berikut: m lx = 0,028 . Wuk . l x4 2 = 0,028 . 11,5 . 2,4 2 = 1,83 kNm m ly = 0,025 . Wuk . l x4 2 = 0,025 . 11,5 . 2,4 2 = 1,65 kNm m tx = 0,060 . Wuk . l x4 2 = 0,060 . 11,5 . 2,4 2 = 3,97 kNm m ty = 0,054 Wuk . l x4 2 = 0,054 . 11,5 . 2,4 2 = 3,57 kNm m tiy = ½ . m ly ly 5 lx 4 61 = ½ . 1,65 = 0,82 kNm Keterangan : m lx = momen lapangan maksimum per meter lebar diarah x m ly = momen lapangan maksimum per meter lebar diarah y m tx = momen tumpuan maksimum per meter lebar diarah x m ty = momen tumpuan maksimum per meter lebar diarah y m tix = momen jepit tak terduga per meter lebar diarah x m tiy = momen jepit tak terduga per meter lebar diarah y 5. Perhitungan tulangan Tebal pelat h = 120 mm, penutup beton menurut tabel 3 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang” ϕ D 36 mm : selimut beton p = 20 mm, diameter tulangan utama diperkirakan ϕ D = 10 mm pada dua arah. Tinggi efektif d dalam arah x d x = h – p – ½ ϕ D = 120 – 20 – ½ x 10 = 95 mm Tinggi efektif d dalam arah y d y = h – p –ϕ Dx - ½ ϕ Dy = 120 – 20 – 10 - ½ x 10 = 85 mm 62 Untuk ρ min yang disyaratkan untuk seluruh mutu beton pelat dengan fy β40 Mpa ρ min = 0,00β5 lihat tabel 7 buku “Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang”. Untuk fc ≤ γ0 Mpa maka 1 = 0,85 ρ b = . = . = 0,049 ρ max = 0,75 . ρ b = 0,75. 0,049 = 0,037 a. Untuk pelat lantai bersimbol huruf A1 Momen lapangan dalam arah x m lx = 5,67 kNm ρ = = = 0,0029 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0029 0,037 maka yang dipakai adalah ρ= 0,0029 A slx = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0029 . 1 . 0,095 . 10 6 = 275 mm 2 63 Momen lapangan dalam arah y m ly = 4,51 kNm ρ = = = 0,0028 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0028 0,037 maka yang dipakai adalah ρ= 0,0028 A sly = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0028 . 1 . 0,085 . 10 6 = 238 mm 2 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 13,25 kNm ρ = = = 0,0068 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0068 0,037 maka yang dipakai adalah ρ= 0,0068 A stx = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0068 . 1 . 0,095 . 10 6 = 646 mm 2 64 Momen jepit tak terduga dalam arah x m tix = 2,83 kNm ρ = = = 0,0014 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stix = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0014 . 1 . 0,095 . 10 6 = 138 mm 2 Momen jepit tak terduga dalam arah y m tiy = 2,25 kNm ρ = = = 0,0014 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stiy = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0014 . 1 . 0,085 . 10 6 = 122 mm 2 65 b. Untuk pelat lantai bersimbol huruf A2 Momen lapangan dalam arah x m lx = 3,64 kNm ρ = = = 0,0018 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0018 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen lapangan dalam arah y m ly = 3,64 kNm ρ = = = 0,0023 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0023 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 66 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 7,42 kNm ρ = = = 0,0038 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0038 0,037 maka yang dipakai adalah ρ= 0,0038 A stx = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0038 . 1 . 0,095 . 10 6 = 363mm 2 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 7,42 kNm ρ = = = 0,0047 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0047 0,037 maka yang dipakai adalah ρ= 0,0047 A sty = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0047 . 1 . 0,085 . 10 6 = 404mm 2 67 c. Untuk pelat lantai bersimbol huruf B1 Momen lapangan dalam arah x m lx = 3,59 kNm ρ = = = 0,0018 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0018 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen lapangan dalam arah y m ly = 1,76 kNm ρ = = = 0,0011 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0011 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 68 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 6,73 kNm ρ = = = 0,0034 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0034 0,037 maka yang dipakai adalah ρ= 0,0034 A stx = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0034 . 1 . 0,095 . 10 6 = 329 mm 2 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 5,66 kNm ρ = = = 0,0036 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0036 0,037 maka yang dipakai adalah ρ= 0,0036 A sty = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0036 . 1 . 0,085 . 10 6 = 308 mm 2 69 Momen jepit tak terduga dalam arah x m tiy = 1,79 kNm ρ = = = 0,0009 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stix = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0009 . 1 . 0,095 . 10 6 = 87,8 mm 2 d. Untuk pelat lantai bersimbol huruf B2 Momen lapangan dalam arah x m lx = 2,56 kNm ρ = = = 0,0013 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0013 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 70 = 237 mm 2 Momen lapangan dalam arah y m ly = 0,78 kNm ρ = = = 0,0005 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0005 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 4,08 kNm ρ = = = 0,0024 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0024 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A stx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 71 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 2,83 kNm ρ = = = 0,0018 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0018 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sty = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212mm 2 e. Untuk pelat lantai bersimbol huruf B3 Momen lapangan dalam arah x m lx = 1,38 kNm ρ = = = 0,0007 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0007 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 72 Momen lapangan dalam arah y m ly = 0,67 kNm ρ = = = 0,0004 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0004 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 2,56 kNm ρ = = = 0,0013 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0013 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A stx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 73 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 2,18 kNm ρ = = = 0,0014 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0014 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sty = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 Momen jepit tak terduga dalam arah x m tix = 0,69 kNm ρ = = = 0,0003 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stix = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0003 . 1 . 0,095 . 10 6 = 33,8 mm 2 74 f. Untuk pelat lantai bersimbol huruf B4 Momen lapangan dalam arah x m lx = 4,20 kNm ρ = = = 0,0021 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0021 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen lapangan dalam arah y m ly = 1,53 kNm ρ = = = 0,0009 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0009 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 75 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 6,25 kNm ρ = = = 0,0040 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0049 0,037 maka yang dipakai adalah ρ= 0,0040 A sty = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0040 . 1 . 0,085 . 10 6 = 340 mm 2 Momen jepit tak terduga dalam arah x m tix = 2,1 kNm ρ = = = 0,00013 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stiy = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0013 . 1 . 0,085 . 10 6 = 114 mm 2 76 g. Untuk pelat lantai bersimbol huruf C1 Momen lapangan dalam arah x m lx = 2,54 kNm ρ = = = 0,0013 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0013 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen lapangan dalam arah y m ly = 0,62 kNm ρ = = = 0,0004 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0004 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 77 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 4,14 kNm ρ = = = 0,0021 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0021 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A stx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 2,76 kNm ρ = = = 0,0017 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0017 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sty = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 78 Momen jepit tak terduga dalam arah x m tix = 1,27 kNm ρ = = = 0,0006 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stix = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0006 . 1 . 0,095 . 10 6 = 62,2 mm 2 h. Untuk pelat lantai bersimbol huruf C2 Momen lapangan dalam arah x m lx = 1,62 kNm ρ = = = 0,0008 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0008 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 79 Momen lapangan dalam arah y m ly = 0,32 kNm ρ = = = 0,0002 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0002 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 2,47 kNm ρ = = = 0,0012 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0012 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A stx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 80 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 1,49 kNm ρ = = = 0,0009 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0009 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sty = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 Momen jepit tak terduga dalam arah x m tix = 0,81 kNm ρ = = = 0,0004 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stix = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0004 . 1 . 0,095 . 10 6 = 39,4 mm 2 81 i. Untuk pelat lantai bersimbol C3 Momen lapangan dalam arah x m lx = 2,33 kNm ρ = = = 0,0012 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0012 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen lapangan dalam arah y m ly = 1,54 kNm ρ = = = 0,0009 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0009 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 .0,085 . 10 6 = 212 mm 2 82 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 4,77 kNm ρ = = = 0,0024 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0024 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A stx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 4,20 kNm ρ = = = 0,0026 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0026 0,037 maka yang dipakai adalah ρ= 0,0026 A sty = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0026 . 1 . 0,085 . 10 6 = 228 mm 2 83 Momen jepit tak terduga dalam arah x m tix = 1,16 kNm ρ = = = 0,0006 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stix = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0006 . 1 . 0,095 . 10 6 = 56,8 mm 2 Momen jepit tak terduga dalam arah y m tiy = 0,77 kNm ρ = = = 0,0004 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stiy = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0004 . 1 . 0,085 . 10 6 = 42 mm 2 84 j. Untuk pelat lantai bersimbol C4 Momen lapangan dalam arah x m lx = 2,10 kNm ρ = = = 0,0010 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0010 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen lapangan dalam arah y m ly = 1,19 kNm ρ = = = 0,0007 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0007 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 85 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 3,98 kNm ρ = = = 0,0020 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 = 0,0020 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A stx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 3,12 kNm ρ = = = 0,0020 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0020 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sty = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 86 Momen jepit tak terduga dalam arah y m tiy = 0,59 kNm ρ = = = 0,0004 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stiy = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0004 . 1 . 0,088 . 10 6 = 34 mm 2 k. Untuk pelat lantai bersimbol huruf D1 Momen lapangan dalam arah x m lx = 1,46 kNm ρ = = = 0,0007 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0007 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 87 Momen lapangan dalam arah y m ly = 1,31 kNm ρ = = = 0,0008 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0008 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 3,14 kNm ρ = = = 0,0016 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0016 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A stx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 88 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 2,83 kNm ρ = = = 0,0018 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0018 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sty = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 Momen jepit tak terduga dalam arah y m tiy = 0,69 kNm ρ = = = 0,0004 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stiy = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0004 . 1 . 0,085 . 10 6 = 34 mm 2 89 l. Untuk pelat lantai bersimbol huruf D2 Momen lapangan dalam arah x m lx = 1,70 kNm ρ = = = 0,0008 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0008 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen lapangan dalam arah y m ly = 0,75 kNm ρ = = = 0,0004 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0004 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 90 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 3,18 kNm ρ = = = 0,0016 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0016 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A stx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 2,52 kNm ρ = = = 0,0016 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0016 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sty = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 91 Momen jepit tak terduga dalam arah x m tix = 0,84 kNm ρ = = = 0,0004 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stix = ρ . b . dx . 10 6 = 0,0004 . 1 . 0,096 . 10 6 = 41,6 mm 2 Momen jepit tak terduga dalam arah y m tiy = 0,37 kNm ρ = = = 0,0003 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stiy = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0003 . 1 . 0,085 . 10 6 = 25,2 mm 2 92 m. Untuk pelat lantai bersimbol huruf D3k Momen lapangan dalam arah x m lx = 1,85 kNm ρ = = = 0,0009 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0009 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A slx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen lapangan dalam arah y m ly = 1,65 kNm ρ = = = 0,0010 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0010 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sly = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 93 Momen tumpuan dalam arah x m tx = 3,97 kNm ρ = = = 0,0020 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0020 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A stx = ρ min . b . dx . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,095 . 10 6 = 237 mm 2 Momen tumpuan dalam arah y m ty = 3,57 kNm ρ = = = 0,0022 Karena ρ min ρ ρ max = 0,0025 0,0022 0,037 maka yang dipakai adalah ρ min = 0,0025 A sty = ρ min . b . dy . 10 6 = 0,0025 . 1 . 0,085 . 10 6 = 212 mm 2 94 Momen jepit tak terduga dalam arah y m tiy = 0,92 kNm ρ = = = 0,0005 Pemeriksaan ρ min untuk momen jepit tak terduga tidak diperlukan. A stiy = ρ . b . dy . 10 6 = 0,0005 . 1 . 0,085 . 10 6 = 50,12 mm 2 6. Pemilihan tulangan Pemilihan tulangan disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Tulangan Pelat Lantai Pelat Lantai M Mu kNm ρ min Ρ As mm 2 Tulangan Pelat lantai A1 kasus V B m lx 5,67 0,0025 0,0029 275 Φ10 – 250 m ly 4,51 0,0028 238 Φ10 – 250 m tx 13,25 0,0068 646 Φ10 –125 m tix 2,83 0,0014 138 Φ10–450 m tiy 2,25 0,0014 122 Φ10–450 Pelat lantai A2 kasus II m lx 3,64 0,0025 0,0018 237 Φ10 – 250 m ly 3,64 0,0023 212 Φ10 – 300 m tx 7,42 0,0038 363 Φ10 - 200 m ty 7,42 0,0047 404 Φ10 –200 Pelat lantai B1 kasusVI A m lx 3,59 0,0025 0,0018 237 Φ10 – 250 m ly 1,76 0,0011 212 Φ10 – 300 m tx 6,73 0,0034 329 Φ10 – 250 m ty 5,66 0,0036 308 Φ10 – 250 m tix 1,79 0,0009 87,8 Φ10– 450 95 Pelat lantai B2 kasus II m lx 2,56 0,0025 0,0013 237 Φ10 – 250 m ly 0,78 0,0005 212 Φ10 – 300 m tx 4,08 0,0024 237 Φ10 – 250 m ty 2,83 0,0018 212 Φ10 – 300 Pelat lantai B3 kasus VI A m lx 1,83 0,0025 0,0007 237 Φ10 – 250 m ly 0,67 0,0004 212 Φ10 – 300 m tx 2,56 0,0013 237 Φ10 – 250 m ty 2,18 0,0014 212 Φ10 - 300 m tix 0,69 0,0003 33,8 Φ10 - 450 Pelat lantai B4 kasus IV A m lx 4,20 0,0025 0,0021 237 Φ10 - 250 m ly 1,53 0,0009 212 Φ10 - 300 m ty 6,25 0,0040 340 Φ10 - 200 m tix 2,1 0,0013 114 Φ10 - 450 Pelat lantai C1 kasus V1 A m lx 2,54 0,0025 0,0013 237 Φ10 - 250 m ly 0,62 0,0004 212 Φ10 - 300 m tx 4,14 0,0021 237 Φ10 - 250 m ty 2,76 0,0017 212 Φ10 - 300 m tix 1,27 0,0006 62,2 Φ10 - 450 Pelat lantai C2 kasus VI A m lx 1,62 0,0025 0,0008 237 Φ10 - 250 m ly 0,32 0,0002 212 Φ10 - 300 m tx 2,47 0,0012 237 Φ10 - 250 m ty 1,49 0,0009 212 Φ10 - 300 m tix 0,81 0,0004 39,4 Φ10 - 450 Pelat lantai C3 kasus III m lx 2,33 0,0025 0,0012 237 Φ10 - 250 m ly 1,54 0,0009 212 Φ10 - 300 m tx 4,77 0,0024 237 Φ10 - 250 m ty 4,20 0,0026 228 Φ10 - 250 m tix 1,16 0,0006 56,8 Φ10 - 450 M tiy 0,77 0,0004 34 Φ10 - 450 Pelat lantai C4 kasus VII B m lx 2,10 0,0025 0,0010 237 Φ10 - 250 m ly 1,19 0,0007 212 Φ10 - 300 m tx 3,98 0,0020 237 Φ10 - 250 m ty 3,12 0,0020 212 Φ10 - 300 m tiy 0,59 0,0004 34 Φ10 - 450 Pelat lantai D1 kasus VII B m lx 1,46 0,0025 0,0007 237 Φ10 - 250 m ly 1,31 0,0008 212 Φ10 - 300 m tx 3,14 0,0016 237 Φ10 - 250 m ty 2,83 0,0018 212 Φ10 - 300 m tiy 0,69 - 0,0004 34 Φ10 - 450 Pelat lantai D2 kasus III m lx 1,70 0,0025 0,0008 237 Φ10 - 250 m ly 0,75 0,0004 212 Φ10 - 300 m tx 3,18 0,0016 237 Φ10 - 250 m ty 2,52 0,0016 212 Φ10 - 300 m tix 0,85 - 0,0004 41,6 Φ10- 450 m tiy 0,37 - 0,0003 25,2 Φ10 - 450 Pelat lantai m lx 1,85 0,0025 0,0009 237 Φ10 - 250 96 D3k kasus VII B m ly 1,65 0,0010 212 Φ10 - 300 m tx 3,97 0,0020 237 Φ10 - 250 m ty 3,57 0,0022 212 Φ10 - 300 m tiy 0,82 0,0005 50,12 Φ10 - 450 7. Pemeriksaan lebar retak Untuk fy 240 Mpa tidak memerlukan pemeriksaan lebar retak. 8. Hasil analisis SAP 2000 v10 Hasil analisis run SAP 2000 v10 bentuk deformasi pelat lantai ditunjukan pada gambar di bawah ini. Gambar 3.4 Deformasi Pelat Lantai 3.3Perencanaan Pondasi Footplat Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lainnya di 97 atasnya. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban-beban bangunan beban isi bangunan, gaya- gaya luar seperti: tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain, selain itu tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang diijinkan. Perencanaan pondasi gedung Sekretariat Daerah Kota Tegal direncanakan menggunakan pondasi Foot plat. Hal ini didasarkan dari titik sondir yang menunjukkan bahwa kedalaman tanah keras rata-rata berada pada kedalaman 2.4 - 4.2 m.MT dengan nilai qc rata- rata berkisar 88 kgcm 2 . Letak pondasi gedung Sekretariat Daerah Kota Tegal ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 3.5 Denah Pondasi Foot Plat 98 Beban pondasi pelat harus dirancang untuk menahan beban terfaktor mis. Darikombinasi beban 1,2.DL + 1,6.LL dan reaksi tanah yang diakibatkannya. Luas bidang dasar pondasi pelat atau jumlah penempatan pondasi harus ditetapkan berdasarkan gaya dan momen tidak terfaktor mis. dari kombinasi beban DL +LL yang disalurkan oleh pondasi pada tanah atau pondasi dan berdasarkan tekanan tanah ijin atau kapasitas daya dukung tanah yang ditentukan berdasarkan prinsip mekanika tanah. Besarnya momen terfaktor maksimum untuk sebuah pondasi pelatsetempat harus dihitung dengan membuat potongan bidang vertikal pada pondasi tersebut dan menghitung momen dari semua gaya yang bekerja pada satu sisi dari bidang pondasi pelat setempat yang dipotong oleh bidang vertikal tersebut. Penampang kritis untuk perhitungan momen terletak pada muka kolom, pedestal atau dinding. Reaksi tumpuan yang bekerja pada pondasi pelat bekerja ke arah x dan y, untuk itu perhitungan kuat gesernya harus mempertimbangkan kuat geser pons dan kuat geser lentur. Penentuan ketebalan pelat pondasi biasanya didasarkan atas perhitungan kuat geser pondasi, setelah itu untuk keperluan efisiensi jumlah penulangan ketebalan pelat pondasi dapat ditambahkan. Ketebalan pondasi pelat di atas lapisan tulangan bawah tidak boleh kurang dari 150 mm untuk pondasi pelat di atas tanah; ataupun tidak kurang dari 300 mm untuk pondasi pelat di atas tiang pancang. Pada perhitungan geser pons didasarkan atas perilaku kolom yangcenderung untuk menekan atau melubangi pelat pondasi yang mengakibatkantimbulnya tegangan di sekeliling kolom. Beberapa penelitian membuktikan bentuk kegagalan kuat geser pons berupa retakan yang membentuk kerucut atau piramida terpancung melebar ke bawah. Penampang kritis geser pons ditentukan sebagai bidang vertikal terhadap pelat pondasi, mengelilingi kolom dengan keliling minimum bo pada jarak tidak kurang dari setengah tinggi efektif ½.d pelat pondasi dari muka kolom. Untuk kolom tepi di titik dimana kantilever pelat melebihi ukuran kolom, perimeter kritis bisa bersisi tiga atau bersisi empat. Besarnya nilai kuat geser beton Vc untuk perhitungan geser pons adalah nilai terkecil dari 3 persamaan berikut ini dalam satuan N-mm, 99 Gambar 3.6 Analisis Geser Pondasi Plat Setempat 100 Gambar 3.7 Bidang Potongan Kritis Untuk Perhitungan Kebutuhan Dimensi danPenulangan 101 3.3.1Menentukan Daya Dukung Tanah Daya dukung tanah dapat ditentukan dari hasil perhitungan sondir, dan tujuan perhitungan daya dukung ini dipergunakan untuk menentukan klas tanah SoilClass dan juga menentukan tipe pondasi yang akan didesain. Ada dua tipe pondasi yang biasa didesain yaitu tipe pondasi dangkal shallow foundation ataupun pondasi dalam deep foundation. Untuk penentuan daya dukung bagi pondasi dangkal adalah dengan mengambil langsung directly nilai daya dukung ujung konus qc cone pointresistance, walupun diijinkan secara tidak langsung indirectly yaitu dengan pengambilan nilai CPT untuk dikonversikan ke dalam metode SPT standard Penetration Test. Dalam penentuan daya dukung dari hasil uji CPT cone penetration test kita dapat mengambil dari berbagai referensi. Banyak rumus yangdapat dipakai untuk mendisain Pondasi. Pilihan yang dipakai sangat tergantung darikebiasaan seseorang dalam perencanaan pondasi dan data-data tanah yangtersedia,pada perencanaan ini hanya dibatasi pada rumus pondasi dangkal saja. Daya dukung ultimit ultimit bearing capacityqultdidefinisikan sebagai beban maksimum per satuan luas dimana tanah masih dapat mendukung beban tanpamengalami keruntuhan. Menurut rumus Meyerhof bila memakai data pengujian Sondir : qult = qc. B. 1 + DB. 140 Dimana : qult = Daya Dukung Ultimit Tanah Qc = Nilai Conus B = Lebar Pondasi dianggap 1 meter D= Kedalaman Dasar Pondasi Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung Ultimit Tanah qult , Langkah selanjutnya menghitung daya dukung ijin tanah yaitu: q = qult Sf dimana : 102 q = Daya Dukung ijin tanah qult = Daya Dukung Tanah Ultimit Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3 Tabel 3.2 Hasil Pengujian Sondir CPT HASIL PENGUJIAN SONDIR CPT PROYEK : UJI PENETRASI TANAH DENGAN ALAT SONDIR TITIK SONDIR : S1 LOKASI : BARAT GEDUNG BAPEPDA KOTA TEGAL TANGGAL : 7 JANUARI 2014 KEDALAMAN m BACAAN qc kgcm2 BACAAN qc + fs kgcm2 fs kgcm2 fs x 20 cm kgcm Tf kgcm Rf fsqc 0.00 20 23 0.0 0.20 30 40 1 20 20 3.33 0.40 45 54 0,9 18 38 2,00 0.60 37 65 2,8 56 94 7.57 0.80 45 60 1,5 30 124 3.33 1.00 45 50 0,5 10 134 1.11 1.20 52 52 134 0.00 1.40 55 55 134 0.00 1.60 58 58 134 0.00 1.80 70 70 134 0.00 2.00 65 73 0,8 16 150 1.23 2.20 76 94 1,8 36 186 2.37 2.40 94 94 186 0.00 2.60 110 118 0.8 16 202 0.73 2.80 125 128 0.3 6 208 0.24 3.00 95 95 208 0.00 3.20 78 112 34 68 276 4.36 3.40 72 72 276 0.00 3.60 68 110 4,2 84 360 6.18 3.80 84 84 360 0.00 4.00 78 78 360 0.00 4.20 79 83 0.4 8 368 0.51 4.40 100 105 0.5 10 378 0.50 4.60 110 113 0,3 6 384 0.27 4.80 110 110 384 0.00 5.00 99 130 3,1 62 446 3.13 5.20 122 140 1.8 36 482 1.48 5.40 160 190 3 60 542 1.88 103 Dari hasil pengujian sondir yang telah dilakukan,diperoleh kedalaman tanahkeras yang memadai berada anatara 2,4 - 4,2 meter.dengan rata-rata nilai qc 88Kgcm2 kemudian ditentukan daya dukung tanah sebagai berikut : qult = qc. B. 1 + DB. 140 qult = 88. 1. 1 + 2,501. 140 = 7,7 Kgcm2 q = qult Sf q = 7,7 3 = 2,56 Kgcm2 Jadi nilai daya dukung tanah adalah daya dukung tanah 2,56 Kgcm 2

3.3.2 Analisa Pondasi Footplat