pembangunan sarana transportasi, jaminan keamanan, perijinan, keimigrasian dan bea cukai, baik untuk wisatawan maupun investor.
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, agar pengembangan wisata bahari dapat tercapai maka faktor-faktor penghambat tersebut harus
ditangani dengan serius, sistematis dan menyeluruh berdasarkan skala prioritas. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat dirumuskan permasahan penelitian
untuk mendapatkan penanganan pengembangan UMKM di pulau kecil sebagai berikut.
1. Usaha mikro dan kecil apa sajakah yang telah berkembang? 2. Bagaimana mekanisme pengelolaan usaha mikro dan kecil sektor wisata
bahari sehingga dapat menunjang pemberdayaan masyarakat lokal? 3. Bagaimana strategi pengembangan yang tepat berdasarkan skala prioritas?
C.
Tujuan
1.
Mengidentifikasi usaha mikro dan kecil sektor wisata bahari di pulau kecil.
2.
Menganalisis mekanisme pengelolaan usaha mikro dan kecil sektor wisata bahari di pulau kecil dalam rangka pemberdayaan masyarakat
guna mencapai pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal yang lebih baik.
3.
Menyusun strategi pengembangan usaha mikro dan kecil sektor wisata bahari di pulau kecil yang tepat.
D. Kegunaan
1. Sebagai masukan untuk meningkatkan pengembangan usaha mikro
dan kecil sektor wisata bahari yang dimiliki oleh masyarakat di lokasi penelitian.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi setiap kelompok
bisnis atau usaha, stakeholders di bidang wisata bahari, serta Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam pengambilan
kebijakan yang mendukung tumbuhkembangnya usaha mikro dan kecil sektor wisata bahari di lokasi penelitian.
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pulau-pulau Kecil
Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi oleh air dan selalu muncul atau berada di atas air pasang. Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia No. PER.20MEN2008 tentang pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya, menyatakan karakteristik pulau kecil
yang memiliki batasan-batasan sebagai berikut. Pulau kecil adalah pulau dengan luas daratan lebih kecil atau sama dengan
2.000 km
2
beserta kesatuan ekosistemnya. Pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya adalah kumpulan pulau kecil beserta
perairannya yang memiliki kesatuan ekologis dan ekonomis. Memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil dari habitat pulau induk sehingga
bersifat insular. Memiliki sejumlah besar endemik dan keanekaragaman hayati yang tipikal dan
bernilai tinggi. Memiliki daerah tangkapan air water catchment area yang relatif kecil sehingga
sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke lautan. Masyarakat pulau-pulau kecil memiliki ciri khas dari segi ekonomi, sosial dan
budaya dibandingkan dengan pulau induknya. Menurut Bengen 2003, berdasarkan pada proses geologinya, pulau atau
kepulauan yang terdapat di dunia dapat digolongkan ke dalam beberapa tipe sebagai berikut.
Pulau Kontinental Continental Island yang terbentuk sebagai bagian dari benua, dan setelah itu terpisah dari daratan utama. Sebagai contoh, diantaranya
adalah Selandia Baru, Jepang, Filipina, Kepulauan Sunda Besar Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Papua.
Pulau Vulkanik Vulcanic Island yang sepenuhnya terbentuk dari kegiatan gunung berapi yang timbul secara perlahan-lahan dari dasar laut ke
permukaan. Sebagai contoh, adalah Galapagos, Hawaii, dan Kepulauan Sunda Kecil Bali, Lombok, Sumba, Flores, dan Timor.
Pulau Karang Timbul Raised Coral Island yang terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat ke atas permukaan laut, karena adanya gerakan ke atas
uplift dan gerakan ke bawah subsidence dari dasar laut. Sebagai contoh, adalah Kepulauan Sangihe dan Alor.
Pulau Daratan Rendah Low Island yang terbentuk dari pulau vulkanik maupun non vulkanik, dengan ketinggian daratannya dari muka laut tidak besar.
Sebagai contoh, adalah Kepulauan Seribu. Pulau Atol Atolls yang umumnya merupakan pulau vulkanik yang ditumbuhi
terumbu karang tepi fringing reef, berubah menjadi terumbu karang penghalang barrier reef, dan terakhir berubah menjadi atol bentuk cincin.
Sebagai contoh, adalah Kepulauan Tukang Besi dan Takabone Rate. Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, menyatakan bahwa pulau-
pulau kecil di Indonesia memiliki arti penting atas beberapa fungsi berikut. 1 Fungsi Pertahanan dan Keamanan. Pulau-pulau kecil terutama di wilayah
perbatasan dari sudut pertahanan dan keamanan memiliki arti penting sebagai garda depan dalam menjaga dan melindungi keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Pulau-pulau kecil tersebut menjadi pintu gerbang keluar masuknya aliran orang dan barang seperti misalnya di
Pulau Sabang NAD, Pulau Sebatik Kalimantan Timur dan Pulau Batam Kepulauan Riau, yang juga rawan terhadap penyelundupan barang-
barang ilegal, narkotika, senjata, dan obat-obatan terlarang. 2 Fungsi Ekonomi. Wilayah pulau-pulau kecil memiliki peluang yang besar
untuk dikembangkan sebagai wilayah bisnis-bisnis potensial yang berbasis pada sumberdaya resource based industry seperti industri perikanan,
pariwisata, jasa transportasi, industri olahan dan industri-industri lainnya yang ramah lingkungan sebagai pendukung pertumbuhan wilayah.
3 Fungsi Ekologi. Secara ekologis, ekosistem pesisir dan laut pulau-pulau kecil berfungsi sebagai pengatur iklim global, siklus hidrologi dan bio-
geokimia, penyerap limbah, sumber plasma nutfah, sumber energi alternatif, dan sistem penunjang kehidupan lainnya. Hal ini terkait erat dengan
potensikarakteristik penting pulau-pulau kecil, yaitu mengandung habitat dan ekosistem terumbu karang, lamun, mangrove yang menyediakan
barang ikan, minyak, mineral logam dan jasa lingkungan penahan ombak, wisata bahari bagi masyarakat.
Lebih lanjut dinyatakan oleh Bengen 2003, bahwa pembangunan pulau- pulau kecil merupakan kasus khusus pembangunan karena memiliki ciri khusus
yang meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia beserta aspek ekonomi, sosial serta budaya yang spesifik. Pulau-pulau kecil memiliki potensi
untuk dikembangkan dengan mengindahkan kaidah-kaidah pengelolaan yang berkelanjutan baik secara ekologis maupun ekonomi dalam pemanfaatannya.
Beberapa karakteristik pulau-pulau kecil yang dapat menjadi kendala pengembangannya antara lain adalah sebagai berikut.
1 Ukuran yang kecil dan terisolasi menyebabkan sangat mahalnya sarana dan prasarana, serta minimnya sumberdaya manusia SDM yang handal.
2 Kesulitan atau ketidakmampuan untuk mencapai skala ekonomi yang optimal dan menguntungkan dalam hal administrasi, usaha produksi, dan
transportasi. 3 Ketersediaan sumberdaya alam SDA dan jasa-jasa lingkungan yang ada
pada akhirnya akan menentukan daya dukung suatu sistem pulau-pulau kecil dalam menopang kehidupan manusia dan kegiatan
pengembangannya. 4 Produktivitas sumberdaya alam SDA dan jasa-jasa lingkungan yang ada
saling terkait satu sama lain secara erat. Keberhasilan usaha pertanian, perkebunan atau kehutanan di lahan darat yang melupakan prinsip-prinsip
ekologis, dapat mengakibatkan kematian atau kerusakan pada industri perikanan pantai dan pariwisata bahari di pulau-pulau kecil.
5 Budaya lokal yang kadangkala bertentangan dengan kegiatan pembangunan terutama pariwisata, karena budaya wisatawan asing
yang tidak sesuai dengan adat atau agama setempat. Departemen Kelautan dan Perikanan DKP melalui Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. PER.20MEN2008 yaitu turunan dari Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang pemanfaatan pulau-pulau kecil
dan perairan di sekitarnya telah memberikan arahan bahwa pemanfaatan pulau- pulau kecil dengan luas
≤ 2.000 km
2
hanya dapat digunakan untuk kepentingan sebagai berikut.
1 Konservasi. 2 Pendidikan
dan pelatihan.
3 Penelitian dan Pengembangan. 4 Budidaya
laut. 5 Pariwisata.
6 Usaha perikanan dan kelautan secara lestari. 7 Pertanian
organik. 8 Peternakan.
Pengelolaan pulau-pulau kecil adalah bagian dari persoalan bangsa dan negara yang sangat penting. Perumusan kebijakan yang menyangkut
pengelolaan pulau-pulau kecil harus memenuhi segenap kriteria pembangunan berkelanjutan, antara lain adalah sebagai berikut.
1 Secara ekonomi efisien dan optimal economically sound, 2 Secara sosial-budaya berkeadilan dan dapat diterima socio-culturally
accepted and just, dan 3 Secara ekologis tidak melampaui dayadukung lingkungan enviromentally
friendly.
B. Usaha Kecil, Menengah dan Mikro