Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Publikasi Laporan Keuangan Ke Publik Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN KE PUBLIK STUDI KASUS PERUSAHAAN MANUFAKTUR di BURSA EFEK

INDONESIA

Oleh

:

NAMA : PAMOR MENTARI AR

NIM : 030503092 DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Publikasi Laporan Keuangan ke Publik Studi Kasus Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 16 Februari 2008 Yang membuat pernyataan

Pamor Mentari AR NIM : 030503092


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Tiada kata terindah yang dapat diucapkan, selain pujian dan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan studi dan mewujudkan skripsi ini.

Skripsi merupakan suatu tulisan atau karya ilmiah yang harus diselesaikan melalui serangkaian penelitian yang dilakukan penulis sebagai syarat memperoleh gelar kesarjanaan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih dalam tahapan menuju kesempurnaan. Maka dengan segala kerendahan hati dan semangat untuk selalu menjadi lebih baik, penulis sangat mengharapkan setiap upaya pencapaian kesempurnaan skripsi ini baik melalui saran ataupun kritik.

Teristimewa penulis mempersembahkan skripsi ini sebagai bingkisan kecil bagi kedua orang tua tercinta, ayahanda Abdul Rahim SK dan ibunda Latifah Hanum SAg, untuk limpahan kasih sayang mereka pada penulis. Begitu pula dengan kakanda penulis (Jabat Sumbadha AR SP dan Rahma Ayuni) dan adinda penulis (Pilar Kuncoro AR) yang selalu mendukung penulis dan melengkapi proses menuju kesempurnaan skripsi ini dalam kata tanpa aksara melalui doa yang tiada terkira untuk penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, dorongan, saran, bimbingan dan saran dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :


(4)

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Iskandar Muda SE, M.Si, Ak selaku dosen pembimbing yang

selama penulisan skripsi ini telah memberikan bimbingan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Dr. Erlina, M.Si, Ak dan Bapak Drs Rustam, Ak selaku dosen penguji dan pembanding yang telah memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini

5. Bapak Drs. Zainal AT Silangit, Ak selaku dosen wali penulis selama mengikuti pendidikan di Departemen Akuntansi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Pamanku Drs Syahrial M.Si dan Ibu Dra Sri Winarni M.Si, beserta keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil untuk melakukan penelitian.

7. Sahabatku Paima Roito Sagala, SE dan keluarga yang telah telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data yang diperlukan penulis. 8. Abangda Faidul Naim S yang selalu setia menemani penulis dalam proses

penyelesaian skripsi ini yang terkadang banyak menguras dan menyita waktu luangnya ketika berada di Medan.


(5)

9. Keponakanku tersayang dan lucu Arasy Tursina yang selalu memberikan semangat luar biasa kepada penulis walaupun Arasy jauh!

10.Sahabat-sahabatku Mirlona Sakura, Silvani Inanda, Rivana Ayu, Nurhamida Ritonga yang tak pernah jenuh mendampingi penulis dalam situasi tersulit sekalipun.

11.Adikku Fitri dan Fuadh Ramadan yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12.Teruntuk teman-teman seperjuanganku Kiki, Dedi, Amek, Nanda, Didi, Tamsir, Rahmad, Faisal, Hafis, Juli, Rini, Melda, Dahlia, Dipo, Mickey, kak Fitri, Ester, Dora, Fitri, teman-teman AK S-1 stambuk 2003, Kak Fida dan Bang Kartun PPAk, Bang Oyong dan Bang Khairil, serta semua pihak yang tak dapat tertera satu per satu, terima kasih untuk semuanya.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa/i Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Medan, 16 Februari 2008

Penulis

Pamor Mentari AR


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini tentang faktor-faktor yang menentukan kepatuhan perusahaan publik terhadap ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan ke publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan reputasi auditor mempengaruhi ketepatan waktu publikasi laporan keuangan dan untuk melihat konsistensi penelitian sebelumnya.

Data penelitian ini adalah data sekunder yaitu, data dari Jakarta Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia) dan Indonesian Market Capital Directory (ICMD) data yang dimaksud berupa annual report perusahaan-perusahaan menyampaikan laporan keuangan kepada BAPEPAM untuk tahun yang berakhir tanggal 31 desember 2002, 2003, 2004, 2005, 2006. Sampel yang dipergunakan sebanyak 60 perusahaan manufaktur. Variabel yang digunakan adalah rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan reputasi auditor sebagai variabel independen dan ketepatan waktu sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi liniear berganda untuk melihat besarnya kontribusi masing-masing variabel secara individu dan secara simultan dalam mempengaruhi ketepatan waktu yang digunakan dalam pempublikasian laporan keuangan ke publik.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa reputasi auditor mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan daripada rasio gearing profitabilitas, ukuran perusahaan,dan umur perusahaan. Hal ini berarti bahwa reputasi auditor merupakan tolak ukur yang lebih baik dalam menilai katepatwaktuan publikasi laporan keuangan ke publik berdasarkan penelitian ini. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan reputasi auditor berpengaruh secara simultan terhadap ketepatan waktu publikasi laporan keuangan ke publik.

Kata kunci : Rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor, ketepatan waktu


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Batasan Masalah ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Ketepatan Waktu Publikasi Laporan Keuangan .. 9

1. Pengertian Publikasi Laporan Keuangan ... 9

2. Konsep Ketepatan Waktu Publikasi... 9

3. Pengertian dan Kegunaan Laporan Keuangan ... 12

B. Rasio Gearing... 15


(8)

D. Ukuran Perusahaan... 18

E. Umur Perusahaan ... 19

F. Reputasi Auditor ... 20

G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

C. Data Penelitian ... 28

D. Metode Pengumpulan Data ... 29

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran variabel ... 29

F. Metode Analisis Data ... 31

G. Tempat dan Jadwal Penelitian... 38

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Sejarah dan Perkembangan BEI... 39

1. Sejarah BEI ... 39

2. Perkembangan BEI ... 40

3. Struktur Organisasi ... 43

B. Data Penelitian 1. Statistik Deskriptif ... 44

2. Uji Asumsi Klasik ... 45

3. Pengujian Hipotesis... 52


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 63

B. Keterbatasan... 64

C. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1. Daftar Perusahaan Sampel 26

3.2. Operasionalisasi Variabel 30

4.1 Statistik Deskriptif 44

4.2 One-Sampel Kolmogorov Smirnov 46

4.3 Coefficients 49

4.4 Model Summary 50

4.5 Model Summary 52

4.6 Coefficients 53

4.7 ANOVA 55

4.8 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi 56

4.9 Coefficients 72

4.10 ANOVA 73


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual 23

4.1 Struktur Pasar Modal 43

4.2 Histogram Normalitas Data 47

4.3 Grafik PP Plots Normalitas 75


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran 1 Olah Data SPSS

Lampiran 2 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel Lampiran 3 Data Variabel Penelitian


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan adalah salah satu informasi yang berperan penting dalam bisnis investasi di pasar modal. Laporan keuangan ini juga sebagai wahana untuk mempublikasikan keadaan perusahaan kepada pihak yang mempunyai kepentingan terutama untuk investor supaya dapat memaksimalkan utilitas investasinya. Informasi laporan keuangan akan mempunyai manfaat jika disampaikan kepada pemakainya tepat waktu guna pengambilan keputusan. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut. (Givoly dan Palmon, 1982) dalam Saleh (2004 : 897). Sebaliknya, manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat waktu (IAI 2002).

“Bursa Efek adalah lembaga / perusahaan yang menyelenggarakan menyediakan fasilitas sistem (pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagaiperusahaan perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan perusahaan perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek” (Darmadji, 2001:17)

Perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek setiap tahun berkewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada Bursa Efek dan para investor. Laporan tahunan baik yang bersifat monter maupun non moneter merupakan sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Pada pasar modal yang efisien ,


(14)

harga saham mencerminkan semua informasi yang relevan dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi baru.

Tuntutan akan kepatuhan ketepatan waktu dalam penyampaian pelaporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam UU. Peraturan tersebut tercakup dalam UU. No. 8 tahun 1995 BAB X pasal 86 ayat 1 yaitu: “Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif atau Perusahaan Publik Wajib :

a. Menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat, dan

b. Menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.

Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. Kep-306/BEJ/07-2004. Keputusan tersebut tercakup dalam peraturan nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi dan Keputusan Ketua BAPEPAM No. 36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Aturan ini mewajibkan emiten menyampaikan laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan Ikatan Akuntansi Indonesia. Aturan ini harus disertai dengan pendapat akuntan publik yang lazim, untuk disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal akhir buku perusahaan, dan wajib diumumkan kepublik.


(15)

Menurut Owusu dan Ansah (2002: 2) ketepatan waktu pelaporan keuangan akan memberikan andil bagi kinerja yang efisien di pasar saham yaitu sebagai fungsi evaluasi dan pricing, membantu mengurangi tingkat insider trading dan kebocoran serta rumor di pasar saham. Agar laporan keuangan dapat lebih bermanfaat maka laporan keuangan tersebut harus telah diaudit oleh akuntan publik. Lamanya waktu penyelesaian audit akan mempengaruhi ketepatan waktu publikasi informasi laporan keuangan auditan.

Sedangkan menurut Jaswadi (2003) dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan maka dari beberapa hasil penelitian, dapat dikategorikan menjadi dua tipe. Tipe pertama, yaitu dampak ketepatan waktu terhadap koefisien respon laba. Tipe kedua, yaitu yang berhubungan dengan pola keterlambatan pelaporan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pelaporan (Owusu dan Ansah 2000; Ksa 2003; Saleh 2004; Wirakusuma 2004).

Berdasarkan catatan di BEJ yang disampaikan dalam pengumuman No. Peng-255/BEJ-PEM/05-2001 tentang keterbukaan informasi yaitu hingga batas waktu yang telah ditentukan, terdapat 33 perusahaan yang tercatat belum menyampaikan laporan keuangan untuk periode yang berakhir tahun 2000. No. Peng-157/BEJ-PSR/LK/04-2003 tentang Penyampaian Laporan Keuangan tahun 2002 yaitu hingga batas waktu yang ditentukan, terdapat 86 perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan untuk periode yang berakhir tahun 2002. menurut Nur Ani (2003 dalam Ksa (2003 : 1188) bahwa setelah UU No. 8 Tahun 1995 berjalan, perusahaan yang telambat menyampaikan laporan keuangan sekitar 17 % dari total perusahaan publik yang ada di Indonesia. Berdasarkan


(16)

masih tingginya perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan ke BAPEPAM maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah Apakah faktor rasio

gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, menentukan kepatuhan perusahaan go-publik terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ke BAPEPAM.

Motivasi dilakukannya penelitian ini adalah karena tiga alasan sebagai berikut: Pertama, pentingnya publikasi laporan keuangan sebagai informasi yang bermanfaat bagi setiap pelaku bisnis di pasar sekuritas. Kedua, ketepatan waktu pelaporan keuangan yang mempengaruhi manfaat informasi laporan keuangan yang dipublikasikan. Ketiga, untuk melanjutkan penelitian Saleh (2004) dengan alat uji rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor, struktur ini membuat variabel pembeda dari penelitian sebelumnya.

Adapun penelitian-penelitian mengenai ketepatwaktuan laporan keuangan kepublik berdasarkan penelitian terdahulu adalah, Menurut Owusu dan Ansah (2000) mengenai ketepatan dan penyajian laporan keuangan dapat digolongkan menjadi dua kategori pertama yaitu :

Pertama, adalah yang berhubungan dengan dampak ketepatwaktuan laporan keuangan terhadap return saham, dan kedua adalah yang berhubungan dengan pola keterlambatan pelaporan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pelaporan tepat waktu. Alat ukur yang digunakan yaitu : ukuran perusahaan, profitabilitas, gearing ratio, umur perusahaan. Pengujian yang dilakukan dalam menerangkan ketepatan waktu adalah dengan menggunakan regresi linear


(17)

berganda. Hasilnya bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan yang memberikan implikasi yang signifikan terhadap ketepatan pelaporan.

Untuk mendukung uraian tentang ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan maka menurut (SAK 2002), manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat waktu.

Penelitian empiris yang dapat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ketepatwaktuan laporan keuangan dilakukan oleh Saleh (2004) yang meneliti faktor-faktor spesifik perusahaan, yaitu ratio gearing, ukuran perusahaan dan tingkat profitabilitas, umur perusahaan.

Selanjutnya, Ksa (2003) meneliti kepatuhan perusahaan publik terhadap regulasi informasi di Indonesia dengan menggunakan kesulitan keuangan perusahaan, pergantian auditor, profitabilitas, lamanya pengauditan, jenis opini auditor sebagai variabel independen. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kepatuhan perusahaan publik dilakukan dengan menggunakan regresi logistik. Temuannya menunjukkan pergantian auditor, lamanya pengauditan, jenis opini auditor dapat menentukan tingkat kepatuhan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan ke publik. Sementara kesulitan keuangan dan profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan penyampaian laporan keuangan.

Selanjutnya, Ksa (2003) meneliti keputusan perusahaan publik terhadap regulasi informasi di Indonesia dengan menggunakan kesulitan keuangan perusahaan, pergantian auditor, profitabilitas, lamanya pengauditan, auditor sebagai variabel independen. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui


(18)

kepatuhan perusahaan publik dilakukan dengan menggunakan regresi logistik. Temuannya menunjukkan pergantian auditor, lamanya pengauditan, auditor dapat menentukan tingkat kepatuhan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan kepublik. Sementara kesulitan keuangan dan profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan penyampaian laporan keuangan.

Studi yang dilakukan Saleh (2004) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan ke publik. Penelitian ini menggunakan time sebagai variabel dependen dengan menggunakan

dummy variabel, gearing, profitabilitas ukuran perusahaan, umur perusahaan sebagai variabel independen. Pengujian untuk menerangkan ketepatan waktu dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Temuannya menunjukkan item-item luar biasa yang bisa menerangkan hubungan yang signifikan terhadap ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan. Sementara rasio gearing, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan tidak dapat menjelaskan ketepatan waktu publikasi.

Wirakusuma (2004) menggunakan lama pengauditan, ukuran perusahaan, jenis industri, profitabilitas, solvabilitas, internal audit, reputasi audit, opini audit untuk menjelaskan ketepatan waktu pelaporan. Pengujian ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, dilakukan dengan regresi berganda. Temuannya menunjukkan lamanya pengauditan (audit delay), opini auditor independen, solvabilitas mempunyai hubungan yang signifikan dalam menerangkan ketepatan waktu pelaporan. Sementara jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan


(19)

tidak dapat menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Publikasi Laporan Keuangan ke Publik Studi Kasus Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas maka masalah utama yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh secara parsial maupun secara simultan rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahan, umur perusahaan, reputasi auditor terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu tujuan yang mendasar dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor, berpengaruh terhadap ketepatan waktu publikasi laporan keuangan dan untuk melihat konsistensi penelitian sebelumnya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Mengembangkan pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyajian laporan keuangan.


(20)

2. Memberikan masukan kepada perusahaan supaya lebih cepat menyampaikan laporan keuangannya ke BAPEPAM.

3. Memberikan kontribusi bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel lain yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ke publik.

E. Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan hasil yang dicapai tidak menyimpang dari tujuan yang ditetepkan, maka diperlukan adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu publikasi laporan keuangan ke publik yang digunakan dalam penelitiam ini hanya rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan reputasi auditor.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Struktur Ketepatan Waktu Publikasi Laporan Keuangan 1. Pengertian Publikasi Laporan Keuangan

Publikasi laporan keuangan adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Tujuan publikasi laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagaian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

2. Konsep Ketepatan Waktu Publikasi

Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan informasi. Apabila informasi disampaikan dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai didalam mempengaruhi kualitas keputusan.

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Apabila penyelesaian penyajian laporan keuangan terlambat atau tidak diperoleh saat dibutuhkan, maka relevansi dan manfaat laporan keuangan untuk pengambilan keputusan akan berkurang (Mamduh, 2003:35). Dalam penelitiannya, Made Gede mengukur penyelesaian penyajian laporan keuangan dengan menggunakan rentang waktu atau


(22)

keterlambatan atas penyelesaian penyajian laporan keuangan (Made Gede, 2004). Keterlambatan penyelesaian dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan (SAK, 2002 : SAK kerangka dasar par 43). Dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam membuat laporan keuangan mempertimbangkan trade off

antara relevansi dan keandalan (reliabilitas) dari laporan keuangan tersebut (Kieso, 2002 : 51).

Owusu – Ansah, dalam penelitian oleh Made Gede, mengungkapkan bahwa penyelesaian penyajian laporan keuangan juga dapat dipengaruhi faktor – faktor spesifik perusahaan (Made Gede, 2004). Berdasarkan keputusan Bapepam No. 80 / PM / 1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala, perusahaan publik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit selambat – lambatnya seratus dua puluh hari atau empat bulan setelah tanggal neraca. Sedangkan menurut Dyer dan McHugh, dalam penelitian Bandi dan Tri Hananto (2002), ada tiga kriteria keterlambatan, yaitu :

1. Keterlambatan audit (Auditors’ Report Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

2. Keterlambatan Pelaporan (Reporting Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh BEJ.


(23)

3. Keterlambatan total (Total Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal periode laporan keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa.

Dalam regulasi informasi keuangan di Indonesia, pemerintah telah menetapkan struktur pengaturan informasi melalui UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No : Kep – 306/BEJ/07-2004 tentang kewajiban penyampaian informasi dan keputusan ketua BAPEPAM No. 36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit selambat-lambatnya 90 hari sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Keterlambatan penyelesaian dapat menyebabkan berkurangnya kualitas dari keputusan yang dibuat.

Namun perlu diperhatikan lebih jauh, faktor – faktor yang menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian penyajian laporan keuangan. Keterlambatan dalam penyelesaian penyajian laporan keuangan dapat memberikan indikasi yang positif maupun negatif mengenai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Faktor – faktor tersebut tidak terbatas pada faktor finansial saja namun juga faktor non-finansial. Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan oleh para peneliti lain untuk menguji hubungan ketepatan waktu dengan faktor spesifik perusahaan, antara lain oleh Rahmat Saleh (2004), Made Gede Wirakusuma (2004) serta Bandi dan Santoso Tri Hananto (2002).

Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, dan pelaporan item – item luar biasa


(24)

dan / atau kontinjensi. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat faktor spesifik perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, sedangkan beberapa faktor lainnya tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu. Tetapi dari beberapa penelitian yang dilakukan, terdapat faktor yang memiliki jenis hubungan yang bertentangan dengan logika teorinya,misalnya hasil penelitian oleh Rahmat Saleh (2004).

Bahkan ada kontroversi mengenai jenis hubungan suatu faktor antara hasil peneliti yang satu dengan yang lainnya, misalnya hasil penelitian Rahmat Saleh (2004) dengan Bandi dan Santoso Tri Hananto (2002). Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali beberapa faktor – faktor dalam penelitian terdahulu.

3. Pengertian dan Kegunaan Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah dokumen tertulis yang tersusun dan disajikan oleh perusahaan yang sekurang-kurangnya setahun sekali untuk menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan pada satu periode tertentu. Laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan merupakan alat komunikasi kepada fihak-fihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Laporan keuangan itu berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan ekonomi.

Pengetian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK:2004) adalah :


(25)

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana ), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.

Disamping itu laporan keuangan juga harus berisi catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan guna mengurangi tingkat kekeliruan investor dalam hubungan pengambilan keputusan investasi. Prinsip-prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi, berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. Disamping itu di dalam akuntansi juga digunakan prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara lain:

1. Bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern

atau kontinuitas usaha, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekuensinya bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih yang berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada saat terjadinya peristiwa itu. Terjadi jumlah-jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva itu dijual atau dikuasai.


(26)

2. Daya beli dari uang dianggap tetap, stabil atau konstan, walaupun hal ini bertentangan dengan kenyataan namun akuntansi mencatat semua transaksi atau peristiwa dalam jumlah uangnya dan tidak mengadakan perbedaan antara nilai-nilai dari berbagai tahun.

b. Kegunaan Laporan Keuangan

Sedangkan menurut Jusuf (2006:4), kegunaan laporan keuangan adalah: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai

aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.


(27)

B. Rasio Gearing

Gearing ratio merupakan salah satu financial leverage. Menurut Weston and Copelan (1995:238) dalam Saleh (2004) bahwa ratio gearing mengukur tingkat aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Menurut Saleh (2004) tingginya rasio gearing mencerminkan tingginya resiko keuangan. Gearing Ratio

digunakan untuk mengukur tingkat leverage yaitu perbandingan hutang jangka panjang terhadap total asset yang dimiliki perusahaan (Owusu dan Anash, 2000: 10). Sedangkan menurut Tauringana dan Clark (2000: 162) ratio gearing adalah perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (equity).

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Rasio ini bisa juga dianggap bagian dari rasio Solvabilitas

Tingginya rasio hutang mencerminkan tingginya kesulitan keuangan perusahaan. Kesulitan keuangan perusahaan merupakan berita buruk (bad news)

yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan dimata publik. Kesulitan keuangan perusahaan yang tinggi, pihak manajemen mendoraong auditor untuk memperoleh bukti yang dapat meyakinkan, bahwa laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji material yang mana memerlukan waktu penugasan audit yang lebih lama daripada perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan.


(28)

C. Profitabilitas

Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat evektifitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Profitabilitas ini juga di gunakan untuk mengukur keefektifan operasi perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan kepada perusahaan.Profitabilitas perusahaan diindikasikan oleh earnings (laba). Menurut Gitman (2003:599): “Profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the firm’s assets – both current and fixed – in

productive activities”. Sedangkan Bringham Houston (2001:89) mengatakan bahwa “ Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. Ada banyak rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas. Rasio-rasio ini memungkinkan analis untuk mengevaluasi laba perusahaan sehubungan dengan tingkat penjualan tertentu, tingkat aktiva tertentu, atau ekuitas pemegang saham.

Pola perhitungan profitabilitas disini menggunakan Return on total Assets (ROA) = Laba bersih / Rata rata total Assets. Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Identifikasi Variabel-Variabel Pembentuk ROA

1.Laba

Laba merupakan selisih lebih dari penghasilan yang diterima perusahaan pada suaru periode atau lebih besar penghasilan dari pada biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan.


(29)

2. Assets (Harta, Aktiva)

Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya

(intangible assets) misalnya goodwill, hak patent, hak menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan tidak lancar.

Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya: sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sarnpai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).

Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Wirakusuma (2004: 1207) menemukan bukti yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami rugi operasional telah meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditan lebih lambat dari yang biasanya, sementara bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin


(30)

sehingga mampu mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik lebih awal.

Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Saleh (2004:900) berpendapat bahwa ada kecenderungan bagi perusahaan yang mengalami keuntungan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu dan sebaliknya perusahaan yang mengalami kerugian akan mengalami keterlambatan. Menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Ksa (2004:1189) bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen akan lebih cenderung melaporkan tepat waktu dan sebaliknya.

.D. Ukuran Perusahaan

Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Wirakusuma (2004 : 1206) menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar, memiliki dorongan untuk mengurangi penundaan audit dan penundaan pengumuman laporan keuangan, yang disebabkan karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan oleh agen regulator. Schwart dan Soo (1996) dalam Saleh (2004: 900) menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap ketidakpatuhan dan keterlambatan pelaporan keuangan perusahaan. Owusu dan Anash (2000:7) menyatakan bahwa perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingakan dengan perusahaan kecil. Dengan demikian tampak bahwa ukuran perusahaan sebagai suatu fungsi dari ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.


(31)

Terkait dengan ketepatwaktuan laporan keuangan tahunan, ukuran perusahaan juga merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan. Semakin besar perusahaan maka laporan keuangannya akan dipublikasikan dengan lebih cepat dan tepat akibat perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber informasi.

E. Umur Perusahaan

Siklus hidup perusahaan secara eksplisit mempunyai tujuan jangka panjang yaitu dapat menghasilkan keuntungan finansial dan meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk itu diperlukan capability sistem informasi yang dapat menyediakan informasi tepat waktu dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan suatu perusahaan.

Menurut Owusu dan Anash (2000: 13) menyatakan perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk menjadi lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan. Sebaliknya perusahaan yang baru berdiri, pengalaman belajarnya masih sedikit sehingga lebih lama dan kurang akurat dalam penyampaian laporan keuangannya ke masyarakat. Faktor umur perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan.

Umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dalam mengatasi kesulitan dan hambatan yang dapat mengancam kehidupan perusahaan, serta menunjukkan kemampuan perusahaan mengambil kesempatan dalam lingkungannya untuk mengembangkan usaha. Di samping itu, unsur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dalam keunggulan berkompetisi. Dengan


(32)

demikian makin lama perusahaan berdiri kian menunjukkan eksistensinya dalam lingkungannya dan makin bisa meningkatkan kepercayaan investor.

F. Reputasi Auditor

Reputasi auditor dalam penelitian ini dilihat dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan. Semakin banyak auditor melakukan audit maka semakin sedikit waktu yang di butuhkan dalam menyelesaikan audit terhadap laporan keuangan. The Big 4 atau The Big Four adalah suatu kelompok kantor akuntan internasional yang menangani bagian terbesar pekerjaan audit dari perusahaan-perusahaan publik. Anggota the Big Four

sesuai urutan berdasarkan jumlah penghasilan dan sumber daya adalah:

1. Price Water House Cooper 2. Deloitte

3. Ernst & Young 4. KPMG

Daftar sebelumnya mencantumkan Arthur Andersen sebagai kantor yang terkecil dari the Big Five. Kantor ini dituduh berbuat salah dalam skandal Enron pada tahun 2001 karena “pemalsuan laporan keuangan Enron”. Bangkrutnya Arthur Andersen meninggalkan hanya empat kantor akuntan internasional di seluruh dunia, yang menyebabkan masalah besar bagi perusahaan-perusahaan internasional besar, karena mereka diharuskan untuk menggunakan kantor akuntan yang berbeda untuk pekerjaan audit perusahaan dan layanan non-auditnya. Karena itu, hilangnya salah satu kantor akuntan besar itu telah


(33)

menurunkan tingkat kompetisi di antara kantor-kantor akuntan dan menyebabkan meningkatnya beban akuntansi bagi banyak klien.

PricewaterhouseCoopers (PwC) adalah kantor jasa professional terbesar di dunia saat ini. Kantor ini dibentuk pada tahun 1998 dari penggabungan usaha antara Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand. PwC adalah yang terbesar di antara the Big Four , yang lainnya adalah: Deloitte, Ernst & Young dan KPMG. Penghasilan gabungan PricewaterhouseCoopers di seluruh dunia mencapai 20.3 Miliar Dollar AS untuk tahun fiskal 2005 dan mempekerjakan lebih dari 130.000 profesional di 148 negara. Di Amarika Serikat kantor ini beroperasi dengan nama PricewaterhouseCoopers LLP yang merupakan perusahaan swasta terbesar keenam.

Menurut Gilling (1997) dalam Made Gede Wirakusuma (2004: 1208) menemukan adanya hubungan antara perusahaan audit dengan lamanya penyelesaian audit. Sementara Davis dan Whittred (1980) dalam Wirakusuma (2004:1209) serta Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Wirakusuma tidak menemukan adanya hubungan antara perusahaan audit dengan lamanya penyelesaian audit.

G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan informasi. Apabila informasi


(34)

disampaikan dalam waktu yang lama maka akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai di dalam mempengaruhi kualitas keputusan.

Laporan keuangan berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Guna diadakannya laporan keuangan itu adalah untuk memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah “wakil perusahaan” dalam menjelaskan kondisi keuangannya.

Gearing ratio digunakan untuk mengukur tingkat laverage yaitu perbandingan hutang jangka panjang terhadap total asset yang dimiliki perusahaan. Tingginya rasio hutang mencerminkan tingginya kesulitan keuangan perusahaan yang merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata publik. Kesulitan keuangan perusahaan yang tinggi, pihak manajemen mendorong auditor untuk memperoleh bukti yang dapat meyakinkan, bahwa laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji material yang mana memerlukan waktu penugasan audit yang lebih lama daripada perusahaan yang tidak memiliki kesulitan keuangan.

Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur keefektifan operasi perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan kepada perusahaan. Jika pengumuman laba berisi berita baik, maka pijak manajemen akan lebih cenderung melaporkan tepat waktu dan sebaliknya. Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan. Semakin besar perusahaan


(35)

maka laporan keuangannya akan di publikasikan lebih cepat dan tepat akibat perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber informasi.

Siklus hidup perusahaan secara eksplisit mempunyai tujuan jangka panjang yaitu dapat menghasilkan keuntungan finansial dan meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk itu diperlukan capability sistem informasi yang dapat menyediakan informasi tepat waktu dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan suatu perusahaan. Semakin banyak auditor melakukan audit maka semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan audit terhadap laporan keuangan. Berdasarkan uraian yang telah diceritakan diatas, maka penulis membuat kerangka konseptual dengan gambar sebagai berikut :

Rasio Gearing

Ukuran Perusahaan

Umur perusahaan Profitabilitas

Reputasi auditor

Ketepatan Waktu Laporan Keuangan

(Time)

Gambar 2.1. Kerangka konseptual


(36)

Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yng menjadi dasar tentang bagaimana fakta-fakta itu akan diinterpretasikan dan dijelaskan (Hanafiah, 2003 : 19). Kewajiban penyampain laporan keuangan kepubllik secara tepat waktu merupakan suatu kebijakan yang ditetapkan oleh Bapepam dalam mengkoordinir para emiten supaya para investor dapat memaksimalkan utilitas investasinya.

Berdasarkan uraian tersebut maka didalam penelitian ini disusun hipotesis berdasarkan pengaruh dari rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor terhadap ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan yaitu:

H1 : Rasio gearing berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan.

H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan.

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

H4 : Umur perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

H5 : Reputasi auditor berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

H6 : Rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan reputasi auditor, dan secara bersama-sama berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah desain kausal. Menurut Husein (2003:63) “desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya”.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan nilai yang mungkin hasil pengukuran ataupun perhitungan kualitatif dan kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili penelitian (Hasan, 2003:12)

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia. Kemudian yang menjadi sampel untuk diobservasi adalah perusahaan manufaktur pada tahun 2002, 2003, 2004, 2005 dan 2006. Pemilihan dan pengumpulan perusahan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan puposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Auditee sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2001.

2. Auditee tidak keluar (delisting) dari BEI selama periode penelitian (2002– 2006)


(38)

3. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2002-2006.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka yang menjadi populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 perusahaan manufaktur sebagaimana tercantum pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Sampel

No Nama Emiten

1 Asahimas Flat Glass Tbk 2 Arwana Citramulia Tbk 3 Surya Toto Indonesia Tbk 4 Citra Tubindo Tbk

5 Lion Metal Work Tbk

6 Lion Mesh Tbk

7 Ekadharma International Tbk 8 Intanwijaya Internasional Tbk 9 Unggul Indah Cahaya Tbk

10 Kageo Igar Jaya Tbk

11 Andhi Chandra Automotive Tbk 12 Astra Otoparts Tbk

13 Aqua Golden Misisipi Tbk 14 Delta Djakarta Tbk

15 Indofood Citra Makmur Tbk 16 Multi Bintang Indonesia Tbk 17 Mayora Indah Tbk

18 Sari Husada Tbk 19 Gudang Garam Tbk 20 H M Sampoerna Tbk 21 Kimia Farma Tbk

22 Merck Tbk

23 Bristol- Myers Squibb Ind. Tbk 24 Mandom Indonesia Tbk

25 Unilever Indonesia Tbk 26 GT Kabel Indonesia Tbk 27 Voksel Electric Tbk 28 Argo Pantes Tbk 29 Panasia Indosyntec Tbk 30 Polysindo Eka Perkasa Tbk


(39)

No Nama Emiten

31 Semen Gersik (persero)Tbk 32 Alumindo Light Metal Inds Tbk 33 Tembaga Mulia Temanan Tbk 34 Resource Alam Indonesia Tbk 35 Dynaplast Tbk

36 Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 37 Lapindo International Tbk

38 JAPFA Tbk

39 Sierad Produce Tbk 40 Barito Fasipic timber Tbk 41 Daya Sakti unggul Tbk

42 Surabaya Agung Industry Tbk 43 Pabrik Kertas Twiji Kimia Tbk 44 Goodyear Indonesia Tbk 45 Gajah Tunggal Tbk

46 Indomobil Sukses Int’l Tbk 47 Sanex Xianjiang Motor Int’l Tbk 48 Indorama Syintetics Tbk

49 Karwell Indonesia Tbk 50 Hanson International Tbk

51 Indocement Tunggal perkasa Tbk 52 Apac Citra Centertex Tbk

53 Texmaco Jaya Tbk 54 Sepatu Bata Tbk

55 Ades Water Indonesia Tbk 56 Tiga Pilar Sejahtera Tbk

57 Ultra Jaya Milk Tbk 58 Kalbe Farma Tbk

59 Kedawung Setia Industrial Tbk 60 Kedaung Indah Scan Tbk


(40)

C. Data Penelitian

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (kuncoro, 2003: 124) dan merupakan data sekunder, yaitu data penelitiian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro, 2002: 147), yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan dari lokasi penyimpanan data dimana saja diluar perusahaan.

Data yang dibutuhkan adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu :

1. Informasi mengenai rasio gearing perusahaan 2. Informasi mengenai profitabilitas perusahaan 3. Informasi mengenai ukuran perusahaan 4. Informasi mengenai umur perusahaan 5. Informasi mengenai reputasi auditor

Data tersebut secara runtut waktu (time series), yaitu data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan secara silang tempat (cross section), yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik waktu (Kuncoro, 2003: 125) yang disebut pooling data dengan combined model. Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 30 perusahaan manufaktur (section) selama periode waktu lima tahun (series) yaitu 2002 sampai dengan tahun 2006.


(41)

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara mendownload data dari situs www.idx.co.id dan Indonesia Capital Market Directory serta mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan laba bersih setelah pajak, total aktiva, total utang, tanggal listednya, independen.

E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel independen

a. Rasio gearing dalam penelitian ini diukur berdasarkan perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

b. Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan return on asset

(ROA), yang diukur berdasarkan modal yang digunakan oleh Weston dan Copeland (1995 :240) dalam Saleh (2004) yaitu perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva.

c. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan market value

atau market capitalization yaitu harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang beredar.

d. Umur perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan tanggal listednya perusahaan dipasar modal.

e. Reputasi auditor diukur dengan variabel dummy dengan mengelompokkan auditor-auditor yang berasal dari kantor akuntan publik (KAP) yang bermitra kerja dengan KAP kelompok empat besar


(42)

yang diberi kode 1 sedangkan auditor yang bermitra kerja dengan KAP selain kelompok empat besar diberi kode 0.

2. Variabel dependen

Ketepatan waktu (time), dalam keputusan ketua BAPEPAM No. 36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala bahwa perusahaan wajib menyampaikan laporan keuangannya selambat-lambatnya 90 hari setelah tahun buku berakhir atau batas akhir penyampaian laporan keuangan adalah 31 maret tahun berikutnya.

Tabel 1.

Operasionalisasi Variabel

Variabel Sub Variabel Pengukuran Skala

1 Rasio Gearing Debt to Equity

TotalAsset

TotalDebt Rasio

2 Profitabilitas Return on Asset

TotalAsset

NetFrofit Rasio

3 Ukuran Perusahaan Market Value Market Price X jumlah saham yg beredar

Rasio

4 Umur Perusahaan Age Tanggal listed-nya Rasio 5 Reputasi Auditor Raud Variabel Dummy Nominal


(43)

F. Metode Analisis Data 1. Model Penelitian

Model Penelitian ini akan dijabarkan dalam suatu persamaan regresi, dengan metode analisis regresi linier berganda (multiple linear regression method). Metode tersebut adalah :

TIME = 0 + 1 X1 + 2 X2+ 3 X3+ 4 X4+ 5 X5+ i

Keterangan :

Time = Ketepatan waktu penyampaian pelaporan (dummy; 0 = tidak tepat waktu dan 1 = tepat waktu)

0 = Konstanta

1 – 7 = Koefisien Regresi

X1 = Rasio gearing

X2 = Profit

X3 = Size

X4 = Age

X5 = Raud

i = Variabel gangguan

Model tersebut diaplikasikan pada SPSS 15 dengan menggunakan metode

stepwise. Dengan metode ini variabel independen yang muncul dalam persamaan regresi adalah variabel yang berpengaruh secara signifikan.


(44)

2. Uji Asumsi Klasik 2.1 Normalitas

Budi (2005:231) memberikan pengertian terhadap pengujian normalitas sebagai pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji normalitas adalah kerena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula.Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolomogrov-Smirnov, dimana apabila nilai Sig. atau Signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal. Selain itu, kita juga akan melihat grafik histogram dam grafik PP Plots dari data yang dimaksud untuk menguji kenormalan data. Apabila data terdistribusi tidak normal, maka akan dilakukan

treatment agar data normal.

2.2 Multikolineritas

Santoso (2002:203) menyatakan bahwa:

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel

independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut

variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang

bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara

sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara variabel


(45)

dapat ditaksir; (2) nilai standar error setiap koefesien regresi menjadi tak

terhingga. Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan terdapat problem multikolinearitas.

Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolineritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Deteksi Multikolineritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal,antara lain :

a. Jika nilai Variace Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/ Tolerance, jika VIF = 10 maka

Tolerance = 1/10= 0.1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah

Tolerance.

b. Jika nilai koefesian antar masing-masing variabel independen kurang dari 0.70, maka madel dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolineritas. Jika lebih dari 0.7 maka diasumsikan terjadi korelasi


(46)

yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolineritas.

c. Jika nilai koefesien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-Squre diatas 0.50 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka ditengarai model terkena multikolineritas.

2.3 Autokorelasi

Ghozali (2005:95) menyatakan bahwa :

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidka bebas dari suatu obsevasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya.

Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki terjadi autokorelasi atau tidak, kita menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Ghozali (2005:96) memberikan pedoman dalam pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi sebagai berikut :

a. apabila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara 0 dan batas bawah atau


(47)

b. Apabila nilai DW terletak antar DL dan batas atas atau Upper Bound (DU) berarti kita tidak dapat memutuskan apakah terjadi autokorelasi positif atau tidak.

c. Apabila nilai DW terletak antara 4-DL dan 4, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Apabila nilai DW terlatak antara 4-DU dan 4-DL, berarti kita tidak dapat memutuskan apakah terjadi autokorelasi negatif atau tidak.

Apabila nilai Durbin Watson (DW) terletak diantara batas atas atau upper bound (DU) dan 4-DU, maka koefesien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi baik posif maupun negatif. Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel penggangu (et) pada periode tertentu dengan variabel penggangu periode

sebelumnya (et-1). Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series

dengan n-sampel adalah periode waktu. Sedangkan untuk sampel data crossection

dengan n-sampel item seperti perusahaan, orang, wilayah, dan lain sebagainya jarang terjadi, karena variabel pengganggu item sampel yang satu berbeda dengan yang lain.


(48)

2.4 Heteroskesdastisitas

Budi (2005:242) menyatakan bahwa:

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam

regresi, salah satu asumsi yang dipenuhi adalah bahwa varians dan residual dari

suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola

yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians

dari residual. Gejala varians yang tidak sama ini disebut dengan gejala

heteroskedastisitas, sedangkan adanya gejala varians residual yang sama dari

satu pengamatan kepengamatan yang lain disebut dengan homokedastisitas ini

adalah dengan melihat penyebaran varians residual.

Heteroskesdastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut homokesdastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya Heterokesdastisitas pada suatu model adalah menggunakan

spearman rank correlation. Dengan menggunakan program SPSS 15 dapat dketahui korelasi variabel independen dengan nilai residual (Res-1).

Apabila nilai korelasi variabel independen dalam model dengan nilai residu kurang dari 0,7 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat pula diihat dari nilai signifikan t masing-masing variabel independen dalam model diatas nilai alfa yang ditetapkan maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(49)

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan meregresi variabel dependen dengan variabel independen, sehingga didapat koefisien regresi yang layak sebagai regresor berdasarkan nilai t. sedangkan untuk menentukan tingkat signifikansi secara keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan menggunakan uji F. semua perhitungan dalam model regresi ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 15. kemudian dianalisis dengan cara

a. Melihat t-hitung, dibandingkan dengan t-tabel, dengan tingkat signifikansi (α ) sebesar 5 % dengan df = (nk), jika :

1. -t-tabel ≤ t-hitung ≤ t-tabel, maka Ho diterima

2. t-hitung < -t-tabel atau t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak Formula yang digunakan sebagai berikut :

Ha diterima apabila Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05

t = 1 – 1 se ( 1) Dengan kriteria :

H1 diterima jika t* > t-tabel ( )

t ≠ 0

(Gujarati, 1999 : 74)

b. Menganalisis F-hitung, dibandingkan dengan F-tabel, dengan tingkat signifikansi (α ) sebesar 5% dengan df = (k-1)(nk), jika :

1. F-hitung ≤ F-tabel, maka Ho diterima. 2. F-hitung ≥ F-tabel, maka Ho ditolak.


(50)

Formula yang digunakan untuk F hitung adalah :

F = R2 / 2 (1- R2)/(N-3) (Gujarati, 1999:121) G. Tempat dan Jadwal Penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada Lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jadwal penelitian dimulai dari bulan Juli s/d selesai


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Sejarah dan Perkembangan BEI 1. Sejarah

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Setelah sempat jatuh ke sekitar 300 poin pada saat-saat krisis, BEJ mencatat rekor tertinggi baru pada awal tahun 2006 setelah mencapai level 1.500 poin berkat adanya sentimen positif dari dilantiknya presiden baru, Susilo


(52)

Bambang Yudhoyono. Peningkatan pada tahun 2004 ini sekaligus membuat BEJ menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di Asia pada tahun tersebut.

Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, dalam Bahasa Inggris Indonesia Stock Exchange (ISX)) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES), di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta. Bursa Efek Jakarta (BEJ atau JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta, Indonesia. Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu bursa tempat dimana orang memperjual belikan efek di Indonesia. Pada 1 Deesember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan pengabungan usaha yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru Bursa Efek Indonesia.

Perusahaan hasil penggabungan usaha ini memulai operasinya pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ. Mantan Direktur Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan.

2. Perkembangan BEI

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:


(53)

• 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

• 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

• 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

• Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

• 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia ke II.

• 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950).

• 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

• 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

• 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.


(54)

• 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

• 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

• 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

• 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

• Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

• 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

• 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

• 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).


(55)

• 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

• 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

• 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

• 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

• 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Struktur Organisasi

Gambar 4.1.


(56)

B. Data Penelitian 1. Statistik Deskriptif

Pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu publikasi laporan keuangan ke publik studi kasus perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta harus terlebih dahulu memperhatikan data para emiten. Data para emiten perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum melakukan pembahasan masing-masing pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen tersebut. Berikut ini ditampilkan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan yang terdapat pada tabel 4. 1 berikut:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

60 ,01 3,80 ,4652 ,73083

60 -1,19 286,35 16,6492 37,06230

60 9,20 13,29 11,7008 ,83054

60 1,20 14,00 8,8767 4,15302

60 ,00 1,00 ,4533 ,44777

60 ,40 1,00 ,8700 ,17592

60 GEAR

PROFIT SIZE AGE RAUD TIME

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sumber : Hasil analisis (Lampiran 8)

Statistik deskriptif dari variabel penelitian yang disajikan dalam tabel diatas yang menunjukkan bahwa variabel dependen (time) dan variabel independen (gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur,dan reputasi auditor) mempunyai nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Ini menunjukkan bahwa semakin kecil penyimpangan data dengan nilai rata-rata dari nilai variabel tersebut. Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:


(57)

1. Rata-rata gearing adalah 0,4652 dengan standar deviasi 0,73083.

2. Rata-rata profitabilitas adalah 16,6492 dengan standar deviasi 37,06230. 3. Rata-rata ukuran perusahaan adalah 11,7008 dengan standar deviasi

0,83054.

4. Rata-rata umur perusahaan adalah 8,8767 dengan standar deviasi 4,15302. 5. Rata-rata Reputasi Auditor adalah 0.4533 dengan standar deviasi 0.44777 6. Jumlah sampel sebanyak 60.

2. Uji Asumsi Klasik 2.1 Uji Normalitas

Budi (2005:231) memberikan pengertian terhadap pengujian normalitas sebagai pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji normalitas adalah karena pada analisis statistik parametrik, asamsi yang harus dimiliki oleh data bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Data yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran data yang normal pula. Dengan profil data seperti ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi.

Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki normal atau tidak, kita menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Santoso (2002:34) memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data-data yang mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari :

a.Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.


(58)

b.Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Hasil dan uji normalitas dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov (K-S) terdapat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

60 ,0000000 ,15581758 ,165 ,066 -,165 1,274 ,078 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov, dapat dilihat bahwa semua variabel baik, rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi auditor, dan ketepatan waktu memiliki terdistribusi secara normal karena nilai signifikannya > 0,05 (5%).

Selain dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, untuk mengetahui normalitas data, secara kasat mata kita bisa melihat grafik histogram dari data yang dimaksud, apakah membentuk kurva normal atau tidak dan grafik PP Plots. Suatu data akan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas yang diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas pengamatan. Pada grafik PP Plots, kesamaan antar nilai probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan


(59)

ditunjukkan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Gambar 4.2 merupakan hasil pengujian normalitas data dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:

Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2 -3

Frequency

15

10

5

0

Histogram

Dependent Variable: TIME

Mean =2.86E-15 Std. Dev. =0.957

N =60

Gambar 4.2 Uji Normalitas Data (1)


(60)

Observed Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4 0.2

0.0

Ex

pe

ct

e

d

C

u

m

Pr

ob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: TIME

Gambar 4.3 Uji Normalitas Data (2)

Dari grafik histogram pada gambar 4.2 dan grafik PP Plots pada gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal PP Plots terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi data layak digunakan karena memenuhi uji normalitas data.


(61)

2.2Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas terindikasi apabila adanya hubungan linier diantara variabel independen yang digunakan dalam model. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel independen di bawah nilai 10 dan nilai toleransi di atas 0,10. dari analisis di atas berarti tidak terjadi multikolinearitas sehingga model tersebut layak diuji.

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

1,091 ,319 3,419 ,001

,038 ,029 ,159 1,310 ,196 ,972 1,029

,001 ,001 ,211 1,675 ,100 ,899 1,112

,029 ,026 ,136 1,089 ,281 ,914 1,095

,005 ,005 ,117 ,952 ,345 ,952 1,051

,161 ,048 ,410 3,382 ,001 ,970 1,031

(Constant) GEAR PROFIT SIZE AGE RAUD Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: TIME a.

Dari hasil pengujian di atas dapat dilihat bahwa angka Tolerance rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan reputasi auditor mendekati angka 1 dan nilai VIF berada di sekitar angka 1 dan tidak lebih dari 10 maka tidak ada multikolineariatas di antara variabel independen tersebut


(62)

2.3 Uji Autokorelasi

Hasil uji autokorelasi dapat kita lihat pada tabel 4.4 dibawah ini: Tabel 4.4

Uji Autokorelasi Model Summaryb

,580a ,290 ,259 ,16132 2,027

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), RAUD, GEAR, SIZE, AGE, PROFIT

a.

Dependent Variable: TIME b.

Berdasarkan tabel statistik Durbin-Watson, dengan jumlah sampel sebanyak 60 dan variabel independen sebanyak 5, nilai DL adalah -0,487 dan nilai DU adalah -0,447. Dari hasil uji Durbin-Watson, dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson berada di antara batas bawah (DL) dan batas atas (DU), dengan demikian kita tidak dapat memutuskan apakah terjadi autokorelasi positif atau tidak. Oleh karena itu, persamaan regresi dapat dipakai karena di anggap memenuhi asumsi autokorelasi.


(63)

2.4 Uji Heteroskedastisitas

Hasil dari uji heterokedastisitas dapat ditunjukkan dalam grafik scatterplot pada gambar 4.3 dibawah ini:

Regression Standardized Predicted Value

2 1 0 -1 -2 R egre ssio n Stu d ent ized Dele ted (Press ) Resid u a l 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot

Dependent Variable: TIME

Gambar 4.4s Grafik Scatterplot

Dari grafik scatterplot tersebut dapat dilihat bahwa penyebaran residual adalah tidak teratur. Hal tersebut dapat dilihat pada titik-titik atau plot yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian, kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa tidak terjadi heterokedastisitas atau persamaan regresi memenuhi asumsi heterokedastisitas.


(64)

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 15.0, maka diperoleh hasil yang terdapat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Model Summaryb

,580a ,290 ,259 ,16132 2,027

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), RAUD, GEAR, SIZE, AGE, PROFIT a.

Dependent Variable: TIME b.

Pada model summary, angka R sebesar 0,580 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara ketepatan waktu dengan gearing rasio, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan reputasi auditor sebagai variabel independennya adalah kuat karena berada di atas angka 0.5. Angka R

square atau koefesien determinasi adalah 0,290. Hal ini berarti bahwa 29% variasi atau perubahan dalam ketepatan waktu dapat dijelaskan oleh variasi dari rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan reputasi auditor. Sedangkan sisanya sebesar 71% dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Kemudian

Standard Error of the Estimate (SEE) adalah, 0,16132 yang mana semakin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi ketepatan waktu.

Untuk melihat pengaruh rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan reputasi auditor secara individu terhadap ketepatan waktu dapat dihitung dengan menggunakan uji statistik t.


(65)

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 15.0, maka diperoleh hasil yang terdapat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Uji Statistik t

Coefficientsa

1,091 ,319 3,419 ,001

,038 ,029 ,159 1,310 ,196 ,972 1,029

,001 ,001 ,211 1,675 ,100 ,899 1,112

,029 ,026 ,136 1,089 ,281 ,914 1,095

,005 ,005 ,117 ,952 ,345 ,952 1,051

,161 ,048 ,410 3,382 ,001 ,970 1,031

(Constant) GEAR PROFIT SIZE AGE RAUD Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: TIME a.

Dari tabel koefiesien Regresi diatas, dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu:

¬ Uji t di gunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Terlihat diatas bahwa Rasio gearing mempunyai angka signifikansi sebesar 0,196 berada diatas 0.05 yang menunjukkan bahwa rasio gearing secara individual tidak mempengaruhi ketepatan waktu. ¬ Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel

independennya. Terlihat diatas bahwa profitabilitas mempunyai angka signifikansi sebesar 0,100 berada diatas 0,05 yang menunjukkan bahwa profitabilitas secara individual tidak mempengaruhi ketepatan waktu. ¬ Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel

independennya. Terlihat diatas bahwa ukuran perusahaan mempunyai angka signifikansi sebesar 0,281 berada di atas 0,05 yang menunjukkan


(1)

UKURAN PERUSAHAAN (X3)

No EMITEN 2002 2003 2004 2005 2006

Rata-rata

1 AMFG 12,18 12,17 12,19 12,19 12,19 12,184

2 ARNA 11,39 11,39 11,47 11,56 11,62 11,486

3 TOTO 11,74 11,74 11,85 11,85 11,93 11,822

4 CTBN 8,83 8,82 8,81 11,57 12,03 10,012

5 LION 11,03 11,08 11,17 11,22 11,21 11,142

6 LMSH 10,54 10,53 10,63 10,63 10,60 10,586

7 EKAD 10,76 10,79 10,80 10,88 10,98 10,842

8 INCI 11,21 11,23 11,26 11,25 11,23 11,236

9 UNIC 9,27 9,35 9,44 9,41 8,52 9,198

10 IGAR 11,38 11,37 11,45 11,44 11,43 11,414

11 ACAP 11,14 11,17 11,16 11,16 11,18 11,162

12 AUTO 12,26 12,29 12,39 12,48 12,52 12,388

13 AQUA 11,74 12,29 11,83 11,86 12,17 11,978

14 DLTA 11,58 11,60 11,66 11,73 11,82 11,678

15 INDF 13,18 13,18 13,20 13,17 13,19 13,184

16 MLBI 11,68 11,68 11,75 11,76 11,80 11,734

17 MYOR 12,12 12,11 12,11 12,16 12,18 12,136

18 SHDA 11,97 11,05 12,09 12,05 12,04 11,84

19 GGRM 13,19 13,24 13,31 13,34 13,35 13,286

20 HMSP 12,99 13,01 13,06 13,08 13,09 13,046

21 KAEF 12,02 12,14 12,07 12,07 12,08 12,076

22 MERK 11,12 11,24 11,21 11,28 11,22 11,214

23 SQBB 11,12 11,21 11,28 11,28 11,28 11,234

24 TCID 11,55 11,59 11,67 11,74 11,78 11,666

25 UNVR 12,49 12,53 12,56 12,58 12,57 12,546

26 KBLI 12,26 12,29 12,39 12,48 12,52 12,388

27 VOKS 11,74 12,29 11,83 11,86 12,17 11,978

28 ARGO 11,58 11,60 11,66 11,73 11,82 11,678

29 HDTX 11,38 11,37 11,45 11,44 11,43 11,414

30 POLY 11,14 11,17 11,16 11,16 11,18 11,162

31 ULTJ 10,54 10,53 10,63 10,63 10,60 10,586

32 INTP 10,76 10,79 10,80 10,88 10,98 10,842

33 SMGR 11,21 11,23 11,26 11,25 11,23 11,236

34 ALMI 9,27 9,35 9,44 9,41 8,52 9,198

35 KKGI 11,38 11,37 11,45 11,44 11,43 11,414

36 DYNA 11,14 11,17 11,16 11,16 11,18 11,162

37 FPNI 12,26 12,29 12,39 12,48 12,52 12,388

38 LAPD 11,74 12,29 11,83 11,86 12,17 11,978

39 JPFA 11,58 11,60 11,66 11,73 11,82 11,678

40 SIPD 10,54 10,53 10,63 10,63 10,60 10,586

41 BRPT 12,02 12,14 12,07 12,07 12,08 12,076

Pamor Mentari AR : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Publikasi Laporan…, 2007 USU Repository © 2009


(2)

42 DSVC 11,12 11,24 11,21 11,28 11,22 11,214

43 SAIP 11,12 11,21 11,28 11,28 11,28 11,234

44 TKIM 11,55 11,59 11,67 11,74 11,78 11,666

45 GDYR 12,49 12,53 12,56 12,58 12,57 12,546

46 GJTL 12,26 12,29 12,39 12,48 12,52 12,388

47 IMAS 11,74 12,29 11,83 11,86 12,17 11,978

48 SQMI 11,58 11,60 11,66 11,73 11,82 11,678

49 INDR 12,02 12,14 12,07 12,07 12,08 12,076

50 KARW 11,74 12,29 11,83 11,86 12,17 11,978

51 MYRX 11,58 11,60 11,66 11,73 11,82 11,678

52 MYTX 13,18 13,18 13,20 13,17 13,19 13,184

53 TEJA 11,68 11,68 11,75 11,76 11,80 11,734

54 BATA 12,12 12,11 12,11 12,16 12,18 12,136

55 ADES 11,97 11,05 12,09 12,05 12,04 11,84

56 AISA 13,19 13,24 13,31 13,34 13,35 13,286

57 KICI 11,74 12,29 11,83 11,86 12,17 11,978

58 KDSI 11,55 11,59 11,67 11,74 11,78 11,666

59 KLBF 12,49 12,53 12,56 12,58 12,57 12,546


(3)

UMUR PERUSAHAAN (X4)

NO EMITEN 2002 2003 2004 2005 2006 Rata2

1 AMFG 2 3 4 5 6 4

2 ARNA 1 2 3 4 5 3

3 TOTO 2 3 4 5 6 4

4 CTBN 12 13 14 15 16 14

5 LION 5 6 7 8 9 7

6 LMSH 12 13 14 15 16 14

7 EKAD 11 12 13 14 15 13

8 INCI 8 9 10 11 12 10

9 UNIC 11 12 13 14 15 13

10 IGAR 10 11 12 13 14 12

11 ACAP 2 3 4 5 6 4

12 AUTO 4 5 6 7 8 6

13 AQUA 12 13 14 15 16 14

14 DLTA 2 3 4 5 6 4

15 INDF 1 2 3 4 5 3

16 MLBI 1 2 3 4 5 3

17 MYOR 10 11 12 13 14 12

18 SHDA 12 13 14 15 16 14

19 GGRM 12 13 14 15 16 14

20 HMSP 10 11 12 13 14 12

21 KAEF 1 2 3 4 5 3

22 MERK 2 3 4 5 6 4

23 SQBB 1 2 3 4 5 3

24 TCID 9 10 11 12 13 11

25 UNVR 4 5 6 7 8 6

26 KBLI 10 11 12 13 14 12

27 VOKS 10 11 12 13 14 12

28 ARGO 7 8 9 10 11 9

29 HDTX 11 12 13 14 15 13

30 POLY 10 11 12 13 14 12

31 ULTJ 11 12 13 14 15 13

32 INTP 8 9 10 11 12 10

33 SMGR 7 8 9 10 11 9

34 ALMI 5 6 7 8 9 7

35 KKGI 10 11 12 13 14 12

36 DYNA 11 12 13 14 15 13

37 FPNI 1 2 3 4 5 3

38 LAPD 1 2 3 4 5 3

39 JPFA 10 11 12 13 14 12

40 SIPD 7 8 9 10 11 9

41 BRPT 9 10 11 12 13 11

Pamor Mentari AR : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Publikasi Laporan…, 2007 USU Repository © 2009


(4)

42 DSVC 5 6 7 8 9 7

43 SAIP 9 10 11 12 13 11

44 TKIM 11 12 13 14 15 13

45 GDYR 1 2 3 4 5 3

46 GJTL 12 13 14 15 16 14

47 IMAS 9 10 11 12 13 11

48 SQMI 1 2 3 4 5 3

49 INDR 7 8 9 10 11 9

50 KARW 8 9 10 11 12 10

51 MYRX 10 11 12 13 14 12

52 MYTX 12 13 14 15 16 14

53 TEJA 8 9 10 11 12 10

54 BATA 2 3 4 5 6 4

55 ADES 8 9 10 11 12 10

56 AISA 5 6 7 8 9 7

57 KICI 9 10 11 12 13 11

58 KDSI 6 7 8 9 10 8

59 KLBF 10 11 12 13 14 12


(5)

REPUTASI AUDITOR (X5)

No Emiten 2002 2003 2004 2005 2006 Rata-rata

1 AMFG 1 1 1 1 1 1

2 ARNA 1 1 1 1 1 1

3 TOTO 1 1 1 1 1 1

4 CTBN 1 1 1 1 1 1

5 LION 1 1 1 1 0 0,8

6 LMSH 1 1 1 1 1 1

7 EKAD 0 0 0 0 0 0

8 INCI 0 0 0 0 0 0

9 UNIC 1 1 1 1 1 1

10 IGAR 0 0 0 0 0 0

11 ACAP 0 0 0 0 0 0

12 AUTO 0 0 0 0 0 0

13 AQUA 0 0 0 0 0 0

14 DLTA 1 0 0 0 0 0,2

15 INDF 0 0 1 1 1 0,6

16 MLBI 1 1 1 1 1 1

17 MYOR 1 1 1 1 0 0,8

18 SHDA 1 1 1 1 1 1

19 GGRM 1 1 1 1 1 1

20 HMGP 1 1 1 1 0 0.8

21 KAEF 0 0 0 1 1 0,4

22 MERK 1 1 1 1 1 1

23 SQBB 1 0 0 0 0 0,2

24 TCID 1 0 0 0 0 0,2

25 UNVR 1 1 1 1 1 1

26 KBLI 0 1 1 1 0 0,6

27 VOKS 0 0 0 0 0 0

28 ARGO 1 1 1 0 0 0,6

29 HDTX 0 0 0 0 0 0

30 POLY 0 1 1 1 0 0,6

31 ULTJ 0 0 0 0 0 0

32 INTP 0 1 1 1 1 0,8

33 SMGR 0 0 0 0 0 0

34 ALMI 1 1 1 0 0 0,6

35 KKGI 0 0 0 0 0 0

36 DYNA 1 1 1 1 1 1

37 FPNI 0 1 1 1 0 0,6

38 LAPD 0 0 0 0 0 0

39 JPFA 0 0 0 0 0 0

40 SIPD 0 0 0 0 0 0

Pamor Mentari AR : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Publikasi Laporan…, 2007 USU Repository © 2009


(6)

41 BRPT 0 0 1 1 0 0,4

42 DSVC 1 1 1 1 1 1

43 SAIP 0 0 0 0 0 0

44 TKIM 0 0 0 0 0 0

45 GDYR 0 0 0 0 0 0

46 GJTL 0 0 0 0 0 0

47 IMAS 1 1 1 1 1 1

48 SQMI 0 0 0 0 0 0

49 INDR 0 0 0 0 0 0

50 KARW 0 0 0 0 0 0

51 MYRX 0 0 0 0 0 0

52 MYTX 0 0 0 0 0 0

53 TEJA 0 0 0 0 0 0

54 BATA 1 1 1 1 1 1

55 ADES 1 1 1 1 1 1

56 AISA 0 0 0 0 0 0

57 KICI 1 1 1 1 1 1

58 KDSI 0 0 0 0 0 0

59 KLBF 1 1 1 1 1 1