Analisis Termal DTA Hasil dan Pembahasan

Unsur-unsur yang terkadung didalam sampel genteng polimer dengan penambahan 5 gr limbah padat pulp dregs dan 20 gr resin polyester adalah oksigen, Karbon, dan Silikon.

4.1.7 Analisis Termal DTA

Sifat termal genteng ditentukan dengan metode Differential Thermal Analysis DTA dimana sampel uji akan dipanaskan mulai dari suhu 20°C sampai 800°C dengan kecepatan pemanasan 10°Cmenit. Hasil analisa ini ditampilkan pada gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.6 berikut ini. Hasil pengujian dengan DTA pada masing - masing sampel genteng polimer menunjukkan perubahan kondisi termalnya melalui enam tahapan yang sama yang ditunjukkan oleh puncak - puncak yang dihasilkan oleh alat DTA. Perubahan puncak - puncak oleh DTA ini terjadi akibat perubahan dan reaksi kimia yang diikuti oleh perubahan suhu pada sampel uji. Gambar 4.9. Uji DTA pada sampel genteng polimer tanpa limbah padat pulp 425°C 330°C Temperatur : 20 sd 800°C Material : Genteng Polimer A Thermo couplemv : PR 15mv DTA Range : ±250μv Heating Speed : 10°Cmenit Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10. Uji DTA pada sampel genteng polimer dengan tambahan 5 limbah padat pulp Gambar 4.11. Uji DTA pada sampel genteng polimer dengan tambahan 10 limbah padat pulp 405°C 340°C Temperatur : 20 sd 800°C Material : Genteng Polimer B Thermo couplemv : PR 15mv DTA Range : ±250μv Heating Speed : 10°Cmenit 420°C 325°C Temperatur : 20 sd 800°C Material : Genteng Polimer C Thermo couplemv : PR 15mv DTA Range : ±250μv Heating Speed : 10°Cmenit Universitas Sumatera Utara Gambar 4.12. Uji DTA pada sampel genteng polimer dengan tambahan 15 limbah padat pulp Gambar 4.13. Uji DTA pada sampel genteng polimer dengan tambahan 20 limbah padat pulp 420°C 330°C Temperatur : 20 sd 800°C Material : Genteng Polimer D Thermo couplemv : PR 15mv DTA Range : ±250μv Heating Speed : 10°Cmenit 425°C 330°C Temperatur : 20 sd 800°C Material : Genteng Polimer E Thermo couplemv : PR 15mv DTA Range : ±250μv Heating Speed : 10°Cmenit Universitas Sumatera Utara Gambar 4.14. Uji DTA pada sampel genteng polimer dengan tambahan 25 limbah padat pulp Berdasarkan hasil pengujian DTA, pada tahapan I terjadi melting point pada titik 290°C disini bahan sampel mulai mengalami perubahan bentuk dan pada titik puncak maksimum pertama untuk proses perubahan termal genteng polimer yang di awali pada suhu 330°C - 425°C materialnya sudah terbakar yang menunjukkan proses endoterm dimana komposisi genteng polimer mulai menyerap panas. Pada tahanan II terjadi melting point pada titik 290°C bahan sampel mulai mengamali perubahan bentuk titik awal pada suhu 340°C - 405°C disini material sudah mengalami pembakaran dan perubahan wujud yang menunjukkan trjadinya reaksi endoterm. Pada tahapan III terjadi melting point pada titik 310°C disini sampel sudah megalami perubahan bentuk dan perubahan termal di awali pada suhu 325°C - 420°C material sudah menagalami pembakaran dan mengalami reaksi endoterm. Tahapan IV terjadi perubahan titik melting point 295°C perubahan termal diawali pada suhu 330°C - 420°C disini material sudah terbakar dan berubahan wujud yang menunjukkan proses reaksi endoterm. Tahapan V terjadi melting point pada titik 310°C perubahan termal diawali pada suhu 330°C - 425°C yang menunjukkan 435°C 390°C 330°C Temperatur : 20 sd 800°C Material : Genteng Polimer F Thermo couplemv : PR 15mv DTA Range : ±250μv Heating Speed : 10°Cmenit Universitas Sumatera Utara adanya reaski endoterm dan sudah mengalami pembakaran dan perubahan wujud pada sampel. Tahapan terakhir terjadi melting point pada titik 290°C disini ada tiga titik puncak perubahan termal yang diawali pada suhu 330°C, 390°C - 435°C proses ini merupakan proses endoterm, dimana serapan panas oleh genteng polimer menyebabkan putusnya rantai molekul genteng dan adanya udara menyebabkan terjadinya proses oksidasi pada genteng polimer dan terjadinya perubahan wujud pada saat pembakaran. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tahapan termal genteng polimer pada dasarnya sama namun adanya penambahan variasi massa limbah padat pulp pada bahan dasar pembuatan genteng mempengaruhi kondisi termal genteng yang dihasilkan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kondisi termal genteng sejalan dengan semakin besarnya jumlah limbah padat pulp yang ditambahkan pada larutan resin poliester sehingga semakin meningkat pula kelarutan poliester tersebut. Tingginya kelarutan poliester dengan adanya limbah padat pulp berarti bahwa ikatan molekul poliester dalam pelarutnya semakin kuat sehingga dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk memutus rantai ikatan tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan