Gambaran Klinis Faktor Predisposisi

menyebabkan perubahan kallikrein menjadi kinin di dalam sumsum tulang alveolar. Sehingga, adanya plasmin dapat menjelaskan kemungkinan terjadinya dry socket dari berbagai aspek. 1,4,13,15 2. Teori bakterial Teori ini didukung dengan adanya jumlah yang tinggi dari bakteri disekitar lokasi pencabutan gigi pada pasien yang menderita dry socket dibandingkan dengan yang tidak menderita dry socket. Mikroorganisme anaerob umumnya ditemukan dan nyeri alveolar adalah karena efek dari racun bakteri pada ujung syaraf alveolar. Dry socket juga lebih sering terjadi pada pasien dengan oral hygiene yang buruk. Sebuah penelitian mengemukakan bahwa bakteri anaerob penyebab terjadinya dry socket yang dilihat dari aktivitas fibrinolitik dari bakteri treponema denticola. Actinomyces viscous dan streptococcus mutans dapat memperlambat penyembuhan pasca pencabutan gigi. 1

2.4.2 Gambaran Klinis

Gambaran klinis dari dry socket adalah : 1,4,6,12,15-18 1. Dry socket ditandai dengan timbulnya rasa nyeri antara hari kedua sampai ketiga, rasa nyeri ini menyebar sampai ke telinga dan leher. 2. Soket kosong yang tidak memiliki gumpalan darah dan tulang alveolar terlihat. Soket dapat terisi oleh sisa-sisa makanan dan air liur. 3. Permukaan tulang sangat sensitif, ditutupi oleh lapisan kuning keabu-abuan dan jaringan nekrotik. 4. Oedema disekitar gingiva 5. Bau mulut

2.4.3 Faktor Predisposisi

1. Daerah tempat ekstraksi Dry socket lebih sering terjadi pada rahang bawah daripada rahang atas karena tulang kortikal pada rahang bawah tebal yang mengakibatkan perforasi pasokan darah Universitas Sumatera Utara pada rahang bawah sedikit. Hal ini lebih sering terjadi pada pencabutan gigi molar ketiga. 2. Jenis kelamin Dry socket lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki karena kemungkinan penyebab hormon. 3. Usia Sebagian besar literatur menyatakan bahwa dry socket lebih sering terjadi pada kelompok usia 30 dan 40 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Umar K dkk 2012, menyatakan bahwa dry socket terjadi sebesar 2,2 pada usia 11-20 tahun, 22,2 pada usia 21-30 tahun, 36,6 terjadi pada usia 31-40 tahun, 16,7 terjadi pada usia 41-50 tahun, 13,4 pada usia 51-60 tahun dan 8,9 pada usia lebih dari 60 tahun. Dry socket lebih sering terjadi pada usia 31-40 tahun dikarenakan pembentukan tulang alveolar sudah sempurna dan banyak terjadi penyakit periodontal sehingga adanya trauma pencabutan yang kemungkinan menimbulkan terjadinya dry socket. 4. Trauma Trauma bedah yang cukup besar menyebabkan tulang alveolar melepaskan aktivator-aktivator jaringan dan mengubah plasminogen menjadi plasmin yang menghancurkan bekuan fibrin sehingga soket kering dan terasa nyeri. 5. Merokok Merokok menyebabkan kemotaksis neutrofil dan fagositosis sehinga mengganggu produksi immunoglobulin. Nikotin dalam tembakau diserap melalui enterococcus, streptococcus viridians, bacillus coryneform, proteus vulgaris, pseudomonas aeruginosa, citrobacter freundi, escheria coli ke mukosa mulut. Nikotin dapat mengganggu suplai oksigen yang menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan, sehingga resiko dry socket semakin besar. 6. Vasokonstriktor Vasokonstriktor dalam anastesi lokal yang digunakan untuk pencabutan gigi juga dapat menyebabkan dry socket. Vasokonstriktor menyebabkan iskemia lokal sementara yang meningkatkan resiko dry socket. Universitas Sumatera Utara 7. Mikroorganisme Tertundanya penyembuhan dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Nisan et al 1983 menyatakan bahwa bakteri anaerob treponema denticola menunjukkan plasminogen seperti aktivitas fibrinolisis. 8. Kontrasepsi oral Lily 2014 mengamati bahwa dry socket terjadi tiga kali lebih sering pada wanita yang mengkonsumsi obat kontrasepsi oral dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi. Kontasepsi oral meningkatkan aktivitas fibrinolitik yang mempengaruhi stabilitas bekuan darah setelah pencabutan gigi. Kontrasepsi oral meningkatkan faktor II, VII, VIII, X dan plasminogen sehingga meningkatkan lisis dari bekuan darah. 9. Radioterapi Radioterapi head and neck menurunkan suplai darah ke mandibula. 8,13,18-20

2.4.4 Pencegahan