a. Kontraindikasi sistemik
Kontraindikasi sistemik meliputi kondisi sistemik pasien yang tidak memungkinkan pasienuntuk mendapatkan terapi bedah, seperti pasien dengan
penyakit-penyakit metabolik yang tidak terkontrol , seperti diabetes yang tidak terkontrol dan penyakit ginjal yang parah. Pasien dengan leukemia atau limfoma
yang tidak terkontrol juga merupakan kontraindikasi untuk ekstraksi gigikarena berpotensi cukup besar untuk mengalami komplikasi infeksi dan perdarahan berat.
Pasien dengan penyakit jantung yang tidak terkontrol pun harus menunda ekstraksi giginya hingga penyakit tersebut terkontrol. Begitu pula pada pasien
dengan hipertensi yang tidak terkontrol karena dapat menyebabkan perdarahan yang persisten, akut myocardial insuffiensi,dan cerebrovascular accident.
Kehamilan relatif merupakan kontraindikasi pencabutan. Pencabutan pada wanita hamil dapatdilakukan pada akkhir trimester awal, trimester kedua, dan
awal trimester akhir. Namun,tindakan yang lebih ekstensif harus ditunda sampai kelahiran.Pasien hemophilia atau pasien dengan platelet disorder tidak boleh
dilakukan ekstraksi gigihingga koagulopati yang diderita dinyatakan sembuh
2,7,8,9
b. Kontraindikasi Lokal
Kondisi- kondisi yang termasuk dalam kontraindikasi lokal dari pencabutan gigi adalah:
2,7,8,9
a. Ekstraksi pada area radiasi
b. Gigi pada area tumor malignan
c. Perikoronitis maupun radang akut lainnya
d. Gigi dengan abses dentoalveolar.
2.4 Prinsip Ekstraksi Gigi
Dalam prakteknya, ekstraksi gigi harus mengikuti prinsip-prinsip yang akan memudahkan dalam proses ekstraksi gigi dan memperkecil terjadinya
komplikasi ekstraksi gigi
7,9,10,12
. a. Asepsis
Untuk menghindarkan atau memperkecil bahaya inflamasi, seharusnya bekerja secara asepsis, artinya melakukan pekerjaan dengan menjauhkan segala
kemungkinan kontaminasi dari kuman atau menghindari organisme patogen.
Universitas Sumatera Utara
Asepsis secara praktis merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memberantas semua
jenis organisme. Tindakan sterilisasi dilakukan pada tim operator, alat-alat yang dipergunakan, kamar operasi, pasien terutama pada daerah pembedahan.
b. Pembedahan atraumatik Pada saat ekstraksi gigi harus diperhatikan untuk bekerja secara hati-hati,
tidak kasar, tidak ceroboh, dengan gerakan pasti, sehingga membuat trauma sekecil mungkin. Tindakan yang kasar menyebabkan trauma jaringan lunak,
memudahkan terjadinya inflamasi dan memperlambat penyembuhan. Peralatan yang digunakan
haruslah tajam karena dengan peralatan yang tumpul akan memperbesar terjadinya
trauma. c. Akses dan lapangan pandang baik
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akses dan lapangan pandang yang baik selama proses ekstraksi gigi. Faktor-faktor tersebut adalah posisi kursi,
posisi kepala pasien, posisi operator, pencahayaan, retraksi dan penyedotan darah atau saliva. Posisi kursi harus diatur untuk mendapatkan akses terbaik dan
kenyamanan bagi operator dan pasien. Pada ekstraksi gigi maksila, posisi pasien lebih tinggi dari dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi lebih rendah
sehingga pasien duduk lebih menyandar dan lengkung maksila tegak lurus dengan lantai. Sedangkan ekstraksi gigi pada mandibula, posisi pasien lebih rendah dari
dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi tegak dan dataran oklusal terendah sejajar dengan lantai. Pencahayaan harus diatur sedemikian rupa agar
daerah operasi dapat terlihat dengan jelas tanpa bayangan hitam yang membuat gelap daerah operasi. Retraksi jaringan juga dibutuhkan untuk mendapatkan
lapangan pandang yang jelas. Daerah operasi harus bersih dari saliva dan darah yang dapat mengganggu penglihatan ke daerah tersebut sehingga dibutuhkan
penyedotan pada rongga mulut. d. Tata Kerja Teratur
Bekerja sistematis agar dapat mencapai hasil semaksimal mungkin dengan mengeluarkan tenaga sekecil mungkin. Penting untuk mengetahui cara kerja yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda untuk setiap pembedahan, sehingga dapat menggunakan tekanan terkontrol sesuai dengan urutan tindakan.
2.5 Teknik dan Jenis Anastesi