BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya: 1. Telah berhasil dilakukan sintesis material MgB
2
dan sintesis MgB
2
dengan penambahan carbon nanotube menggunakan metode Powder In Tube PIT dengan media udara bebas.
2. Hasil karakterisasi dari sampel yang telah dilakukan adalah: a.
Hasil XRD untuk sampel MgB
2
dengan penambahan CNT diperoleh bahwa semakin besar persentase penambahan CNT maka
semakin banyak fasa Mg dan B yang tidak bereaksi. Puncak CNT tidak terdeteksi karena bersifat amorf.
b. Hasil SEM untuk sampel M
g
B
2
dengan penambahan CNT diperoleh bahwa semakin besar persentase penambahan CNT maka
butiran yang dihasilkan semakin sulit untuk beriatan. c. Hasil Cryogenic untuk sampel MgB
2
dengan penambahan CNT diperoleh bahwa semakin besar persentase penambahan CNT maka
semakin menurunkan sifat superkonduktivitas.
5.2. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya perlu diperhatikan massa penambahan CNT pada material MgB
2
. 2. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan uji rapat arus kritis J
c
dan medan magnet kritis H
c
pada material MgB
2
sintesis dan MgB
2
dengan penambahan CNT.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Superkonduktor
Suatu bahan superkonduktor merupakan material yang dapat menghantarkan arus listrik tanpa adanya hambatan, sehingga dapat mengalirkan arus listrik tanpa
kehilangan daya sedikitpun Suprihatin, 2008. Superkonduktor adalah unsur atau alloy metal yang didinginkan sampai mendekati suhu nol mutlak 0 K, menjadi
hilang tahanannya. Fenomena turunnya hambatan listrik suatu zat padat menjadi nol jika temperaturnya diturunkan hingga temperatur tertentu dikenal sebagai
superkonduktivitas Hidayat, 1991. Unsur, paduan dan senyawa yang menunukkan sifat superkonduktivitas ini disebut material superkonduktor.
2.2 Sejarah dan Perkembangan Superkonduktor
Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang Fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911. Pada tanggal 10 Juli
1908, Onnes berhasil mencairkan helium dengan cara mendinginkan hingga 4,2 K atau -269
C. Kemudian, Onnes mulai mempelajari sifat-sifat listrik dari logam pada suhu yang sangat dingin. Pada waktu itu telah diketahui bahwa hambatan
suatu logam akan turun jika didinginkan dibawah suhu ruang, akan tetapi belum ada yang dapat mengetahui batas bawah hambatan yang dicapai ketika suhu
logam mendekati 0 K atau nol mutlak Widodo, 2010. Beberapa ilmuwan seperti William Kelvin memperkirakan bahwa elektron
yang mengalir dalam konduktor akan berhenti ketika mencapai suhu nol mutlak. Namun, Onnes memperkirakan hambatan akan mengilang pada suhu tersebut.
Untuk mengetahui apa yang terjadi, Onnes melakukan percobaan dengan mengalirkan arus pada kawat merkuri yang sangat murni kemudian mengukur
hambatannya sambil menurunkan suhunya. Pada suhu 4,2 K hambatan pada kawat tersebut tiba-tiba menghilang dan arus mengalir secara terus-menerus. Percobaan
Onnes yang lain dilakukan dengan mengalirkan arus pada suatu kumparan
Universitas Sumatera Utara
superkonduktor dalam rangkaian tertutup, kemudian mencabut arusnya. Setahun kemudian, Onnes masih mengukur arusnya dan arusnya masih tetap mengalir.
Fenomena ini kemudian diberi nama superkonduktivitas. Dan atas penemuannya, Onnes dianugerahi nobel Fisika tahun 1913 Yuliati, 2010.
Penemuan selanjutnya terjadi pada tahun 1933, Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa suatu superkonduktor akan menolak
medan magnet. Dalam superkonduktor arus yang dihasilkan berlawanan dengan medan tersebut sehingga medan tidak dapat menembus material superkonduktor.
Fenomena ini disebut efek Meissner.
2.3 Karakteristik Superkonduktor