11 2.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- Satu Miliar Rupiah.
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.2. Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara
baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen Suryana 2003 : 13. Machfoedz 2005 : 9 menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah
pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena itu, ia lebih memilih
menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk itu seorang wirausahawan memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi
tantangan pada saat merintis usaha bisnis. Dalam menghadapi berbagai permasalahan, seorang wirausahawan senantiasa dituntut kreatif.
Universitas Sumatera Utara
12 Kewirausahaan merupakan sebuah alat dari pandangan hidup seseorang
yang menginginkan adanya kebebasan dalam ekonomi untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan sumber daya yang ada. Untuk mencapai tersebut
tentunya harus pandai memanfaatkan peluang-peluang melalui kesempatan bisnis, kemampuan manajemen pengambilan resiko yang tepat untuk mencapai
kesempatan, dan melalui kemampuan komunikasi dan keahlian manajemen dalam menggerakkan manusia, keuangan dan sumber daya materi untuk menghasilkan
proyek dengan baik Ranto, 2007 : 21.
2.3. Keberhasilan dalam Usaha
Kegiatan ber-usaha selalu mempunyai tujuan atau sasaran untuk memperoleh keuntungan atau laba nyata dalam bentuk rupiah. Namun demikian,
laba bukanlah merupakan satu – satunya tujuan kegiatan usaha, akan tetapi masih terdapat tujuan – tujuan lain yang dapat dicapai, seperti mengurangi pengangguran
atau membuat kesempatan kerja, membantu masyarakat sekitarnya, perkembangan perusahaan, prestise, dan membantu meningkatkan pendapatan
pemerintah melalu pajak Asri, 1986 : 3 – 4. Menurut Ranto 2007 : 20 keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik
dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga
menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bias membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak
berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik
Universitas Sumatera Utara
13 maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar
yang dimulai dengan bergelimang fasilitas. Pada pengukuran kesuksesan bisnis dapat berbeda antara satu usaha
dengan yang lain atau antara satu pemilik dengan pemilik usaha yang lainnya. Namun, kesuksesan suatu usaha dapat dilihat dari data subjektif ataupun objektif
atas berbagai aspek, misalnya pertumbuhan penjualan, pangsa pasar yang dimiliki, dan tingkat keuntungan yang dicapai Dawes dalam Indarti, 2004. Dua
pengukuran yang dapat dipakai untuk mengukur kesuksesan suatu usaha yakni, kinerja financial dan non-financial. Pengukuran financial merupakan pengukuran
tradisional yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja suatu usaha, biasanya berhubungan dengan tingkat profitabilitas usaha return on investment.
Sedangkan pengukuran non-financial dapat dilihat dari kualitas produk yang dihasilkan, tingkat persediaan, produktivitas, fleksibilitas, kecepatan pengiriman,
dan pegawai. Pengukuran selain financial dan non-financial terdapat juga pengukuran
subjektif dan objektif. Pengukuran subjektif dapat didefinisikan sebagai kesuksesan yang diharapkanditerima oleh pemilik usaha, sedangkan pengukuran
objektif salah satunya dapat dilihat dari persentase aktual dari pertumbuhan penjualan atau tingkat keuntungan yang dicapai.
Pengukuran kesuksesan usaha juga dapat dilihat dari kecepatan dalam mencapai BEP break even points. Analisis BEP adalah salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mengukur keuntungan dan kerugian atas pemilihan lokasi suatu usaha. Sebuah perbandingan ekonomi dapat dibuat dengan cara
Universitas Sumatera Utara
14 mengidentifikasi biaya tetap dari biaya variabel serta membuat grafik biaya yang
dibutuhkan atas tiap-tiap lokasi yang akan dipilih. Analisis ekonomi lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesuksesan usaha adalah dengan analisis ROI
return on investment. Analisis ROI merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan
biaya operasional. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal. Pencapaian real profit merupakan salah satu ukuran kesuksesan usaha.
Real profit adalah tunai yang tersisa setelah upah yang dikeluarkan. Kemampuan memberikan real profit adalah garis pembatas antara memiliki pekerjaan dan
memiliki usaha. Pada tahap ini, bisnis tidak hanya memberikan upah atas waktu yang telah dikeluarkan, tapi juga mengembalikan semua yang telah
diinvestasikan. Diluar pembayaran hutang atau pajak pendapatan. Pada level ini sebuah usaha menjadi lebih berharga daripada nilai asetnya, karena memberikan
return on investment dan alur kas yang positif. Pencapaian real profit ini dapat dijadikan sebagai salah satu analisis ekonomi dalam menilai lokasi usaha yang
strategis.
2.4. Faktor-Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha