Analisis produksi iklan di radio alaikasalam Jakarta

(1)

ANALISIS PRODUKSI IKLAN DI RADIO

ALAIKASALAM JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh:

Rifanur Musthofa

107051002696

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil kaya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (satu) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Juka kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 28 Mei 2011


(3)

ANALISIS PRODUKSI IKLAN DI RADIO ALAIKASSALAM JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S.kom.I)

Oleh Rifanur Musthofa

107051002696

Pembimbing

Dra. Nunung Khoiriyah NIP. 19730725 300701 2 018

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H./2011 M.


(4)

Skripsi berjudul ANALISIS PRODUKSI IKLAN DI RADIO ALAIKASSALAM JAKARTA telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 15 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, SekretarisMerangkap Anggota,

Drs. Study Rizal LK, M.A Umi Musyarrofah, M.A

NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs. Azwar Chatib, M.Si Dr. Armawati Arbi, M.Si

NIP. 19550501 198503 1 006 NIP. 19650207 199103 2 002

Pembimbing,

Nunung Khairiyah, MA NIP. 19730725 300701 2 018


(5)

i ABSTRAK

Rifanur Musthofa

Analisis Produksi Iklan di Radio Alaikassalam Jakarta

Dalam perkembangan zaman media massa merupakan wadah bagi setiap orang untuk berinteraksi dengan orang lain dalam jumlah banyak (massa). Walaupun dibandingkan media cetak dan televisi, radio dianggap sebagai “anak kecil”, namun menjelang dan sesudah reformasi, radio menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang sadar akan informasi.

Radio, selain memiliki fungsi sebagai media hiburan, radio juga merupakan alat penyebar informasi dan bersifat persuasif yaitu iklan. Sebagai alat kontrol, radio memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi yang bisa menggugat kesewenang-wenangan bahkan malah sebaliknya,sebagai media hiburan radio juga bisa menjadi media yang efektif bagi rakyat.

Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.

Di radio, iklan merupakan hal yang sangat penting. Dari hasil pemasukan yang di hasilkan dari iklan inilah, radio tersebut bisa dilihat perkembangannya. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada khalayak.

Dalam konstruksi sosial media massa, iklan radio dikemas melalui beberapa tahap penting yang harus di lalui. Yaitu tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah, tahap pembingkaian prolog/script kasus, tahap pengungkapan diri/data, tahap pembentukan realitas subjektif, tahap pengemasan simbolik dan tahap penetapan realitas objektif. Bentuknya bisa berupa tulisan, musik ataupun gabungan dari seluruhnya.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin, segala puji bagi Allah yang Maha Kuasa yang telah memberi kemudahan dalam segala urusan hingga terselesainya skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa penulis persembahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW dan keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya yang tetap beristiqomah mengikuti sunnah-Nya hingga akhir zaman.

Sekali lagi penulis ucapkan syukur Alhamdulillah, pada akhirnya usai sudah perjalanan hidup penulis sebagai mahasiswa dengan berakhirnya tugas akhir ini. Dengan empat tahun silam di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah penulis telah banyak pengalaman serta ilmu dari para dosen untuk dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun dalam merintis sebagai mahasiswa selama ini, cukup banyak rintangan yang menghadang seperti sifat malas, sombong, tidak di disiplin waktu, tidak tekun dalam belajar, tetapi semangat juang dari penulis sendiri yang ingin mengubah sifat buruk menjadi baik serta dukungan dari teman-teman yang telah memberikan kontribusi yang positif untuk kehidupan yang lebih maju demi masa depan gemilang.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerja keras dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu,dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kepala Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Seluruh Dosen dan staf akademik fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah memberikan Ilmu yang bermanfaat.


(7)

iii

4. Kepada dosen pembimbingku yang tercinta Nunung Khoiriyah M.A yang tidak pernah bosan-bosan membimbing peneliti selama proses skripsi ini berjalan dengan penuh sabar, cinta dan kasihnya.

5. Keluarga besarku yang telah memberikan doa dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini: papa Zainal Musthofa dan mama Widya Ningrum yang selalu mendoakan penulis.

6. Kakak dan adik ku yang selalu memberikan semangat bagi penulis, ka iyos, ka imam, wahyu dan rofi.

7. Para Tim Kreatif Radio Alaikasalaam Jakarta, yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis.

8. Seluruh teman-temanku di KPI B angkatan 2007, terutama Aam, Mia, Chuche, Maspupah, Iqbal, Bahri, Edy dan yang khususnya untuk Fuad Faizin yang telah memberi semangat, support, saran, nasehat kepada penulis.

9. Teman-teman KKN Remigio 2010.

10.Buat ka Roni dan Irvan yang membantu peneliti dalam kesulitan penulisan skripsi.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan adalah milik Allah semata. Maka dari itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan di skripsi ini dan membuka harapan masukan berupa saran, kritik terhadap skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri, civitas akademika, dan para pembaca untuk menambah wawasan cakrawala pemikiran yang lebih terdepan.

Wassaalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 29 Mei 2011,


(8)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 5

D. Tinjauan pustaka ... 7

E. Kerangka Konsep ... 8

F. Metodelogi penelitian ... 11

G. Sistematika penulisan ... 15

BAB II KAJIAN TEORI A. Konstruksi Sosial Media Massa ... 17

B. Realitas Media ... 33

C. Dakwah Melalui Radio ... 37

BAB III PROFIL RADIO ALAIKASALAM JAKARTA A. Profil RAS FM Jakarta ... 41

B. Sejarah Singkat RAS FM Jakarta ... 43

C. Visi dan Misi RAS FM Jakarta ... 45

D. Struktur Organisasi RAS FM Jakarta ... 46

E. Bagian-Bagian di RAS FM Jakarta ... 48

BAB IV ANALISIS KONSTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA PADA IKLAN PEGADAIAN SYARIAH DI RADIO ALAIKASSALAM JAKARTA A. Tahapan Produksi Iklan ... 53


(9)

v

2. Tahapan Pembingkaian Prolog/Skrip Kasus ... 58

3. Tahapan Pengungkapan Diri (Fakta) ... 61

4. Tahapan Pembentukan Realitas Subjektif ... 62

5. Tahapan Pengemasan Realitas Simbolik ... 62

6. Tahapan Penetapan Realitas Objektif ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran-saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(10)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan zaman media massa merupakan wadah bagi setiap orang untuk berinteraksi dengan orang lain dalam jumlah banyak (massa). Walaupun dibandingkan media cetak dan televisi, radio dianggap sebagai “anak kecil”, namun menjelang dan sesudah reformasi, radio menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang sadar akan informasi.1

Di Indonesia, radio pertama kali diperkenalkan oleh perintah Belanda pada tahun 1920. Ketika pecah revolusi radio memegang peranan penting dalam mengorbarkan semangat perjuangan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan.

Tak ada tanda-tanda bahwa radio kurang digemari oleh rakyat di Indonesia, sebab radio memiliki audio yang khas dengan mengandalkan perpaduan antara suara dan bunyi, misalnya dalam siaran olahraga yang dipancarkan langsung dari arena pertandingan suara penyiar yang bisa meliuk-liuk dan pendengar larut dalam keasyikan.

Sampai tahun 1994, diperkirakan sudah ada 34 juta pesawat radio di Indonesia yang dilayani oleh 49 stasiun radio pemerintah (RRI), 670 stasiun radio swasta niaga dan 133 stasiun radio pemerintah daerah, atau secara total 852 buah. Padahal pada tahun 1975 baru terdapat 512 buah stasiun radio. Ini pertanda bahwa radio siaran tetap mempunyai tempat di hati masyarakat Indonesia.2

1

Masduki, Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar (Yogyakarta: LKis, 2004), h. 27.

2

A.Ius Yudo Triantanto, Broadcasting Radio Panduan Teori dan Praktik (Jakarta: Pustaka Book Publisher, 2010), h. 27-29.


(11)

2

Dunia radio mungkin sudah menjadi hal biasa bagi yang menggeluti, akan tetapi menjadi sesuatu yang luar biasa bagi banyak orang yang tidak tahu, bahkan ingin sekali bergabung dengan salah satu radio favorit. Meski harus diakui, dari ratusan radio yang ada ditanah air, sebagian besar para penyiarnya hanya menjadikan radio sebagai salah satu tempat untuk menyalurkan hobby-nya yang suka cuap-cuap, bergaul, cari pengalaman dan sebagainya.

Radio, selain memiliki fungsi sebagai media hiburan, radio juga merupakan alat penyebar informasi dan bersifat persuasif yaitu iklan. Sebagai alat kontrol, radio memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi yang bisa menggugat kesewenang-wenangan bahkan malah sebaliknya,sebagai media hiburan radio juga bisa menjadi media yang efektif bagi rakyat.

Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan pelanggan iklan. Sedangkan menurut Paul Copley:

“advertising is by and large seen as an art – the art of persuasion – and can be defined as any paid for communication designed to inform and/ or persuade”, dimana iklan adalah sebuah seni dari persuasi dan dapat didefinisikan sebagai desain komunikasi yang dibiayai untuk menginformasikan atau membujuk.3

Dari beberapa pengertian diatas, pada dasarnya iklan merupakan sarana komunikasi yang digunakan komunikator dalam hal ini perusahaan atau produsen untuk menyampaikan informasi tentang barang atau jasa kepada publik, khususnya pelanggannya melalui suatu media massa. Selain itu, semua iklan

3

Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Jakarta: Kencana, 2008), h. 379.


(12)

dibuat dengan tujuan yang sama yaitu untuk memberi informasi dan membujuk para konsumen untuk mencoba atau mengikuti apa yang ada di iklan tersebut, dapat berupa aktivitas mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan.

Peranan iklan yaiatu, advertising can be used to build up a long-term image for a product or trigger quick sales, artinya, iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk atau sebagai pemicu penjualan-penjualan cepat. Disadari atau tidak, iklan dapat berpengaruh tetapi juga dapat berlalu begitu cepat. Iklan sangat unik karena iklan dapat mencapai tujuan meskipun disampaikan dengan panjang lebar dan terkadang membingungkan. Karena kita membayar iklan maka kita dapat memilih media yang sesuai untuk pemasangan atau penayangan iklan, sehingga pesan di dalamnya dapat sampai pada kelompok sasaran yang dituju.

Daya tarik iklan mempunyai karakteristik sebagai berikut: bermakna, menunjukkan manfaat yang membuat produk itu lebih diinginkan atau lebih menarik konsumen.Dapat dipercaya, konsumen harus percaya bahwa produk atau jasa akan memberikan manfaat yang dijanjikan. Khas, harus menjelaskan mengapa produk itu lebih baik ketimbang merek pesaing.

Iklan bisa dibilang adalah sesuatu hal yang menarik, karena hampir semua orang senang diberi kata-kata indah meski memang yang di tampilkan belum tentu sesuai dan menarik. Membuat iklan juga memerlukan kreativitas dan kemauan yang tinggi, karena dua hal tersebut dapat menentukan bagaimana khalayak bisa di pengaruhi atau tidak atas tulisan dan bacaan yang di sajikan oleh si penulis iklan, karena kemampuan membaca atau daya tangkap setiap orang itu berbeda-beda.


(13)

4

Di radio, iklan merupakan hal yang sangat penting. Dari hasil pemasukan yang di hasilkan dari iklan inilah, radio tersebut bisa dilihat perkembangannya. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada khalayak.

Iklan radio dikemas melalui beberapa tahap penting yang harus di lalui. Yaitu dari tahap pra produksi, tahap produksi, sampai tahap pasca produksi. Iklan bisa disebut juga sebuah tanggung jawab dalam proses penjualan dan pemasaran, bentuknya bisa berupa tulisan gambar, film ataupun gabungan dari seluruhnya. Karena sejatinya, iklan tidak bisa dipisahkan dari pemasaran, karena bagaimanapun juga konsumen sebagai khalayak tidak mungkin dapat menggunakan suatu produk atau jasa tanpa adanya pemasaran atau promosi. Seperti yang di ulas diatas, bahwa perlu kreativitas dan kemampuan yang besar untuk menciptakan sebuah kata-kata atau bacaan sebuah iklan dan mengapa peneliti mengambil Radio Alaikassalam Jakarta karena radio tersebut merupakan satu-satunya radio di Jakarta yang mengemas secara khusus keselarasan antara program dakwah dan informasi serta hiburan yang disajikan dengan kesejukan dalam tutur kata sesuai dengan mottonya “Suara Penyejuk Nurani”.

Berdasarkan latar belakang inilah yang menarik peneliti untuk mengangkat penelitian ini dengan judul, “ANALISIS PRODUKSI IKLAN DI RADIO

ALAIKASALAM JAKARTA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sebenarnya banyak hal yang dapat dibahas tentang “Radio Alaikassalam “, meliputi program acara dan strategi dakwah, namun untuk terarahnya pembahasan


(14)

dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas yakni pada iklan Pegadaian Syariah yang di produksi oleh Radio Alaikassalam Jakarta.

Adapun batasan dan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses komunikasi sosial media radio dalam produksi iklan Pegadaian Syariah di program Bincang Pagi dan Salam Sore di RAS FM Jakarta?

a. Bagaimana penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah pada program Bincang Pagi dan Salam Sore?

b. Bagaimana pembingkaian prolog/skrip kasus pada iklan Pegadaian Syariah?

c. Bagaimana pengungkapan diri dalam iklan Pegadaian Syariah?

d. Bagaimana pembentukan realitas subjektif dalam iklan Pegadaian Syariah?

e. Bagaimana pengemasan realitas simbolik dalam iklan Pegadaian Syariah?

f. Bagaimana penetapan realitas objektif dalam iklan Pegadaian Syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses komunikasi sosial media radio dalam produksi iklan Pegadaian Syariah di program Bincang Pagi dan Salam Sore di RAS FM Jakarta.


(15)

6

dakwah pada program acara Bincang Pagi dan Salam Sore.

b. Untuk mengetahui pembingkaian prolog/skrip kasus dalam iklan Pegadaian Syariah.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengungkapan diri dalam iklan Pegadaian Syariah.

d. Untuk mengetahui pembentukan realitas subjektif dalam iklan Pegadaian Syariah.

e. Untuk mengetahui bagaimana pengemasan realitas simbolik dalam iklan Pegadaian Syariah.

f. Untuk mengetahui bagaimana penetapan realitas objektif dalam iklan Pegadaian Syariah.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat akademis

Hasil penelitian ini memperkaya proses konstruksi social media massa radio sebagai perbedaan proses produksi iklan dengan Burhan Bungin dan bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang proses tahapan- tahapan iklan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi tim produksi radio, khususnya bagi peneliti, praktisi periklanan dan umumnya untuk mahasiswa dan masyarakat, selain itu pula diharapkan penelitian ini dapat memberikan sebuah kontribusi yang nyata berupa aspirasi dan informasi kepada pihak-pihak terkait.


(16)

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan langsung peneliti di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ada beberapa skripsi yang telah meneliti di stasiun radio,namun skripsi yang telah ada hanya meneliti tentang program atau isi program acaranya,diantaranya:

1. Analisis Proses Produksi Berita Siang Program Televisi Republik Indonesia (TVRI), mahasiswa USNI Jurusan Jurnalistik tahun 2008.4 Masalah yang dibahas yaitu tentang bagaimana proses produksi pada program acara Berita Siang di TVRI. Persamaannya dengan penelitian ini adalah pada analisis produksi dalam media massa, sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini lebih kepada proses konstruksi sosial iklan Pegadaian Syariah di Radio Alaikassalam Jakarta.

2. Analisis Produksi Siaran Spirit in the Morning di Radio 104.2 FM, Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2010.5 Masalah yang dibahas yaitu tentang bagaimana Produksi Siaran Spirit in the Morning di Radio 104,2 FM. Persamaannya dengan penelitian ini adalah pada analisis produksi di radio, sedangkan perbedaannya pada batasan masalahnya.

3. Analisis Format acara Titian Iman di O Channel, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam 2007.6 Masalah yang dibahas yaitu tentang format acara pada acara Titian iman O

4

Pessi Andayani, Analisis Proses Produksi Berita Siang Program Televisi Republik Indonesia (TVRI) (Jakarta: Skripsi, 2009), h. 8.

5

Sri Dewi Rahmadianti, Analisis Produksi Siaran Spirit in the Morning diradio 104.2 FM (Jakarta: Skripsi, 2010), h. 56-57.

6

Ulfah Khoiriyah, Analisis Format acara Titian Iman di O Channel (Jakarta: Skripsi, 2007), h. 23.


(17)

8

channel. Persamaannya adalah pada format acara yang sama-sama berkaitan dengan dakwah, sedangkan perbedaanya adalah pada perumusan masalah dan objek penelitian.

E. Kerangka Konsep

Proses konstruksi atas realitas sosial, jika dilihat dari perspektif teori Berger & Luckman berlangsung melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas yang menjadi entry concept, yakni subjective reality, symbolic reality dan objective reality. Selain itu juga berlangsung dalam suatu proses dengan tiga momen simultan, eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.7

Kemudian, Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckmann telah direvisi oleh Burhan Bungin yang mengkritik bahwasanya pada kenyataannya konstruksi sosila atas realitas berlangsung lamban, membutuhkan waktu lama, bersifat spasial, dan berlangsung secara hierarkis-vertikal, dimana konstruki sosial berlangsung dari pimpinan kepada bawahannya, pimpinan kepada massanya, kiai kepada santrinya, guru kepada muridnya, orang tua kepada anaknya, anak remaja kepada anak yang lebih muda, dan sebagainya dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa” yang menurut Burhan Bungin adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan luas sehingga kontstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Menurut perspektif ini

7

Dedy N Hidayat, Konstruksi Sosial Industri Penyiaran: Kerangka Teori Mengamati

Pertarungan di Sektor Penyiaran, Makalah dalam diskusi “UU Penyiaran, KPI dan Kebebasan


(18)

tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan kosntruksi; tahap konfirmasi. 8

Kemudian Armawati arbi mengkritik Teori Burhan Bungin dalam hal proses produksi, siaran langsung, lebih cepat dan programnya yang berbeda. Perbedaannya adalah Armawati Arbi lebih membahas tentang kontruksi sosial media massa pada program dakwah dan program konsultasi keluarga melalui radio secara siaran langsung yang prosesnya lebih cepat, sedangkan Burhan bungin lebih membahas kepada kontruksi sosial media massa pada produksi iklan secara tapping. Produksi iklan tapping adalah bagian dari roda jam siar terdiri dari beberapa log yaitu pembukaan dari penyiar, isi siaran, iklan, musik, jingle dan penutup.

Model realitas sosial dibagi menjadi dua yaitu model peta analog dan model refleksi realitas dan iklan pegadaian syariah ini termasuk kedalam model peta analog, yang merupakan hasil karangan ide scriptwritter.

8


(19)

10

Proses media massa atas realitas realitas sosial9

Produksi pogram dakwah menurut Armawati Arbi adalah:

1. Tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah yaitu: dimulai dari persiapan semua komponen dakwah yang dilakukan oleh bagian skripwritter, music director dan program director.

2. Tahap pembingkaian prolog/skrip kasus yaitu: menyiapkan naskah iklan yang dibuat oleh scriptwriter dan memilih narrator yang tepat agar naskah iklan menjadi lebih menarik ketika dibaca dan direkam.

3. Tahap pengungkapan diri/fakta yaitu: apakah naskah yang dibuat dari hasil kisah nyata yang dikontruksi agar menjadi seolah-olah nyata dengan menggunakan model refleksi realitas atau dibuat dengan hasil karangan ide scriptwriter semata dengan menggunakan model peta analog.

9

Armawati Arbi, Dakwah Melalui Radio Konstruksi Radio Dangdut Jakarta atas

Realitas Program Keluarga (Surabaya: Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, 2010), dan

Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 135. Produksi iklan menurut Burhan Bungin:

1. tahap menyiapkan materi konstruksi iklan

2. tahap sebaran konstruksi 3. tahap pembentukan konstruksi 4. tahap konfirmasi

5. tahap prilaku keputusan konsumen

Produksi program menurut Armawati Arbi :

1. tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah

2. tahap pembingkaian prolog/skrip kasus

3. tahap pengungkapan diri 4. tahap pembentukan realitas

subjektif

5. tahap pengemasan realitas simbolik

6. tahap penetapan realitas objektif. 7. tahap penetapan realitas objektif


(20)

4. Tahap pembentukan realitas subjektif yaitu: penyeleksian terhadap naskah yang akan direkam dan apa saja yang ingin ditonjolkan dari naskah itu yang dilakukan oleh scripwritter dan narrator yang membacakan naskah tersebut.

5. Tahap pengemasan realitas simbolik yaitu: berkaitan dengan roda jam siar yaitu kapan iklan itu ditayangkan, diprogram, disegmen dan dimenit keberapa. Tugas ini dilakukan oleh bagian traffic.

6. Tahap penetapan realitas objektif yaitu: berkaitan dengan strategi penyampaian iklan itu, kemudian pencitraan yang ingin ditonjolkan dan evaluasi terhadap iklan yang sudah dibuat yang dilakukan oleh program director, scriptwriter dan music director.

F. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian yang menggunakan metodologi kualitatif berasal dari pendekatan interpretatif atau subjektif. Pendekatan interpretatif ini mempunyai dua varian, yakni kritis dan konstruktivis.10 Adapun penelitian ini berangkat dari pendekatan kritis sebagaimana analisis framing pada umumnya. Dengan metodologi kualitatif yang lebih menekankan pada persoalan kedalaman (kualitas) data bukan pada banyaknya (kuantitas) data.

Sedangkan desain penelitiannya menggunakan deskriptif kualitatif, bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat, yang

10

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 51.


(21)

12

menjadi objek penelitian. Dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran fenomena tertentu. Sehingga penelitian ini bersifat mendalam karena kedalaman data yang menjadi pertimbangannya sesrta menusuk sasaran penelitian.11

2. Subjek dan Objek

Subjek penelitian adalah Radio Alaikassalam Jakarta dan objek penelitiannya adalah Proses Produksi Iklan dalam Radio tersebut.

3. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian akan dilaksanakan di radio Alaikassalam Jl. KH. Abdullah Syafi'ie No. 21A, Tebet, Jakarta Selatan. Waktu rencana penelitian sekitar dua bulan dari awal bulan Maret sampai dengan Akhir bulan April 2011.

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih baik hasilnya dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematik sehingga mudah untuk diolah. Adapun yang menjadi instrumen penelitian adalah:

1) Pedoman wawancara adalah suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini peneliti mewawancarai pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan produksi iklan di Radio

11

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif;Komunikasi, Ekonomi, Kebijakanan Publik, dan


(22)

Alaikasalam Jakarta.

2) Dokumentasi adalah kegiatan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mencari data yang sifatnya paten.

b. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menyelesaikan penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data agar lebih lengkap dengan melakukan beberapa tekhnik, antara lain:

1) Data Primer

a) Wawancara (interview), yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung.12 Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, tetapi dapat juga tidak secara langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain.13 Wawancara akan membantu mengungkapkan apa yang berkaitan dengan penelitian14 yaitu dengan mewawancarai narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu pihak RAS FM Jakarta yang terlibat dalam proses pembuatan iklan.

b) Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung dan

12

Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Research (Jakarta: Adi Offset, 1990), cet. ke-2, h. 193.

13

Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, h. 51.

14

Jane Stokes, How To Do Media and Cultural Studies: Panduan Untuk Melaksanakan

Penelitian Dalam Kajian Media dan Budaya (Bandung: PT. Bentang Pustaka, 2006), cet. ke-1, h.


(23)

14

sistematis terhadap gejala-gejala yang dihadapi.15 Teknik yang peneliti gunakan dalam observasi ini adalah bersifat langsung. Langsung yaitu dengan mengikuti pembuatan iklan langsung yang sifatnya pengamatan.

2) Data Sekunder

Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatatan formal dan dengan mengumpulkan serta menela’ah beberapa literatur baik berupa buku-buku,catatan-catatan dan dokumen atau diktat yang ada pada redaksi.16 yaitu buku-buku,catatan-catatan dan dokumen yang berhubungan dengan radio dan iklan radio.

5. Teknik Pengolahan Data

Selain penulis meneliti bagaimana suatu peristiwa dibingkai dalam iklan penggadaian syariah, langkah selanjutnya penulis akan mengolah data yang diperoleh dengan cara menafsirkan makna yang tersembunyi dalam iklan tersebut. Tafsiran makna dari data yang diperoleh akan disesuaikan dengan acuan analisis Framing model Robert N. Entman.

Adapun teknik penulisan yang digunakan yaitu berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi) Yang Disusun Oleh Tim UIN Syahid, UIN Press, 2007, Cetakan Ke-1.

15

Sutrisno Hadi, Metode Research (UGM,Yogyakarta), h.136.

16

Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h 32.


(24)

6. Teknik Analisis Data

Berangkat dari permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan analisis framing model Robert N. Entman yang terdiri atas empat konsep:

Define problems (pendifinisian masalah), Diagnose Causes (memperkirakan penyebab masalah), Make Moral Judgment (membuat pilihan moral), dan Treatment Recommendation (menekankan penyelesaiaany).17 Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana pesan dikemas dan bagian mana yang lebih ditonjolkan oleh pembuat pesan.

Keabsahan data yaitu usaha peneliti untuk meningkatkan derajat kepercayaan data dalam penelitian kualitatif. Dalam keabsahan data ada tujuh teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu : perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negative, pengecekan anggota. Tapi dalam penelitian ini peneliti menggunakan tringulasi dalam keabsahan data yang diteliti. Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.18

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metedologi penelitian,

17

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 172.

18

Lexy J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 178.


(25)

16

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Membahas tentang konstruksi sosial media massa, realitas media dan dakwah melalui radio.

BAB III GAMBARAN UMUM

RAS FM, Profil RAS FM, sejarah dan perkembangan RAS FM, visi misi RAS FM, struktur organisasi penyiaran publik RAS FM.

BAB IV ANALISIS KONSTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA

Membahas tentang tahapan produksi yang meliputi: penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah, pembingkaian prolog/skrip kasus, pengungkapan diri, pembentukan realitas subjektif, pengemasan realitas simbolik dan penetapan realitas objektif.

BAB V PENUTUP


(26)

17

KAJIAN TEORITIS

A. Konstruksi Sosial Media Massa

Burhan Bungin Meneliti Proses Produksi Iklan di TV

Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Asal usul kontruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagsan pokok Konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemologi dari Italia, ia adalah cikal bakal Konstruktivisme.19

Dalam aliran filsasat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan ide.20 Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu, subtansi, materi, esensi, dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah

19

Suparno, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 24.

20


(27)

18

fakta.21 Aristoteles pulalah yang telah memperkenalkan ucapannya „Cogito

ergo sum‟ yang berarti “saya berfikir karena itu saya ada”. Kata-kata

Aristoteles yang terkenal itu menjadi dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat ini. Pada tahun 1710, Vico dalam „De Antiquissima Italorum Sapientia‟, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata „Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan’. Dia menjelaskan bahwa „mengetahui’ berarti „mengetahui bagaimana membuat sesuatu ’ini berarti seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico bahwa hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa ia membuatnya, sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikontruksikannya.22

Sejauh ini ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal, realisme hipotesis, dan konstruktivisme biasa.23

1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologisme obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individdu yang mengetahui dan tdak dapat ditransfer kepada individu lain yang

21

Ibid., h. 137-39.

22

Suparno, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, h. 24.

23


(28)

pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran terjadinya konstruksi itu.

2. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.

3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri.

Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana

konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di dekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial.

Jika ditelaah terdapat beberapa asumsi dasar dari Teori Konstruksi Sosial Berger dan Luckmann. Adapun asumsi-asumsinya tersebut adalah:

1. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial terhadap dunai sosial di sekelilingnya

2. Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan


(29)

20

4. Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.

Berger dan Luckman mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya.

Proses konstruksinya, jika dilihat dari perspektif teori Berger & Luckman berlangsung melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas yang menjadi entry concept, yakni subjective reality, symbolic reality

dan objective reality. Selain itu juga berlangsung dalam suatu proses dengan tiga momen simultan, eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.

1. Objective reality, merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan) serta rutinitas tindakan dan tingkah


(30)

laku yang telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta.

2. Symblolic reality, merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai “objective reality” misalnya teks produk industri media, seperti berita di media cetak atau elektronika, begitu pun yang ada di film-film.

3. Subjective reality, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah individu secara kolektif berpotensi melakukan objectivikasi, memunculkan sebuah konstruksi objektive reality yang baru.24

Melalui sentuhan Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis, Berger menemukan konsep untuk menghubungkan antara yang subjektif dan objektif melalui konsep dialektika, yang dikenal dengan eksternalisasi-objektivasi-internalisasi.

1. Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia. “Society is a human product”.

24

Dedy N Hidayat, Konstruksi Sosial Industri Penyiaran : Kerangka Teori Mengamati

Pertarungan di Sektor Penyiaran, Makalah dalam diskusi “UU Penyiaran, KPI dan Kebebasan


(31)

22

2. Objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami institusionalisasi. “Society is an

objective reality”.

3. Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi anggotanya. “Man is a social product”.25

Jika teori-teori sosial tidak menganggap penting atau tidak memperhatikan hubungan timbal balik (interplay) atau dialektika antara ketiga momen ini menyebabkan adanya kemandegan teoritis. Dialektika berjalan simultan, artinya ada proses menarik keluar (eksternalisasi) sehingga seakan-akan hal itu berada di luar (objektif) dan kemudian ada proses penarikan kembali ke dalam (internalisasi) sehingga sesuatu yang berada di luar tersebut seakan-akan berada dalam diri atau kenyataan subyektif.

Konstrusi sosialnya mengandung dimensi objektif dan subyektif. Ada dua hal yang menonjol melihat realitas peran media dalam dimensi objektif yakni pelembagaan dan legitimasi.

a. Pelembagaan dalam perspektif Berger terjadi mulanya ketika semua kegiatan manusia mengalami proses pembiasaan (habitualisasi). Artinya tiap tindakan yang sering diulangi pada akhirnya akan menjadi suatu pola yang kemudian bisa direproduksi, dan dipahami oleh pelakunya sebagai pola yang dimaksudkan itu. Pelembagaan terjadi apabila suatu tipikasi yang timbal-balik dari tindakan-tindakan yang

25

Sukidin Basrowi, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro (Surabaya: Insan Cendekian, 2002), h. 206.


(32)

sudah terbiasa bagi berbagai tipe pelaku. Dengan kata lain, tiap tipikasi seperti itu merupakan suatu lembaga.26

b. Sementara legitimasi menghasilkan makna-makna baru yang berfungsi untuk mengintegrasikan makna-makna yang sudah diberikan kepada proses-proses kelembagaan yang berlainan. Fungsi legitimasi adalah untuk membuat obyektivasi yang sudah dilembagakan menjadi tersedia secara obyektif dan masuk akal secara subyektif. Hal ini mengacu kepada dua tingkat, pertama keseluruhan tatanan kelembagaan harus bisa dimengerti secara bersamaan oleh para pesertanya dalam proses-proses kelembagaan yang berbeda. Kedua keseluruhan individu (termasuk di dalam media), yang secara berturut-turut melalui berbagai tatanan dalam tatanan kelembagaan harus diberi makna subyektif. Masalah legitimasi tidak perlu dalam tahap pelembagaan yang pertama, dimana lembaga itu sekedar fakta yang tidak memerlukan dukungan lebih lanjut . Tapi menjadi tak terelakan apabila berbagai obyektivasi tatanan kelembagaan akan dialihkan kepada generasi baru. Di sini legitimasi tidak hanya sekedar soal “nilai-nilai” ia juga selalu mengimplikasikan “pengetahuan”.27

Kalau pelembagaan dan legitimasi merupakan dimensi obyektif dari realitas, maka internalisasi merupakan dimensi subyektinya. Analisis Berger menyatakan, bahwa individu dilahirkan dengan suatu pradisposisi ke arah sosialitas dan ia menjadi anggota masyarakat. Titik awal dari proses ini adalah internalisasi, yaitu suatu pemahaman atau penafsiran yang langsung dari

26

Ibid., h. 75-76.

27


(33)

24

peristiwa objektif sebagai suatu pengungkapan makna. Kesadaran diri individu selama internalisasi menandai berlangsungnya proses sosialisasi.

Gagasan konstuksi sosial telah dikoreksi oleh gagasan dekonstruksi yang melakukan interpretasi terhadap teks, wacana, (1978) yang terkenal dengan gagasan-gagasan deconstruction. Gagasan ini kemudian melahirkan tesis-tesis keterkaitan antara kepentingan (interest) dan metode penafsiran (interpretation) atas realitas sosial.28 Dalam dekonstruksi, kepentingan tertentu selalu mengarahkan kepada pemilihan metode penafsiran.Derrida (1978) kemudian menjelaskan,bahwa interpretasi yang digunakan individu terhadap analisis sosial yang bersifat sewenang-wenang.

Gagasan-gagasan Derrida itu sejalan dengan gagasan Habermas (1972) bahwa terdapat hubungan strategis antara pengetahuan manusia (baik empirik-analiti, historis hermeneutik, maupun kritis) dengan kepentingan (tekhnis,praktis, atau yang bersifat emansifatoris) walau tidak dapat disangkal bahwa yang terjadi juga bisa sebaliknya bahwa pengetahuan adalah produk kepentingan.29

Menurut Berger dan Luckmann pengetahuan yang dimaksud adalah realitas sosial masyarakat,seperti konsep,kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objectivasi, dan internalisasi. Menurut Berger dan Luckmann, konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.

28

Heru Nugroho, Konstruksi Sara, Kemajemukan dan Demokrasi, UNISIA, No.40/XXII/1999., h. 123.

29


(34)

Jika konstruksi sosial adalah konsep, kesadaran umum dan wacana publik, maka menurut Gramsci, negara melalui alat pemaksa, seperti birokrasi, administrasi, maupun militer ataupun melalui supremasi terhadap masyarakat dengan mendominasi kepemimpinan moral dan intelektual secara kontektual. Kondisi dominasi ini kemudian berkembang menjadi hegemoni kesadaran individu pada setiap warga masyarakat sehingga wacana yang diciptakan oleh negara dapat diterima oleh masyarakat sebagai akibat dari hegemoni itu.

Sebagaimana dijelaskan oleh Nugroho bahwa menurut Marcuse (1964), realitas penerimaaan wacana yang diciptakan oleh negara itu disebut ”Desublimasi represif”. Orang merasa puas dengan wacana yang diciptakan oleh negara walaupun implikasinya dari wacana itu menindas intelektual dan kultural masyarakat.30

Gejala seperti di atas tidak lain sebagai produk dari keberadaan rezim pemaknaan (regime of significance) yang cenderung melakukan dominasi dan hegemoni makna atas berbagai peristiwa, pengetahuan, kesadaran, dan wacana.rezim dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan formal sebagai representasi dari penguasa negara. Gagasan-gagasan Berger dan Luckman tentang konstruksi sosial, bersebrangan dengan gagasan Derrida ataupun Habermas dan Gramsci. Dengan demikian, gagasan-gagasan membentuk dua kutup dalam satu garis linier atau garis vertikal. Kajian-kajian mengenai realitas sosial dapat dilihat dengan cara pandang Derrida dan Habermas, yaitu dekonstruksi sosial atau Berger dan Luckmann, yaitu menekankan pada konstruksi sosial. Kajian dekonstruksi menempatkan

30


(35)

26

konstruksi sosial sebagai objek yang didekonstruksi, sedangkan kajian konstruksi sosial menggunakan dekonstruksi sebagai bagian analisisnya tentang bagaimana individu memaknakan konstruksi sosial tersebut. Dengan demikian, maka dekonstruksi dan konstrukksi sosial merupakan dua konsep gagasan yang senantiasa hadir dalam satu wacana perbincangan mengenai realitas sosial.

Tahap objektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubyektif masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckman mengatakan, memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka dimana merka dapat dipahami secara langsung.

Dengan demikian individu melakukan objektivitas terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun individu lain. Kondisi ini kondisi ini berlangsung tanpa harus mereka saling bertemu. Artinya, objectivasi itu bisa terjadi tanpa melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang bekembang di masyarkat melalui diskursus opini masyarakat tentang produk sosial, tanpa harus terjadi tatap muka antara individ dan pencipta produk sosial itu.

Hal terpenting dalam objectivasi adalah pembuatan signifikansi, yakni pembuatan tanda-tanda oleh manusia. Berger dan luckmann mengatakan bahwa, sebuah tanda (sign) dapat dibedakan dari objektivasi-objektivasi lainnya, karena tujuannnya yang ekplisit untuk digunakan sebagai isyarat atau


(36)

indek bagi pemaknaan subjectif,maka objectivasi juga dapat digunakan sebagai tanda, meskipun semula tidak dibuat untuk maksud itu.31

Sebuah wilayah penandaan (signifikasi) menjembatani wilayah-wilayah kenyataan, dapat didefinisikan sebagai sebuah simbol dan modus linguistik, dengan apa trensedensi seperti itu dicapai,dapat juga dinamakan bahasa simbol. Kemudian pada tingkat simbolisme, signifikasi linguistik, terlepas secara maksimal dari ”disini dan sekarang” dalam kehidupan sehari -hari. Oleh karena itu, bahasa memegang peranan penting dalam objectivasi terhadap tanda-tanda,dan bahkan tidak saja dapat memasuki wilayah de facto, melainkan juga a priory yang berdasarkan kenyataan lain,tidak dapat dimasuki dalam pengalaman sehari-hari,bagaikan kehadiran kawanan raksasa dari dunia lain. Agama, Filsafat, Kesenian, dan ilmu pengetahuan, secara historis merupakan sistem-sistem simbol paling penting semacam ini.32

Bahasa merupakan alat simbolis untuk melakukan signifikasi, yang mana logika ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang di objectivasi. Bangunan legitimasi disusun diatas bahasa dan menggunakan bahasa sebagai instrumen utama. ”Logika” yang dengan cara itu, diberikan kepada tatanan kelembagaan, merupakan bagian dari cadangan pengetahuan masyarakat (Social stock of knowledge) dan diterima sebagai sudah sewajarnya.33

Bahasa oleh Berger dan Luckmann menjadi tempat penyimpanan kumpulan besar endapan-endapan kolektif, yang bisa diperoleh secara monotetik, artinya, sebagai keseluruhan yang kohesif dan tanpa

31

Berger dan Luckmann, h. 50.

32

Ibid., h. 57.

33


(37)

28

merekonstruksikan lagi proses pembentukannya semula. Bahasa digunakan untuk memberi signifikasi pada makna-makna yang dipahami sebagai pengetahuan yang relevan dengan masyarakatnya, pengetahuan itu dianggap relevan bagi semua orang dan sebagian lagi hanya relevan bagi tipe-tipe orang tertentu saja.

Dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan seseorang menuntun tindakan yang spesifik menjadi tipikasi dari beberapa anggota masyarakat.Tipikasi itu kemudian menjadi dasar membedakan orang di dalam masyaraktnya. Agar bentuk tindakan dapat ditipikasi, maka bentuk-bentuk tindakan itu harus memiliki arti yang objektif yang pada gilirannya memerlukan suatu objectivasi linguistik. Objektivasi linguistik yang dimaksud, harus ada kosakata yang mengacu kepada bentuk-bentuk tindakan itu. Objektivasi linguistik terjadi dalam dua hal, yaitu dimulai dari pemberian tanda verbal yang sederhana sampai pada pemasukannya ke dalam simbol-simbol yang kompleks. Dalam konteks ini selalu hadir dalam pengalaman dan pada suatu saat akan sampai kepada sebuah representasi yang oleh Berger dan Luckmann dikatakan sebagai par exellence.

Susbtansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas dari berger dan Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas promer dan semi sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah transisi-modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian Berger dan Luckmann tidak memasukan media massa sebagai


(38)

variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckmann telah direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”. Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan kosntruksi; tahap konfirmasi.34 Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap menyiapkan materi konstruks. Ada tiga hal penting dalam

tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.

2. Tahap sebaran konstruksi. Prinsip dasar dari sebaran konstruksi

sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. Segmen memiliki subkultur tertentu yang dipandang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan priklanan, terutama kelas sosial memiliki subkultur yang bervariasi. Karakteristik kelas sosial utama yaitu:

34

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi


(39)

30

a. Kelas atas yaitu elite sosial yang hidupnya dalam kekeayaan yang diwariskan dan mempunyai keluarga yang terkenal.

b. Kelas atas bawah yaitu merupakan orang-orang yang berpenghasilan atau berkekayaan besar melalui kemampuan luar biasa dalam profesinya atau dalam dunia usaha.

c. Kelas menengah atas yaitu mereka yang pada umumnya memerhatikan “karier”. Mereka mempunyai posisi sebagai profesional, usahawan independent dan manajer-manajer perusahaan.

d. Kelas menengah adalah pekerja berkerah dan biru dengan penghasilan sedang yang hidup disisi kota yang lebih baik dan berusaha untuk melakukan hal-hal yang baik.

e. Kelas pekerja yaitu mereka yang berpenghasilan sedang dan pekerja lain yang mempunyai gaya hidup kelas pekerja.

f. Kelas bawah atas yaitu kelompok pekerja yang tidak menerima bantuan kesejahteraan pemerintah, walaupun standar kehidupan mereka sedikit diatas kemiskinan.

g. Kelas bawah yaitu mereka yang menerima bantuan kesejahteraan dari pemerintah, miskin dan biasanya mengganggur atau memiliki pekerjaan yang paling kotor.

Ada beberapa kategori pendekatan penulisan naskah iklan yang umumnya dapat dilihat dalam tayangan iklan, yaitu:

1) Pendekatan emosional dimaksudkan untuk membangkitkan emosi pemirsa terhadap kebutuhan trtentu yang sangat mendesak.


(40)

2) Pendekatan khas yaitu yang menggunakan kerangka berfikir AIDCA. Pendekatan ini dimaksudkan secara detail membimbing pemirsa untuk melakukan tindakan-tindakan yang progresif kearah produk yang ditawarkan.

3) Pendekatan informatif ini menekankan pada kesan informasi, sehingga iklan lebih banyak menonjolkan hal yang baru yang mungkin belum diketahui pemirsanya.

4) Pendekatan narasi menggunakan narasi sebagai model menyajikan informasi menyerupai suatu cerita pendek tentang sebuah produk barang atau jasa.

5) Pendekatan fakta lebih mengutamakan fakta dan argumenrasi. Hal yang mendukung fakta dan argumentasi adalah fakta dan argumentasi ilmiah, karena itu umumnya pendekatan ini menggunakan alat bukti ilmiah.

6) Pendekatan testimonial menggunakan otoritas seseorang yang sangat terkenal di masyarakat atau menggunakan testimoni orang-orang yang talah berhasil menggunakan produk tertentu.

7) Pendekatan dialogis, pendekatan ini menghadirkan beberapa karakter untuk mendiskusikan sebuah produk. Produk ini lebih banyak menonjolkan kelebihannya tanpa cacat sehingga pemirsa terkonstruksi.

8) Pendekatan hiburan lebih banyak menampilkan sebuah pentas seni daripada iklan itu sendiri, namun ujung-ujung acara, baik diawal


(41)

32

atauu nama acara, biasa jadi diakhir sela-sela acara selalu diselipkan produk perusahaan.

9) Pendekatan kuis mereka menggunakan acara-acara kuis untuk mempromosikan produknya.

Selain itu ada beberapa kategori model strategi iklan yaitu penggunaan kata klise, kata aksi, kata dan gambar yang menggugah persaan menyenangkan, alliteration, kata singkatan, penggunaan kata bahasa bebas, repitition, direction, dan penggabungan beberapa kategori.

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi

berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa; (3) sebagai pilihan konsumtif.

4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa

maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi.

5. Tahap Prilaku Keputusan Konsumen. Pada tahap ini, selain

individu konsumen dipengaruhi oleh lingkungannya yang lebih luas dan abstrak, namun dipihak lain, tahap ini pun bersifat lebih temporer, sesaat, akan tetapi memberikan andil yang besar terhadap pilihan konsumen.35

Pada kenyataanya, realitas sosial itu berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknai secara

35


(42)

subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkostruksi realitas sosial, dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan suyektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.36

Proses Konstruksi Sosial Media Massa37

B. Realitas Media

Framing itu pada akhimya menentukan bagaimana realitas itu hadir di hadapan pembaca. Apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya tergantung pada bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa itu yang memberikan pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu peristiwa. Framing dapat mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal berbeda apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda ketika melihat peristiwa tersebut dan menuliskan pandangannya dalam berita.

36

Ibid., h. 188-189.

37

Ibid., h. 204. Objektivasi

Internalisasi

P r o s e s S o s i a l S i m u l t a n

M E D I A M A S S Eksternalisas

Source Message Channel Receiver - Objektif

- Subjetif - Inter Subjektif

Realitas Terkonstruksi: - Lebih Cepat

- Lebih Luas - Sebaran Merata

- Membentuk Opini Massa - Massa Cenderung

Terkonstruksi

- Opini Massa Cenderung Apriori

- Opini Massa Cenderung Sinis


(43)

34

Realitas media adalah realitas yang dikonstruksi oleh media dalam dua model. Pertama adalah model peta analog dan kedua adalah model refleksi realitas. Model-model itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Model Peta Analog

Yaitu dimana realitas social dikonstruksi oleh media berdasarkan sebuah model analog sebagaimana suatu realitas itu jadi secara rasinal. Jadi, realitas peta analof adalah suatu konstruksi realitas yang dibangun berdasarkan konstruksi social media massa, seperti sebuah analogi kejadian yang seharusnya terjadi, bersifat rasional dan dramatis. Realitas konstruksi itu begitu dahsyat karena pemberitaan itu lebih cepat diterima masyarakat luas, lebih luas jangkauan pemberitaannya, sebaran merata, karena media massa dapat ditangkap oleh masyarakat luas secara merata dimana-mana, membentuk opini masyarakat, karena merangsang masyarakat untuk beropini atas kejadian tersebut, massa cenderung terkonstruksi, karena masyarakat mudah terkonstruksi dengan pemberitaan-pemberitaan yang sensitif, bahkan opini masyarakat cenderung apriori sehingga mudah meyalahkan berbagai pihak yang bertanggung jawab atas musibah tersebut, serta opini massa cenderung sinis, karena peristiwa bencana ini amat tragis dan sering terjadi dalam penerbangan di Indonesia.

2. Model Refleksi Realitas

Yaitu model yang merefleksikan suatu kehidupan yang terjadi dengan merefleksikan suatu kehidupan yang pernah terjadi di dalam masyarakat. Contohnya adalah sebagai berikut.

Pemandangan seram berkabut putih menyelimuti lereng pengunungan Himalaya. Dari jauh, sesekali terdengar suara lengkingan


(44)

dan raungan hewan dinasaurus. Tiba-tiba serombongan petualangan merunduk menghindari terjangan burung purba, salah satu jrnis dinasaurus yang sangat ganas. Belum lagi hilang ketakutan…tiba-tiba anggota rombongan lainnya berteriak histeris memeluk pimpinan rombongan karena dihadapannya telah berdiri seekor dinasaurus jenis tyrex.

Suatu penelitian yang dilakukan di Amerika, satu diantara warga Amaerika Serikat akan meninggalkan televisi jika mereka diminta memilih antara internet dan televisi. Menurut survey diumumkan, interenet memang sudah mengalahkan televise, presentasenya menurut hasil survey itu, bahkan membesar sekitar empat puluh satu persen bagi mereka yang menggunakan video dan audio melalui internet, ungkap Arbitron, Edison Media Research Internet Study. Karena akses internet relative baru, sangat mengagumkan bahwa satu diantara tiga warga Amerika Serikat dengan akses internet di rumah bersedia meninggalkan televisi yang sudah lama dan lebih dahulu ada, ujar Bill Rose, Wakil Presiden dan General Arbitron Webcast Ratings.38

Contoh realitas media yang dikonstruksi melalui proses konstruksi social media massa tersebut diatas adalah contoh menarik ketika elegi Gutenberg pertama kali menemukan mesin cetak pada tahun 1450 dan muncul sejumlah surat kabar. Maka, melalui tulisan, sengguhnya pencitraan sudah dapat dibangun melalui tipografi.

Teknologi radio ternyata tak mampu membentuk pencitraan yang lebih baik seperti yang diharapkan banyak orang, kecuali melebihi kemampuan pencitraan yang dibangun oleh tipografi dan telepon. Sehingga kemudian Farnworth pada tahun 1927 menemukan televisi, maka dunia pencitraan materi mulai disempurnakan menjadi benar-benar sempurna. Kini radio,

38 Survei, “Internet Kalahkan TV”,


(45)

36

telepon, radio, computer dan televisi sudah dapat digabung menjadi satu, menandai teknologi yang disebut dengan internet. Jadi, apa yang sebenarnya yang perlu dikhawatirkan dan media mana yang lebih unggul, karena ternyata masing-masing media itu saling mendukung dan memiliki segemen yang berbeda-beda.39

Hubungan antara Citra dan makna dalam iklan Televisi40

PENCITRAAN PEMAKNAAN

1. Perempuan Keibuan, kelembutan, kecantikan, ketulusan, sumber informasi dan legimitasi, tulang punggung keluarga, pendamping suami 2. Maskulin Kejantanan, ketangkasan, keuletan,

kebaranian, keteguhan hati, pelindung dan perkasa.

3. Kemewahan dan Ekskutif Mewah, modern , trendi, beruang, konsumtif, dekat dengan mal.

4. Kelas social atas Bergengsi, dari kelas social atas, kepuasan, gaya hidup modern, kesempurnaan.

5. Kenikmatan Bagian dari kelas social atas, kepuasan, gaya hidup modern, kesempurnaan.

6. Manfaat Efisiensi, efektif, kemudahan, berguna. 7. Persahabatan Gaya hidup modern, symbol pergaulan kasih

saying kedekatan batin.

8. Seksisme/seksualitas Perasaan merendahkan lawan jenis, daya tarik seks, kekuatan seks, gairah seks, kenikmatan seks, ,memancing gairah, menarik perhatian.

39

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana, 2008), h. 201-205

40


(46)

C. Dakwah Melalui Radio

Kewajiban dakwah di dasarkan pada satu ajaran Islam yaitu agama sebagaimana risalah ummat seluruhnya. Umat Islam adalah pendukung amanah untuk menuruskan risalah itu kepada umat yang lain ataupun perseorangan di manapun mereka berada, menurut kemampuan mereka masing-masing. Hal ini juga senada dengan firman allah Swt dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:                                 

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah41 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Hal serupa juga diperkuat dengan argument Nabi Muhammad SAW berdasarkan hadist Al-Bukhori yang berbunyi, “balligh „anni wa law ayat”, menceritakan Muhammad bin yusuf kepada kami dari hasan bin athiyah, dari Abdullah bin umar, bahwa Rasullah SAW bersabda,

“sampaikanlah apa yang kamu terima dari padaku walau satu ayat” (HR Bukhori).42

Tersebarlah agama Islam keseluruh pelosok dunia adalah melalui dakwah bukan melalui perang. Hal ini karena para Da’i periode awal Islam tidak

41

Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

42


(47)

38

bermaksud menghancurkan peradaban generasi, tetapi menggunakan akal dan hati.

Dapat dilihat bahwa kegiatan dakwah Islam itu selaras dengan ajaran agama Islam yang berorientasi pad amal sholeh dan menghindarkan pemeluknya dari perbuatan munkar. Amal sholeh yang dimaksud sudah barangakali sesuai dengan tingkah laku yang selaras dengan pedoman-pedoman dasar agama, yaitu Al-qur’an dan sunnah Rasullah SAW.43

Setelah berlangsung dalam kurun waktu berabad-abad, dakwah Islamiyah semakin mengalami perkembangan, dilihat dari periode penyebaran yang dilakukannya, penyebaran siar Islam di era globalisasi ini diantaranya melalui media yang semakin terbuka untuk tayangan-tayangan mancanegara (tayangan barat yang tentu saja bertoalak belakang dengan norma-norma Islam) disamping itu untuk meluruskan sasaran dakwah tentunya.44

Salah satu penyampaian dakwah adalah melalui media-media elektronik yaitu radio siaran. Dakwah melalui radio siaran adalah sebuah urutan metode dari salah satu kategori dakwah yaitu bil lisan. Penyampaian materi-materi dakwah melalui radio siaran di era globalisasi merupakan tuntunan dari kedua institusi yaitu radio siaran dan Islam, dalam melengkapi program acaranya demi penyesuaian tujuan adil, radio siaran menyiarakan program-program keagamaan meski dalam waktu yang terbatas dan bukan dalam waktu tayang utama (prime time).45

43

MH.Israr, Rethorika dan Dakwah Islam Era Modern (Jakarta: Firdaus, 1986), cet. ke-1, h. 54.

44

M. Muis, Komunikasi Islam (Bandung: Rosda, 2001), h. 155-156.

45

M. Muis, Islam dan Arus Globalisasi dalam Komunikasi Islam (Bandung: Rosda, 2001), h. 161-162.


(48)

Dalam hal ini media massa difungsikan sebagai media dakwah. Di mana melihat fungsi komunikasionalnya. Maka jelaslah bahwa media seperti halnya tersebut diatas menduduki peran yang sanagt penting dan menentukan dalam kehidupan masyarakat, menyajikan informasi, edukasi, dan hiburan.46

Meskipun terdapat radio memiliki berbagai kekurangan , seperti sifatnya yang unrepeatable (tak dapat diulang), terikat dengan waktu siaran, dan peka akan gangguan teknis,47 namun pada umumnya media massa radio siaran tetap dianggap sebagai media komunikasi yang efektif karena beberapa kelebihan berikut:

1. Memeliki daya langsung. Pesan dakwah dapat disampaikan secara langsung kepada khalayak yang sedang berada dimana saja, dikantor, kamar tidur, mobil, pos ronda dan lain-lain.48 dan menyiarkan peristiwa secara langsung dari tempat kejadian (on the spot reporting). Dialog dengan telepon antara narasumber dan pendegar dapat terjadi dan di dengar semua orang.

2. Memiliki daya tembus. Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Bagaimanapun jauhnya tempat yang dituju oleh tabligh melalui radio siaran dapat ditembus, selama dalam jangkauan pemancar, digunung, di lembah, padang pasir, rawa, hutan, pedalaman lautan, pedesaan apalgi perkotaan.49

46

Rusjdi Hamka Rafiq, Islam dan Era informasi (Jakarta: Perpustakaan Pnji Mas, 1989), cet. ke-7, h. 35.

47

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet. ke-7, h. 26.

48

Asep Syamsul M. Ramli, Broadcasting Journalism, Panduan Menjadi Penyiar,

Reporter dan Writer (Bandung: Nuansa, 2004), cet. ke-1.

49


(49)

40

3. Memiliki daya tarik. Radio tetap bisa hidup dan diminati karena adanya daya tarik, perpaduan suara manusia, suara muik dan bunyi tiruan. Itulah yang menjadikan daya tarik tersedia bagi pendengar radio.

4. Musik. Tulang punggung tabligh lewat radio adalah musik. Kebayakan orang menyetel radio terutama untuk mendengarkan musik, sebagai hiburan untuk melepas kepenqtqn mereka. Karena itu, petugas radio siaran siaran berusaha agar segala macama program diupayakan bernuansa hiburan.

5. Radio merupakan bagian budaya masyarakat.

6. Harga dan biaya cukup murah, sehingga masyarakat mayoritas memiliki alat itu.

7. Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara tepat dan akurat.

8. Pesawat radio mudah dibawa ke mana saja dan kapan saja.50

Dengan kelebihan ini, sebetulnya dakwah melalui radio dapat berkembang secara lebih efektif.

50

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 176-177.


(50)

41

PROFIL RADIO ALAIKASALAM JAKARTA

Radio Alaikassalam (RAS FM) hadir sebagai satu-satunya radio di Jakarta yang mengemas secara khusus keselarasan antara program da’wah dan informasi serta hiburan yang disajikan dengan kesejukan dalam tutur kata yang lembut. RAS FM saat ini dikelola oleh HM. Alwy Rasyid S, Kom dan beliau memegang dua station radio sekaligus di Jakarta yakni 95,5 RAS FM –Radio Alaikassalam Jakarta (PT. Radio Alaikassalam Sejahtera), dan Station Radio am 792 Radio Suara As Syafi’iyah Jakarta (PT. Radio Suara As Syafi'iyah). Bukan hanya di Jakarta, RAS FM juga bisa didengarkan di delapan daerah seperti Samarinda, Banjarmasin, Jawa Timur, Sukabumi, Batam , Jayapura, Medan dan Aceh karena ke delapan daerah ini menjalin hubungan kuat dengan RAS FM untuk mendistibusikan iklan sesuai dengan permintaan. Profil RAS FM disajikan di tabel 1.


(51)

42

Tabel 1. Profil RAS FM Jakarta Nama Perusahaan : PT. Radio Alaikassalam Sejahtera

Alamat : Graha ARRASYIDIYAH

Jl. KH. Abdullah Syafi'ie No. 21A Tebet Jakarta Selatan

Telp : +6221 8319219, 8292103, 8292433

Fax : +6221 8319214

Email : [email protected] Website : www.rasfmjakarta.com

Streaming : http://stream.rasfmjakarta.com:8000/listen.pls Station Id : RAS FM Jakarta

Audience Call : Sahabat RAS FM Frekuensi : FM 95.5 Mhz No.Anggota PRSSNI : 392-11/1978

Tower : Self Supporting 120 mtr Pemancar : RVR VJ 5.000-Italy Antena : Siera-USA 6 bay Audio Processor : Omnia 5 Band

Jangkauan : Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Karawang

Sumber: RAS FM Jakarta, 2010

Pendengar merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan suatu radio. Segmentasi yang jelas akan menentukan format siaran yang meliputi pemilihan program dan gaya siaran sesuai dengan target yang meliputi jenis kelamin, kelas


(52)

sosial berdasarkan umur (kalangan atas umur pendengar berkisar antara 25-44 tahun, kalangan menengah berkisar antara 20-24 tahun dan kalangan bawah berkisar 45+ tahun) serta pekerjaan. Data pendengar yang sudah dianalisa oleh RAS FM, sebagai berikut (tersedia ditabel 2).

Tabel 2: Data Pendengar

Kategori Jenis Kelamin Persentase (%)

Laki-Laki 60

Perempuan 40

Kategori Kelas Sosial Persentase (%) Kalangan Atas 70

Kalangan Menengah 15 Kalangan Bawah 10

Kategori Pekerjaan Persentase (%)

Proffesional 40

Entepreuner 15

Staff 25

Housewife 20 Sumber: RAS FM Jakarta, 2010

A. Sejarah Singkat RAS FM Jakarta

Radio Alaikassalam (RAS FM) Jakarta berlokasi di Jl. KH. Abdullah Syafi'ie No. 21A, Tebet, Jakarta Selatan, Indonesia. Sejarah RAS FM Jakarta tidak terlepas dari Radio Suara As Syafi’iyah Jakarta (PT. Radio Suara As


(1)

5. A : bagaimana format setiap iklan?

B : format iklan yang biasa kita lakukan adalah ehmm yang pasti durasi satu menit maksimal, kemudian ada musik, kemudain naskah dari itu yang durasinya ga lebih dari satu menit, kemudian juga sesuai dengan ehmm,,visi misi radio ini.

6. A : apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan hambatan dalam setiap produksi iklan?

B : kalo keberhasilan sih bisa jadi tolak ukur adalah ketika klien tersebut merasa puas karena banyak yang merespon dari pendengar ataupun penelpon. Kemudian hambatan yang terjadi yaa antara lain keterbatasan waktu produksi, karena naskah yang dibuat dan dibacakan tidak boleh lebih dari satu menit, kemudian kurangnya sound effect dan kami (RAS FM) harus mencari-cari di internet sound effect yang sesuai dengan iklan yang ingin dibuat, kemudian tugas yang tida sesuai dengan job Description karena pada dasarnya tim kreatif RAS FM hanya dua orang tetapi yang lain ikut membantu dalam pembuatan iklan tersebut, kurangnya narrator dalam pengisi suara, hal itu yang membuat kami (RAS FM) hanya menggunakan satu narrator pada setiap pembuatan iklan,dan terkadang hambatan terjadi pada kerusakan teknis”. 7. A : apakah ada perbedaan dan persamaan di setiap iklan satu dengan yang

lainnya?

B : semua proses produksi iklan semuanya sama, paling hanya yang beda di musik backsoundnya, kalo iklan umroh atau haji pake lagu nasyid tentang haji dan umroh. Kalau iklan restoran ada suara piring, atau kalo kampus atau sekolah ada suara suasana kampus atau sekolah.

8. A : iklan apa saja yang sudah diproduksi di RAS FM ?

B : iklan yang sudah diproduksi ehm… penggadaian syariah,kemmudian

takaful, kemudian euterpreneur, kemudian restoran, acara kampus, sekolah ataupun masjid.

9. A : hal apa saja yang yang dilakukan pada saat pra produksi, produksi dan pasca produksi?

B : RAS FM melakukan tahapan produksi iklan mulai dari client briefing, membuat naskah iklan, menentukan narrator, pembuatan iklan dan kemudian


(2)

hasilnya direkam dan didengarkan, jika ada kesalahan atau kelebihan waktu dari satut menit, kami melakukan revisi ulang sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan klien.

10.A : adakah perbedaan biaya disetiap iklan?

B : oh beda, kita ada beberapa versi iklan, dalam bahasa iklan yaitu spot iklan. Ada spot iklan dengan durasi 30 dtik ada yang 60 detik. Kalau durasi 30 detik kisaran 300ribu jalau 60dtik kisaran 350ribu sampai 400ribu. Itu iklan yang versi spot. Artinya yang kita produksi kita rekam kita mix dengan musik. Tapi kalau iklan adlibs ehm..kita baca oleh sang penyiar ketika siaran. Iklan adlibs atau iklan baca justru harganya lebih mahal karena dituntut untuk penyiar pitar berkeasi dan penyiar jangan lupa membacakan script naskah tersebut. Kalau spot lebih murah,karena sudah ada filenya,tinggal disiapkan penyiar atau operator dan kemudian tinggal di klik saja. Itu saja perbedaanya. dalam spot harga tidak selamanya mutlak, karena harga untuk spot iklan bisa saja di nego. Hal ini dikarenakan persaingan iklan di Indonesia sangat berat terutama dalam pangsa iklan di radio.

11.A : apakah kriteria iklan yang diproduksi RAS FM pernah mengandung pornografi?

B : RAS FM tidak akan menerima klien yang ingin meng-iklankan produk atau informasi yang berbau-bau pornografi, karena visi misi radio kami adalah menyebarkan nilai-nilai dakwah melalui aplikasi misi dan visualisasi kemasan program on air maupun off air.

Pertanyaan di atas diajukan juga kepada pendengar RAS FM.

 A (Peneliti) : apakah RAs fm pernah menayangkan iklan pornografi?

(Pendengar 1) : Ehmmm…setahu saya setiap mendengarkan RAS FM,

RAS FM ga pernah menayangkan iklan yang porografi, jangankan pornografi mba, iklan rokok aja kayanya ga ada.

(Pendengar 2) : saya sih ga sering ya mba denger RAS FM, yaa tapi kalo

di mobil saya pasti setel RAS FM, karena banyak acara Islaminya, tapi kalo iklannya setau saya gak ada poronografinya, yaa kan radio Islami mba, ya ga mungkin ada pornografinya.


(3)

B : RAS FM melakukan tahapan produksi iklan mulai dari client briefing, membuat naskah iklan, menentukan narrator, pembuatan iklan dan kemudian hasilnya direkam dan didengarkan, jika ada kesalahan atau kelebihan waktu dari satut menit, kami melakukan revisi ulang sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan klien

13.A : Apa saja yang dilakukan pada saat client briefing?

B : kalau tugas client Briefing itu yaa pertama itu melakukan pertemuan antara PD (Program Director) dengan klien dan bagian traffic. Biasanya sih membahas jenis iklan apa yang mau dipasang dan kesepakatan harga dan frekuensi pemutaran iklan.

14.A : Apa yang dilakukan pada ssat pembuatan naskah ?

B : kalau membuat naskah iklan pertama-tama Scriptwriter akan mentranskip pesan dari creative breaf dari klien yang ingin mengiklankan produk atau jasa. Creative Breaf itu dokumen yang dipersiapkan oleh seorang eksekutif biro iklan terhadap seorang klien, untuk memberikan inspirasi kepada copywriting untuk menyalurkan ide-ide kreatif. Creatif breaf ini biasanya berupa brosur atau fax dari klien. Naskah yang dikirim melalui fax berbentuk press release dari Ditlantas Polda Metro Jaya, tentang himbauan-himbauan untuk masyarakat.

15.A : apasaja kriteria narrator dalam produksi iklan di RAS FM?

B : narrator harus mampu mengimajinasikan tulisan kedalam bentuk suara agar iklan menarik untuk didengar, mempunyai kekuatan suara yang tinggi dan bisa bermain nada karena suara juga mempengaruhi kualitas

16.A : apa saja perbedaan pada iklan spot dan adlibs di RAS FM?

B : iklan yang versi spot Artinya yang kita produksi kita rekam kita mix dengan musik. Tapi kalau iklan adlibs ehm..kita baca oleh sang penyiar ketika siaran. Iklan adlibs atau iklan baca justru harganya lebih mahal karena dituntut untuk penyiar pitar berkeasi dan penyiar jangan lupa membacakan script

naskah tersebut. Kalau spot lebih murah, karena sudah ada filenya,tinggal disiapkan penyiar atau operator dan kemudian tinggal di klik saja. Itu saja perbedaannya.


(4)

17.A : apa yang dilakukan RAS FM agar setiap iklan yang di produksi tidak membosankan?

B : Sejauh ini, di RAS FM tidak memberlakukan atau menggunakan format iklan yang sudah dipakai, kami (RAS FM) selalu berusaha selalu membuat inovasi-inovasi terbaru agar para pendengar tidak merasa jenuh dan merasa tertarik dengan iklan yang disiarkan.

18.A : mengulang-ngulangi slogan RAS FM biasanya digunakan pada jenis iklan yang mana?

B : Biasanya, mengulang-ulangi slogan ini digunakan dalam bentuk iklan spot, kecuali jika perusahaan pengiklan ingin iklannya langsung dibacakan oleh penyiar (adlibs), harganya pun juga berbeda dengan kesepakatan iklan spot.

19.A : Berapa kali biasanya iklan yang sama ditayangkan di RAS FM?

B : Iklan minimal diputar tiga kali sehari agar pendengar merasa paham dan tergugah dengan iklan yang ditayangakan

20.A: apa saja hambatan-hambatan yang terjadi pada saat proses produksi? B: Hal yang kadang menjadi sulit ialah ketika klien merasa tidak puas dengan hasil rekaman iklan yang kami produksi, hal ini membuat kami harus mengulang dari awal lagi untuk memproduksi yang sesuai dengan keinginan klien.

21.A : apa saja yang mendukung proses produksi berlangsung?

B : Ada beberapa hal yang dapat mendukung berlangsungnya produksi di RAS FM yaitu : musik, suara manusia (penyiar) dan efek suara.

22.A : apakah evaluasi sangat penting dilakukan?

B : Evaluasi ini sangat penting dilakukan, hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana berhasil atau tidaknya iklan dalam memberikan informasi yang aktual bagi para pendengar dan sejauh mana keberhasilan tim produksi mengemas sebuah iklan.

23.A : apakah ada perbedaan produksi dari satu produksi dengan produksi iklan lainnya?

B : Semua proses produksi iklan di RAS FM dari satu iklan ke iklan lain pada dasarnya sama. Perbedaannya hanya dari backsound disetiap iklan.


(5)

Contohnya saja iklan umroh dan haji lebih mnggunakan musik nasyid tentang umroh dan haji. Jika iklan restoran lebih menggunakan suara piring atau suara jalanan. Kemudian jika iklan kekampus atau sekolah menggunakan suara suasana ramainya kampus atau sekolah.

24.A : iklan apa saja yang sering diminati klien?

B : radio kami memproduksi iklan yang sering diminati klien kami yaitu spot iklan, adlibs dan sponsor program,sertta ada juga iklan layanan masyarkat, iklan sponsor dan iklan program.

25.A : bagaimana contoh iklan layanan masyarakat yang diproduksi RAS FM? B : Contoh iklan layanan masyarakat yang pernah dibuat adalah berasal dari lembaran yang berbentuk press release yang dikirim melalui fax. Lembaran ini dikirim oleh pihak Ditlantas Polda Metro Jaya yang berisi tentang informasi umtuk para pendengar agar tidak melakukan hal-hal yang mebahayakan diri sendiri maupun orang lain dijalan saat membawa kendaraan.

26.A : kalau iklan adlibs, bagaimana contohnya?

B : Contoh iklan yang pernah dibacakan oleh penyiar langsung adalah iklan yang mempromosikan acara Mukhtamar Mubaligh Indonesia. Iklan ini biasanya hanya menginformasikan seputar kapan acara ini dilaksanakan, waktu, tempat, tema acara dan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi lebih lengkap atau website yang bisa dikunjungi. 27.A : iklan apa saja yang sudah diproduksi RAS FM?

B : ontoh iklan yang pernah RAS FM proses untuk diproduksi adalah iklan Pegadaian Syariah, iklan ini harus melewati beberapa proses pembuatan iklan, proses ini meliputi tentang kesepakatan jenis iklan, biaya dan frekuensi pemutaran iklan, pembuatan naskah, pemilihan narrator hingga akhir proses rekaman berlangsung.

28.A : apa saja iklan talshow yang disajikan di RAS FM?

B : Acara talkshow yang disajikan di RAS FM yaitu membuka line telepon untuk memberikan kesempatan berinteraksi bagi para pendengar yang ingin bertanya atau berdiskusi seputar topik yang dibicarakan dan atau mengetahui lebih banyak tentang produk yang diiklankan.


(6)

29.A : Apa saja iklan program acara yang diproduksi RAS FM?

B : Program acara yang dibuatkan iklannya oleh RAS FM yaitu program acara salam sahabat, OASE, bincang pagi, salam sore, cahaya sore, dan tadarus bittalifun.

30.A : Sifat iklan apa saja yang sudah diproduksi RAS FM?

B : Pada tahun lalu RAS FM menayangkan iklan untuk mengajak umat Islam dalam demo menentang Israel ke Palestina. Tapi iklan persuasif sangat jarang sekali dibuat oleh RAS FM karena kebanyakan klien menginginkan dibuatkan iklan yang lebih kepada bentuk iklan yang informatif misalnya saja iklan umroh dan haji, acara masjid, restoran ataupun acara sekolah.

31.A : hambatan apa saja yang terjadi saat proses produksi berlangsung?

B : hambatan yang terjadi yaa antara lain keterbatasan waktu produksi, karena naskah yang dibuat dan dibacakan tidak boleh lebih dari satu menit, kemudian kurangnya sound effect dan kami (RAS FM) harus mencari-cari di internet sound effect yang sesuai dengan iklan yang ingin dibuat, kemudian tugas yang tida sesuai dengan job Description karena pada dasarnya tim kreatif RAS FM hanya dua orang tetapi yang lain ikut membantu dalam pembuatan iklan tersebut, kurangnya narrator dalam pengisi suara, hal itu yang membuat kami (RAS FM) hanya menggunakan satu narrator pada setiap pembuatan iklan,dan terkadang hambatan terjadi pada kerusakan teknis. 32.A : Berapakah orang tim kreatifkah yang bertugas memproduksi iklan?

B : Pada dasarnya tim kreatif dalam pembuatan produksi iklan di RAS FM hanya dua orang, namun ada pihak-pihak lain yang ikut terlibat atau ikut serta dalam pembuatan produksi iklan di RAS FM.

33.A : bagaimana spot iklan yang berlaku di RAS FM?

B : alam spot harga tidak selamanya mutlak, karena harga untuk spot iklan bisa saja di nego. Hal ini dikarenakan persaingan iklan di Indonesia sangat berat terutama dalam pangsa iklan di radio.