IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TORUNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI SISWA KELAS XI AP SMK NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

(1)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT TYPE TO INCRASE THE ACTIVITIES AND RESULTS LEARNING ON COMPUTER SKILL AND INFORMATION MANAGEMENT OF GRADE ELEVEN STUDENTS MAJOR IN OFFICE ADMINISTRATION OF SMKN I BANDAR LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2011-2012

By Rachmah

The objective of the research is to know the increasing of activities and results learning on computer skill and information management using cooperative learning model TGT type on grade eleven students major in office administration in the first semester of SMKN 1 Bandar Lampung Academic Year 2011-2012. The research uses action class research design by using three cycles and each cycle consists of planning, implementation, observation and reflection, and data of the research consist of result formative test data, students’ activities data, and teacher’s performance data, all data are analyzed by using percentage. The research is conducted at SMKN 1 Bandar Lampung grade eleven students major in office administration. The results of test data are analyzed by using anates. The results of the research shows that the average percentage is increasing from cycle to cycle, cycle I increases 80,84%. On cycle II the average percentage of students’ activities in learning process is 79,48%. In this cycle II, it is seen that students’ activities increases 18,64%. On the cycle III the average percentage of students’ activities in learning process is 85,89%. Then on cycle III the average percentage of students’ activities in learning process is 85,89%. On the learning action cycle III, it is seen that students’ activities increase for 6,41%.

The average score of the result learning on cycle I is 66,28. Students who get score equal or above 60 is 35 persons or 89,7%, students have completed the learning process. Result learning on cycle II, the average score is 67,82. Students who get score equal or above 60 is 36 persons or 92,30%, students have completed the learning process. Result learning on cycle III the average score is 70,94. Students who get score equal or above 60 is 37 persons or 94,87%, students have completed the learning process.


(2)

In conclusion, using cooperative learning TGT type can increase students’ activities in teaching learning process, meanwhile the increasing of students’ activities increase the students result learning optimally.

Keyword: TGT Type, Cooperative Learning, Learning Activities, and Results Learning


(3)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TORUNAMENT UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI SISWA KELAS XI AP SMK NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh RACHMAH

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar KKPI dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas XI AP semester gasal SMK Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012.

Penelitian menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi dan data penelitian meliputi data hasil tes formatif, data aktifitas siswa, dan data kinerja guru, seluruh data dianalisis dengan menggunakan persentase. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Bandar Lampung kelas XI AP. Data hasil tes dianalisis dengan anates. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase mengalami peningkatan dari siklus ke siklus yaitu siklus I sebesar 80,84%. Pada siklus II rata-rata persentase aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah sebesar 79,48%. Pada siklus II ini terlihat bahwa aktivitas siswa meningkat sebesar 18,64%. Kemudian pada siklus III rata-rata persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah 85,89%. Pada tindakan pembelajaran siklus III ini.terlihat bahwa aktivitas siswa meningkat sebesar 6,41%.

Hasil belajar siklus I diperoleh nilai rata-rata 66,28%. Siswa yang mendapat nilai sama dengan atau di atas 60 berjumlah 35 orang atau 89,7% siswa telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar siklus II diperoleh nilai rata-rata


(4)

orang atau 92,30% siswa telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar siklus III diperoleh nilai 70,94. Siswa yang mendapat nilai sama dengan atau di atas 60 berjumlah 37 orang atau 94,87% siswa telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sejalan dengan itu peningkatan aktivitas secara langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar


(5)

I. PENDAHULUAN

Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap subbab akan diuraikan berikut ini.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Ada dua konsep pendidikan yang saling berkaitan yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bersifat kejuruan dan merupakan sekolah menengah yang mendidik siswa dengan tujuan menciptakan seseorang menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang profesional, terampil dan mandiri, sehingga kemampuan yang dimiliki siswa bisa sepadan dengan tuntutan dunia kerja masa kini dan masa yang akan datang. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam kegiatan pembelajaran, salah satu mata pelajaran yang harus

dipelajari oleh siswa di SMK adalah pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI). Komputerisasi diberbagai bidang menuntut setiap orang untuk menguasai komputer agar memudahkan pekerjaannya masing-masing. Dengan demikian dunia kerja pada saat ini lebih mengharapkan


(6)

seseorang yang mempunyai kemampuan lebih pada bidang komputer karena segala sesuatu sudah berbasis komputerisasi.

Pembelajaran KKPI sebagai mata pelajaran berbasis komputer tidak berjalan sesuai yang diharapkan, hal ini terjadi karena siswa lebih meminati mata pelajaran yang ada dijurusannya masing-masing. Permasalahan kurang aktifnya siswa dalam mata pelajaran KKPI diharapkan dapat diatasi dengan menggunakan suatu metode Pembelajaran.

Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi adalah salah satu mata pelajaran Adaptif yang diberikan kepada semua bidang keahlian di Sekolah Menengah Kejuruan. Mata pelajaran ini sebagai dasar pengetahuan teknologi informasi, dengan demikian generasi masa depan dapat mengikuti derap perkembangan global. KKPI sebagai upaya agar setiap insan anak bangsa “melek teknologi dan melek informasi”.

Ketergantungan orang terhadap komputer semakin lama semakin dirasakan. Perlunya penguasaan komputer sejak dini, tidak terkecuali para siswa-siswi SMK, dapat meninggalkan kesan sebagai insan yang Gagap Teknologi (gaptek). Para siswa-siswi SMK diajak untuk mengenal sekaligus mengoperasikan komputer dan diharapkan dapat terus menerus mengembangkan dan melakukan inovasi baru akan program komputer.

Tujuan mata pelajaran KKPI adalah mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, dan bertanggung jawab melalui prosedur dan langkah-langkah penggunaan komputer dengan benar.


(7)

Tujuan mata pelajaran KKPI bagi siswa adalah pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan sistem self based learning atau sistem pembelajaran mandiri. Diharapkan peserta didik dapat belajar secara aktif dengan mengumpulkan berbagai sumber, baik itu dari modul, media elektronik, maupun internet. Adapun bagi guru untuk membantu siswa dalam merencanakan proses belajar, membimbing siswa melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar.

Fenomena di lapangan selama ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak permasalahan di dalamnya. Hasil pengamatan di kelas serta diskusi dengan guru, dalam proses belajar Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi di kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa dan berdasarkan hasil diagnosa, maka ditemukan beberapa kelemahan diantaranya: (1) partisipasi siswa rendah dalam kegiatan pembelajaran, (2) dominasi siswa tertentu dalam proses pembelajaran, (3) siswa kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi (metode tidak bervariasi), (4) sebagian besar siswa kurang termotivasi untuk belajar. Motivasi menurut Nasution (2005), diakui sebagai hal yang sangat penting bagi pembelajaran di sekolah. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya solusi yang tepat untuk perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas XI Administrasi Perkantoran SMKN 1 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2011-2012 yaitu perlunya meningkatkan mutu proses pembelajaran pada aspek kualitas dalam hal perubahan tindakan proses belajar mengajar. Berdasarkan


(8)

alasan tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan kelas guna memperbaiki proses pembelajaran.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi” atau tindakan yang dilakukan oleh guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran (Wibawa, 2003).

Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan mengaplikasikan suatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif dan kreatif. Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Belajar aktif mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa secara aktif menggunakan potensi otak, dalam hal menemukan ide pokok, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru dipelajari.

Dengan belajar aktif, siswa akan turut serta dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat menikmati suasana yang lebih menyenangkan dan hasil belajar dapat dimaksimalkan Zaini dkk, 2004. Metode yang dapat dikembangkan dari pembelajaran aktif juga harus mempertimbangkan keadaan siswa dan kemampuan siswa di kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang heterogen dengan kemampuan akademik tinggi, sedang, rendah dan latar belakang siswa yang berbeda. Sehingga memungkinkan siswa untuk berinteraksi dan saling mengkomunikasikan pengetahuan dalam proses pembelajaran.


(9)

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Dalam pembelajaran yang efektif, guru bukanlah satu-satunya sumber belajar dan bukan lagi sebagai pusat pembelajaran yang mendominasi aktivitas belajar peserta didik, melainkan berperan sebagai fasilitator. Namun, pada umumnya pembelajaran di kelas guru masih berfungsi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan dengan ceramah sebagai metode pembelajaran utama. Walaupun pada hakekatnya, guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang hanya menstransfer ilmu pengetahuan (transfer knowledge) saja tetapi juga harus sebagai pendidik yang menstranfer nilai dan sikap sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

Guru diharapkan dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang baik dalam proses pendidikan sehingga pada anak didik akan tumbuh minat dan termotivasi, dan jangan sampai anak didik beranggapan KKPI itu menjemukan/monoton, padahal yang lebih mereka tidak sukai adalah pengalaman mereka ketika mengikuti pelajaran KKPI itu di sekolah sendiri.

Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pembelajaran. Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya pembaharuan di bidang pendidikan antara lain dalam pembaharuan metode atau peningkatan relevansi pendekatan dalam mengajar.


(10)

Adapun tujuan pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Metode penyampaian guru dalam mengajar yang efektif adalah apabila dampak dari pembelajaran itu dapat menumbuhkan dan menciptakan gairah serta dorongan siswa untuk aktif. Dalam penyampaian materi KKPI harus sudah dikembangkan oleh guru, sehingga materi tersebut menjadi menarik, sebab mata pelajaran KKPI tidak dapat dipelajari dengan menghafal dan memahami konsep saja akan tetapi diperlukan ketrampilan sehingga siswa mengalami dan mengamati sendiri dan secara realistis seorang siswa yang belajar itu pada dasarnya adalah mencari hubungan antara hal yang dipelajari dengan yang telah dimiliki, dikuasai siswa, dialami atau diketahui siswa.

Penggunaan metode pembelajaran yang monoton (konvensional), dimungkinkan siswa akan mengantuk dan perhatiannya kurang karena membosankan. Model pembelajaran harus bisa mengubah gaya belajar siswa dari siswa yang belajar pasif menjadi aktif dalam mengkonstruksikan konsep. Model pembelajaran yang tepat membuat KKPI lebih berarti, masuk akal, menantang, menyenangkan dan cocok untuk siswa.

Strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan gabungan teknik instruksional dan filsafat mengajar yang mengembangkan kerjasama antar peserta didik untuk memaksimalkan pembelajaran peserta didik sendiri dan belajar dari temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Dalam kelas


(11)

kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang sederajat tetapi heterogen. Tujuan dibentuk kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan semua siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta seluruh siswa yaitu model pembelajaran kooperatif. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan cara menempatkan para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling berdiskusi dan berargumentasi untuk mengasah khasanah ilmu pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Teams-Games-Tournament merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. TGT adalah pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok, di dalamnya terdapat diskusi kelompok dan diakhiri suatu game/turnamen. Dalam TGT, siswa dibagi menjadi beberapa tim belajar yang terdiri atas empat sampai enam orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa pada umumnya metode yang diterapkan oleh guru SMK Negeri 1 Bandar Lampung menggunakan metode ceramah. Guru menjelaskan materi dan diikuti siswa


(12)

mendengarkan penjelasan dengan penuh perhatian, kemudian guru memberikan latihan kepada siswa. Penyebab dari ketidak tercapainya ketuntasan belajar diduga oleh dua hal pokok.

1. Metode yang paling sering dipakai oleh guru adalah metode ceramah. Sehingga seluruh aktivitas hanya terpusat pada guru. Siswa hanya menjadi obyek pengajaran dan hanya sebagai pendengar yang pasif. Selain metode ceramah, guru juga menerapkan metode diskusi dan kerja kelompok. Tetapi dalam diskusi dan kerja kelompok yang ikut berperan aktif adalah siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang tinggi, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang rendah hanya bersikap pasif dan cenderung mengandalkan teman.

2 Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran. Bila guru mengajukan pertanyaan hanya sedikit siswa yang menjawab dan bila guru memberikan kesempatan bertanya maka sedikit pula yang mengajukan pertanyaan.

Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan pada siswa kelas XI Admnistrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Bandar Lampung Semester Gasal Tahun Pelajaran

2010-2011 pada mata pelajaran KKPI adalah sebagai berikut. Tabel 1.1 Prosentase Hasil Ulangan Mata Pelajaran KKPI siswa Kelas XI AP

Semester Gasal Tahun Pelajaran 2011-2012

Interval Nilai Jumlah Siswa Prosentase 60 -64 14 35 % 65 -69 11 27,5 % 70-74 9 22,5 % ≥ 75 6 15 % Jumlah 40 100 % Sumber : Buku Nilai Pelajaran KKPI SMK Negeri 1 Bandar Lampung


(13)

Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut terlihat bahwa hasil belajar KKPI yang diperoleh siswa kelas XI Administrasi Perkantoran masih kurang optimal. Ini terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas 70 sebanyak 15 siswa dengan persentase 37,5 %. Sedangkan yang memperoleh nilai di bawah 70 sebanyak 25 orang dengan persentase 62,5 %.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pelajaran KKPI yang ditetapkan oleh SMK Negeri 1 Bandar Lampung adalah 60. Berdasarkan data perolehan nilai semester gasal tersebut, maka dapat diperoleh keterangan bahwa rata-rata nilai KKPI adalah 60 dengan siswa yang tuntas belajar hanya 15 siswa dari jumlah 39 siswa . Hal ini berarti siswa belum memenuhi KKM yang ditetapkan oleh guru yaitu 70 % siswa memperoleh ≥70.

Hal ini bukan sepenuhnya kesalahan siswa, para pengajarpun harus mengevaluasi cara pengajaran mereka. Guru terbiasa menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan penjelasan, kemudian guru menyuruh siswa mengerjakan LKS. Metode pembelajaran tersebut sangat merugikan siswa, karena aktivitas siswa sangat terbatas, proses pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru tidak melakukan pengembangan metode pembelajaran sehingga menyebabkan tidak ada kreativitas guru. Maka dari itu diperlukan suatu metode yang dapat mengaktifkan seluruh siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar melalui penggunaan model pembelajaran efektif. Penggunaan metode ceramah masih dilakukan guru untuk ketercapaian ketuntasan belajar,karena dalam metode ceramah siswa cenderung pasif, hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa mampu melakukan umpan balik secara sempurna. Penggunaan metode ceramah ini menjadikan guru mendominasi kegiatan


(14)

pembelajaran sehingga guru cenderung lebih aktif dan siswa pasif. Realita terjadi karena ketidaktahuan guru memilih model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru dalam menerapkan pembelajaraan di kelas hendaknya memahami bahwa siswa itu adalah seorang individu yang berkembang dan perlu dikembangkan sesuai dengan potensinya.

Dengan demikian, tugas seorang guru dalam pembelajaran hendaknya berupaya memahami siswa secara optimal. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Untuk itu diperlukan suatu metode yang dapat mengaktifkan seluruh siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar melalui penggunaan model pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan kedalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa dalam kelompok kooperatif saling membantu sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar. Pembelajaran kooperatif diduga mampu meningkatkan semangat belajar siswa. Dengan meningkatnya semangat belajar, aktivitas belajar siswa secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dewasa ini telah dikembangkan suatu metode pembelajaran yang disebut dengan pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning tipe TGT. Dalam pembelajaran Kooperatif tipe TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk


(15)

bertukar pikiran dengan teman kelompoknya yang mengakibatkan proses belajar mengajar lebih menarik dan siswa lebih dapat memahami materi yang diberikan. Selain itu karakteristik siswa seperti kurang berperan aktifnya siswa dalam proses pembelajaran memungkinkan diterapkannya model pembelajaran tipe TGT, diharapkan dengan adanya turnament dapat meningkatkan aktivitas siswa, sehingga pada gilirannya hasil belajar yang menjadi tujuan dapat terpenuhi.

Pembelajaran kooperatif dalam perkembangannya memiliki berbagai macam tipe. Beberapa diantaranya adalah Teams Games Tournament, Student Teams Achievement Divison, Jigsaw, Team Assisted Individualisation, Group Investigation,Thinks Pair Share yang mana sebagai tipe pembelajaran mempunyai perbedaan,bentuk kerjasama,peranan dan komunikasi antar siswa dan peranan guru. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif tipe TGT hampir sama dengan STAD. Perbedaannya dalam STAD pada akhir pembelajaran diadakan kuis sedangkan tipe TGT pada akhir pembelajaran diadakan pertandingan antar kelompok.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya yang mengakibatkan proses belajar mengajar lebih dapat memahami materi yang diberikan. Selain itu, karakteristik siswa seperti kurang berperan aktifnya siswa dalam proses pembelajaran tetapi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa, sehingga pada akhirnya hasil belajar yang menjadi tujuan dapat terpenuhi. Penggunaan metode pembelajaran tipe TGT sangat cocok sekali dipakai untuk memberikan mata


(16)

pelajaran KKPI dimana siswa dibawa untuk bekerja sama dalam satu kelompok sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti pelajaran dan diharapkan siswa belajar aktif dan semangat mengikuti materi pelajaran. Dengan menggunakan pembelajaran tipe TGT ini siswa aktif dalam mengikuti pelajaran KKPI dan gurupun semangat memberikan materi dengan menggunakan berbagai permainan sehingga siswa merasa senang dan terpacu untuk menyelesaikan materi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pada pembahasan di atas, dirasa perlu untuk melakukan penelitian tentang “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi Siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terdapat dilokasi penelitian dan dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Guru masih mendominasi kegiatan belajar mengajar sehingga guru lebih aktif dan siswa menjadi pasif.

2. Guru masih menyuruh siswa mengerjakan LKS tanpa ada pembahasan. 3. Siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar masih sedikit.


(17)

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan banyaknya masalah yang dapat diidentifikasi maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan Aktivitas, Hasil Belajar KKPI dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT agar dapat meningkatkan aktivitas belajar KKPI pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran Semester Gasal SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Bagaimanakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TGT agar dapat meningkatkan hasil belajar KKPI siswa kelas XI Administrasi Perkantoran Semester Gasal SMKN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012?

1.5 Cara Pemecahan Masalah

Masalah kurangnya aktivitas dan hasil belajar KKPI siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Bandar Lampung dapat diselesaikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.


(18)

1.6 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dapat dinyatakan sebgai berikut.

1. Untuk mengetahui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar KKPI siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012. 2. Untuk mengetahui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

meningkatkan hasil belajar KKPI siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012.

1.7 Kegunaan Penelitian

Secara umum dengan terselelesaikannya penelitian ini akan memiliki kegunaan baik secara teoritis maupun praktis.

1.7.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara teoritis dapat berguna sebagai masukan bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT. Selain dari pada itu, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dan calon guru tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT .

1.7.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini secara praktis berguna.

a. Bagi Guru, untuk memperbaiki strategi pembelajaran dan meningkatkan cara mengajar KKPI pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran.


(19)

. b. Bagi Siswa, dapat meningkatkan aktivitas siswa, hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran tipe TGT.

c. Bagi Siswa, dapat menjadi acuan dalam meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang telah disampaikan oleh guru. Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan kreatif. Meningkatkan tanggung jawab dan rasa kebersamaan bagi setiap kelompok kerja dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

d. Bagi Sekolah, untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebih menerapkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, maka dengan sendirinya sekolah akan menjadi lebih baik lagi.

1.8 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian akan difokuskan pada ruang lingkup penelitian dan ruang lingkup ilmu. Untuk mengetahui kedudukan keilmuan dalam cakupan pendidikan IPS, rincian lengkapnya sebagai berikut.

1 Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang terdiri dari 39 siswa.

2. Objek penelitian metode pembelajaran kooperatif tipe TGT, Aktivitas Belajar dan meningkatnya hasil belajar siswa.

3. Tempat Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakn di kelas XI Administrasi Perkantoran pada siswa SMK Negeri 1 Bandar Lampung yang beralamat di Jalan Morotai No.33 Bandar Lampung.


(20)

4. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester Gasal tahun pelajaran 2011-2012 yaitu pada bulan Juli sampai dengan September 2011.

1.9 Ruang Lingkup Ilmu Kajian

Menurut Woolever dan Scott (1988: 18) Social Studies Education is the sum of all experiences that have as a goal to teach students how to make and act on rational decisions, both as individual and as group members, based on knowledge derived by the method of science and on personal values that have been systematically explored and clarified. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa, Pendidikan IPS merupakan bidang kajian yang berorientasi pada keseluruhan pengalaman yang mempunyai tujuan agar siswa mampu mengambil keputusan rasional sebagai makhluk idividu dan makhluk sosial berdasarkan nilai-nilai dari metode keilmuan yang menyeluruh dan terklarifikasi.

Standar kurikulum NCSS menyediakan kerangka kerja untuk musyawarah profesional dan perencanaan tentang apa yang harus terjadi dalam program studi sosial di kelas pre-K sampai 12. Kerangka kerja ini menyajikan sepuluh tema yang menggambarkan tentang pengetahuan dan pengalaman manusia di dunia. Pembelajaran IPS pada sekolah tingkat dasar, menengah, dan tinggi, menggambarkan tentang tujuan, pengetahuan, dan proses intelektual yang harus ditunjukkan pada produk (baik di dalam dan di luar ruang kelas) sebagai hasil dari kurikulum IPS. Standar-standar kurikulum mencerminkan holistik yang akan digunakan untuk melihat standar isi dan standar disiplin negara, serta dokumen-dokumen perencanaan kurikulum lainnya. Kurikulum menyediakan


(21)

kerangka pengetahuan yang diperlukan untuk mendidik siswa sebagai tantangan warganegara dalam demokrasi.

Tema merupakan gagasan pokok utama dalam pembahasan IPS, dari nilai pre-K sampai dengan 12, yang sesuai pada setiap tingkat. Sedangkan pada beberapa nilai dan untuk beberapa program studi, tema tertentu akan lebih dominan daripada yang lain, semua tema saling berhubungan.

Ada 10 konsep social studies dari NCSS dalam Pargito (2010:35), yaitu (1) culture;(2) time,continuity and change;(3) people, place and environments;(4) individual development and indetity;(5)individual, group, and institutions;(6) power, authority and govermance;(7) production, distribution and consumption;(8) science, technology and society; (9) civic ideals and practices. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies) sebagai program pendidikan adalah bentuk penyederhanaan, adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada dasarnya merupakan filsafat praktik pendidikan, yaitu praktik tentang pendidikan ilmu-ilmu sosial agar peserta didik mampu memahami masalah-maslaah sosial dan dapat mengatasinya serta mengambil keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. IPS di sini digunakan untuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia dimasa kini dan masa lalu.

Pendidikan IPS sebagai bentuk program pendidikan dan ilmu-ilmu sosial untuk tingkat sekolah bahanya bersumber dari disiplin ilmu-ilmu sosial baik berupa


(22)

fakta, konsep ataupun generalisasi dan teori. Oleh karena itu untuk menjadi guru di sekolah disamping memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam mendidik dan mengajar, juga harus memiliki bekal pengetahuan tentang ilmu-ilmu sosial. Program studi sosial harus mencakup pengalaman yang memberikan untuk studi hubungan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat.

Teknologi setua alat mentah pertama kali ditemukan oleh manusia prasejarah, tetapi teknologi harus 'membentuk dasar untuk beberapa yang paling sulit disosial kita. Paham modern seperti yang kita tahu akan teknologi tanpa teknologi dan ilmu pengetahuan yang mendukung. Namun teknologi membawa serta banyak pertanyaan, apakah teknologi baru selalu lebih baik daripada yang akan menggantikan apa yang bisa kita pelajari dari hasil tentang bagaimana teknologi baru terakhir dalam perubahan sosial yang lebih luas, beberapa yang tak terduga? Bagaimana kita bisa mengatasi dengan kecepatan yang terus meningkat, bahkan mungkin dengan perasaan bahwa teknologi telah di luar kendali? Bagaimana kita bisa mengatur teknologi sehingga jumlah terbesar orang yang mendapatkan keuntungan dari itu? Bagaimana kita bisa melestarikan nilai-nilai fundamental. Cabang ilmu sosial yang banyak berkontribusi pada Pendidikan IPS adalah ilmu sosiologi, ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu politik, ilmu tata negara.

Anak-anak dapat belajar bagaimana bentuk sistem teknologi dan bagaimana kehidupan sehari-hari mereka terjalin dengan sejumlah teknologi. mereka dapat mempelajari bagaimana dasar teknologi tersebut . Dengan kelas menengah,


(23)

siswa dapat mulai mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara teknologi, nilai-nilai kemanusiaan, dan perilaku. Mereka akan menemukan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi membawa berita yang mengejutkan kita dan bahkan menantang keyakinan kita, seperti dalam kasus penemuan dan aplikasi mereka yang berkaitan dengan aura alam semesta, dasar genetik kehidupan, fisika atom. Ketika mereka berpindah dari kelas menengah ke sekolah tinggi, maka siswa perlu berpikir lebih mendalam tentang bagaimana kita bisa mengatur teknologi sehingga kita mengontrolnya daripada perjalanan ke sana. Harus ada kesempatan untuk menghadapi isu-isu seperti konsekuensi menggunakan robot untuk memproduksi barang. Perlindungan privasi di zaman komputer dan pengawasan elektronik, dan peluang dan tantangan dari rekayasa genetika, kehidupan tabung, dan teknologi kedokteran dengan segala implikasinya terhadap kualitas umur panjang hidup dan keyakinan agama.Dalam ruang lingkup kajian ilmu ini, materi yang akan dibahas dalam tesis ini termasuk kedalam tema pokok kurikulum Standar NCSS yang ke 8 yaitu Science, Technology and society yang berkaitan dengan KKPI.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial semakin berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran tentang Social Studies dinegara-negara maju dan tingkat permasalahan sosial yang semakin kompleks. Semula ada tiga (3) tradisi Social Studies, yakni (1) IPS sebagai transmisin kewarganegaraa (Social Studies as Citizenship Transmission), (2) IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies as Social Science), dan (3) IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as Reflective Inquiry), namun kini telah berkembang menjadi lima tradisi dengan tambahan (4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Social Studies as Sosial


(24)

Criticism) dan (5) IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as Personal Develompment of the Individual). Merujuk kepada lima tradisi ini, maka kajian dan implementasi IPS bukan hanya dikembangkan ditingkat sekolah melainkkan juga ditingkat perguruan tinggi.

Melihat ke lima tradisi IPS maka mata pelajaran KKPI termasuk kedalam tradisi yang kedua yaitu IPS sebagai ilmu-ilmu sosial.


(25)

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa tinjauan pustaka, kerangka pikir dan hipotesis penelitian. Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap subbab akan diuraikan sebagai berikut.

1.1 Tinjauan Pustaka

Pembahasan dalam tinjauan pustaka ini difokuskan pada beberapa bagian tentang pembelajaran KKPI, pembelajaran kooperatif, aktivitas belajar, hasil belajar, metode pembelajaran kooperatif tipe TGT, teori belajar dan pembelajaran, penelitian yang relevan, kerangka fikir dan hipotesis. Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap sub bab akan diuraikan sebagai berikut.

2.1.1 Tinjauan Tentang Teori Pembelajaran

Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Ernes E.R. Hilgart, mendefinisikan sebagai berikut. Learning is the process by which an activity originates or is charged throught procedures (whether in the laboratory or in the natural environments) as disitinguised from changes by factor not attributable to training. Artinya seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah (Riyanto,2002).


(26)

Sedangkan menurut walker (dalam Riyanto,2002) belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut winkel (1966:53), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara konstan dan berbekas.

Belajar menurut Degeng (1998;3) adalah merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetauan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemuidan menghubungkan dengan pengetahuan yang baru.

2.1.1.1 Teori Belajar Kognitivisme

Menurut teori Kognitivisme, belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, perubahan tersebut tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya, pengetahuan dan pengalaman ini tertata dalam kognitif. Teori ini mengungkapkan bahwa proses belajar akan lebih baik bila materi


(27)

pelajaran yang baru dapat beradaptasi secara tepat dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki materi pelajaran yang baru dapat beradaptasi secara tepat dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Implikasi teori kognitivisme terhadap proses belajar adalah untuk meningkatkan kemampauan berpikir siswa, dan membantu siswa menjadi pembelajar yang sukses, maka guru yang menganut paham kognitivisme banyak melibatkan siswa dalam kegiatan dimana faktor motivasi, kemampuan problem solving, strategi belajar, memory retention skill sering ditekankan.

Teori kognivitisme menurut Gagne (2009:27) dikenal dengan teorinya model pemrosesan informasi. Gagne berpendapat bahwa proses belajar adalah suatu proses dimana siswa terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan yang tidak dimiliki sebelumnya. Ada delapan tingkat kemampuan belajar menurut Gagne,dimana kemampuan belajar pada tingkat tertentu ditentukan oleh kemampuan belajar ditingkat sebelumnya.

Delapan tingkat kemampuan belajar menurut Gagne (2009:27) adalah. a. Signal Learning

dari signal yang dilihat/didengarnya, anak akan memberikan respon tertentu. Misalnya ketika melihat seseorang membawa mainan (signal), seorang anak menunjukkan ekspresi gembira.

b. Stimulus-respons learning

Seorang anak yang memberikan respon fisik atau vokal setelah mendapatkan stimulus tertentu. Contoh : proses awal belajar bahasa dimana anak-anak mengikuti bunyi kata-kata yang dicontohkan orang dewasa.


(28)

c Chaining

Kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau lebih hasil belajar stimulus-respon yang sederhana. Chaining terbatas hanya pada serangkaian gerak (bukan serangkaian produk bahasa lisan). d. Verbak association

Bentuk penggabungan hasil belajar yang melibatkan unit bahasa seperti memberi nama sebuah obyek/benda.

e. Multiple discrimination

Kemampuan siswa untuk menghubungkan beberapa kemampuan chaining sebelumnya. Misalnya menyebutkan nama-nama siswa yang ada dikelas. Mampu membedakan bermacam bentuk benda, cair, padat dan gas.

f. Concept learning

Belajar konsep artinya anak mampu memberi respon terhadap stimulus yang hadir melalui karakteristik abstraknya. Contoh, siswa diperkenalkan dengan konsep kotak. Melalui pemahaman konsep kotak ini, siswa mampu mengidentifikasi benda lain yang berbeda ukuran, warna, maupun materinya, namun masih memiliki karakteristik kotak.

g. Principle learning

Kemampuan siswa untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya. Contoh : hubungan antara diameter dengan keliling suatu lingkaran.

h. Problem Solving

Dalam tingkat ini siswa mampu menerapkan prinsip-prinsip yang telah dipelajari untuk mencapai satu sasaran. Problem solving menurut Gagne adalah tipe belajar yang paling tinggi. Siswa yang mampu menyelesaikan suatu permasalah melalui serangkaian langkah problem solving diyakini juga menguasai ketujuh kemampuan belajar dibawahnya. solving diyakini juga menguasai ketujuh kemampuan belajar dibawahnya.

2.1.1.2 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme (constructivist theories of learning) menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya.


(29)

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

Teori Belajar Konstruktivisme menurut Driver dan Bell (2009:80) mengajukan karakteristik sebagai berikut.

a. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.

b. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.

c. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksikan secara personal.

d. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.

e. Kurikulum bukanlah sekedar siswa melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.

2.1.1.3 Teori Belajar Humanistis

Pada teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar secara apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini bersifat eklektik. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainnya itu)


(30)

dapat tercapai. Beberapa pendapat tentang teori humanistik antara lain dalam hal ini Bloom dan Rathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan. 1. Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan.

a. Pengetahuan mengingat (menghapal). b. Pemahaman (menginterpretasikan).

c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah).

d. Analisis (menjabarkan suatu konsep).

e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh).

f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode). 2. Psikomotor yang terdiri dari lima tingkatan.

a. Peniruan (menirukan gerak).

b. Penggunaan (Menggunakan konsep untuk melakukan gerak). c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).

d. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar).

e. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). 3. Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan.

a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu). b. Merespon (aktif berpartisipasi).

c. Penghargaan (Menerima nilai-niali, setia pada nilai-nilai tertentu.


(31)

d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya).

e Pengamalan (menjadi nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

Uraian yang dipaparkan di atas, dapat diketahui mengenai teori-teori pembelajaran yang sesuai dalam mata pelajaran KKPI yaitu dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah teori kognivitisme menurut Gagne dimana teori ini merumuskan bahwa belajar melalui suatu proses dimana siswa terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan yang tidak dimiliki sebelumnya, dan kemampuan belajar pada tingkat tertentu ditentukan oleh kemampuan belajar ditingkat sebelumnya. Dengan kata lain menggunakan teori kognitivisme dalam memberikan materi pelajaran KKPI sangat pas dimana memberikan materi tersebut tidak menggunakan satu metode saja tetapi siswa dibuat aktif dalam kelompok dan bekerjasama sehingga siswa tidak jenuh dan bosan akhirnya mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik. Sementara menurut Sagala (2006), pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses


(32)

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu proses belajar yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Berdasarkan teori belajar ada lima pengertian pembelajaran, diantaranya sebagai berikut: (1) pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah, (2) pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga sekolah, (3) pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) pembelajaran adalah upaya untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik. (5) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari (Hamalik, 1995). Sementara itu Dimyati, dkk (2002), menyatakan bahwa. Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk memberi pengalaman belajar kepada siswa mengenai cara memperoleh dan mengembangkan potensi siswa secara optimal yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan adanya interaksi antara guru dan siswa serta kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Pembelajaran harus dilakukan dengan kreatif dan menyenangkan agar kegiatan belajar menjadi beragam sehingga memenuhi dan mampu


(33)

memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh. Pembelajaran kreatif dan menyenangkan juga merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondiskan suasana belajar sehingga mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh. Menurut Vigotsky dalam Herpratiwi (2009:80), bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks budaya seseorang, dikarenakan interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif anak.

Pembelajaran mempunyai dua karakteristik utama, yaitu, (1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa untuk sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir,(2) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri (Sagala, 2006).

Pembelajaran menurut Sanjaya (2007:51) adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberi pembelajaran dan melaluio proses kegiatan pembelajaran siswa diharapkan dapat memanfaatkan komponen kegiatan untuk mencapai tujuan. Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif, siswa melakukan sebagian besar


(34)

pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu, siswa dapat menggunakan potensi otak untuk melakukan pekerjaannya, mengeluarkan ide/gagasan, memecahkan masalah dan dapat menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan menarik hati dalam belajar untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Proses perubahan tingkah laku, dan perubahan itu bukan hanya dengan kepemilikan pengetahuan yang banyak saja, tetapi kemampuan bertindak dengan apa yang telah diketahuinya itu, maka sudah saatnya guru menyadari bahwa belajar bukanlah hanya mengingat ataupun menghapal fakta-fakta dan konsep, tetapi lebih dari itu belajar berarti siswa mengalami, dengan mengalami sendiri maka apa yang dipelajarinya akan lebih memberikan kesan dibenak siswa.

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif

Ketepatan model pembelajaran yang dipilih akan memainkan peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, identifikasi kekuatan dan kelemahan model-model pembelajaran secara tepat, mengembangkan serta menerapkannya dalam proses pembelajaran, maka efektifitas pembelajaran yang kita selenggarakan akan meningkat. Jadi model pembelajaran adalah pola umum untuk menyusun suatu


(35)

kurikulum/materi ajar untuk mewujudkan peristiwa belajar mengajar yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang merupakan panduan antara urutan kegiatan, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran, serta pendefinisian peran antara guru dan siswa. Sebagai pola umum kegiatan guru-siswa, model pembelajaran berada dalam garis kontinu untuk mempresentasikan tingkat dominasi peran guru dan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Makin kuat peran guru makin pasif peran siswa dan sebaliknya makin sedikit dominasi guru semakin besar peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif adalah khas di antara model-model pembelajaran karena menggunakan suatu struktur tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Struktur tugas memaksa siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Sistem penghargaan mengakui usaha bersama, sama baiknya seperti usaha individual. Model pembelajaran kooperatif berkembang dari kebiasaan pendidikan yang menekankan pada pemikiran demokratis dan latihan atau praktek, pembelajaran aktif, lingkungan pembelajaran yang kooperatif dan menghormati adanya perbedaan budaya masyarakat yang bermacam-macam.

Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar terdapat efek (pengaruh) di luar pembelajaran akademik, khususnya peningkatan penerimaan antar kelompok serta keterampilan sosial dan keterampilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kerja kelompok kecil, berlawanan


(36)

dengan pembelajaran klasikal (satu kelas penuh), dan terdiri 6 (enam) tahapan pokok: menentukan tujuan dan pengaturan memberi informasi kepada siswa melalui presentasi atau teks, menyusun siswa dalam kelompok belajar, menentukan kelompok dan membantu kelompok belajar, menguji atau melakukan tes untuk mengetahui keberhasilan dari tugas-tugas kelompok, penghargaan baik terhadap prestasi individu maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (Academic Skill), sekaligus ketrampilan sosial (Social Skill) termasuk interpersonal skill (Riyanto,2010:267). Perolehan prestasi belajar yang baik dan meningkat secara signifikan dipengaruhi oleh penghargaan kelompok berdasarkan aktivitas-aktivitas individual untuk semua anggota kelompok. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada


(37)

struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002:14). Tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru antara lain, seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas tanpa ada yang tertinggal. Ketika ada siswa yang tertinggal dalam penguasaan materi pelajaran, guru akan memberikan waktu tambahan untuk pengayaan dan remidial sehingga dapat mengejar ketinggalan.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Siswa yang mampu membantu siswa yang kurang mampu tidak perlu malu untuk meminta bantuan kepada siswa yang lebih mampu.

Menurut Rianto (2010:265) unsur-unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1. Mengembangkan interaksi yang silih asih,silih asah dan silih asuh antar sesama sebagai latihan hidup bermasyarakat.

2. Saling ketergantungan positif antar individu (tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan).

3. Tanggung jawab secara individu.

4. Temu muka dalam proses pembelajaran. 5. Komunikasi sntar anggota kelompok. 6. Evaluasi proses pembelajaran kelompok.

Ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif menurut Rianto (2010:266).


(38)

1. Positive independence artinya adanya saling ketergantungan potitif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan.

2. Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.

3. Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.

4. Use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan ketrampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.

5. Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri menurut Rianto (2010:266).

1. Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, rendah. 2. Siswa dalam kelompok sehidup semati.

3. Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama. 4. Membagi tugas dan tanggung jawab sama.

5. Akan dievaluasi untuk semua.

6. Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama. 7. Diminta mempertanggung jawabkan individual materi yang

ditangani.

2.1.3.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan menciptakan kemampuan yang memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. Menurut


(39)

Ibrahim dalam Yasa, (2008) tujuan pembelajaran kooperatif ada 3 berikut ini.

1. Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

2. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman- temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

2.1.3.2 Langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif

Ada 6 langkah utama di dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, demikian diungkapkan oleh (Ibrahim dalam Yasa,2008) berikut ini.

1 Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar .

2. Selanjutnya penyajian informasi baik berupa bahan bacaan maupun informasi verbal lainnya.

3. Siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok belajar. 4. Tahap selanjutnya diikuti dengan bimbingan oleh guru pada saat siswa belajar dalam kelompok.


(40)

5. Lalu, guru memberikan evaluasi tentang hal-hal yang telah merek pelajari dan kemudian.

6. Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok.

2.1.3.3 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah sebuah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud (Parnitz dalam Suprijono:2009). Secara rinci karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya.

1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.

2. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi.

3. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya dan jenis kelamin.

4. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu (Johnson&Johnson dalam Arini,2011).

Ada empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif. Keempat tahapan keterampilan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.


(41)

1. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.

2. Fuction (Pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerjasama di antara anggota kelompok.

3. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajarai, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.

4. Fermenting (Penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan (Rustaman dalam Mufida, 2009).

2.1.3.4 Kelemahan dan kelebihan model pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif selain mempunyai tujuan dan karakteristik juga mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan.

1. Kelemahan pembelajaran kooperatif.

a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau


(42)

pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.

b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya.

c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain. d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau

secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat

mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.

2. Kelebihan model pembelajaran kooperatif: a. Meningkatkan harga diri tiap individu.


(43)

c. Konflik antar pribadi berkurang. d. Sikap apatis berkurang.

e. Pemahaman yang lebih mendalam. f. Retensi atau penyimpanan lebih lama.

g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.

h. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan. Dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompoknya. Apabila ada dari kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain

bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja–meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang


(44)

merupakan wakil dari kelompoknya masing–masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor–skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Menurut Slavin (1995:90) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan. Kelima langkah TGT menurut slavin dikemukakan sbb.

1. Tahap Penyajian Kelas (Class Precentation). Materi pelajaran disampaikan melalui presentasi kelas bisa digunakan pengajaran langsung atau diskusi pelajar yang dipimpin oleh guru. Dengan cara ini siswa harus memperhatikan secara seksama selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan membantu mereka dalam tes. 2. Belajar dalam kelompok (Teams). Siswa ditempatkan dalam

kelompok-kelompok belajar yang kelamin,suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heteroginitas anggota kelompok,diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi. Hal ini akan menyebabkan timbulnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.

3. Permainan (Games), Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan


(45)

berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

4. Pertandingan (Tournament). Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permaian dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut.

a. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian.

b. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.

c. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.

d. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.

e Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam.

f. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama memberikan jawaban yang benar.

g. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.

h. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tdak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain.

i. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

j. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah dissediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

5. Penghargaan Kelompok.

Langkah pertama sebelum memb erikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata kelompok skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata


(46)

poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh. Siswa yang mendapat nilai terbanyak meraih tingkat 1 (Top Scorer),Siswa yang mendapat nilai terbanyak kedua meraih tingkat 2 (High Middle Scorer), Siswa yang mendapat nilai terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (Low Middle Scorer), siswa yang mendapat nilai terbanyak keempat meraih tingkat 4 (Low Scorer).

Dalam TGT siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja turnamen”, dimana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama. Sebuah prosedur ”menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih skor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya. TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permaianan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi waktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.


(47)

Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran.

Dalam implementasinya secara teknis Slavin (2008) mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut.

a. Step 1 : Pengajaran, pada tahap ini guru menuyampaikan materi pelajaran.

b. Step 2 : Belajar tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.

c. Step 3 : Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).

d. Step 4 : Rekognisi tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut.

1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang, kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar ekor permainan.

2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca 1 (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang 1 dan II.


(48)

4. Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.

5. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara bergantian.

6. Jika jawaban penantang salah, dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).

7. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.

8. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan skor mereka akan diakumulasikan dengan semua tim.

9. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah).

10. Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjauan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.


(49)

Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja. Deutsch (1949) dalam Slavin (2008) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajran kooperatif.

1. Kooperatif, dimana usaha beririentasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain. 2. Kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.

3. Individualistik, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.

Perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.

Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerjasama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi diantara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif.


(50)

Penelitian psikologis menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan didalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dalam materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.

Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implimentasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragam oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasiknya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut.

1. Para siswa di dalam kelas menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.


(51)

2. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. 3. TGT Meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk

rasa harga diri akademik mereka.

4. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedikit).

5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.

6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

2.1.5 Aktivitas Belajar

Menurut Mulyono (2001: 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.


(52)

Menurut Hilgart dalam Riyanto (2010: 4) mendefinisikan belajar sebagai berikut: learning is the proces by which an activity originates or is charged throught training procedures (whether in the laboratory or in the natural envionments) as disitinguished from changes by factor not attributable to training.

Berdasarkan Hilgart dapat dijelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah (Riyanto, 2010: 4). Pengertian belajar dijelaskan oleh Gagne dalam Riyanto:(2010: 5) adalah merupakan suatu peristiwa yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol.

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.


(1)

MOTTO

Sukses adalah ketika kita mampu mensyukuri perjalanan menuju apa yang kita inginkan, bahagia adalah ketika kita mampu menikmati apa yang kita dapatkan dengan rasa syukur. (Aris Ahmad Jaya)

Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk manusia yang lain. (Rasulullah Muhammad SAW)

Orang yang paling kuat adalah orang yang mampu menahan amarahnya. (Al-Hadist)


(2)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang diberikan Allah SWT, peneliti persembahkan tesis ini kepada orang-orang terkasih berikut ini.

1. Kedua orang tua tercinta mak (almarhumah) Nyayu Fatimah dan Aba Ismail Yahya (almarhum) yang telah mendidikku untuk selalu bekerja keras, tulus dan selalu bersyukur atas limpahan rahmat dari Allah SWT sehingga peneliti bisa seperti sekarang ini.

2. Kedua mertuaku Mak Hj.Hayunah dan Papi Hi.Solihin HB yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada peneliti.

3. Suamiku tercinta Sukman. S, SE yang selalu memberikan motifasi, perhatian, pengertian, pengorbanan dan kesabaran sampai peneliti menyelesaikan tesis ini terimakasih suamiku atas semuanya.

4. Anak-anakku tersayang M. Fadly Renaldy, M. Fadjeri Ramadhan, M. Faisal Rachman dan M. Farhan Rachman yang sering terlupakan dan terabaikan kerena kesibukan peneliti dalam menyelesaikan studi. Terimakasih anak-anakku tercinta.

5. Terimakasih adik-adik dan kakak-kakakku yang telah banyak membantu dan mendoakan peneliti hingga selesainya tesis ini.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Palembang pada tanggal 12 Desember 1968, merupakan anak ke sepuluh dari sebelas bersaudara pasangan dari Bapak Ismail Yahya (almarhum) dan Ibu Nyayu Fatimah (almarhumah).

Peneliti menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Persit Tanjungkarang diselesaikan pada tahun 1975, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Persit diselesaikan pada tahun 1981, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Persit pada tahun 1984, Pendidikan Menengah Atas di SMEA Pembina Tanjungkarang pada tahun 1987, setelah ini peneliti melanjutkan kuliah Diploma III PPPGK IKIP Jakarta selesai pada tahun 1991 dan melanjutkan ke jenjang S1 di Universitas Muhammadiyah Metro (UMM) jurusan Pendidikan IPS diselesaikan pada tahun 2004.

Peneliti menikah dengan seorang pria yang bernama Sukman.S, SE pada tanggal 7 Januari 1994 dan dikarunia 4 orang anak yang kesemuanya laki-laki yang bernama M. Fadly Renaldy, M. Fadjeri Ramadhan, M. Faisal Rachman dan

M. Farhan Rachman.

Peneliti diangkat menjadi PNS pada bulan Maret tahun 1993 dan saat ini peneliti bertugas menjadi guru di SMK Negeri 1 Bandar Lampung sampai sekarang. Pada tahun 2010 peneliti melanjutkan S2 di Universitas Lampung pada program studi Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan


(4)

SANWACANA

Puji Syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT berkat limpahan Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti memiliki kekuatan lahir batin dan akhirnya dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti berterima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada.

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P Herianto, M.S selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof Dr. Sujarwo, M.S selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung, selaku Ketua Program Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung dan sekaligus sebagai Pembimbing Akademik.

3. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan


(5)

4. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd Selaku Sekretaris Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung, sekaligus pembahas yang telah memberikan masukan, saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto, SE, M.M selaku pembimbing 1 yang dengan sabar membimbing, memberi motifasi, saran serta ide sehingga tesis ini bisa diselesaikan.

6. Bapak Drs. Tedy Rusman, M.Si selaku pembimbing II yang bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi motifasi, saran dan ide-ide hingga tesis ini selesai.

7. Bapak dan Ibu seluruh dosen Program Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang dengan tulus dan iklas memberikan ilmu dan pengalamannya kepada peneliti.

8. Ibu Dra. Hj .Mike Elly Rose selaku Kepala SMK Negeri 1 Bandar Lampung

yang telah memberi motifasi, memberikan ijin penelitian, dan juga mendoakan peneliti hingga selesainnya tesis ini.

9. Suamiku tercinta Sukman. S, SE dan anak-anakku M. Fadly Renaldy,

M. Fadjeri Ramadhan, M. Faisal Rachman dan M. Farhan Rachman yang penuh pengertian, kesabaran, keikhlasan dan juga sering terabaikan dalam peneliti menyelesaikan tesis ini.

10. Sahabat-sahabatku Magister Pascasarjana Pendidikan IPS Angkatan 2010, bu Mike, Mbak Tati, Desi, Krisna, Linda, Sri Widayati, Sumiyati, Sugeng, Muji Winarno, Tomi dan tak lupa sahabatku Eva rekan sekerja serta teman-teman lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu atas kerjasamanya,


(6)

motifasi, dan doanya hingga tesis ini selesai dan tidak akan terlupakan kebersamaan dan kekompakan kita.

11. Seluruh anak didikku terutama siswi kelas XI AP 2 yang telah banyak membantu peneliti selama penelitian berlangsung.

Akhirnya peneliti berharap tesis ini dapat memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan yang terus berkembang dalam menghadapi tantangan dan rintangan seiring dengan tuntutan zaman.

Bandar Lampung, 9 Pebruari 2012


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TORUNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI SISWA KELAS XI AP SMK NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 11 240

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS 3 DI SMA NEGERI 3 METRO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 12 68

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 8 31

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 TALANG JAWA KECAMATAN MERBAU MATARAM TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 16 42

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI TSM SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 1 17

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI 3 SMK NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

13 180 286

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 KAYUAGUNG.

0 0 265

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (KKPI) SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 KAYUAGUNG.

0 0 2