Keterkaitan posisi dan jenis media

54 isu “pencatatan pernikahan” berskor paling tinggi untuk kategori “tidak jelas”. Itu menunjukkan bahwa dalam fase pemberitaan Januari sampai Maret 2010 terjadi suatu diskusi yang cukup beragam tentang persoalan tersebut. Jika dilihat dari persentase terhadap jumlah total artikel tentang suatu isu tertentu, Tabel 12: Keberpihakan terhadap isu yang diberitakan gambarannya menjadi sedikit berubah. Ternyata, “akses pada pelayanan publik” merupakan isu yang paling sering dilaporkan dengan perspektif yang mendukung kesetaraan gender; terhitung ada 84 artikel dari semua artikel tentang akses pelayanan menunjukkan dukungan. “Eksploitasi perempuan sebagai buruh” dan isu “kesehatan reproduksi” juga menerima banyak dukungan pro kesetaraan gender. Sedangkan pemberitaan yang lebih cenderung netral adalah pelaporan tentang “pernikahan anak” 69 semua artikel tentang isu tersebut, isu “trafficking” 66, dan “kekerasan seksual” yang dialami perempuan 57. 55 Posisi yang mendukung nilai patriarkis terfokus pada tiga isu yang semuanya terkait dengan kondisi kebijakan perkawinan, yaitu “perceraian” 29, “konsep keluarga” 27, serta “pencatatan pernikahan” 14. Yang menarik di sini, tiga hal ini juga yang berskor paling tinggi untuk kategori “tidak jelas”. Itu berarti bahwa pada tiga isu ini posisi yang berpihak pada hak asasi perempuan belum begitu didukung oleh media. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa dukungan lebih tinggi terhadap kesetaraan gender terkait dengan hak asasi perempuan – seperti partisipasi dalam ranah publik, kekerasan dalam rumah tangga, akses kepada pelayanan, dan lain-lain. Sementara isu yang terkait dengan diskriminasi perempuan yang disebabkan oleh kebijakan perkawinan hanya ada satu yang diberi perhatian cukup tinggi, yaitu persoalan pencatatan pernikahan. Ini berarti bahwa media belum terlalu peka terhadap keterkaitan antara kesetaraan gender dan kebijakan perkawinan.

d. Argumentasi media dalam mendukung atau menolak

kesetaraan Untuk mengetahui lebih persis berdasarkan argumentasi apa media mendukung atau menolak posisi kesetaraan gender, kajian media ini melihat argumentasi yang diambil dalam suatu artikel. Pertama, Tabel 12 menggali argumentasi pemberitaan yang mendukung kesetaraan gender dalam pemberitaannya. Bisa dilihat bahwa sebagian besar 216 dari 340 artikel menggambarkan kasus atau isu dari perspektif perempuan. Juga, sekitar sepertiga atikel, yaitu 117 dari 340 artikel, mengadvokasikan kesetaraan gender. Sedangkan sekitar 20 artikel mendukung reformasi kebijakan perkawinan atau mendorong perubahan implementasi hukum untuk kesetaraan gender 62 item berita. Argumentasi seperti ini justru dapat ditemukan dalam artikel yang membahas isu yang terkait dengan “pencatatan pernikahan”. Sejumlah 57 dari 68 artikel yang ditulis tentang pencatatan pernikahan mendorong reformasi hukum keluarga. Temuan ini merefleksikan bahwa media menganggap bahwa pencatatan pernikahan merupakan persoalan yang belum diatur secara memadai dari segi perundang-undangan. Padahal, isu lain yang terkait dengan kebijakan perkawinan – seperti pernikahan anak atau status kepala keluarga – menerima sangat sedikit perhatian dari media.