BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisis Data
Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina
keluarga bahagia. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam mempersiapkan segala sesuatunya meliputi aspek fisik, mental, dan sosial
ekonomi. Pernikahan akan membentuk suatu keluarga yang merupakan unit terkecil yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan dan perkembangan
suatu masyarakat bangsa dan negara. Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang sah dan tidak di bawah tangan. Karena pernikahan adalah sakral dan tidak
dapat dimanipulasikan dengan apa pun.
5.1.1. Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka diperoleh beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda dan dampak pernikahan
dini di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Adapun faktor yang mempengaruhi tejadinya pernikahan usia muda di Desa Mangkai Baru
adalah:
5.1.1.1 Faktor Orang tua Keluarga
Faktor keluarga merupakan faktor adanya pernikahan usia muda, dimana keluarga dan orang tua akan segera menikahkan anaknya jika sudah menginjak
masa dewasa. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum
anak gadisnya menikah. Orang tua akan merasa takut apabila anaknya jadi
Universitas Sumatera Utara
perawan tua dan takut apabila anaknya akan melakukan ha-hal yang tidak diinginkan yang akan mencemari nama baik keluarganya.
Dikatakan dari informan V yang menikah pada usia 19 tahun menurut penuturan informan V
“Karena saya tidak melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi dikarenakan biaya yang kurang dan saya tidak mencari pekerjaan setelah lulus
SMA, hanya berada dirumah saja maka saya segera diminta untuk menikah oleh orang tua. Padahal pada saat itu pacar saya belum ada persiapan finansial
pendapatan gaji untuk menikah, namun karena sudah dipaksa oleh orang tua saya maka saya terima saja untuk menikah dengan pacar saya. Orang tua
saya juga berjanji akan memberikan pekerjaan untuk pacar saya dan jika sudah menikah tinggal bersama orang tua saya. Saya tidak keberatan begitu
juga denga pacar saya karena kami saling mencintai. Saya segera menikah walaupun umur saya masih muda karena adanya dorongan dari orang tua
saya,” 5.1.1.2 Faktor Ekonomi
Masalah kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pernikahan usia muda. Adanya anggapan jika si anak perempuan menikah maka
akan mengurangi biaya pengeluaran orang tua si perempuan. Karena jika anak perempuannya menikah otomatis biaya hidup anaknya akan ditanggung suaminya.
Ataupun si anak perempuan tersebut yang ingin segera menikah untuk mengurangi beban orang tuanya dalam arti si anak perempuan tersebut meminta
segera menikah karena melihat kondisi perekonomian orangtuanya rendah. Seperti yang diungkapkan oleh informan II
Universitas Sumatera Utara
“ saya memutuskan menikah diusia yang tergolong muda juga di dorong faktor ekonomi keluarga saya yang rendah. Dengan saya menikah maka suaminya
bisa membantu mengurangi beban orang tua saya. Untungnya saat itu suami saya sudah memiliki pekerjaan dan pendapatannya yang cukup untuk
keluarga kecil kami”
Pada beberapa wilayah, ketika kemiskinan benar-benar menjadi permasalahan yang sangat mendesak, perempuan muda sering dikatakan sebagai
beban ekonomi keluarga. Oleh karenanya pernikahan usia muda dianggap sebagai suatu solusi untuk mendapatkan mas kawin dari pihak laki-laki untuk menganti
seluruh biaya hidup yang telah dikeluarkan oleh orangtuanya Adhim, 2002. Secara sosial ekonomi, pernikahan usia muda menjadi salah satu gejala
yang menunjukkan rendahnya status wanita. Pada beberapa kasus, pernikahan usia muda berkaitan dengan terputusnya kelanjutan sekolah wanita yang berakibat
pada tingkat pendidikan wanita menjadi rendah. Pendidikan yang rendah akan merugikan posisi ekonomi wanita dan rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita.
Menurut Suprapto 2004, faktor ekonomi yang berkenaan dengan lapangan pekerjaan dan kemiskinan penduduk memberikan andil bagi
berlangsungnya pernikahan usia dini. Taraf ekonomi penduduk yang rendah, tidak cukup untuk menjamin kelanjutan pendidikan anak. Jika seorang anak perempuan
telah menamatkan pendidikan dasar dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ia hanya tinggal di rumah. Karena keterbatasan lapangan
pekerjaan, mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
5.1.1.3 Faktor Pendidikan
Tentunnya tingkat ekonomi keluarga juga sangat berpengaruh pada tingkat pendidikan anggota keluarga. Rendahnya pendapatan ekonomi keluarga akan
memaksa si anak untuk putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih mudah menerima atau memilih suatu perubahan yang lebih baik Suprapto dkk.,
2004 Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi wawasan
berpikir atau merespon pengetahuan yang ada di sekitarnya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata pendidikan orang tua
maupun informan itu sendiri masih tergolong rendah. Tidak ada informan yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Seperti penuturan informan II
“ayah saya sampai SD saja ijasahnya, pernah SMP tapi tidak sampai selesai katanya, kalau ibu saya tamatan SMA”
Menurut Rohmawati 2008, tingkat pendidikan berkaitan dengan usia kawin yang pertama. Semakin dini seseorang melakukan pernikahan semakin
rendah tingkat pendidikannya. Hal senada juga dikemukakan Rahman dan Kabir 2005 faktor yang menyebabkan pernikahan usia dini di Bangladesh adalah
pendidikan. Menurut Rafidah dkk 2009, yang melakukan penelitian di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah salah satu faktor yang berkaitan tinggi
rendahnya usia kawin pertama adalah rendahnya akses kepada pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
5.1.1.4 Faktor Kemauan sendiri
Pernikahan dini di Desa Mangkai Baru tidak disebabkan adanya kemauan
sendiri, mereka mau menikah bukan karena keinginan diri sendiri akan tetapi merupakan keterpaksaan. Walaupun keduanya sudah merasa saling mencintai
akan tetapi keinginan untuk segera menikah di usia sangat muda bukan merupakan pilihan akan tetapi suatu keharusan sehingga melakukan pernikahan di
usia muda. Seperti yang dikatakan oleh informan 4 berikut ini.
“Memang pernikahan ini kehendak kami berdua, meskipun permulaannya merasa terpaksa ya tapi akhirnya mungkin memang harus
begini jalannya tapi sebenarnya tidak direncanakan menikah muda alasannya Karna dah terlanjur mengandung, apa lagi rupanya yang bisa diperbuat kan,
harus nikahlah”
Begitu juga dengan wawancara kepada informan lainnya mereka melangsungkan pernikahan di usia dini bukan atas kehendak sendiri melainkan
faktor orangtua ataupun faktor ekonomi yang kurang mencukup. Walaupun ada perasaan saling cinta dan sudah merasa cocok pada informan 5 akan tetapi
kenginan untuk menikah sebenarnya di dorong oleh orangtua seperti yang dikatan oleh informan :
“Dikatakan direncanakan.. Iya. Sudah direncanakan karna orangtua saya khawatir saya ikut-ikutan lingkungan sekeliling saya, banyak sekali yang hamil
duluan makanya saya di suruh nikah cepat ”.
Informan tersebut menikah di usia muda tanpa memikirkan apa masalah yang dihadapi ke depan jikalau menikah di usia yang masih muda karena
berlandaskan dorongan orangtua sehingga mau menikah di usia muda.
Universitas Sumatera Utara
5.1.1.5 Faktor Media Massa
Menurut Irawati 2002 remaja sering kali melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai
dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama sexual
intercourse.Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.
Seperti yang dikatakan Informan 4
“Selama berpacaran kami sering berdua-duaan dan kami juga sering berciuman jika ada kesempatan.”
Tidak hanya itu saja banyaknya remaja yang melakukan sex pranikah dipengaruhi oleh media massa dan elektronik. Banyaknya situs-situs yang
mengungkap secara fulgar bebas kehidupan seks atau gambar-gambar yang belum sesuai untuk remaja yang dapat memberikan dampak kurang baik bagi
mereka karena pada saat usia remaja terjadi perubahan psikologis yang mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku seperti mulai memperhatikan
penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta yang kemudian akan timbul dorongan seksual.
Sama halnya yang dilakukan oleh informan oleh informan I
“Awal pacaran kami hanya berani berciuman itu juga jika penghuni rumah tidak ada, tetapi lama kelaman menjadi keterusan, saat itu saya sangat takut
dan ragu jika saya sampai hamil, tetapi karena pacarku terus membujuknya dan selalu mengatakan akan bertanggung jawab akhirnya saya mau
melakukannya.”
Universitas Sumatera Utara
Jadi dengan kata lain faktor media masa sangat berpengaruh terhadap perilaku dan dorongan sex para remaja. Sehingga para remaja melakukan aktivitas hubungan
sex pranikah yang mengakibatkan remaja perempuan hamil sebelum menikah.
5.1.1.6 Faktor MBA Marriged By Acident
Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa terkadang pernikahan diusia muda terjadi sebagai solusi untuk kehamilan yang terjadi diluar nikah. Menurut
Sarwono 2003 pernikahan diusia muda banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap prilaku seksual yang membuat
mereka melakukan aktiivitas seksual sebelum menikah. Hal ini juga terjadi karena adanya kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa
disaksikan dalam kehidupan sehari-hari dan juga karena adanya faktor dari media masa yang sering mempertontonkan porno aksi maupun porno grafi.
Akibat terlalu bebasnya para remaja dalam berpacaran sampai kebabalasan, sehingga para remaja sering melakukan sex pranikah dan akibat dari
sex pranikah tersebut adalah kehamilan, yang kemudian solusi yang diambil pihak keluarga adalah dengan menikahkan mereka. 3 dari 6 informan mengalami
pernikahan di usia muda karena hamil diluar nikah atau hamil sebelum menikah, hal ini dialami oleh informan 1,3 dan 4. Seperti penuturan informan III
“selama berpacaran kami sering berdua-duan dan sering juga berciuman untuk melepas rasa rindu. Kami juga pernah melakukan hubungan sex
pranikah yang menyebabkan hamil. Dan ketika kami melakukan hubungan sex pranikah kami tidak menggunakan alat pengaman kondom.”
Hal yang senada juga dikatakan oleh informan I
Universitas Sumatera Utara
“Awal pacaran kami hanya berani berciuman itu juga jika penghuni rumah tidak ada, tetapi ternyata hasrat kami sudah tidak terbendung lagi, sehingga
pada suatu hari kami melakukan hubungan suami istri. Dan kami melakukan hubungan sex pranikah tidak hanya sekali”
Menurut Rohmahwati 2008, paparan media massa, baik cetak koran, majalah, buku-buku porno maupun elektronik TV, VCD, Internet, mempunyai pengaruh
terhadap remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Paparan informasi seksualitas dari media massa baik cetak maupun elektronik yang cenderung
bersifat pornografi dan pornoaksi dapat menjadi referensi yang tidak mendidik bagi remaja. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba,
akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa tersebut. Hal yang senada juga diutarakan oleh informan VI yang menyatakan bahwa
faktor dominan seorang anak untuk melangsungkan pernikaahn diusia yang tergolong muda dikarenakan hamil diluar nikah yang terjadi karena pergaulan
bebas ketika mereka berpacara. Kurangnya pengawasan dari orang tua mengakibatkan sianak kebablasan dalam berpacaran.
5.1.3. Dampak Terhadap Kesehatan Reproduksi