m. Anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan yang
manusiawi dan penempatannya dipisah dari orang dewasa, memperoleh bantuan hukum dan bantuan lainnya secara efektif , berhak membela diri
dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak.
n. Anak menjadi korban berhak memperoleh bantuan hukum dan bantuan
lainnya.
2. Pemasyarakatan dan Anak Didik Pemasyarakatan
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara
pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa inti dari
pemasyarakatan adalah pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan agar nantinya dapat kembali ke masyarakat dengan baik. Untuk
dapat melakukan pembinaan itu diperlukan suatu sistem, yang dinamakan sistem pemasyarakatan.
28
Pemasyarakatan merupakan tujuan dari pemenjaraan yaitu memperlakuan narapidana dengan cara pemasyarakatan atau memberikan
pembinaan serta bimbingan bagi narapidanaanak didik pemasyarakatan.
29
Pemasyarakatan adalah suatu sistem perlakuan terhadap narapidana dengan tidak memberikan pembalasan yang setimpal kepada narapidanaanak didik
28
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan, 2005, hlm. 113
29
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2006, hlm 97
Universitas Sumatera Utara
pemasyarakatan berupa hukuman tindakan keras sebagai pembalasan atas kejahatan yang telah diperbuatnya.
30
Pada awalnya, penjatuhan hukuman penjara kepada pelaku tindak pidana merupakan upaya balas dendam kepada pelaku tindak pidana untuk melindungi
masayarakat, agar masyarakat terlindung dari tindak pidana yang dilakukan oleh penjahat. Dalam praktek kepenjaraan, terpidana benar-benar merasakan unsur
penyiksaan antara lain tidak diperhatikannya masalah kesehatan, pendidikan, makanan dan pekerjaan, dan lain sebagainya. Bahkan unsur perlakuan yang tidak
manusiawi juga bukan menjadi hal yang aneh.
31
Sekitar abad 18 diawal abad 19, John Howard yang dikenal sebagai bapak pembaharu kepenjaraan, prihatin
melihat keadaan penjara, perlakuan terhadap narapidana hingga pada akhirnya perjuangan John Howard membuahkan hasil dan mendapat sambutan baik dari
berbagai pihak. John Howard berpendapat bahwa narapidana harus diperlakukan sebagai manusia yang perlu dibina agar kelak setelah habis masa pidananya, dapat
kembali ke masyarakat dengan lebih baik. Pembinaan yang dilakukan meliputi pembinaan fisik, mental, pendidikan umum, kesehatan, dan sebagainya. Pada
tahun-tahun berikutnya banyak para ahli hukum, filsafat, kriminologi, sosiologi, paedagogi yang ikut mengembangkan tujuan pemidanaan.
Di Indonesia tujuan perlakuan terhadap narapidana mulai nampak sejak tahun 1964, setelah Dr. Sahardjo, S.H. mengemukakan pandangannya dalam
Konferensi Kepenjaraan di Lembang Bandung. Bertolak dari pandangan Dr. Sahardjo, S.H. tentang hukum sebagai penganyom, hal ini membuka jalan
30
Bachtiar Agus Salim, Pidana Penjara dalam Stelsel Pidana di Indonesia, Medan: USU Press, 2009, hlm. 90-91
31
C.I. Harsono Hs, Op. Cit., hlm. 44-45
Universitas Sumatera Utara
perlakuan terhadap narapidana dengan cara pemasyarakatan sebagai tujuan pidana penjara. Kemudian konsep pemasyarakatan tersebut disempurnakan oleh
Keputusan Konferensi Dinas Para Pimpinan Kepenjaraan pada tanggal 27 April 1964 yang memutuskan bahwa pelaksanaan pidana penjara di Indonesia dilakukan
dengan sistem pemasyarakatan. Adapun prinsip-prinsip untuk bimbingan dan pembinaan sistem pemasyarakatan berdasarkan 10 rumusan yaitu:
32
1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan kepadanya bekal
hidup sebagai warga negara yang baik dan berguna dalam masyarakat. 2.
Penjatuhan pidana bukan tindakan pembalasan dendam dari negara 3.
Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dengan menyiksa melainkan dengan bimbingan
4. Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih buruk atau lebih
jahat daripada sebelum ia masuk lembaga 5.
Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi
waktu atau hanya diperuntukkan bagi kepentingan lembaga atau negara saja. Pekerjaan yang diberikan harus ditujukan untuk pembangunan negara
7. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan asas Pancasila
8. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia
meskipun ia telah tersesat. Tidak boleh ditunjukkan kepada narapidana bahwa ia itu penjahat
32
Dwidja Priyatno, Op.Cit. hlm. 98
Universitas Sumatera Utara
9. Narapidana itu hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan
10. Sarana fisik lembaga dewasa ini merupakan salah satu hambatan
pelaksanaan sistem pemasyarakatan. Pemasyarakatan sebagai tujuan pidana penjara dalam pelaksanaannya
diharapkan tidak hanya mempermudah reintegrasi narapidana dengan masyarakat, tetapi juga menjadikan narapidana menjadi warga masyarakat yang mendukung
keterbatasan dan kebaikan dalam masyarakat mereka, menjadi manusia seutuhnya yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
33
Menjadi anggota masyarakat yang berguna, aktif, dan produktif, berbahagia di dunia dan akhirat. Ada tiga hal
penting yang harus diperhatikan dan dipahami terlebih dahulu dalam melaksanakan pemasyarakatan yaitu:
a. bahwa proses pemasyarakatan diatur dan dikelola dengan semangat
pengayoman dan pembinaan bukan pembalasan dan penjaraan b.
bahwa proses pemasyarakatan mencakup pembinaan narapidana di dalam dan di luar lembaga intramural dan ekstramural
c. proses pemasyarakatan memerlukan partisipasi, keterpaduan dari para
petugas pemasyarakatan pada narapidana dan anak didik pemasyarakatan serta anggota masyarakat umum.
Dalam rangka mewujudkan sistem pemasyarakatan, pemerintah berusaha mengganti secara keseluruhan ketentuan perundang-undangan yang masih
mendasarkan pada sistem kepenjaraan dengan peraturan yang berdasarkan nilai Pancasila dan UUD 1945, maka pada tanggal 30 Desember 1995 dibentuklah UU
33
Marlina, Hukum Penitensier, Bandung: PT Refika Aditama, 2011, hlm.123-124
Universitas Sumatera Utara
pemasyarakatan yaitu UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang terdiri dari 8 bab dan 54 pasal.
34
Pelaksanaan pidana penjara dengan Sistem Pemasyarakatan di Indonesia saat ini mengacu pada UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Dalam
Pasal 1 ayat 2 Undang- undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pemasyarakatan adalah kegiatan pembinaan warga binaan pemasyarakatan WBP
berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Dalam pasal ini ada 3
unsur penting dalam pemasyarakatan yaitu sistem, lembaga serta cara pembinaan. Pemasyarakatan sebagai tujuan sistem pemenjaraan di Indonesia
dilaksanakan berdasarkan sistem pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan
pemasyarakatan WBP berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan
pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar
sebagai warga
yang baik
dan bertanggung
jawab.
35
Lembaga Pemasyarakatan adalah unit pelaksanaan bidang pemasyarakatan dalam
lingkungan Departemen Kehakiman yang memiliki tugas untuk melaksanakan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di dalam
Lembaga Pemasyarakatan. Sedangkan pembinaan narapidana dan anak didik
34
Ibid, hlm. 125
35
C.I. Harsono Hs, Op. Cit, hlm. 78
Universitas Sumatera Utara
pemasyarakatan yang dilaksanakan di luar lembaga pemasyarakatan ditugaskan kepada Balai Bimbingan Pemasyarakatan BISPA.
36
Sistem Pemasyarakatan juga memiliki fungsi untuk menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat,
sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Berintegrasi dimaksud adalah pemulihan kesatuan hubungan
antara warga binaan pemasyarakatan dengan masyarakat. Sistem Pemasyarakatan tidak hanya menjadikan narapidana dan anak didik pemasyarakatan sebagai objek
melainkan sebagai subjek yang tidak berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan
pidana, sehingga tidak harus diberantas. Yang harus diberantas adalah faktor- faktor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat hal-hal yang bertentangan
dengan hukum, kesusilaan, agama, atau kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana. Adapun pelaksanaan Sistem pemasyarakatan yaitu
didasarkan pada beberapa hal, sebagaimana termaktub dalam Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan bahwa sistem pembinaan pemasyarakatan
dilaksanakan berdasarkan asas: a.
Pengayoman Adalah perlakuan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan dalam rangka
melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, serta memberi bekal hidup kepada Warga
36
Bachtiar Agus Salim, Op. Cit., hlm. 94-96
Universitas Sumatera Utara
Binaan Pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat.
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan
Adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada Warga Binaan Pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan
c. Pendidikan
Penyelenggara pendidikan dan pembimbingan dilaksanakan berdasarkan Pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan,
pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah. d.
Pembimbingan Bimbingan yang diberikan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan
dilaksanakan berdasarkan Pancasila. e.
Penghormatan harkat dan martabat manusia Sebagai orang yang tersesat, Warga Binaan Pemasyarakatan harus tetap
diperlakukan sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat yang harus dijunjung tinggi dan dihormati serta dilindungi haknya.
f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan Kehilangan
kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan yang mana Warga Binaan Pemasyarakatan harus berada dalam Lapas untuk jangka waktu tertentu,
sehingga memiliki waktu untuk memperbaikinya. Dalam Lapas, seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan tetap memperoleh hak-haknya layaknya
manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak
Universitas Sumatera Utara
memperoleh perawatan kesehatan, makanan, minuman, pakaian, tempat tidur, latihan , keterampilan, olah raga, atau rekreasi.
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang
tertentu.Yang dimaksud dengan hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu adalah meskipun Warga Binaan
Pemasyarakatan berada di Lapas, namun harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat,
antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan ke dalam Lapas dari anggota masyarakat yang bebas dan kesempatan
berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.
Upaya mewujudkan pelaksanaan UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pemerintah RI mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan pada tanggal 19 Mei 1999. Dalam Peraturan Pemerintah
ini dijelaskan bagaimana proses pembinaan serta pembimbingan pemasyarakatan. Adapun program pembinaan serta pembimbingan yang dilakukan adalah meliputi
kegiatan pembinaan dan pembimbingan kepribadian dan kemandirian. Pelaksanaan program pembinaan merupakan program yang diperuntukkan bagi
narapidana dan anak didik pemasyarakatan sedangkan program pembimbingan dilaksanakan bagi klien pemasyarakatan. Adapun pembinaan dan pembimbingan
kepribadian dan kemandirian yang dimaksud meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
Universitas Sumatera Utara
a. ketaqwaan kepata Tuhan Yang Maha Esa
b. kesadaran berbangsa dan bernegara
c. intelektual
d. sikap dan perilaku
e. kesehatan jasmani dan rohani
f. kesadaran hukum
g. reintegrasi sehat dengan masyarakat
h. keterampilan kerja, dan
i. latihan kerja dan produksi
berhubungan dengan pelaksanaan program pembinaan kepada narapidana dan anak didik pemasyarakatan dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap
awal, tahap lanjutan, dan tahap akhir seperti diatur dalam Pasal 7 PP No 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
Pelaksanaan pentahapan yang dimaksud dalam pasal 7 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
selengkapnya diatur dalam pasal 9 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai berikut:
1. Pembinaan tahap awal bagi narapidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana sampai dengan 13 satu per tiga dari masa pidananya.
2. Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7
meliputi:
Universitas Sumatera Utara
a. tahap lanjutan pertama, sejak berakhirnya pembinaan tahap awal
sampai dengan ½ satu per dua dari masa pidana b.
tahap lanjutan kedua sejak berakhirnya pembinaan tahap lanjutan pertama sampai dengan 23 dua per tiga masa pidana.
3. Pembinaan tahap akhir sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7
dilaksanakan sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang bersangkutan. Dan pentahapan pembinaan
tahap awal, lanjutan dan akhir yang dimaksud ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan.
Dalam pelaksanaan pembinaan dan pembimbingan yang diatur dalam PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan yang menjadi objek dari pembinaan dan pembimbingan tersebut yaitu warga binaan pemasyarakatan. Warga binaan pemasyarakatan yang
dimaksud yaitu Anak Didik Pemasyarakatan dan Narapidana. Sebenarnya narapidana dan anak didik pemasyarakatan, pada dasarnya sama, karena mereka
sama-sama orang yang dipidana oleh pengadilan dan menghuni di Lapas. Akan tetapi Undang-Undang Pemasyarakatan tampak menghendaki perbedaannya.
Meskipun undang-undang tidak memberi penjelasan, dapat diketahui bahwa istilah anak didik pemasyarakatan diberikan untuk terpidana anak. Tidak
digunakan istilah narapidana untuk anak, akan tetapi menggunakan istilah anak didik pemasyarakatan, karena dipengaruhi gaya bahasa eufemismus. Dengan
menggunakan ungkapan anak didik pemasyarakatan tersebut merupakan ungkapan halus untuk menggantikan narapidana anak yang dirasakan
Universitas Sumatera Utara
menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi anak.
37
Anak Didik Pemasyarakatan sebagaimana yang diuraikan dalam ketentuan Pasal 1 angka 8 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan terdiri dari Anak
Pidana, Anak Negara dan Anak Sipil. a.
Anak Pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lapas Anak paling lama sampai berumur 18
delapan belas tahun. b.
Anak Negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada Negara untuk dididik dan ditempatkan di Lapas Anak
paling lama sampai berumur 18 delapan belas tahun c.
Anak Sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua ataupun walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lapas
Anak.
3. Hak-Hak Anak Didik Pemasyarakatan