BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Dalam konstitusi
Indonesia, anak memiliki peran strategis yang secara tegas dinyatakan bahwa negara menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Kepentingan terbaik bagi anak patut dihayati sebagai kepentingan terbaik bagi kelangsungan
hidup umat manusia. Berbagai upaya dalam pelaksanaan pembinaan dan perlindungan bagi anak terkadang dihadapkan pada permasalahan serta tantangan
dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai penyimpangan perilaku di kalangan anak, bahkan lebih dari itu terdapat anak yang melakukan perbuatan
melanggar hukum tanpa mengenal status sosial dan ekonomi. Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan anak sering sekali
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pengaruh dampak negatif dari perkembangan arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan
masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan oleh anak disebut juga sebagai juvenile delinquency. Menurut Kartini
Universitas Sumatera Utara
Kartono, juvenile
deliquency ialah
perilaku jahat
dursila, atau
kejahatankenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit patologis secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
4
Penyimpangan tingkah laku yang dilakukan anak saat ini semakin hari semakin mengalami peningkatan dan beragam bentuknya, baik berupa
penyimpangan tingkah laku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat hingga sampai kepada penyimpangan tingkah laku yang termasuk kedalam perbuatan
melanggar hukum atau tindak pidana yang harus diselesaikan melalui jalur hukum dan memiliki sanksi pidana. UU No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana memberikan istilah Anak yang Berkonflik dengan Hukum kepada anak yang melakukan tindak pidana.
Seseorang yang menurut Undang-undang melakukan perbuatan melanggar hukum atau tindak pidana adalah seseorang yang perbuatannya dapat dikenakan
hukuman pidana.
5
Setiap orang baik dewasa maupun anak-anak yang melakukan tindak pidana akan menjalani sistem peradilan pidana. Sistem peradilan pidana
yang dilaksanakan bagi anak dan orang dewasa tentu berbeda hal ini disebabkan karena terbentuknya UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak yang diperuntukkan bagi anak yang melakukan tindak pidana. Pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak dilaksanakan sesuai dengan asas-asas yang
terkandung dalam Pasal 2 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
4
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013, hlm. 6.
5
Pipin syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2000, hlm. 51
Universitas Sumatera Utara
Pidana Anak yaitu berdasarkan asas perlindungan, keadilan, nondiskriminasi kepentingan terbaik bagi anak, penghargaan terhadap pendapat anak,
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, pembinaan dan pembimbingan anak, proporsional, perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya
terakhir dan penghindaran pembalasan. Penjelasan umum Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menekankan bahwa sistem
peradilan pidana bagi anak harus didasarkan pada peran dan tugas masyarakat, pemerintah, dan lembaga negara lainnya yang berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk meningkatkan Kesejahteraan Anak serta memberikan perlindungan khusus kepada Anak yang berhadapan dengan Hukum harus sesuai dengan
Konvensi Hak-Hak Anak yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Konvensi Hak-Hak Anak. Pasal 1 angka 8 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
memberikan istilah Anak Didik Pemasyarakatan bagi Anak Pidana yang melakukan perbuatan pidana dan berdasarkan putusan pengadilan menjalani
pidana di Lembaga Pemasyarakatan Lapas Anak. Istilah Anak Didik Pemasyarakatan tidak hanya diberikan bagi anak yang berdasarkan putusan
pengadilan menjalani pidana, namun istilah anak didik pemasyarakatan juga diberikan kepada Anak Negara serta Anak Sipil .Anak Pidana yang berdasarkan
putusan pengadilan menjalani masa pidananya ditempatkan di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang tercantum dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menyebutkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan
merupakan tempat untuk melaksanakan pembinaan bagi narapidana dan anak didik pemasyarakatan anak pidana.
Lembaga pemasyarakatan yang seharusnya menjadi tempat pembinaan bagi anak pidana saat ini merupakan institusi pemerintah yang rentan terhadap
berbagai pelanggaran, baik yang bersifat kelembagaan ataupun individual. Berita di media massa berulang kali mengangkat citra buruk Lapas, dari beragam
kekerasan di dalamnya, sampai tuduhan bahwa Lapas merupakan sarang penyimpanan dan peredaran narkoba “ paling aman” dibanding tempat di luar.
6
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly juga mengakui bahwa kondisi Lapas di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan dan persoalan dari
tahun ke tahun pun masih sama, hampir seluruh Lembaga Pemasyarakatan yang ada di Indonesia mengalami over capacity kelebihan muatan serta keterbatasan
sumber daya manusia.
7
Minimnya kapasitas Rutan dan Lapas, ketidak lengkapan fasilitas, buruknya pelayanan dan kurangnya sipir menjadi pemicu buruknya
pelayanan hak-hak narapidana. Sistem database pemasyarakatan juga mencatat, jumlah penghuni Lapas per 31 Desember 2011 sebanyak 136.145 orang. Setahun
kemudian, 31 Desember 2012, angka itu bertambah menjadi 150.592 orang. Akhir 2013, peningkatannya menjadi 160.061 orang. Terakhir data per 17 Juli 2014 ada
167.163 narapidana yang menghuni Rutan di seluruh Indonesia. Kasubdit
6
A. Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, Studi Kebudayaan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia, Bandung: Lubuk Agung, 2011, hlm. 5
7
Meilikhah, Menkum HAM Akui Kondisi Lapas di Indonesia Memprihatinkan, http:news.metrotvnews.comread20141231338929menkum-ham-akui-kondisi-lapas-di-
indonesia-memprihatinkan diakses pada tanggal 5 Juli 2015
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Akbar Hadi Prabowo mengakatan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan yang
luar biasa di dalam Lapas, rata-rata terjadi peningkatan lebih dari 10 ribu orang pertahunnya.
8
Peningkatan jumlah atau over capacity kelebihan muatan tidak hanya menjadi masalah di Lapas saat ini, namun masalah kesehatan juga menjadi
masalah yang sangat memprihatinkan. Kondisi Lapas Anak saat ini juga mengalami beberapa masalah yang
sangat memprihatinkan, hal ini disebabkan oleh perilaku dan kehidupan anak- anak penghuni Lembaga Pemasyarakatan Lapas Anak berisiko terinfeksi
penyakit menular seksual IMS dan HIVAIDS. Menurut World Population Foundation WPF Indonesia dan Plan Indonesia, sebagian dari anak penghuni
Lapas yang menjadi Anak Didik Andik kedua lembaga tersebut berprilaku seksual yang tidak aman dan menyimpang, berbagai jarum suntik untuk
pemakaian narkoba dan tato. Perilaku tersebut di atas membuat Anak Didik Pemasyarakatan rentan terhadap infeksi menular seksual IMS dan HIVAIDS.
Dari kasus yang ada hampir 50 Anak Didik di Lapas disebabkan karena mereka terlibat kasus penyalahgunaan narkoba, dan sebagian besar anak-anak yang berada
di dalam Lapas secara seksual sudah aktif sebelum mereka masuk ke dalam Lapas. Karena sebagian mereka adalah anak jalanan, atau anak-anak tanpa
dukungan penuh dari orang tua, sehingga mereka melakukan pergaulan bebas.
9
8
Nasional, Over Kapasitas Lapas Tembus 153 persen , Pemerintah Optimalkan Pemberian Hak Napi http:www.jawapos.combacaartikel5878Over-Kapasitas-Lapas-Tembus-
153-Persen, 160814 diakses pada tanggal 25 November 2014
9
http:www.satudunia.netcontentpenghuni-lapas-anak-punya-risiko-terinfeksi-ims-dan- hiv diakses pada tanggal 25 November 2014
Universitas Sumatera Utara
Penularan penyakit menular seksual, HIV dan penyakit menular lainnya serta lingkungan yang tidak bersih mampu membawa penghuni Lapas kepada
kematian. Kematian menjemput seiring dengan buruknya perawatan kesehatan, buruknya nutrisi dan buruknya lingkungan sehingga penyakit menular dengan
cepat menyebar keseluruh penghuni Lapas. Anak yang menjalani pidana di dalam Lapas Anak merupakan anak yg
juga harus diperhatikan secara penuh hak-haknya, tumbuh kembangnya, kesehatan fisik serta mentalnya, karena anak yang menjalani pidana di dalam
Lapas juga merupakan manusia yang memiliki hak asasi yang harus dilindungi dan dihormati. Anak pidana juga merupakan anak penurus cita-cita perjuangan
bangsa yang harus dilindungi dan diperlakukan baik serta dibina untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik dan tidak mengulangi perbuatannya
lagi serta mampu diterima dalam masyarakat ketika telah selesai menjalani masa pidana di dalam Lapas.
Kesehatan merupakan isu krusial yang harus dihadapi setiap negara karena berkorelasi langsung dengan pengembangan integritas pribadi setiap individu
supaya hidup bermartabat kesehatan, bersama-sama dengan taraf pendidikan dan daya beli masyarakat, merupakan komponen penilaian capaian Human
Development Index negara-negara di dunia. Negara dengan kesehatan rakyatnya kurang terurus dengan baik, mengakibatkan sumber daya manusia di negara
Universitas Sumatera Utara
tersebut rendah, maka akan sulit bersaing dengan negara-negara lain di tengah sengitnya kompetisi global.
10
Salah satu potensi bangsa yang merupakan modal dasar pembangunan nasional adalah penduduk sebagai sumber daya manusia yang berjumlah besar
dan produktif. Dengan kata lain bahwa keberhasilan dari pembangunan nasional ditentukan oleh manusia sebagai pelaku dari pembangunan itu sendiri.
Pembangunan dapat terselenggara dengan baik apabila dilaksanakan oleh manusia yang bermental dan berkualitas baik.
11
Dalam hubungan inilah Pemasyarakatan memiliki peranan yang sangat strategis dalam rangka pembinaan sumber daya
manusia. Pemasyarakatan sebagai sistem pembinaan narapidana diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan WBP agar menjadi
manusia seutuhnya menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana. Dengan demikian mereka dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat hidup wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Pemasyarakatan secara institusional juga menjadikan fungsi
sebagai lembaga pendidikan dan pembangunan yang memiliki ciri terbuka dan produktif,
yaitu lembaga
pendidikan yang
mendidik warga
binaan pemasyarakatan dalam rangka terciptanya kualitas manusia dan lembaga
pembangunan yang mengikut sertakan warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia pembangunan yang produktif.
12
10
Titon Slamet Kurnia, Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagai HAM di Indonesia, Bandung: P.T. Alumni, 2007, hlm.2.
11
A. Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, Op.Cit. hlm.29
12
Ibid., hlm.30
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan pribadi baik fisik maupun mental merupakan prasyarat penting bagi tercapainya kesejahteraan, maupun derajat tertinggi dari kehidupan manusia.
atas dasar pertimbangan tersebut maka hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang paling tinggi dirumuskan sebagai suatu hak asasi.
13
Hak atas derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu jenis HAM Hak Asasi Manusia telah diakui dalam aturan hukum nasional Indonesia
maupun hukum internasional. Dalam Pasal 28B ayat 2 UUD 1945 menjamin setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam Pasal 28H ayat 1 UUD 1945 menjamin setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kemudian pada Pasal 34 ayat 3 UUD 1945 juga menjamin hak atas
fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang layak. Demikian juga halnya dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan di dalam Pasal 4
disebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Terkait pemenuhan hak atas kesehatan, di dalam Pasal 25 ayat 1 DUHAM Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia juga dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas tingkat hidup yang menjamin kesehatan dan keadaan, baik untuk dirinya dan untuk keluarganya,
termasuk soal makanan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatannya, serta usaha-usaha sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan saat menganggur,
janda, lanjut usia, atau mengalami kekurangan nafkah lain-lain karena keadaan yang diluar kekuasaannya. Pasal 62 UU No. 39 Tahun 1999 tentang menjelaskan
13
Modul Hak Asasi Manusia Internasional, Suplemen Modul Hak Perempuan ditinjau dari Instrumen HAM Internasional, Jakarta : Departemen Hukum dan HAM R.I Direktorat
Jendral Hak Asasi Manusia, 2008, hlm.50.
Universitas Sumatera Utara
juga bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental
spiritualnya. Jelas terlihat dalam peraturan perundang-undangan di atas bahwa setiap orang tanpa terkecuali memiliki hak yang sama atas derajat kesehatan,
demikian dengan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia dan warga negara juga memiliki hak atas kesehatan sebagaimana dijamin dalam Pasal 25 ayat 1
DUHAM tersebut dan memperoleh hak atas pelayanan kesehatan serta jaminan sosial yang layak sebagaimana dijamin dalam Pasal 62 UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Dalam Konvensi Hak Anak Pasal 24 juga menegaskan dan menjamin bahwa hak anak atas peningkatan standar kesehatan
yang paling tinggi dapat diperoleh dan atas berbagai fasilitas untuk pengobatan penyakit dan rehabilitasi kesehatan, dan negara menjamin tidak seorang anak pun
dapat dirampas haknya atas akses ke pelayanan perawatan kesehatan tersebut. Demikian halnya pelaksanaan pembinaan terhadap anak pidana di dalam
Lapas dilaksanakan berdasarkan sistem pemasyarakatan yaitu suatu sistem perlakuan terhadap narapidana dengan menganut konsep pembaharuan pidana
penjara yang berdasarkan Pancasila dan asas kemanusiaan yang bersifat universal. Narapidana diperlakukan sebagai subjek yang memiliki eksistensi, harga diri,
didudukkan sejajar dengan manusia yang lain, dan dibina dengan memperhatikan hak-hak narapidana agar kelak setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan tidak
lagi mengulangi perbuatannya dan bisa beradaptasi dengan masyarakat.
14
Dengan demikian hak atas kesehatan juga merupakan hak yang patutnya diterima oleh
14
C.I. Harsono Hs, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan, 1995, hlm.18
Universitas Sumatera Utara
setiap orang termasuk anak pidana sebab hak atas kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus di hormati dan dilindungi. Adapun hak-hak narapidana yang
harus diperhatikan dan dilindungi serta dipenuhi jelas diatur dalam UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dalam Pasal 14 yaitu berhak mendapatkan
perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani dan mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. Selanjutnya lebih rinci lagi diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 7 ayat 1, Pasal 14, Pasal
16 ayat 1 2 3, Pasal 19 ayat 1, Pasal 20 ayat 1 mengenai pemenuhan hak yang berkaitan dengan kesehatan narapidana dan Anak didik pemasyarakatan baik
mengenai perawatan rohani dan jasmani, pelayanan kesehatan dan makanan. Pemenuhan hak atas kesehatan merupakan hak bagi tiap orang termasuk
anak pidana untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan optimal, setiap orang mempunyai hak atas
pelayanan kesehatan serta hak yang berkaitan dengan pemenuhan kesehatan. Anak Didik Pemasyarakatan juga merupakan anak, yang harus diperhatikan
perkembangan fisik dan mentalnya dikarenakan anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang berhak atas derajat kesehatan optimal sebagai hak
asasinya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah pemenuhan hak kesehatan Anak Didik Pemasyarakatan, sehingga tulisan ini diberi judul
“PEMENUHAN HAK
ATAS KESEHATAN
ANAK DIDIK
PEMASYARAKATAN Studi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta
Medan.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah