Pencemaran-pencemaran tersebut diklasifikasikan atas 1. ionik dan terlarut, 2. Non ionik dan tak terlarut dan 3. Gas-gas. Pencemar terlarut di klasifikasikan
lebih lanjut menjadi dua golongan, tergantung pada ionnya apakah positif dan negatif. Pencemar-pencemar non ionik dan tak terlarut sering di kategorikan
menurut ukurannya dan dianggap sebagai terapung jika mereka dapat mengendap atau sebagai koloid jika tidak dapat mengendap. Warna dan bahan-bahan dapat di
klasifikasikan baik secara ionik dan terlarut, maupun ionik-ionik tak terlarut tergantung pada sifat molekulnya.
Pencemaran ini dapat menyebabkan berkurangnya keaneragaman berkurangnya keaneragaman atau punahnya populasi mikrorganisme perairan.
Dengan menurunnya atau punahnya arganisme tersebut maka sistem ekologi perairan dapat terganggu Mcgraw-Hill, Inc, 1979.
2.1.2 Indikator Pencemaran Air
Menurut Kristanto, 2002 indikator pencemaran air yaitu: 1. Perubahan Suhu Air
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri. Air tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan
yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke sungai atau sumber air slainnya. Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut :
a. Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air b.Meningkatkan kecepatan reaksi kimia
c. Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan, hewan air lainnya
mungkin akanmati.
2. Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air a. Perubahan warna
Warna dibedakan atas dua macam: − Warna sejati yang diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut
− Warna semu yang selain diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut juga bahan bahan tersuspensi, termasuk diantaranya bersifat koloid.
b. Perubahan bau Timbulnya bau pada airlingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai
salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Apabila air mempunyai rasa kecuali air laut maka hal itu berarti telah
terjadi pelarutan sejenis garam-garaman. Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH air Wardhana, 2001.
3. Padatan Pada dasarnya air sungai tercemar selalu mengandung padatan, yang
dapat dibedakan jadi 4 kelompok berdasarkan partikel dan sifat-sifat lainnya, terutama kelarutannya, yaitu:
a. Padatan terendap sedimen yang terdapat dalam air sebagai akibat erosi dan merupakan padatan yang terdapat di dalam air permukaan
b. Padatan tersuspensi dan koloid yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap
c. Padatan terlarut yang terdiri dari senyawa-senyawa organic dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya
d. Minyak dan lemak yaitu padatan yang mengapung diatas permukaan air dan terdapat dalam dua macam emulsi, emulsi minyak dalam air
dan emulsi air dalam minyak.
2.2 Sungai
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus menerus dari hulu sumber menuju hilir muara. Kemanfaatan terbesar
sebuah sungai adalah untuk irigasi, pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahan sebenarnya potensial untuk
dijadikan objek wisata sungai Agus, 2012.
2.2.1 Pencemaran Sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara
yang tetrdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia Agus, 2012.
2.2.2 Penyebab Pencemaran Sungai
a. Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu:
bahan-bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang banyak membutuhkan oksigen untuk pengurainya, bahan-bahan yang tidak
sedimen endapan, dan bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan panas
b. Pengguna insektisida oleh para petani, untuk memberantas hama tanaman dan serangga penyebar penyakit lain secara berlebihan dapat
mengakibatkan pencemaran air Agus, 2012.
2.3 Logam Nitrit
Di perairan alami, nitrit NO
2
biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan intermediate antara amonia dan nitrat nitrifikasi, dan antara nitrat dan gas nitrogen denitrifikasi.
Denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob Effendi, 2003. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar
nitrit pada perairan relatif kecil, karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mgL dan sebaiknya tidak melebihi 0,06
mgL. Di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mgL. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mgL dapat bersifat tosik bagi organisme perairan yang sangat sensitif.
Untuk keperluan air minum, WHO merekomendasikan kadar nitrit sebaiknya tidak lebih dari 1 mgL. Bagi manusia dan hewan, nitrit bersifat lebih toksik
daripada nitrat. Pada manusia konsumsi nitrit yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah,
yang selanjutnya membentuk methemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen Effendi, 2003.
Menurut Chandra 2006, dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air minum, kecuali dalam air yang berasal dari air tanah akibat adanya
proses reduksi nitrat oleh garam besi. Nitrit NO
2
beracun terhadap udang dan ikan karena mengoksidasi Fe
2+
di dalam hemoglobin. Dalam bentuk ini kemampuan darah untuk mengikat oksigen sangat merosot. Mekanisme toksisitas
dari nitrit ialah pengaruhnya terhadap transport oksigen dalam darah dan kerusakan jaringan. Akumulasi nitrit di dalam tambak dan kolam diduga terjadi