38
Pengujian  normalitas  dilakukan  dengan  membandingkan  p-value  yang diperoleh dengan tingkat signifikansi  yang ditentukan sebesar 0,05. Bila
p-value ³  0,05  maka  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  merupakan
data  yang  terdistribusi  normal  Priyatno,  2008:142.  Selain  itu  juga digunakan  Histogram  Display  Normal  Curve,  dan  Kurva  Normal  P-P
PLOT. Pengujian  dengan  Histogram  Display  Normal  Curve,  data
dikatakan  terdistribusi  normal  jika  bentuk  kurva  memiliki  kemiringan yang  seimbang  pada  sisi  kiri  dan  kanan,  atau  tidak  condong,  melainkan
ketengah  dengan  bentuk  seperti  lonceng,  dengan  nilai  skewness mendekati  0  Nugroho,  2005:79.  Sedangkan  pengujian  dengan  kurva
normal  P-P  PLOT,  data  dikatakan  terdistribusi  normal  jika  penyebaran titik-titik  data  terletak  di  sekitar  garis  diagonal  dan  searah  mengikuti
garis diagonal Nugroho, 2005:82.
3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik
3.5.3.1 Multikolinearitas
Menurut  Gujarati  1999  “Uji  Multikolinearitas  digunakan  untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti di
antara variabel-variabel independen yang menjelaskan dari model regresi Gujarati,  1999
”.  Menurut  Nugroho  2005:45  “Bila  terjadi  hubungan linear  yang “sempurna” pada beberapa atau semua variabel independen
39
maka terdapat korelasi  yang sangat kuat di antara variabel independen ”.
Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat dari beberapa hal antara lain: 1 Jika  nilai  dari  Variance  Inflation  Factor  VIF  kurang  dari  10  dan
nilai dari Tolerance lebih dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa model yang digunakan dalam model terbebas dari multikolinearitas.
2 Jika  koefisien  korelasi  antara  masing-masing  variabel  independen tidak  lebih  dari  0,70  maka  model  penelitian  terbebas  dari
multikolinieritas, dan sebaliknya. 3 Jika  nilai  koefisien  determinan  maupun  R-Square  di  atas  0,60  tetapi
tidak  ada  variabel  independen  yang  berpengaruh  terhadap  variabel dependen
maka dapat
dikatakan bahwa
model terkena
multikolinieritas.
3.5.3.2 Autokorelasi
Menurut  Gujarati  1999:226 “Autokorelasi  didefinisikan  sebagai
korelasi  antar  anggota  serangkaian  observasi  yang  diurutkan  menurut waktu  atau ruang
”. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya  hubungan  antar  unsur  gangguan  pada  observasi  dengan  unsur
gangguan  pada  observasi  lain.  Autokorelasi  sering  terjadi  pada  sampel dengan  metode  pengumpulan  time  series.  Metode  yang  paling  terkenal
untuk  mendeteksi  ada  tidaknya  korelasi  adalah  menggunakan  pengujian Durbin- Watson. Penentuan nilai Durbin-Watson dibantu dengan tabel dl
dan  du.  Penentuan  ada  tidaknya  autokorelasi  dapat  digunakan  patokan nilai  Durbin-Watson  hitung  yang  berkisar  antara  0  dan  4  Uyanto,
40
2009:100. Bila nilai uji statistik Durbin-Watson lebih kecil dari satu atau lebih  besar  dari  tiga  maka  residual  dari  model  regresi  berganda  tidak
bersifat independen atau terjadi autokorelasi.
3.5.3.3 Heteroskesdastisitas