a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material,
dan auditor berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar c. Adanya salah saji material dalam komponen laporan keuangan.
d. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. e. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
4. Pendapat Tidak Wajar Adverse Opinion Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan
auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
5. Tidak Memberikan Pendapat Disclaimer of Opinion Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan
audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam
kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
2.1.4 Leverage
Harahap 2010:304 mengemukakan bahwa leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau kreditur dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik
seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Walau bagaimanapun, pendanaan perusahaan yang diperoleh sebagian besar melalui
hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena perputaran uang perusahaan lebih cepat.
Rasio leverage yang digunakan untuk penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio DER. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas
modal dalam pendanaan perusahaan serta menunjukkan kemampuan modal perusahaan untuk menutupi seluruh hutangnya. Semakin rendah DER perusahaan
maka semakin baik kondisi perusahaan tersebut. Literatur yang memuat biaya-biaya berisi banyak contoh tentang
penyelidikan empiris mengenai cara menghitung leverage sebagai proxy untuk hutang. Literatur ini berpendapat bahwa level hutang yang lebih tinggi pada asset
adalah berkaitan dengan biaya yang lebih tinggi. Peneliti mengontrol keteraturan empiris bahwa rasio hutang pada asset bervariasi diantara perusahaan-perusahaan
dengan cara membandingkannya. Tingginya tingkat hutang melibatkan resiko keuangan klien lebih tinggi. Resiko keuangan dari perusahaan meningkat, auditor
memiliki insentif untuk lebih waspada dalam menjalankan tugasnya, Nelson et al 1988 berpendapat bahwa jika resiko klien meningkat, auditor menanggapinya
dengan meningkatkan usaha atau biaya.
2.1.5 Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya atau menganalisa dan
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan Munawir,2002:68. Tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur melalui current
ratio. Current ratio dihitung dengan cara aktiva lancar dibagi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dengan hutang lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100 ini berarti bahwa aktiva lancar
dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada diatas 1 atau diatas 100. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah
hutang lancar. Isu-isu seperti kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas, belum
digunakan untuk mengeluarkan batasan kredit, kesamaan perusahaan yang sedang digunakan untuk perbandingan dan aspek distribusi tidak bias ditangkap
dalam current rasio lancar. Meskipun terbatas, rasio ini digunakan secara luas dalam analisis laporan keuangan. Dari perspektif auditor kemungkinan pemegang
saham litigasi akan meningkat dengan penurunan rasio lancar karena rasio lancar yang lebih rendah artinya kemungkinan terjadi kebangkrutan perusahaan lebih
besar. Sekali lagi Nelson et al 1988:383 berpendapat bahwa upaya audit yang meningkat sejalan dengan peningkatan risiko klien. Dengan demikian kualifikasi
audit harus menjadi fungsi negatif dari likuiditas perusahaan. Secara ekstrem masalah likuiditas yang parah akan menyebabkan going concern.
2.1.6 Profitabilitas