laporan tanpa opini atau opini tidak wajar dibandingkan dengan laporan tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan.
2.1.8 Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelas
Pendapat wajar dengan pengecualian Unqualified Opinion with Explanatory Language menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.
Pendapat ini dinyatakan bilamana : • Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup
audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak
menyatakan tidak memberikan pendapat. • Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak
wajar. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf
terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia harus juga mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf
penjelasan di dalam paragraf pendapat.
Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam periode waktu pantas. Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya
sebagai going concern, auditor diizinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqaulified opinion with explanatory language atau disclaimer
opini. PSA 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa, keraguan yang besar tentang
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf
penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan auditor bentuk baku, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian, yang
dinyatakan oleh auditor. Istilah bahasa digunakan untuk mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh akuntan publik untuk
mengkomunikasikan hasil auditnya kepada pemakai laporan. Keadaan tersebut meliputi :
a Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independent lain.
b Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan
menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
c Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas,
namun setelah mempertimbangangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. d Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. e Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan
keuangan komparatif. f Data kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal Bapepam namun tidak disajikan atau tidak di-review. g Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh
Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat
menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
h Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan. Going Concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going
concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan
usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan
suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan
beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang
dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang. Menurut standar profesional akuntan publik SA Seksi 110, tujuan audit
atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana
bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen,
auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan
tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan contrary information. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh
tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar
melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain PSA No. 30.
2.2 Kerangka Konseptual