KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN COMPULSIVE INTERNET USE (CIU) SISWA :Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Empat Siswa Kelas VII dan VIII SMP Istiqamah Bandung Tahun Ajaran 2013/2014:.

(1)

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Empat Siswa Kelas VII dan VIII SMP Istiqamah Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling

Oleh, Yuli Nurmalasari

1201379

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Empat Siswa Kelas VII dan VIII SMP Istiqamah Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Yuli Nurmalasari S.Pd UPI Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yuli Nurmalasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Yuli Nurmalasari. (2014). Konseling Singkat Berfokus Solusi dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet Use Siswa (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Empat Siswa Kelas VII dan VIII SMP Istiqamah Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Penelitian ini didasari oleh banyak ditemukannya siswa sekolah menengah yang mengalami compulsive internet use (CIU), yaitu tindakan mengakses internet yang kurang terkendali dan tidak tepat guna. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas konseling singkat berfokus solusi dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use yang dilakukan terhadap empat siswa SMP Istiqamah Bandung. Penelitian menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain single subject model A/B. Analisis data menggunakan grafik dan the two standar deviation rule untuk mengetahui signifikansi penurunan compulsive internet use siswa. Hasil penelitian menunjukkan konseling singkat berfokus solusi efektif mengembangkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use pada tiga dari empat siswa yang menjadi subjek penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi ditujukan kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk mengimplementasikan konseling singkat berfokus solusi dalam mengembangkan kemampuan siswa mengendalikan compulsive internet use; kepada program studi bimbingan dan konseling untuk merumuskan pengayaan kurikulum yang relevan dengan compulsive internet use; dan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan single subject dengan model multiple baseline. Kata kunci: konseling singkat berfokus solusi, compulsive internet use.


(5)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Yuli Nurmalasari. (2014). Solution-Focused Brief Counseling in Developing Students Ability to Control Compulsive Internet Use (Quasi Experimental Research with Four Students of 7th and 8th Grade at SMP Istiqamah Bandung Academic Year 2013/2014)

Research was based on a phenomenon of compulsive internet use that related to inappropiate and excessive on accessing internet. The aim of the research was to examine the effectiveness of Solution-Focused Brief counseling in developing students ability to control compulsive internet use among four students of SMP Istiqamah Bandung. The study posses a single subject quasi experimental design with AB model. The data was analyzed by using graphs and the two standard deviation rule to identify the significance of compulsive internet use decrease. Findings provide support that solution-focused brief counseling was effective to develop students ability to control compulsive internet use in three of four students who was studied. Based on the result of research, recommendation has been given for school counsellor to implemented solution-focused brief counseling to develop students ability in controlling their compulsive internet use; to give an additional subject related to compulsive internet use at guidance and counseling departement; and the using of single subject with multiple baseline in future research.


(6)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa


(7)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BAGAN ... ix DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... C. Pertanyaan Penelitian... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian ... F. Struktur Organisasi Tesis ...

BAB II KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI DALAM

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN COMPULSIVE

INTERNET USE SISWA...

A. Compulsive internet use... 1. Pengertian... 2. Dinamika Psikologis dan Gejala Compulsive Internet Use... 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Compulsive Internet Use...

4. Pengaruh Compulsive Internet Use terhadap Perkembangan Remaja ...

B. Konsep Bimbingan dan Konseling... C. Konseling Singkat Berfokus Solusi ... 1. Konsep Dasar Konseling Singkat Berfokus Solusi ...

2. Kerangka Kerja Konseling Berfokus Solusi

... D. Asumsi Penelitian... E. Hipotesis Penelitian...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

A. Pendekatan Penelitian ... B. Metode Penelitian ... C. Populasi dan Sampel Penelitian ... D. Definisi Operasional ... E. Instrumen Penelitian ...

i iii iv vii ix x xi xii 1 1 9 11 12 12 13 14 14 14 14 15 17 19 27 32 32 38 41 42 43 43 43 44 44


(8)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Langkah-Langkah Penelitian ... G. Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Program Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan kemampuan mengendalikan Compulsive Internet Use Subjek Penelitian di

SMP Istiqamah Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

...

B. Pelaksanaan Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet Use Siswa ...

C. Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet Use Siswa ...

D. Keterampilan Konselor dalam Implementasi Konseling Singkat Berfokus Solusi...

E. Keterbatasan Penelitian...

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI...

A. Simpulan ... B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA .... LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

45 51 52

55

55

67

121 139 141 143 143 144

146


(9)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa


(10)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Internet merupakan produk teknologi baru yang terus menerus mengalami perkembangan. Perkembangan aplikasi internet seakan tiada hentinya. Mulai dari aplikasi surat elektronik yang dikenal dengan e-mail, online games, sampai ke jejaring sosial, seperti: twitter, path, instagram, facebook, dan sebagainya. Di tahun 1998 pengguna internet di Indonesia hanya berjumlah 0.5 Juta orang. Tumbuh pesat secara terus menerus hingga menyentuh angka 55 juta pengguna di tahun 2011; 63 juta pengguna di tahun 2012, dan 82 juta di tahun 2013 (APJJI, 2013).

Internet memberikan banyak pengaruh bagi kehidupan manusia. Di satu sisi memberikan berbagai kemudahan bagi penggunanya, tetapi di sisi lain memberikan dampak negatif. Terdapat individu terlarut dalam keasikan mengakses internet, tidak mampu mengontrol penggunaan sehingga berdampak buruk pada pekerjaan, hubungan, atau aktivitas penting lainnya. Penggunaan internet yang tidak lagi sesuai kebutuhan berpotensi menimbulkan beberapa permasalahan yang seringkali disebut sebagai Problematic Internet Use (PIU), di antaranya: compulsive internet use, excessive internet use, internet dependence, patohological internet use, dan adiksi internet.

Dewasa ini, internet dapat dikatakan sebagai bagian integral dalam kehidupan sehari-hari, terutama remaja. Batasan usia remaja yang umum digunakan adalah 12 sampai 21 tahun, sebagian besar sedang berada dalam proses pendidikan sekolah menengah. Remaja menggunakan internet untuk tujuan akademik dan non-akademik. Terdapat banyak aplikasi internet yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut, seperti: e-mail, bermain online-game, mengakses jejaring sosial, mengakses you tube, mengunduh


(11)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

video atau lagu, instant-messaging, browsing, blogging. Penelitian mengenai penggunaan internet yang populer di antaranya mengirim atau membaca e-mail (92%), mencari kesenangan atau menjelajahi website secara acak (84%), mengunjungi situs-situs hiburan (83%), instant messaging (74%), dan mencari informasi dan hobi (69%) (Lenhart et al., 2001). Senada dengan hasil penelitian Chou (2005: 384) yang menunjukkan bahwa pengakses internet pada usia remaja berpotensi tinggi mengalami masalah penggunaan internet dan membutuhkan perhatian lebih, terutama pada penggunaan yang kurang tepat dan tidak sesuai serta dampaknya bagi perkembangan psikologis dan fisik remaja.

Remaja dapat memanfaatkan dengan tepat hasil teknologi berupa internet, seperti untuk berkomunikasi sesuai keperluan, mencari informasi, dan menjadikan internet sebagai media yang mendukung pembelajaran. Akan tetapi, terdapat juga remaja yang tidak tepat menggunakaan internet, yakni menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak diperlukan dengan durasi dan frekuensi yang berlebihan sehingga mengakibatkan kesulitan mengendalikan tindakan mengakses internet, yang dikenal dengan istilah compulsive internet use (CIU). Kegiatan mengakses internet menjadi lebih mudah karena berkembangnya teknologi komunikasi berupa tablet, smartphone, blackberry, dan PDA. Kemudahan tersebut semakin mempertinggi potensi para penggunanya, terutama siswa, untuk terkena compulsive internet use. Wawancara dengan 15 Guru BK SMP di wilayah Jawa Barat menunjukkan perilaku peserta didik yang lebih berkonsentrasi mengakses internet saat kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas. Selain itu, banyak siswa yang seakan tidak bisa melepaskan pandangannya dari layar gadget yang dimiliki, selalu terhubung dengan aplikasi di internet bahkan ketika sedang berada di jalan umum. Oleh karena itu, seringkali ditemui siswa/i melakukan browsing, mengakses situs jejaring sosial, dan instant-messaging, bahkan ketika sedang


(12)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berjalan di tempat umum, mengendarai sepeda motor, dan aktivitas di tempat umum lainnya.

Analisis Sverdlov (Deliusno, 2012) mengungkapkan banyak individu selalu memiliki perangkat yang terhubung dengan Internet dan selalu online, individu tidak menyadari bahwa sedang online padahal melihat Google Map atau meng-update status di Facebook melalui perangkat mobile juga termasuk kegiatan online. Hal tersebut dikarenakan kegiatan online sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari.

Kwon (Young, et al., 2011: 231) menyatakan bahwa pada Tahun 2008, pemerintah Korea mengestimasi setidaknya 168.000 remaja Korea terkena penyalahgunaan internet dan membutuhkan treatmen. Kemudian penelitian di beberapa negara juga menunjukkan bahwa penyalahgunaan penggunaan internet meningkatkan masalah kesehatan mental pada remaja.

Greenfield (1999) mengungkapkan bahwa perkembangan pesat dari internet yang sudah mudah diakses di rumah, sekolah, kantor, 6% dari penggunanya berpotensi mengakibatkan masalah penyalahgunaan internet. Penelitian lainnya (Brenner, 1997; Young, 1998; Morahan & Schumacer, 1998) mengungkapkan bahwa gangguan-gangguan dari pengaksesan internet secara berlebihan berasosiasi dengan masalah sosial, akademik, keluarga, dan pekerjaan. Gejala-gejala yang muncul di antaranya keasikan mengakses internet, tidak mampu mengontrol penggunaan internet, berbohong atau menyembunyikan perilakunya, penarikan diri secara psikologis (psychological withdrawal), dan berlanjut menggunakan internet meskipun berdampak tidak baik.

Permasalahan mengakses internet yang tidak tepat guna pada diri remaja dilatarbelakangi oleh banyak faktor, di antaranya adalah karena kekhasan perkembangan masa remaja. Young (Young, et al., 2011: 11) menyatakan dengan terlibat dalam aktivitas penggunaan internet, remaja mencari kompensasi untuk identitas diri, harga diri, dan jaringan sosial. Senada


(13)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan yang diungkapkan Greenfield (Young, 2007) menemukan bahwa yang tidak mampu mengontrol keinginannya untuk online merasakan teralihkan dari permasalahan dan tidak mampu mengatur aspek-aspek kehidupannya karena terus meningkatkan rasa senang dalam menggunakan internet. Ketidakmampuan mengatur aspek kehidupan pada siswa yang dikarenakan terus meningkatnya rasa senang dalam menggunakan internet berimplikasi pada kedisiplinan siswa mengatur kegiatan belajar. Internet menjadi lebih dominan dibandingkan kegiatan belajar, hal tersebut berpotensi mengakibatkan terganggunya perkembangan akademik siswa. Selain itu, perkembangan akademik juga dipengaruhi oleh kondisi psikologis siswa yang juga ditenggarai dapat dipengaruhi oleh compulsive internet use. Van der Aa et al (2009: 766) menyatakan ketika remaja terus menerus berada dalam kondisi compulsive internet use, maka akan sedikit waktu dan energi yang secara aktif dihabiskan untuk melakukan interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari dan hal ini akan meningkatkan resiko untuk mengalami kesepian, depresi, dan harga diri rendah. Selain itu, remaja yang menggunakan internet secara kompulsif mengalami kesepian dan lebih depresi dibandingkan dengan remaja yang tidak kompulsif dalam mengakses internet.

Survey di Amerika Serikat (Nurhusni, 2012: 27) menunjukkan bahwa lebih dari 50% individu yang mengalami kecanduan internet juga mengalami kecanduan pada hal lain seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok dan seks. Kecanduan internet juga timbul akibat masalah-masalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan dan sering menggunakan dunia fantasi di internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stress. Berdasarkan hasil survey ini juga diperoleh bahwa 75% individu yang mengalami masalah penggunaan internet disebabkan adanya masalah dalam hubungannya dengan orang lain, kemudian individu tersebut mulai menggunakan aplikasi-aplikasi online yang bersifat interaktif seperti chat room dan game online sebagai cara


(14)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk membentuk hubungan baru dan lebih percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain melalui internet.

Masalah compulsive internet use juga terdapat di kalangan siswa SMP Istiqomah Bandung oleh guru BK di sekolah tersebut. Guru BK sekolah tersebut mengungkapkan banyak menemukan siswa yang kurang dapat mengontrol diri untuk mengakses internet ketika di kelas maupun di luar kelas. Selain itu berdasarkan pengamatan Guru BK terkait, aplikasi yang banyak digunakan di antaranya media sosial, online game, web-browser dengan situs tertentu seperti ask.com, youtube, dan google. Berdasarkan hasil need asessment melalui instrumen compulsive internet use di SMP Istiqamah Bandung, diketahui sebanyak 14,56% siswa kelas VII dan kelas VIII berada pada kategori tinggi. Siswa-siswa yang termasuk pada kategori tinggi memiliki intensitas tertinggi pada gejala compulsive internet use yang meliputi aspek withdrawal symptoms, loss of control, preoccupation/salience, conflict, coping, dan lying to hide internet use. Sebanyak 68,93% siswa mengalami compulsive internet use pada kategori sedang. Artinya sebagian besar siswa di kelas VII dan VIII SMP Istiqamah memiliki intensitas gejala compulsive internet use yang menengah atau berpotensi mengalami peningkatan menuju kategori compulsive internet use tinggi. Sebanyak 16,50% siswa mengalami compulsive internet use pada kategori rendah. Siswa pada kategori rendah memiliki skor gejala compulsive internet use yang paling kecil jika dibandingkan dengan dua kategori lainnya yaitu kategori tinggi dan sedang.

Pengolahan instrumen pada pretest di SMP Istiqamah Bandung menunjukkan Aspek tertinggi dalam kelompok populasi adalah aspek Loss of Control yakni pada indikator tidak dapat mengendalikan diri dalam mengakses internet sebanyak 23,52%; kemudian pada aspek withdrawal symptomps sebesar 20,02% dengan indikator dominan lebih menyenangi pertemanan di dunia virtual daripada dunia nyata; 19,78% pada aspek coping atau mengakses internet untuk mereduksi perasaan negatif; 17,17% pada aspek salience atau


(15)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadikan internet sebagai salah satu prioritas dalam keseharian; kemudian pada aspek conflict sebanyak 14,04% yang didominasi oleh konflik dengan diri sendiri; dan aspek dengan presentase terendah pada aspek lying to hide internet use atau menyembunyikan kegiatan mengakses internet dari orang sekitar, yakni 5,46%

Perilaku mengakses internet secara kompulsif yang tidak segera ditangani melalui perlakuan yang tepat atau dibiarkan terus menerus terjadi dipastikan dapat mengganggu performa akademik dan perkembangan siswa. Chou et al., (2005: 369) siswa yang mengakses internet berlebihan ditemukan mengalami masalah akademik, seperti mendapat nilai rendah, academic probation, dan drop-out. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa CIU dapat mengganggu perkembangan akademik siswa di sekolah. Hal tersebut menunjukkan diperlukannya peran bimbingan dan konseling dalam membantu mereduksi CIU yang dialami siswa.

Chou et al (2005: 386) menyatakan sebagai pendidik dan psikolog pendidikan seharusnya sudah dapat mengantisipasi kondisi perubahan perilaku yang diakibakan oleh kemajuan teknologi dalam kehidupan siswa berlangsung sangat cepat dan seperti terus menerus berevolusi. Oleh karena itu, upaya bantuan bagi siswa yang mengalami compulsive internet use menjadi penting. Konselor perlu merancang layanan bimbingan dan konseling yang tepat dan bersifat responsif. Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan (ABKIN, 2007: 25).

Peran Guru BK/Konselor dalam membantu siswa mengatasi compulsive internet use di antaranya melalui layanan konseling, baik secara individual maupun kelompok. Cavanagh dan Levitov (2002: 16) mengartikan konseling sebagai hubungan antara seorang helper yang terlatih dengan seseorang yang mencari bantuan untuk mengatasi masalah, mendefinisikan tujuan, kemudian


(16)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menempuh serangkaian langkah treatmen untuk memperoleh hasil yang diharapkan Lebih lanjut disebutkan bahwa hasil yang diharapkan dapat diartikan sebagai perkembangan dan pertumbuhan yang meliputi: kompetensi intra-interpersonal, pertumbuhan kepribadian, dan penyelesaian masalah yang dihadapi konseli yang teridentifikasi secara spesifik.

Tiga unsur penting dalam makna konseling, yakni hubungan yang membantu, identifikasi masalah, tujuan, dan treatmen (perlakuan) Cavanagh & Levitov, 2002: 14-16). Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan spesifik dalam melakukan konseling, agar konseling yang dilakukan dapat berlangsung efektif dan tepat sasaran.

Diketahui terdapat berbagai pendekatan yang telah terbukti dapat mengatasi masalah penggunaan internet, termasuk compulsive internet use (CIU). Orzack & Orzack (1999) menyatakan dua pendekatan yakni Cognitive Behavioural Therapy dengan premis bahwa pikiran menentukan perasaan. Apabila individu memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi pikiran-pikirannya, maka dapat diidentifikasi hal-hal yang mendorong individu mengatasi masalah penggunaan internet yang tidak sesuai. Pendekatan lain yakni Motivational Enhancement Therapy, yang membiarkan individu yang mengalami masalah penggunaan internet dan terapis berkolaborasi dalam perencanaan treatmen dan penetapan tujuan yang ingin dicapai. Pendekatan yang kedua lebih inovatif dan tidak terlalu konfrontatif jika dibandingkan dengan CBT.

Selain pendekatan yang telah disebutkan, terdapat salah satu pendekatan yang juga terbukti efektif mengatasi masalah terkait compulsive internet use. Pendekatan yang dimaksud merupakan pendekatan yang termasuk pada kategori post-modernisme, yaitu solution focused brief counseling. Solution-focused brief counselling atau dapat diterjemahkan sebagaikonseling singkat berfokus solusi merupakan pendekatan konseling yang menekankan pada kekuatan konseli dan berfokus pada solusi-solusi (O’Connell, 2004).


(17)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konseling singkat berfokus solusi merupakan model yang sangat baik untuk kelompok sekolah (Murphy, 2008) dan beberapa perkembangan, konseling, dan terapi kelompok karena terapi ini menekankan pada solusi dan coping yang positif. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Dahlan (2011) yang mengungkapkan kualitas hubungan terapeutik merupakan jantung dari keefektifan model konseling singkat berfokus solusi. Salah satu cara untuk menciptakan hubungan terapeutik yang efektif adalah menunjukkan kepada anggota bagaimana mereka dapat menggunakan kekuatan dan sumber daya yang mereka miliki untuk mengkonstruk solusi. Dalam hal ini peran konselor membantu konseli untuk mengenali kompetensi yang dimiliki seseorang.

Terdapat sebuah fakta lapangan yang diperoleh melalui wawancara peneliti dengan 15 Guru BK/Konselor di sekolah (2013), banyak konselor yang mengabaikan teknik dan atau pendekatan tertentu dalam konseling. Alasan yang dikemukakan adalah prosedur model konseling yang sudah ada dipandang kurang memungkinkan untuk dilakukan di sekolah, serta sesi yang digunakan banyak dan lama. Berdasarkan fakta lapangan tersebut, peneliti berasumsi bahwa model konseling yang tepat digunakan untuk mengatasi compulsive internet use siswa. Asumsi peneliti didukung oleh berbagai hasil penelitian yang menunjukkan konseling singkat berfokus solusi dapat mengatasi compulsive internet use, prosedur konseling yang aplikatif, dan jumlah sesi yang tidak terlalu banyak.

Efektivitas konseling singkat berfokus solusi di antaranya didukung oleh hasil meta analisis Kim (Kelly et al, 2008: 41) yang menyatakan konseling singkat berfokus solusi efektif untuk masalah-masalah perilaku ekternalisasi, seperti agresif; perilaku internalisasi, seperti depresi, kecemasan, harga diri; dan masalah hubungan sosial dan keluarga. Franklin (2008: 15) mengungkapkan konseling singkat berfokus solusi efektif untuk mengatasi perilaku anak dan remaja dalam setting sekolah. Pernyataan tersebut memberikan penegasan bahwa compulsive internet use siswa dapat diatasi


(18)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan konseling singkat berfokus solusi. Konseling singkat berfokus solusi memiliki prinsip memperbaiki yang seharusnya diperbaiki secara spesifik, konkret, dan jelas.

Burns (2005: 2) menyatakan konseling singkat berfokus solusi dapat mengarahkan pada pembentukan harapan-harapan yang mengarahkan pada pencapaian perubahan, peningkatan kemampuan untuk bersikap positif terhadap masalah dan ketidakmampuan mengendalikan diri. Pendekatan ini membantu konseli dan konselor dalam menyadari kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk melewati krisis yang dihadapi. Pendekatan ini dapat dilakukan sebagai alat untuk membantu mengatasi masalah-masalah emosional secara lebih efektif dan untuk meningkatkan keberfungsian individu dalam kehidupan sehari-hari. Konseli diarahkan untuk berfokus pada kekuatan, kemampuan, dan kemungkinan-kemungkinan solusi untuk keluar dari masalah compulsive internet use yang dialami.

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi masalah

Compulsive internet use (CIU) merupakan salah satu masalah pengaksesan internet yang tidak sesuai kebutuhan. Meerkerk et al (2006) menyatakan pada beberapa literatur perilaku mengakses internet dengan karakteristik adiktif seringkali disebut sebagai adiksi internet, akan tetapi hal tersebut tidak dapat dikatakan adiksi pada internet melainkan lebih kepada aplikasi pada internet yang digunakan oleh penggunanya. Istilah compulsive internet use (CIU) dianggap lebih tepat dalam menggambarkan perilaku dengan karakteristik adiktif yang dialami oleh individu yang menggunakan berbagai aplikasi di internet. Meta analisis yang dilakukan Tokunaga dan Rains


(19)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(2010) memberikan penguatan terhadap ungkapan tersebut, yang menyatakan bahwa compulsive internet use berkaitan erat dengan durasi dan frekuensi mengakses internet, serta lebih menggambarkan karakteristik penggunaan aplikasi-aplikasi internet yang tidak terkendali daripada adiksi yang bersifat patologis.

Pengaksesan internet yang tidak terkendali memberikan dampak negatif. Penelitian mengenai compulsive internet use yang sebagian besar berfokus pada remaja dan social well-being menunjukkan ketidakmampuan mengendalikan penggunaan internet berkorelasi positif dengan kesepian, kekurangmampuan bersosialisasi, kecemasan sosial, ketidakstabilan emosi, masalah akademik, dan masalah sosial (Kerkhof et al, 2012: 5). Penelitian lainnya (Brenner, 1997; Young, 1998; Morahan & Schumacer, 1998) mengungkapkan bahwa gangguan-gangguan dari pengaksesan internet secara berlebihan berasosiasi dengan masalah sosial, akademik, keluarga, dan pekerjaan. Caldwell dan Cunningham (2010: 1) mengungkapkan masalah penyalahgunaan internet merupakan salah satu penghambat perkembangan aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir pada siswa.

Masalah performa akademik merupakan salah satu hal yang diakibatkan oleh compulsive internet use (CIU). Selain itu disebutkan bahwa remaja merupakan usia yang rentan mengalami compulsive internet use (CIU). Performa akademik siswa, terutama yang berada di jenjang sekolah menengah notabene remaja memiliki resiko tinggi untuk mengalami hambatan dikarenakan mengalami compulsive internet use (CIU). Permasalahan yang dipaparkan berimplikasi pada tanggung jawab Guru BK dan Konselor dalam membantu siswa mereduksi compulsive internet use melalui layanan responsif. Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan (ABKIN, 2007: 25).


(20)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diketahui terdapat berbagai pendekatan yang telah terbukti dapat mengatasi masalah penggunaan internet, termasuk compulsive internet use (CIU). Orzack & Orzack (1999) menyatakan dua pendekatan yakni Cognitive Behavioural Therapy dengan premis bahwa pikiran menentukan perasaan. Apabila individu memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi pikiran-pikirannya, maka dapat diidentifikasi hal-hal yang mendorong individu mengatasi masalah penggunaan internet yang tidak sesuai. Pendekatan lain yakni Motivational Enhancement Therapy, yang membiarkan individu yang mengalami masalah penggunaan internet dan terapis berkolaborasi dalam perencanaan treatmen dan penetapan tujuan yang ingin dicapai. Pendekatan yang kedua lebih inovatif dan tidak terlalu konfrontatif jika dibandingkan dengan CBT.

Salah satu pendekatan konseling yang diasumsikan tepat untuk mereduksi compulsive internet use (CIU) di sekolah yaitu konseling singkat berfokus solusi. Unsur pertama yang menjadi asumsi efektivitas konseling singkat berfokus solusi yaitu intervensi terfokus pada sasaran spesifik yang seharusnya diatasi. Konseling singkat berfokus solusi memiliki prinsip memperbaiki yang seharusnya diperbaiki secara spesifik, konkret, dan jelas. Selain itu, intervensi berlangsung dengan sesi yang cenderung sedikit sehingga berdampak pada waktu yang diperlukan untuk konseling. Hal tersebut dipandang sesuai dengan rasio Guru BK dan siswa di sekolah. Sesuai dengan pernyataan Franklin (2008: 15) yakni konseling singkat berfokus solusi efektif untuk mengatasi perilaku anak dan remaja dalam setting sekolah. Konseling singkat berfokus solusi dapat mengarahkan pada pembentukan harapan-harapan yang mengarahkan pada pencapaian perubahan, peningkatan kemampuan untuk bersikap positif terhadap masalah dan ketidakmampuan mengendalikan diri (Burns, 2005:2). Konseling singkat berfokus solusi mendorong siswa untuk memiliki cara pandang baru yang positif terhadap kesulitan mengendalikan diri dalam mengakses internet.


(21)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah compulsive internet use (CIU) dan konseling singkat berfokus solusisebagai sebuah upaya penanggulangan, maka rumusan masalah penelitian adalah compulsive internet use yang dialami oleh siswa membutuhkan penanganan yang sesuai dari Guru BK/Konselor.

Permasalahan compulsive internet use (CIU) berimplikasi terhadap permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian yakni, (1) identifikasi terhadap tingkat kecenderungan compulsive internet use (CIU) siswa sebagai data acuan bagi perumusan intervensi konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi compulsive internet use (CIU) siswa, dan (2) pengujian secara empirik terhadap efektivitas rumusan intervensi konseling singkat berfokus solusi untuk mengembangkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use (CIU) siswa.

C.Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian secara umum yakni, “Apakah konseling singkat

berfokus solusi efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam mengendalikan compulsive internet use?”

Pertanyaan penelitian dijabarkan secara spesifik menjadi:

1. Bagaimana rumusan konseling singkat berfokus solusi yang sesuai dengan kebutuhan penanganan masalah compulsive internet use siswa?

2. Apakah konseling singkat berfokus solusi efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam mengendalikan compulsive internet use?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk:

1. melakukan analisis kebutuhan siswa yang mengalami compulsive internet use subjek penelitian di SMP Istiqamah Bandung;


(22)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. memperoleh gambaran empirik mengenai efektivitas konseling singkat berfokus solusi dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam mengendalikan compulsive internet use; dan

3. mengidentifikasi keterampilan yang diperlukan konselor dalam implementasi konseling singkat berfokus solusi dengan siswa sekolah menengah pertama.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi para praktisi dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use siswa di sekolah.

Secara spesifik, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak sebagai berikut.

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Untuk memberikan alternatif layanan responsif berupa konseling singkat berfokus solusi bagi siswa yang mengalami compulsive internet use; serta memberikan rumusan pedoman operasional dalam pelaksanaannya.

2. Siswa

Siswa mampu menyadari dan melakukan tindakan mengendalikan compulsive internet use yang dimiliki.

3. Praktisi Perkembangan Remaja

Untuk memberikan pedoman pelaksanaan konseling singkat berfokus solusi bagi remaja yang mengalami compulsive internet use.


(23)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tesis terdiri atas lima bab. Pada bab pertama (BAB I) dibahas mengenai latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. Pada bab kedua (BAB II) dibahas mengenai kajian pustaka, asumsi penelitian, dan hipotesis penelitian. Pada bab ketiga (BAB III) dibahas mengenai metode penelitian. Pada bab keempat (BAB IV) dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab kelima (BAB V) dibahas mengenai simpulan dan saran.


(24)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dalam rangka mendapatkan data numerikal, mendeskripsikan data berupa persentase kecenderungan compulsive internet use (CIU) yang dialami oleh siswa kelas 7 dan 8 SMP Istiqamah Bandung tahun ajaran 2013/2014, serta untuk mengukur efektivitas konseling singkat berfokus solusi dalam meningkatkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use (CIU) pada siswa.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen kuasi, satu bentuk penelitian yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan dan penelitian dengan subjek manusia. Penelitian eksperimen kuasi dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu dan merupakan penelitian yang dilakukan melalui uji coba untuk memanipulasi variabel yang relevan.

Metode eksperimen kuasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas intervensi yang dilaksanakan secara sengaja dan sistematis melalui konseling singkat berfokus solusi dalam meningkatkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use (CIU) pada siswa.

Desain yang digunakan yaitu desain subjek tunggal (single subject). Desain single subject hanya melibatkan satu peserta saja, tetapi dapat juga mencakup beberapa subjek penelitian, berkisar 3 sampai 8 subjek. Setiap subjek berfungsi sebagai kontrol bagi dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kinerja subjek sebelum, selama, dan setelah diberi perlakuan (Horner, 2005: 166).


(25)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model subjek tunggal yang digunakan adalah Model AB dengan skema sebagai berikut.

Keterangan :

A : Baseline (Sebelum intervensi atau perlakuan ) B : Intervensi

Model AB memungkinkan penelitian mengungkap dinamika perubahan, yang meliputi peningkatan kemampuan mengendalikan compulsive internet use (CIU) subjek penelitian secara individual pada kondisi baseline dan pada kondisi treatment.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Istiqamah Bandung yang beralamat di Jalan Pahlawan Kota Bandung. Populasi penelitian adalah siswa yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di kelas 7 dan 8 di SMP Istiqamah Bandung.

Teknik pengambilan sampel menggunakan maximal variation sampling yaitu strategi pemilihan sampel yang memiliki kesamaan dalam aspek tertentu tetapi memiliki perbedaan pada aspek lainnya (Creswell, 2012: 208). Dalam penelitian, sampel penelitian yang ditetapkan yaitu empat siswa yang memiliki skor tinggi pada hasil pengukuran melalui instrumen gejala compulsive internet use dan menyatakan bersedia mengikuti konseling singkat berfokus solusi.

D. Definisi Operasional

1. Compulsive Internet Use (CIU) A – B


(26)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Compulsive internet use (CIU) merupakan tindakan siswa SMP Istiqamah Bandung kelas 7 dan kelas 8 Tahun Ajaran 2013/2014 mengakses aplikasi internet yang sulit dikendalikan karena dianggap dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari di sekolah dan di rumah, mengganggu konsentrasi belajar, dan mendominasi kegiatan hidup sehari-hari.

Tindakan diindikasikan oleh: withdrawal symptoms, yakni kecenderungan menarik diri serta lebih menyenangi mengakses internet daripada berinteraksi dengan kehidupan sosial di dunia nyata; loss of control, yakni ketidakmampuan mengendalikan dan membatasi waktu dalam mengakses internet; preoccupation/salience, yakni aktivitas mengakses internet menjadi hal yang dominan dalam kehidupan sehari-hari; conflict, yakni siswa mengalami konflik yang diakibatkan penggunaan internet yang tidak terkendali, meliputi konflik dengan diri sendiri dan orang lain; coping, yakni internet digunakan untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif atau perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan; dan lying to hide internet use, yakni tindakan menyembunyikan perilaku mengakses internet dari orang di sekitar.

2. Konseling Singkat Berfokus Solusi

Konseling singkat berfokus solusi merupakan layanan tatap muka dan dialog dalam rangka membantu konseli menetapkan tujuan spesifik perubahan perilaku; dan mengkonstruk solusi-solusi dalam mengendalikan dan mengatur dorongan-dorongan untuk mengakses aplikasi internet yang beresiko mengganggu efektivitas kehidupan siswa, melalui empat strategi konseling yaitu miracle questioning, exception questioning, scaling questioning, dan coping questioning.

E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen


(27)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrumen yang disusun berdasarkan pengembangan dan perumusan teori mengenai compulsive internet use (CIU). Butir-butir pernyataan dalam instrumen merupakan gambaran mengenai kecenderungan compulsive internet use (CIU) pada siswa. Angket menggunakan skala Likert yang terdiri atas: selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah.

2. Pengembangan Kisi-Kisi

Rumusan kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kecenderungan Compulsive Internet Use (CIU) berikut merujuk pada aspek dari Griffiths (1999). Aspek CIU meliputi: withdrawal symptoms, loss of control, preoccupation/salience, conflict, coping, dan lying to hide internet use.

Kisi-kisi dari instrumen disajikan pada Tabel selanjutnya yang berjudul: Tabel Kisi-kisi Instrumen Compulsive Internet Use.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Compulsive internet use (CIU)

ASPEK INDIKATOR ITEM PERNYATAAN

No. item (+) (-)

Withdrawal symptoms

Cenderung menarik diri Saya cenderung berlaku tertutup dan seperlunya pada teman-teman di sekolah, dan lebih terbuka di internet.

1 -

Saya merasa nyaman ketika menyendiri di kamar dan mengakses internet.

2 -

Saya merasa bosan berteman di

dunia nyata. 3

-

Lebih menyenangi

mengakses internet

daripada berinteraksi dengan kehidupan sosial di dunia nyata.

Saya menyukai berteman melalui aplikasi-aplikasi media sosial. 4

- Saya merasa lebih senang

mengakses internet daripada menghabiskan waktu dengan teman-teman.

5 -

Saya lebih menikmati waktu dengan mengakses aplikasi di 6


(28)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

internet daripada berkumpul dan mengobrol dengan keluarga di rumah.

Saya lebih menyenangi ngobrol dengan orang lain melalui internet (chatting) dari pada melakukan langsung di dunia nyata, seperti melalui: BBM, facebook, yahoo messenger, twitter, dll

7 -

Saya lebih menikmati waktu liburan dengan menjelajahi internet seharian penuh di rumah.

8 -

Loss of

control

Ketidakmampuan

mengendalikan diri untuk mengakses internet

Saya mengalami kesulitan untuk berhenti ketika mengakses internet. 9

- Tetap berlanjut menggunakan

internet meskipun sudah berniat untuk berhenti.

10 -

Saya seringkali- lupa waktu kalau sudah menggunakan berbagai aplikasi di internet.

11 -

Saya langsung membuka notifikasi yang muncul di akun aplikasi internet dimanapun dan kapanpun berada.

12 -

Setiap hari saya menggunakan internet, bahkan ketika belajar di kelas.

13 -

Saya langsung mengecek akun-akun aplikasi di internet ketika bangun tidur.

14 -

Ketidakmampuan

membatasi waktu

mengakses internet

Berbagai aplikasi di internet membuat saya menjadi tidak disiplin terhadap waktu belajar

15 -

Secara tidak sadar, saya lebih fokus pada aplikasi internet daripada pada lawan bicara saya.

16 -

Saya masih melanjutkan mengakses internet meski sudah diminta berhenti oleh orang tua di rumah.

17 -

Preoccupatio n/salience

Mengakses internet menjadi prioritas yang menguasai kehidupan sehari-hari

Mengalami kurang tidur karena mengakses internet

18 - Memikirkan untuk mengakses

internet, meskipun sedang tidak online


(29)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mencari-cari waktu untuk mengakses internet dimanapun saya berada, baik melalui gadget, fasilitas wi-fi, ataupun menggunakan broadband/modem.

20 -

Merasa terganggu ketika tidak dapat mengakses internet

21 - Terburu-buru mengerjakan tugas

karena ingin mengakses internet

22 - Ingin segera selesai ketika

melakukan kegiatan belajar di sekolah karena ingin mengakses internet

23 -

Saya kehilangan selera makan karena keasyikan menggunakan aplikasi-aplikasi internet.

24 -

Conflict Pertentangan yang muncul dengan diri sendiri akibat dari mengakses internet

Merasa tidak berhasil dalam mengurangi waktu mengakses internet

25

Berpikir harus mengurangi waktu mengakses internet

26 - Merasakan gangguan fisik karena

sering mengakses internet

27 - Saya merasa bersalah ketika terlalu

sering dan terlalu lama mengakses internet.

28 -

Saya berpikir bahwa menggunakan internet membuat saya lupa belajar, tetapi saya sulit menghentikan kebiasaan tersebut.

29 -

Pertentangan dengan orang lain karena perilaku mengakses internet yang dianggap berlebihan.

Saya sering bertengkar dengan kakak/adik karena berebut menggunakan internet di rumah

30 -

Orang tua memarahi saya karena terlalu lama menggunakan internet

31 - Saya sering ditegur teman karena

terlalu fokus pada internet saat mengobrol.

32 -

Coping Mampu merasa terhindar dari perasaan-perasaan negatif ketika mengakses internet

Saya mengakses internet ketika merasa galau

33 - Saya mengakses internet ketika

merasa sedih

34 - Dengan mengakses

aplikasi-aplikasi di internet dapat


(30)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pedoman Skoring

Butir pernyataan pada alternatif jawaban siswa diberi skor 4, 3, 2, 1,

dan 0. Jika siswa menjawab pada kolom “Selalu” diberi skor 4, kolom “Sering” diberi skor 3, kolom “Kadang-Kadang” diberi skor 2, kolom

“Jarang” diberi skor 1, dan kolom “Tidak Pernah” diberi skor 0.

Semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka semakin tinggi tingkat kecenderungan compulsive internet use (CIU) siswa dan semakin rendah alternatif jawaban siswa maka semakin rendah pula tingkat kecenderungan compulsive internet use (CIU) peserta didik. Ketentuan pemberian skor kecenderungan compulsive internet use (CIU)dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

mengurangi stres yang saya rasakan Saya lebih memilih mengakses internet daripada memikirkan masalah yang dihadapi

36 -

Menurut saya, internet sering menjadi solusi masalah yang saya hadapi

37 -

Saya merasa internet dapat menyediakan segala hal yang saya butuhkan.

38 -

Lying to hide internet use

Menyembunyikan aktivitas mengakses internet dari orang di sekitar.

Tidak mengakui bahwa saya menghabiskan banyak waktu untuk mengakses internet pada orang lain (teman, guru, dan orang tua)

39 -

Menggunakan internet secara diam-diam (tidak mau ketahuan guru atau orang tua)

40 -

saya berpura-pura jarang menggunakan internet karena takut dimarahi orang tua

41 -

Saya mencuri-curi waktu untuk mengakses aplikasi di internet tanpa diketahui orang lain

42 -


(31)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alternatif Jawaban Positif

Selalu 4

Sering 3

Kadang-Kadang 2

Jarang 1

Tidak Pernah 0

4. Uji Validitas Rasional

Uji validitas rasional bertujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk dan isi. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli, yaitu Dr. Mubyar Agustin, M.Pd., Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd., dan Dr. Suherman, M.Pd. Uji validitas rasional dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut bisa digunakan dan item yang diberi nilai TM bisa memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau masih bisa digunakan dengan revisi.

Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk hampir seluruh item pada instrumen compulsive internet use termasuk memadai. Terdapat item-item yang perlu diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dosen ahli dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya item-item pernyataan layak digunakan dengan beberapa perbaikan redaksi agar mudah dipahami peserta didik.

Langkah berikutnya dilakukan uji keterbacaan terhadap tiga orang siswa SMP yang tidak diikutsertakan dalam sampel penelitian akan tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Uji keterbacaan dimaksudkan untuk melihat sejauhmana keterbacaan instrumen oleh responden sebelum digunakan untuk kebutuhan penelitian. Hasil uji keterbacaan item pernyataan pada angket dapat dipahami oleh tiga orang siswa yang melakukan uji keterbacaan.


(32)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas merupakan tingkat penafsiran kesesuaian hasil yang dimaksudkan instrumen dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu instrumen (Creswell, 2012:159). Pengujian validitas butir item dilakukan terhadap seluruh item yang terdapat dalam instrumen compulsive internet use sosial pada siswa. Pengujian validitas butir item bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang menjadi salah satu tujuan penelitian. Pengujian validitas butir item menggunakan rumus korelasi Spearman-Brown karena hasil pengukuran instrumen dengan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah, menghasilkan skala ordinal. Selain itu, penggunaan rumus korelasi Spearman-Brown tidak memerlukan asumsi normalitas dan linieritas regresi.

Hasil pengujian validitas instrumen compulsive internet use (CIU) dengan menggunakan korelasi Spearman-Brown, dari 42 item pernyataan yang disusun didapatkan 40 item dinyatakan valid pada tingkat kepercayaan 95%.

6. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk melihat keajegan sebuah instrumen atau mengukur sejauh mana suatu instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten. Uji reliabilitas instrumen compulsive internet use (CIU) menggunakan metode Cronbach’s Alpha.

Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,93. Harga reliabilitas instrumen penelitian berada pada derajat keterandalan sangat tinggi artinya instrumen tersebut mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian.

F. Langkah-Langkah Penelitian


(33)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyusunan alat pengumpul data dimulai dengan menyusun instrumen compulsive internet use (CIU) berdasarkan konstruk teori dan indikator yang telah dikembangkan.

Butir-butir pernyataan dibuat berdasarkan teori yang mendasari dan indikator yang telah dikembangkan. Kisi-kisi instrumen disempurnakan berdasarkan hasil judgement dari dosen penimbang dan disusun menjadi instrumen yang siap digunakan sebagai alat pengumpul data.

2. Pelaksanaan Pre-test

Penyebaran instrumen compulsive internet use (CIU) dilakukan di kelas 7 dan 8 SMP Istiqamah Bandung. Kegiatan dilakukan sebagai tes awal (pre test) dalam rangka memperoleh data mengenai intensitas compulsive internet use (CIU) pada siswa. Sampel penelitian dipilih dari siswa yang memiliki skor tinggi dan bersedia mengikuti keseluruhan sesi konseling.

3. Perancangan Intervensi

Rancangan intervensi konseling singkat berfokus solusi untuk mereduksi compulsive internet use (CIU) disusun berdasarkan hasil pre-test dan karakteristik sampel penelitian. Berikut ini merupakan rancangan intervensi yang dilakukan hasil dari validasi dengan komponen yang meliputi: rasional, berisi latar belakang diperlukannya konseling singkat berfokus solusi untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan compulsive

internet use (CIU) pada siswa; tujuan intervensi; prosedur konseling singkat berfokus solusi; asumsi intervensi; sasaran intervensi; sesi intervensi, yakni paparan mengenai kegiatan setiap sesi konseling; indikator keberhasilan konseling singkat berfokus solusi dalam mereduksi compulsive internet use; dan langkah-langkah implementasi konseling singkat berfokus solusi dalam meningkatkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use (CIU) pada siswa.


(34)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian dirumuskan dua pertanyaan penelitian. Secara berurutan, masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut.

1. Pertanyaan penelitian pertama mengenai analisis kebutuhan untuk merumuskan program maka dibutuhkan gambaran compulsive internet use (CIU) subjek penelitian di SMP Istiqamah Bandung yang diungkap menggunakan persentase jawaban siswa dalam Inventori compulsive internet use (CIU) yang dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban setiap siswa kemudian mencari rata-rata (µ) dan standar deviasi (σ) untuk memberikan makna diagnostik terhadap skor. Langkah ini dilakukan untuk memberikan kategori tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus yang tersaji pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Rumusan Kategorisasi Skala

Kategori Rentang Skor

Tinggi X > (µ + 1,0 σ)

Sedang (µ - 1,0 σ) ≤ x < (µ + 1,0 σ)

Rendah X < (µ - 1,0 σ)

Keterangan: X = skor subjek µ = rata-rata baku


(35)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumusan kategorisasi skala yang digunakan sebagai acuan dalam pengelompokkan skor compulsive internet use (CIU) siswa. Tiga kategori compulsive internet use (CIU) tersaji pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Rumusan Kategorisasi Compulsive Internet Use

No Skor Kategori

1 X > 75,10 Tinggi

2 75,10 > X > 29,15 Sedang

3 X < 75,10 Rendah

Untuk melihat indikator yang akan diintervensi pada setiap siswa, maka dapat dilakukan dengan mengkonversikan data ordinal menjadi data interval dengan menggunakan metode yang dikenal dengan method of succesive interval (MSI). Setelah data menjadi data interval maka dapat terlihat perbedaan skor untuk setiap indikatornya. Skor yang tertinggi disetiap indikatornya akan diberi intervensi dengan menggunakan konseling singkat berfokus solusi.

2. Pertanyaan penelitian pertama mengenai rancangan dan pelaksanaan intervensi melalui konseling singkat berfokus solusi dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use (CIU) siswa dijawab berdasarkan data kebutuhan siswa yang mengalami CIU melalui pretest.

3. Pertanyaan penelitian kedua mengenai efektivitas teknik konseling singkat berfokus solusi dirumuskan ke dalam hipotesis “konseling singkat berfokus solusi efektif dalam meningkatkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use (CIU) pada siswa.” Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji statistik the two standar deviation rule. 4. Pengujian efektivitas dilakukan pada setiap individu yang menjadi subjek


(36)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seorang siswa adalah kontrol bagi dirinya sendiri. Data disajikan melalui grafik dalam rangka melihat visualisasi dari perubahan intensitas compulsive internet use siswa.


(37)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan compulsive internet use (CIU) merupakan masalah yang banyak dialami siswa sekolah menengah pertama. Compulsive internet use (CIU) adalah masalah yang dicirikan oleh kesulitan mengendalikan tindakan mengakses aplikasi-aplikasi internet. Terdapat berbagai intervensi yang diupayakan dalam mengatasi compulsive internet use (CIU). Konseling singkat berfokus solusi adalah salah satu teknik yang terbukti efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam mengendalikan compulsive internet use.

Konseling singkat berfokus solusi yaitu teknik konseling yang memfasilitasi konseli dalam merumuskan solusi; dan mengidentifikasi kekuatan serta sumber daya yang dimiliki dalam rangka mengendalikan kecenderungan compulsive internet use. Penggunaan konseling singkat berfokus solusi secara individual terbukti efektif dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan compulsive internet use subjek penelitian yang dilaksanakan secara individual. Efektivitas konseling singkat berfokus solusi dipengaruhi oleh kemampuan questioning konselor dan keadaan konseli secara individual yang meliputi: kemauan konseli untuk berubah, intensitas CIU, kuantitas aplikasi yang diakses, kemampuan mengkonstruk solusi, lingkungan sebagai sistem pendukung, dan kompleksitas masalah selain CIU yang dialami konseli. Efektivitas intervensi ditandai oleh peningkatan skor pengendalian compulsive internet use dan perubahan perilaku konseli berdasarkan analisis jurnal konseling, lembar kerja


(38)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konseli, serta timbal balik konseli dalam proses pelaksanaan intervensi konseling singkat berfokus solusi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, berikut rekomendasi yang diajukan mengenai compulsive internet use pada siswa.

1. Guru Bimbingan dan Konseling.

Hasil penelitian menunjukkan konseling singkat berfokus solusi efektif dalam mengembangkan kemampuan sebagian besar siswa yang menjadi subjek penelitian dalam mengendalikan compulsive internet use. Dengan demikian Guru BK/Konselor diharapkan dapat mengimplementasikan konseling singkat berfokus solusi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengendalikan compulsive internet use.

Pelaksanaan intervensi dipaparkan secara rinci dalam pedoman intervensi melalui konseling singkat berfokus solusi yang terlampir dengan judul lampiran rancangan intervensi. Selain itu, penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mengimplementasikan konseling singkat berfokus solusi.

Guru BK/Konselor diharapkan dapat mengoptimalkan upaya kolaborasi dengan orang tua sebagai pengontrol aktivitas dan sistem pendukung utama bagi siswa.

2. Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Hasil penelitian menunjukkan compulsive internet use merupakan masalah yang saat ini banyak dialami siswa, terutama siswa yang sudah memiliki mobile-gadget. Program Studi Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat menambahkan rancangan silabus Mata Kuliah Psikologi Konseling


(39)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan pelatihan keterampilan menggunakan teknik-teknik konseling yang relevan dalam menangani permasalahan-permasalahan spesifik sebagai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Peneliti selanjutnya.

Penelitian dengan menggunakan metode single subject research dengan desain reversal baseline masih memiliki banyak kekurangan, peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode single subject research dengan desain multiple baseline agar hasil atau perubahan yang dialami konseli dapat diamati secara lebih akurat.


(40)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Alice. (2004). What is the difference between a compulsion and an addiction?. [Online]. Tersedia di: http://goaskalice.columbia.edu/whats-difference-between-addiction-and-compulsion (24 Maret 2014)

Anderson, K.J. (2001). Internet use among collegestudents: an exploratory study. Journal of American College Health, (50), 21–26.

APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). Jumlah pengguna internet di Indonesia. [Online]. Tersedia di : http://www.apjii.or.id/v2/index.php/read/page/halamandata/9/statistik.ht ml#(27 November 2013)

Aquino, C. (2011). Social Networking On-The-Go: U.S. Mobile Social Media Audience Grows 37 Percents in The Past Year. [Online]. Tersedia di: http://www.comscore.com/Press_Events/Press_Release/2013/11/Social_

Networking_On-The-Go_

U.S._Mobile_Social_Media_Audience_Grows_37_Percents_in_The_Past_Year (27 November 2013)

Berg, In Soo Kim., dan Peter De Jong. (2004). Building Solution-focused Partnerships on Children’s Protective and Family Services. [Online]. Tersedia di: www.ucdenver.edu (27 Juli 2014)

Brenner V. (1997). Psychology of computer use: VLVII. Parameters of Internet use, abuse and addiction: the first 90 days of the Internet usage survey. Psychological Reports, 80, 879–82.

Burns, Kidge. (2005). Focus on Solutions A Health Professional’s Guide. London: Whurr Publishers Ltd.

Caldwell, C. D. & Cuningham, T.J. (2010). Internet Addiction and Students: Implications for School Counselor. [Online]. Tersedia di: http://counselingoutfitters.com//vistas/vistas10/ARticle_61.pdf (10 Oktober 2013)


(41)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cavanagh, Michael E., dan Levitov, Justin E. (2002). The Counseling Experience: A Theoritical and Practical Approach. (2nd Ed). USA: Waveland Press, Inc.

Chou, Chien., Condron, Linda., & Belland, John C. (2005). A Review of the Research on Internet Addiction. Educational Psychology Review, 17, (4). Cohn, Shari. Cybersex Addiction/Internet Sexual Addiction. [Online]. Tersedia di:

http://www.sharicohn.com/cybersex.html. (09 April 2010)

Corey, Gerald. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. (7th Ed). USA: Thomson Learning, Inc.

Creswell, W. Jhon.(2012). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (fourth edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Dahlan, Tina Hayati. (2011). Model Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused Brief Counseling) dalam setting kelompok untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa (Penelitian dan Pengembangan Model Konseling Singkat Berfokus Solusi pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2009). Disertasi pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. Deliusno. (2012). Riset: Pengguna Tak Sadar Keseringan "Online". [Online].

Tersedia di:

http://tekno.kompas.com/read/2012/10/20/11263134/riset.pengguna.tak.s adar.keseringan.quotonlinequot (27 November 2013)

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

______. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Erford, Bradley. T., Eaves, Susan. H., Bryant, Emily. M., dan Young, Katherine. A. (2010). 35 Techniques: Every Counselor Should Know. USA: Pearson Education, Inc.

Franklin, Cynthia., Moore, Kelly., dan Hopson, Laura. (2008). Effectiveness of Solution-Focused Brief Therapy in a School Setting. Children & Schools,(30), 15-27


(42)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Greenfield D. (1999). Internet addiction: disinhibition, acceleratedintimacy and other theoretical considerations. Boston, MA: Paper presented at the 107th annual meeting of the American Psychological Association. [Online]. Tersedia di: www.apa.org/107thannualmeeting/greenfield/internetaddiction

Griffith, M. (1999). Internet Addiction: Fact or Fiction? Psychologist, 12 (50,

246-250. [Online]. Tersedia di:

http://www.academia.edu/429664/Griffiths_M.D._1999_._Internet_addic tion_Fact_or_fiction_The_Psychologist_Bulletin_of_the_British_Psycho

logical_Society_12_246-250?login=&email_was_taken=true&login=&email_was_taken=true Gysbers. N.C. & Henderson, P. (2012). Developing and Managing Your School

Guidance Program. United States: American Association for Counseling and Development.

Horner, R.H. et al. (2005). “The Use of Single-subject Research to Identify Evidance-Based Practice in Special Education”. Council for Exceptional Children, 71, (21), 165-179.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Development Psychologi: A Life Span Approach. Alihbahasa.(1997). Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ingersoll, G. M. (1989). Adolescent. Englewood Cliffs (2nd Ed). NY: Prentice Hall.

Kelly, Michael S., Kim, Johny. S., dan Franklin, Cynthia. (2008). Solution-Focused Brief Therapy in Schools: A 360-Degree View of Research and Practice. New York: Oxford University Press.

Kim, Johny S. 2001. Examining the Effectiveness of Solution Focused Brief Therapy: A Meta-analysis Using Random Effects Modeling. 19th National Symposium on Doctoral Research in Social Work.

Kraut, R., Patterson, M., Lundmark, V., Kiesler, S., Mukopadhyay, T., & Scherlis, W. (1998). Internet Paradox. A Social technology that reduces social involvement and psychological well-being? American Psychologist. 53, (9), 1017-1031.


(43)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lenhart, A., Rainie, L., & Lewis, O. (2001). Teenage life online: the rise of instan-message generation and the internet’s impact on friendships and family relationsships. Washington: Pew Internet and American Life Project.

Meerkerk, G. J., Van den Eijnden, R. J. J. M., & Garretsen, H. F. L. (2006). Predicting compulsive Internet use: It's all about sex! CyberPsychology & Behavior, 9, 95-103.

Murphy, J.J. (2008). Solution focused counseling in school. (2nd Ed). Alexandria, VA: American Counseling Association.

Nurhusni, P.A. (2012). Profil Penyesuaian Sosial Siswa yang Mengalami Kecanduan Mengakses Facebook. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

O'Connel, Bill l. (2004).Solution-Focused StressCounselling. London: Sage Publications, Ltd.

Orford, J. (2005). Problem Gambling and Other Behavioral Addictions. [Online].

Tersedia di:

http://www.foresight.gov.uk/Brain_science_Addiction_and_Drugs/Index.h tml

Orzack, M. H., and Orzack, D. S. (1999). Treatment of computer addicts with complex comorbid psychiatric disorders. Cyberpsychol. Behav. 2, (5): 465–473.

Sharry, John. (2007). Solution-Focused Groupwork. London: Sage Publications, Ltd.

Tokunaga, R. S., & Rains, S. A. (2010). An evaluation of two characterizations of the relationships between problematic Internet use, time spent using the Internet, and psychosocial problems. Human Communication Research, 36, 512-545.

van der Aa, Niels., Overbeek, Geertjan., Engels, Rutger C. M. E., Scholte, Ron H. J., Meerkerk, Gert-Jan., dan Van den Eijnden, R.J. J. M. (2009). Daily and Compulsive Internet Use and Well-Being in Adolescence: A Diathesis-Stress Model Based on Big Five Personality Traits. J Youth Adolescence, (38), 765–776


(44)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wan,Chin-Sheng., dan Chiou,Wen-Bin. (2006). Why Are Adolescents Addicted To Online Gaming? An Interview Study In Taiwan. Cyberpsychology & Behavior, (9), 762-766

Young, K & De Abreu, CN. (2011). Internet Addiction A Handbook and Guide to Evaluation and Treatmen. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Young, K.S. (2007). “Cognitive Behaviour Therapy with Internet Addicts: Treatmen Outcomes and Implications”. Cyber Psychology & Behavior, 10, (5), 671-679.

Young, Pitsner, O’Mara, & Buchanan. (1998). What Is Internet Addiction?. [Online]. Tersedia di:hhtp://www.netaddiction.com/whatis.htm

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Yusuf, Syamsu., dan Nurihsan, A. Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S dan Nurihsan, J A. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.


(1)

145

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan pelatihan keterampilan menggunakan teknik-teknik konseling yang relevan dalam menangani permasalahan-permasalahan spesifik sebagai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Peneliti selanjutnya.

Penelitian dengan menggunakan metode single subject research dengan desain reversal baseline masih memiliki banyak kekurangan, peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode single subject research dengan desain multiple baseline agar hasil atau perubahan yang dialami konseli dapat diamati secara lebih akurat.


(2)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Alice. (2004). What is the difference between a compulsion and an addiction?. [Online]. Tersedia di: http://goaskalice.columbia.edu/whats-difference-between-addiction-and-compulsion (24 Maret 2014)

Anderson, K.J. (2001). Internet use among collegestudents: an exploratory study. Journal of American College Health, (50), 21–26.

APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). Jumlah pengguna

internet di Indonesia. [Online]. Tersedia di

: http://www.apjii.or.id/v2/index.php/read/page/halamandata/9/statistik.ht ml#(27 November 2013)

Aquino, C. (2011). Social Networking On-The-Go: U.S. Mobile Social Media Audience Grows 37 Percents in The Past Year. [Online]. Tersedia di: http://www.comscore.com/Press_Events/Press_Release/2013/11/Social_

Networking_On-The-Go_

U.S._Mobile_Social_Media_Audience_Grows_37_Percents_in_The_Past_Year (27 November 2013)

Berg, In Soo Kim., dan Peter De Jong. (2004). Building Solution-focused Partnerships on Children’s Protective and Family Services. [Online]. Tersedia di: www.ucdenver.edu (27 Juli 2014)

Brenner V. (1997). Psychology of computer use: VLVII. Parameters of Internet use, abuse and addiction: the first 90 days of the Internet usage survey. Psychological Reports, 80, 879–82.

Burns, Kidge. (2005). Focus on Solutions A Health Professional’s Guide. London: Whurr Publishers Ltd.

Caldwell, C. D. & Cuningham, T.J. (2010). Internet Addiction and Students: Implications for School Counselor. [Online]. Tersedia di: http://counselingoutfitters.com//vistas/vistas10/ARticle_61.pdf (10 Oktober 2013)


(3)

147

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cavanagh, Michael E., dan Levitov, Justin E. (2002). The Counseling Experience: A Theoritical and Practical Approach. (2nd Ed). USA: Waveland Press, Inc.

Chou, Chien., Condron, Linda., & Belland, John C. (2005). A Review of the Research on Internet Addiction. Educational Psychology Review, 17, (4). Cohn, Shari. Cybersex Addiction/Internet Sexual Addiction. [Online]. Tersedia di:

http://www.sharicohn.com/cybersex.html. (09 April 2010)

Corey, Gerald. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. (7th Ed). USA: Thomson Learning, Inc.

Creswell, W. Jhon.(2012). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (fourth edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Dahlan, Tina Hayati. (2011). Model Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused Brief Counseling) dalam setting kelompok untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa (Penelitian dan Pengembangan Model Konseling Singkat Berfokus Solusi pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2009). Disertasi pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. Deliusno. (2012). Riset: Pengguna Tak Sadar Keseringan "Online". [Online].

Tersedia di:

http://tekno.kompas.com/read/2012/10/20/11263134/riset.pengguna.tak.s adar.keseringan.quotonlinequot (27 November 2013)

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

______. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Erford, Bradley. T., Eaves, Susan. H., Bryant, Emily. M., dan Young, Katherine. A. (2010). 35 Techniques: Every Counselor Should Know. USA: Pearson Education, Inc.

Franklin, Cynthia., Moore, Kelly., dan Hopson, Laura. (2008). Effectiveness of Solution-Focused Brief Therapy in a School Setting. Children & Schools,(30), 15-27


(4)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Greenfield D. (1999). Internet addiction: disinhibition, acceleratedintimacy and other theoretical considerations. Boston, MA: Paper presented at the 107th annual meeting of the American Psychological Association. [Online]. Tersedia di: www.apa.org/107thannualmeeting/greenfield/internetaddiction

Griffith, M. (1999). Internet Addiction: Fact or Fiction? Psychologist, 12 (50,

246-250. [Online]. Tersedia di:

http://www.academia.edu/429664/Griffiths_M.D._1999_._Internet_addic tion_Fact_or_fiction_The_Psychologist_Bulletin_of_the_British_Psycho

logical_Society_12_246-250?login=&email_was_taken=true&login=&email_was_taken=true

Gysbers. N.C. & Henderson, P. (2012). Developing and Managing Your School Guidance Program. United States: American Association for Counseling and Development.

Horner, R.H. et al. (2005). “The Use of Single-subject Research to Identify Evidance-Based Practice in Special Education”. Council for Exceptional Children, 71, (21), 165-179.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Development Psychologi: A Life Span Approach. Alihbahasa.(1997). Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ingersoll, G. M. (1989). Adolescent. Englewood Cliffs (2nd Ed). NY: Prentice Hall.

Kelly, Michael S., Kim, Johny. S., dan Franklin, Cynthia. (2008). Solution-Focused Brief Therapy in Schools: A 360-Degree View of Research and Practice. New York: Oxford University Press.

Kim, Johny S. 2001. Examining the Effectiveness of Solution Focused Brief Therapy: A Meta-analysis Using Random Effects Modeling. 19th National Symposium on Doctoral Research in Social Work.

Kraut, R., Patterson, M., Lundmark, V., Kiesler, S., Mukopadhyay, T., & Scherlis, W. (1998). Internet Paradox. A Social technology that reduces social involvement and psychological well-being? American Psychologist. 53, (9), 1017-1031.


(5)

149

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lenhart, A., Rainie, L., & Lewis, O. (2001). Teenage life online: the rise of instan-message generation and the internet’s impact on friendships and family relationsships. Washington: Pew Internet and American Life Project.

Meerkerk, G. J., Van den Eijnden, R. J. J. M., & Garretsen, H. F. L. (2006). Predicting compulsive Internet use: It's all about sex! CyberPsychology & Behavior, 9, 95-103.

Murphy, J.J. (2008). Solution focused counseling in school. (2nd Ed). Alexandria, VA: American Counseling Association.

Nurhusni, P.A. (2012). Profil Penyesuaian Sosial Siswa yang Mengalami Kecanduan Mengakses Facebook. Skripsi Sarjana FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

O'Connel, Bill l. (2004).Solution-Focused StressCounselling. London: Sage Publications, Ltd.

Orford, J. (2005). Problem Gambling and Other Behavioral Addictions. [Online].

Tersedia di:

http://www.foresight.gov.uk/Brain_science_Addiction_and_Drugs/Index.h tml

Orzack, M. H., and Orzack, D. S. (1999). Treatment of computer addicts with complex comorbid psychiatric disorders. Cyberpsychol. Behav. 2, (5): 465–473.

Sharry, John. (2007). Solution-Focused Groupwork. London: Sage Publications, Ltd.

Tokunaga, R. S., & Rains, S. A. (2010). An evaluation of two characterizations of the relationships between problematic Internet use, time spent using the Internet, and psychosocial problems. Human Communication Research, 36, 512-545.

van der Aa, Niels., Overbeek, Geertjan., Engels, Rutger C. M. E., Scholte, Ron H. J., Meerkerk, Gert-Jan., dan Van den Eijnden, R.J. J. M. (2009). Daily and Compulsive Internet Use and Well-Being in Adolescence: A Diathesis-Stress Model Based on Big Five Personality Traits. J Youth Adolescence, (38), 765–776


(6)

Yuli Nurmalasari, 2014

Konseling Singkat Berfokus Solusi Dalam Mengembangkan Kemampuan Mengendalikan Compulsive Internet USE (CIU) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wan,Chin-Sheng., dan Chiou,Wen-Bin. (2006). Why Are Adolescents Addicted To Online Gaming? An Interview Study In Taiwan. Cyberpsychology & Behavior, (9), 762-766

Young, K & De Abreu, CN. (2011). Internet Addiction A Handbook and Guide to Evaluation and Treatmen. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Young, K.S. (2007). “Cognitive Behaviour Therapy with Internet Addicts:

Treatmen Outcomes and Implications”. Cyber Psychology & Behavior,

10, (5), 671-679.

Young, Pitsner, O’Mara, & Buchanan. (1998). What Is Internet Addiction?.

[Online]. Tersedia di:hhtp://www.netaddiction.com/whatis.htm

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Yusuf, Syamsu., dan Nurihsan, A. Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S dan Nurihsan, J A. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIS SISWA (Kasus: Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 9 58

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 27 61

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2

0 4 38

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM TULISAN ARGUMENTATIF (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Satya Dharma Sudjana Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Memprediksi Pengaruh Kepadatan P

1 13 62