IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI SD NEGERI BEKELAN,KULONPROGO.

(1)

i

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI SD NEGERI BEKELAN, KULONPROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Saka Perdana NIM 09110244029

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH di SD NEGERI BEKELAN, KULONPROGO

Oleh Saka Perdana NIM 09110244029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrpsikan dan mengkaji lebih mendalam tentang implementasi kebijakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) di SD N Bekelan yang berfokus pada bagaimana implementasi dana BOS di SD N Bekelan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan subjek penelitian ini meliputi kepala sekolah dan guru di SD N Bekelan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam, observasi, dan kajian dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif Huberman & Miles yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi dan BOS di SD N Bekelan berjalan dengan baik. Dana dikelola sesuai peraturan yang telah ditetapkan. Dana BOS dapat memenuhi semua kebutuhan siswa dan juga untuk meningkatkan kompetensi guru. Di SD N Bekelan dana BOS juga digunakan untuk pengembangan profesi guru, MKKS, KKKS, dan KKG untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Dengan adanya pengembangan prosefi guru, MKKS, KKKS, KKG diharapkan kompetensi tenaga pendidik juga meningkat dan dapat menciptakan progam pengajaran yang mudah diterima oleh siswa di sekolah, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Selain itu dana bantuan operasional sekolah juga di SD N Bekelan juga digunakan untuk membayar tenaga honorer. . Dengan adanya dana BOS diharapkan tidak ada anak yang putus sekolah lagi dan dapat melanjutkan pendidikan minimal 9 tahun seperti yang telah diprogamkan oleh pemerintah. Pengeloaan dana bantuan operasional sekolah berjalan dengan baik di SD N Bekelan.


(6)

vi MOTTO

“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita bisa

mengerti, tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah”

(Soe Hok Gie)

“Belajar tidak hanya dilakukan oleh anak kecil, tetapi belajar itu tidak mengenal

usia muda ataupun tua, karena akan selalu terjadi perubahan setiap saat” (Penulis)


(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan anugerah-Nya, karya ini ku persembahkan untuk:

 Kedua orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, do’a di setiap ibadahnya, dorangan moril dan materiil salama ini hingga kini penulis berhasil menyusun karya tulis ini.

 Nusa, Bangsa dan Agama


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang sungguh tak terkira sehingga penulis diberikan kekuatan serta kesabaran untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Implementasi Kebijakan Dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) di SD N Bekelan” ini dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung dan secara tidak langsung. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta mensukseskan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

2. Bapak Dr. Arif Rohman, M.Si, selaku Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Prodi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menyetujui skripsi ini.

3. Ibu Dr. Mami Hajaroh, M.Pd, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan, nasehat dan bantuannya selama ini.

4. Bapak Dr. Dwi Siswoyo, M.Hum, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, atas bimbingan, dukungan, bantuan dan kesabarannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak/Ibu seluruh Dosen Program Studi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama masa studi.

6. Bapak, Ibu serta keluarga yang selalu memberikan dorongan, semangat

serta do’a, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Suharman, SPd, selaku Kepala Sekolah beserta segenap tenaga pendidik dan kependidikan di SD N Bekelan yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

Halaman PENGESAHAN……….... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 7

D. Fokus Masalah ... 7

E. Rumuan Penelitian……… 7

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Implementasi Kebijakan Pendidikan ... 10

1. Kebijakan ... 10

a. Pengertian Kebijakan ... 10

b. Proses Kebijakan ... 12

1) Tahap Formulasi Kebijakan ... 13


(11)

xi

3) Tahap Implementasi Kebijakan Pendidikan... 14

4) Tahap Evaluasi Kebijakan Pendidikan... 14

2. Kebijakan Pendidikan ... 15

3. Implementasi Kebijakan Pendidikan... 18

B. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ... 22

1. Pengertian ... 22

2. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah ... 26

3. Sasaran Progam dan Bantuan……….. 26

4. Waktu Penyaluan Dana……… 28

5. Pengambilan Dana……… 29

6. Sekolah Penerima Dana BOS………. 29

7. Progam BOS dan Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu……….. 30

8. Progam BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)………… 31

9. Larangan Penggunaan Dana BOS……… 32

10.Mekanisme Pembelian Barang/Jasa di Sekolah……….. 33

C. Penelitian yang Relevan……… 35

D. Kerangka Pikir………... 36

E. Pertanyaan Penelitian……… 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Metode Pengumpulan Data ... 39

E. Prosedur Penelitian... 41

F. Keabsahan Data ... 42

G. Instrument Penelitian ... 43

H. Teknik Analisi Data……… 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 45


(12)

xii

b. Profil Sekolah………. 45

1. Visi ... 45

2. Misi ... 46

c. Keadaan siswa……….. 47

d. Prestasi siswa……… 47

1. Hasil rata –rata UN………... 47

2. Angka mengulang kelas……… 47

3. Angka yang melanjutkan ke SMP………. 48

4. Keadaan guru dan karyawan………. 48

e. Kondisi orang tua siswa………. 48

B. Hasil Penelitian ... 49

1. Informasi implemtasi dana BOS digunakan tepat pada sasaran… 49 2. Dengan adanya BOS apakah prestasi siswa dan lulusan meningkat.………... 52

3. BOS digunakan untuk pengembangan tenaga pendidik dan pembayaran honorer……… 55

4. Dengan adanya BOS faktor pendorong dan penghambat meningkatnya mutu pendidikan………. 57

C. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Keadaan Siswa ... 47

Tabel 2. Prestasi Siswa ... 47

Tabel 3. Angka Lulusan Yang Melanjutkan ke SMP ... 48

Tabel 4. Keadaan Guru dan Karyawan ... 48


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahapan Kebijakan Publik ... 13 Gambar 2. Kerangka Berfikir ... 35 Gambar 3. Analisis Data Model Interaktif………... 44


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Catatan Lapangan ... 78

Lampiran 2. Pedoman Observasi, Dokumentasi danWawancara ... 86

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi………..87

Lampiran 3. Transkip Wawancara ... 89

Lampiran 4. Dokumen Foto ... 100


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada jaman modern sekarang ini sudah merupakan bagian dari kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi pendidikan di Indonesia tak ubahnya hanya merubah manusia seperti robot saja, karena hanya terpaku pada teori yang ada dan sesuai yang dijelaskan seperti guru. Pendidikan ini juga tidak membebaskan, karena peserta didik dianggap manusia yang tidak tau apa-apa. Guru sebagai pemberi materi sedangkan murid sebagai penghafal materi yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini guru sebagai subyek sedangkan murid sebagai obyeknya. Pendidikan seperti ini tidak membebaskan peserta didik untuk berkreasi mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga sangat menindas peserta didik.

Sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung juga kurang memadai sehingga untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia sangatlah sulit. Pendidikan di Indonesia terbilang termasuk yang terbelakang di banding negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Dilihat dari sarana dan prasarana saja pendidikan di Indonesia sangat tertinggal.

Baik dari segi bangunan dan fasilitas yang mendukung pendidikan. Bahkan bangunan sekolah yang ada didaerah pedalam Indonesia bisa di bilang seadanya saja. Tenaga pendidiknya pun masih ada yang sukarela dan belum professional. Apalagi fasilitas yang mendukung pendidikan masih kurang dari apa yang diharapkan. Bagaimana pendidikan di Indonesia mau maju kalau sarana dan prasarananya masih seadanya seperti itu.


(17)

2

Apalagi di era modern sekarang ini banyak isu pendidikan hanya untuk kaum-kaum kalangan atas atau orang kaya saja, karena pendidikan sekarang ini semakin mahal. Biaya pendidikan yang mahal pun tidak dapat mengubah manusia Indonesia menjadi lebih maju, karena sarana dan prasrana pendidikan yang di dapat hanya seadanya saja. Padahal Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya. Akan tetapi dari sebagian mereka yang dianugrahi kepintaran berlebih tidak digunakan untuk kepentingan bangsa dan negaranya, tetapi untuk diri mereka sendiri.

Demikian juga dengan pemerintah yang memiliki wewenang untuk memajukan bangsa dan Negara lebih mengutamakan kepentingan pribadi, bahkan uang Negara yang seharusnya untuk memberikan sarana dan prasarana kepada rakyat meraka ambil untuk memperkaya diri mereka tanpa memperdulikan kesengsaraan rakyat kecil. Termasuk dana untuk pendidikan yang sedianya untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Pendidikan mempuyai peranan yang sangat penting di berbagai sektror baik sektor ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Memajukan pendidikan merupakan merupakan bagian kewajiban pemerintah. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1995 yang berbunyi:

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan


(18)

3

bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” . (Republik Indonesia, 2009 : 9-10)

Pasal 31 ayat (1) mengatakan bahwa “setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”(Republik Indonesia, 2009 : 91). Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang sisitem pendidikan nasional (UU No. 20/2003) yang antara lain menyatakan: ”manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya”.

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia rendah. Salah satunya faktor teknis seperti rendahnya kualitas guru, rendahnya fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan kurangnya pemerataan pendidikan. Selain itu yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia rendah adalah faktor kurikulum pendidikan di Indonesia masih sering berganti-ganti dan juga faktor ekonomi di Indonesia yang masih rendah sehingga sulit bagi rakyat kalangan menengah ke bawah untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Untuk itu pemerintah membuat progam Bantuan Operasional sekolah (BOS). Dengan banyaknya kemiskinan di Indonesia bayak anak yang putus sekolah karna masalah biaya pendidikan yang mahal. Bantuan Operasional Sekolah diberikan kepada siswa SD/SLB dan SMP/SMPLB baik negeri atau swasta. Dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah siswa dibebaskan dari biaya atau pungutan apapun.


(19)

4

Menurut PP 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan , biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,biaya telekomunikasi, pajak dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia menggunakan dan Bantuan Opersional Sekolah.

Namun secara umum dana Bantuan Opersional Sekolah di gunakan untuk membantu rakyat miskin agar bisa melanjutkan sekolah minimal sembilan tahun atau sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bantuan Operasional Sekolah dirintis sejak tahun 2005 merupakan wujud Pemerintah dalam melasanakan atau memenuhi amanat dari Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan bahwa Pemerintah menjamin pelaksanaan pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

Dengan penyaluran dana Bantuan Opersional Sekolah, sekolah wajib membebaskan biaya pendidikan siswa dari pungutan operasional. Selain agar beban orang tua menjadi ringan, BOS diarahkan agar bisa meningkatkan mutu pendidikan menjadi lebih baik lagi. Dengan adanya BOS diharapkan mampu memfasilitasi rakyat yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah. Dengan adanya BOS fasilitas sekolah seharusnya juga menjadi perhatian, karena pendidikan tidak hanya membutuhkan teori saja tetapi juga di perlukan praktek untuk menunjang ketrampilan yang dimiliki dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Dilihat dari aspek fisik masih banyak gedung atau bangunan sekolah yang masih kurang layak pakai dan luput dari perhatian


(20)

5

pemerintah. Apalah arti sekolah gratis kalau fasilitas sekolah sangat minimalis, tenaga pendidik kualitasnya rendah atau tidak profesional dan mutu pendidikannya rendah.

Fasilitas sekolah juga perlu diperhatikan karena sangat diperlukan dalam hal pengembangan potensi yang dimiliki siswa. Misalnya keberadaan laboratorium komputer,laboratorium IPA, laboratorium IPS, perpustakaan dan tempat ibadah dan lain - lain. Teknologi jaman sekarang semakin maju dan siswa akan dituntut untuk mengikuti perkembangan dengan syarat sekolah harus memfasilitasi semua itu untuk mengembangkan potensi diri siswa. Dengan adanya tempat ibadah siswa diperkenalkan sejak dini untuk mengenal agamanya dan menjadikan siswa yang memiliki moral, akhlak, kepribadian yang baik.

Di era modern seperti sekarang ini diperlukan pemikiran kritis untuk menghadapi tantangan zaman yang berkembang sangat cepat. Pemerintah tidak hanya mewajibkan warga negaranya dengan belajar selama sembilan tahun (minimal SMP), tetapi juga harus tahu bagaimana meningkatkan mutu pendidikan yang ada. Untuk menigkatkan mutu pendidikan diperlukan tenaga pendidik yang professional, fasilitas pendidikan yang memadai, kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, serta dukungan masyarakat akan pentingnya pendidikan. Pengertian pendidikan menurut UU RI nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,


(21)

6

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2011 : 2) .

Selain itu pendidikan di Indonesia juga tidak merata, hanya didaerah perkotaan saja yang maju, sedangkan didaerah pedesaan atau pedalaman jauh tertinggal dari segi mutu , kualitas , serta fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut. Progam BOS ditujukan pemerintah untuk meningkatkan fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan, diakui atau tidak adalah sarana penting untuk menunjang kualitas pendidikan. Sarana infrastruktur yang baik memudahkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman orang atas suatu bidang pembelajaran. Namun sangat riskan proses belajar mengajar yang baik tidak ditunjang dengan sarana atau fasilitas yang mendukung.

Di kecamata Lendah terdapat 24 SD Negeri ,6 SD swasta ,2 SMP Negeri dan, 2 SMP swasta. Dilihat dari mutu pendidikan dan kualitas sekolah-sekolah di kecamatan Lendah masih kurang memadai dari apa yang diharahkan. Dalam penelitian ini membahas pengaruh dan bantuan operasional sekolah di SD Negeri Bekelan kecamatan Lendah. Di kecamatan Lendah kualitas pendidikan masih rendah dan fasilitas sekolah masih kurang mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan. Dengan adanya dana BOS diharapkan mutu pendidikan semakin meningkat.

Dari uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian terhadap

permasalahan di atas dan mengambil judul “Implementasi Kebijakan Dana Bantuan Operasional Sekolah di SD NEGERI BEKELAN Kecamatan Lendah Kabupaten Kulonprogo”.


(22)

7 B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat ditarik beberapa masalah yang menjadi latar belakang peneliti memilih judul ini, yaitu:

1. Pengelolaan dana bantuan operasional sekolah yang masih belum maksimal 2. Kurangya peran masyarakat serta sekolah dalam pelaksanaan program Wajib

Belajar Sembilan Tahun dan BOS

3. Fasilitas pendidikan yang kurang memadai 4. Mahalnya biaya pendidikan

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan implementasi dana bantuan operasional sekolah di SD Negeri Bekelan kecamata Lendah kabupaten Kulonprogo. Seberapa jauh peningkatan mutu,dampak yang di timbulkan, serta keefektifitasan pendidikan setelah adanya dana BOS.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yaitu, pengaruh dana bantuan operasional sekolah di SD Negeri Bekelan kecamatan Lendah kabupaten Kulonprogo. Dalam penelitian ini seberapa jauh peningkatan mutu pendidikan serta ketersediannya fasilitas di sekolah di SD Negeri 1 Bekelan kecamatan Lendah dengan adanya dana BOS ,dampak yang di timbulkan dan keefektifitasan dana bantuan operasional sekolah. E. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:


(23)

8

Bagaimana implementasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SD Negeri Bekelan kecamatan Lendah?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui pengaruh dan pengelolaan dana operasional sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri Bekelan kecamatan Lendah. 2. Mengetahui dampak yang di timbulkan dengan adanya dana bantuan

operasional sekolah

3. Mengetahui keefektifitasan bantuan operasional sekolah. G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman dari peneliti sendiri serta memberikan sumbangan kepada pemerintah tentang pengaruh dana bantuan operasional sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

2. Manfaat Teoritis a. Bagi Pemerintah

Sebagai masukan kepada pemerintah tentang pengaruh dana operasional sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SD Negeri Bekelan kecamatan Lendah kabupaten Kulonprogo.


(24)

9 b. Bagi Sekolah

Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan yang ada , dengan dana bantuan operasional sekolah sehingga dapat mengentaskan masyarakat dari kebodohan.

c. Bagi Peneliti

Mengetahui dampak dan keefektifitasan dana bantuan operasional sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Implementasi Kebijakan Pendidikan 1. Implementasi dan Kebijakan Pendidikan a. Pengertian

Implementasi adalah: pelaksanaaan, penerapan. Menurut Joko Wdodo dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aolikasi Analisis Proses Kebijakan Publik,(2007) implementasi merupakan suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber yang termasuk manusia, dana, dan kemampuan organisasional yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta (individu atau kelompok). Proses tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan.

Kebijakan (policy) secara etimologi (asal kata) diturunkan dari bahasa

Yunani, yaitu “Polis” yang artinya kota (city). Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama diterima pemerintah/lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha mengejar tujuannya. Abidin (2006 : 17), menjelaskan kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat. Ali Imron dalam bukunya Analisis Kebijakan Pendidikan menjelaskan bahwa kebijakan pendidikan adalah salah satu kebijakan Negara.

Analisis kebijakan merupakan suatu prosedur berfikir yang sudah lama dikenal dan dilakukan dalam sejarah manusia. Lebih lanjut, Suryadi dan Tilaar menegaskan bahwa analisis kebijakan adalah sebagai suatu cara atau prosedur dalam menggunakan pemahaman manusia terhadap dan untuk


(26)

11

pemecahan masalah kebijakan.Definisi kerja analisis kebijakan menurut Dunn (2010) ialah suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan metode inquiri dan argumentasi berganda untuk menghasilkan dan mendayagunakan informasi kebijakan yang sesuai dalam suatu proses pengambilan keputusan yang bersifat politis dalam rangka memecahkan masalah kebijakan

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho (2008, 2007 : 140) menambahkan kebijakan adalah keputusan yang dibuat oleh pemerintah sebagai strategi untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat pada kurun waktu tertentu. Kebijakan sebagai suatu program yang berorientasi pada pencapaian tujuan, nilai–nilai dan tindakan–tindakan yang terarah berasal dari pemerintah atau organisasi. Kebijakan merupakan sebuah rekayasa sosial (social engineering). Sebagai sebuah rekayasa sosial, maka kebijakan dirumuskan oleh pemerintah. Tentu saja rumusan kebijakan ini secara esensial sesuai dengan permasalahan yang ada (Sudiyono, 2007 : 1)

Arif Rohman (2009 : 107) mengatakan suatu kebijakan kadang dipahami secara berbeda-beda. Untuk yang pertama, kebijakan dianggap sebagai tindakan yang harus dipilih untuk menyelesaikan masalah (policy) disisi lain kadang kebijakan dipahami sebagai kebijaksanaan karena tindakan yang dipilih harus bijaksana (wisdom).

Dalam literatur analisis kebijakan, pendekatan dalam analisis kebijakan pada dasarnya meliputi dua bagian besar, yaitu pedekatan deskriptif dan pendekatan normatif. Pendekatan deskriptif adalah suatu prosedur atau cara yang digunakan oleh penelitian dalam ilmu pengetahuan (baik ilmu pengetahuan murni maupun terapan). Selanjutnya Suryadi dan Tilaar dalam


(27)

12

buku Analisis Kebijakan Pendidikan, sebagai pengantar (1994), mengutip pendapat Cohn bahwa pendekatan deskriptif ialah pendekatan positif yang diwujudkan dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan yang menyajikan suatu State of the Art atau keadaan apa adanya yang sedang diteliti dan perlu diketahui oleh pemakai. Tujuan pendekatan deskriptif ialah mengemukakan penafsiran yang benar secara ilmiah mengenai gejala kemasyarakatan agar diperoleh kesepakatan umum mengenai suatu permasalahan yang sedang disoroti.

b. Proses Kebijakan

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, para ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyususnan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuannya adalah untuk memudahkan kita di dalam mengkaji kebijakan publik.


(28)

13

Gambar 1. Tahapan Kebijakan Publik Sumber : William N. Dunn 2003:25

1) Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisiskan untuk kemudian dicari pemecah masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternative atau piliham kebijakan yang ada. Sama saja halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang untuk

Evaluasi Kebijakan Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan


(29)

14

memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing actor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan terbaik.

2) Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas perumus kebijakan, konsensusu antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

3) Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilitasikan sumber daya financial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

4) Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dilaksankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan public pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-ukuran atau


(30)

15

criteria-kriteria yang diambil dasar untuk menilai apakah kebijakan public telah meraih dampak yang diinginkan (Budi Winaryo, 2007 : 32-34) 1. Kebijakan pendidikan

Kebijakan pendidikan adalah kebijakan public di bidang pendidikan. Ensiklopedia Wikipedia menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan dengan kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan system pendidikan, yang tercakup di dalamnya tujuan pendidikan dan mencapai tujuan tersebut. Carter V. Good (1959) menyatakan sebagai berikut:

“Educational policy is judgment, derived from some system of values and some assesment of situational factors, operating within institutionalized adecation as a general plan for guiding decision regarding means of attaining desired educational objectives”.

Arti dari pernyataan diatas adalah kebijakan pendidikan merupakan suatu penilaian terhadap sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan situasional, yang dioperasikan dalam sebuah lembaga sebagai perencanaan umum untuk panduan dalam mengambil keputusan, agar tujuan pendidikan yang diinginkan bisa dicapai (dalam Imron, 2002:18).

Kebijakan pendidikan adalah konsep yang sering kali didengar, dilakukan, tetapi seringkali tidak dipahami sepenuhnya. Kedua kata yaitu kebijakan dan pendidikan mempunyai makna yang begitu luas dan bermacam-macam. Kebijakan pendidikan berkenaan dengan pengaturan kehidupan sesama manusia. Hal ini menunjukkan aspek sosialitas dari keberadaan manusia. Kebijakan pendidikan dilahirkan dari ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis yaitu kesatuan antara teori dan praktik pendidikan. Oleh sebab itu kebijakan pendidikan meliputi proses analisis kebijakan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan evaluasi (Tilaar & Riant Nugroho, 2009: 16).


(31)

16

Kebijakan pendidikan dipahami dalam dua makna yaitu kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik, dan kebijakan pendidikan sebagai bagian dari kebijakan publik atau dalam kebijakan publik. Pemahaman kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik dapat digali dari ciri-ciri kebijakan publik. Adapun ciri kebijakan sebagai kebijakan publik di antaranya adalah:

a. Kebijakan tersebut dibuat oleh negara/lembaga yang berkaitan dengan eksekutif, legislatif, dan yudikatif

b. Kebijakan ditujukan untuk mengatur kehidupan bersama (kehidupan publik) c. Mengatur masalah bersama

d. Memberi manfaat bagi masyarakat, dan untuk mencapai tujuan bersama (Tilaar & Riant Nugroho, 2009: 264-265)

Kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik di bidang pendidikan. Dalam ensiklopedia Wikipedia menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan dengan kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di dalamnya tujuan pendidikan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.

Kebijakan pendidikan dipahami sebagai kebijakan publik, yaitu kebijakan publik di bidang pendidikan. Dengan demikian, kebijakan pendidikan harus sebangun dengan kebijakan publik. Konteks kebijakan publik secara umum, yaitu kebijakan pembangunan, maka kebijakan merupakan bagian dari kebijakan publik. Kebijakan pendidikan dipahami sebagai kebijakan di bidang pendidikan untuk mencapai tujuan pembangunan negara-bangsa di bidang pendidikan, sebagai salah satu bagian dari tujuan pembanguan bangsa dan negara.(Riant Nugroho, 2008 : 37)


(32)

17

Kebijakan pendidikan merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan (Arif Rohman, 2009: 109).

Kebijakan pendidikan merupakan penjabaran visi-misi pendidikan yang dirumuskan dari pertimbangan pakar dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Sehingga dalam komponen kebijakan pendidikan mengandung tujuan (goal), rencana (plans), program (programme), keputusan (decision), serta dampak(effects) suatu kebijakan (Arif Rohman, 2009:119).

Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil dari perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi dan juga misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu (H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2009: 140).

Sementara itu, menurut Slamet P.H. (Arif Rohman & Teguh Wiyono, 2010:164) kebijakan pendidikan adalah apa yang dikatakan (diputuskan) dan dilakukan oleh pemerintah dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, kebijakan pendidikan berisi keputusan dan tindakan yang mengalokasikan nilai-nilai. Menurutnya, kebijakan pendidikan meliputi lima tipe, yaitu kebijakan regulatori, kebijakan distributive, kebijakan redistributive, kebijakan kapitalisasi dan kebijakan etik.

Dari beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan kebijakan pendidikan merupakan salah satu bentuk kebijakan publik di bidang pendidikan dan


(33)

18

keputusannya berasal dari perumusan langkah-langkah strategis guna mengatasi masalah di bidang pendidikan.

2. Implementasi Kebijakan Pendidikan

Menurut pandangan ahli-ahli dalam ilmu sosial, proses implementasi suatu kebijakan (pendidikan) berlangsung lebih rumit dan kompleks dibandingkan dengan proses perumusannya. Proses implementasi kebijakan pendidikan melibatkan perangkat politik, sosial, hokum, maupun administratif/organisasi dalam rangka mencapai suksesnya implementasi kebijakan pendidikan tersebut (Arif Rohman, 2009 : 133).

Secara etimologis pengertian implemetasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab (2005:64) adalah:

“Konsep implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu toimplement. Dalam kamus besar Webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carryingout (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to givepractical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap

sesuatu)”.

Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan ke negaraan. Sedangkan pengertian implementasi menurut Van Meter dan Van Horn dalam Solichin Abdul Wahab (2005:65) adalah :

“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuantujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijakan”.

Implementasi sebagai to provide the means for carriying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Sehingga pengertian di atas mengandung arti


(34)

19

bahwa implementasi kebijakan dapat dilihat sebagai proses menjalankan keputusan kebijakan. Wujud dari keputusan kebijakan ini biasanya berupa undang-undang, instruksi presiden, peraturan pemerintah, keputusan pengadilan, peraturan menteri dan sebagainya (Kamus Besar Webster dalam Arif Rohman, 2009 : 134).

Charles O. Jones (Arif Rohman, 2009 : 135) dalam menganalisis masalah implementasi kebijakan, mendasarkan diri pada konsepsi aktivitas-aktivitas fungsional. Menurutnya, implementasi adalah suatu aktivitas yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program tersebut adalah: (1) pengorganisasian, pembentukan atau pernataan kembali sumberdaya, unit-unit serta metode untuk menjalankan program agar bisa dijalankan, (2) interpretasi, yaitu aktivitas menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan, (3) aplikasi, berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pembayaran, atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program.

Implementasi kebijakan bermakna pengembangan kriteria khusus dalam praktik bagi pembuat keputusan yang mencapai kebijakan. Dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan yang harus diperhatikan bagaimana prakondisi untuk keberhasilan pelaksanaan, yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi atau sikap dan struktur birokrasi (Syafaruddin, 2008 : 87).

a. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik, komunikasi sangat menentukan keberhasilan


(35)

20

pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik (Agustino, 2006:157). Implementasi yang efektif akan terlaksana, jika para pembuat keputusan mengetahui mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Informasi yang diketahui para pengambil keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik. Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi. Edward III dalam bukunya Agustino (2006) mengemukakan tiga variabel tersebut yaitu: Pertama, transmisi. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi yaitu adanya salah pengertian (miskomunikasi) yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terdirtorsi di tengah jalan. Kedua, kejelasan. Komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan (street-level-bureaucrats) harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu/mendua. Ketiga, konsistensi. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan (Agustino, 2006:157-158).

b. Sumber Daya

“Sumber daya diposisikan sebagai input dalam organisasi sebagai suatu sistem yang mempunyai implikasi yang bersifat ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis, sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan oleh organisasi yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam transformasinya ke dalam output. Sedang secara teknologis,


(36)

21

sumberdaya bertalian dengan kemampuan transformasi dari organisasi”

(Tachjan, 2006:135). c. Disposisi

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan (Agustino, 2006: 162).

d. Struktur Organisasi

Birokrasi merupakan salah satu institusi yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kegiatan. Keberadaan birokrasi tidak hanya dalam struktur pemerintah, tetapi juga ada dalam organisasi-organisasi swasta, institusi pendidikan dan sebagainya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu birokrasi diciptakan hanya untuk menjalankan suatu kebijakan tertentu. Ripley dan Franklin dalam bukunya Winarno mengatakan mengidentifikasi enam karakteristik birokrasi sebagai hasil pengamatan terhadap birokrasi di Amerika Serikat, yaitu: (1) Birokrasi diciptakan sebagai instrumen dalam menangani keperluan-keperluan publik (public affair); (2) Birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam implementasi kebijakan publik yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam setiap hierarkinya; (3) Birokrasi mempunyai sejumlah tujuan yang berbeda; (4) Fungsi birokrasi berada dalam


(37)

22

lingkungan yang kompleks dan luas; (5) Birokrasi mempunyai naluri bertahan hidup yang tinggi dengan begitu jarang ditemukan birokrasi yang mati; (6) Birokrasi bukan kekuatan yang netral dan tidak dalam kendali penuh dari pihak luar (Winarno, 2005:149-160).

B.BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) 1. Pengertian

Bos adalah progam pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyedian pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana progam wajib belajar.

Menurut PP 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan, biaya nonpendidikan personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dan lain - lain. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang

diperpolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari dana BOS.

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayan republik Indonesia nomor 101 tahun 2013 tentang petunjuk teknis penggunaan dana bantuan operasional sekolah tahun anggaran 2014

Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia,Menimbang:

a) bahwa untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu, pemerintah mengalokasi bantuan operasional sekolah tahun anggaran 2014


(38)

23

b) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan tentang petunjuk teknis penggunaan dan pertanggung jawaban keuangan dan bantuan operasional sekolah tahun anggaran 2014

Mengingat :

1. Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keungan Negara (Lembaga Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286)

2. Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301)

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2013 tentangAnggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5362)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


(39)

24

5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66Ttahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157)

7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementrian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011

8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementrian Negara, sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013

9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementrian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementrian Negara, sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013

10.Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 Mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 60/P Tahun 2011

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN DANA BOS TAHUN ANGGARAN 2014.

Pasal 1

Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggung jawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun Anggaran 2014, yang selanjutnya disebut Juknis BOS Tahun 2014 merupakan acuan/pedoman bagi pemerintah


(40)

25

provinsi/kabupaten/kota, perwakilan Indonesia di luar negeri, dan satuan pendidikan dasar dalam penggunaan dana BOS tahun anggaran 2014

Pasal 2

Juknis BOS Tahun 2014 disusun dengan tujuan :

a. Penggunaan dana BOS tepat sasaran dalam mendukung penyelenggaraan wajib belajar 9 tahun secara efektif dan efisien dan

b. Pertanggung jawaban keuangan dana BOS dilaksanakan dengan tertib administrasi, transparan, akuntabel, tepat waktu, dan terhindar dari penyimpang.

Pasal 3

(1) Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Dana BOS Tahun Anggaran 2014 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini

(2) Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Dana BOS untuk Sekolah Indonesia di Luar Negeri Tahun Anggaran 2014 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri

Pasal 4

Alokasi dana BOS untuk setiap sekolah ditetapkan dengan keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar

Pasal 5


(41)

26 2. Tujuan bantuan operasional sekolah

Secara umum progam BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.Selain daripada itu, diharapkan progam BOS juga dapat ikut berperan dalam mempercepat pencapaian minimal di sekolah.

Secara khusus progam BOS bertujuan untuk:

1. Membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SD-SMP SATAP/SMPT negeri terhadap biaya operasi sekolah. 2. Membebaskan pungutan seluruh peserta didik miskin dari seluruh pungutan

dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta.

3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik di sekolah swasta.

3. Sasaran Progam dan Besar Bantuan

Sasaran progam BOS adalah semua sekolah SD/SDLB dan SMP/SMPLB/SMPT, termasuk SD/SMP Satu Atap (SATAP) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKB Mandiri) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia.

Dengan mempertimbangkan bahwa biaya operasional sekolah ditentukan oleh jumlah peserta didik dan berapa komponen biaya tetap yang tidak tergantung dengan jumlah peserta didik, maka mulai tahun 2014 ini besar dana BOS yang diterima oleh sekolah dibedakan menjadi dua kelompok sekolah sebagai berikut : 1. Sekolah dengan jumlah peserta didik minimal 80 (SD/SDLB) dan 120


(42)

27

BOS yang diterima oleh sekolah, dihitung berdasarkan jumlah peserta didik dengan ketentuan :

a. SD/SDLB :Rp 580.000,-/peserta didik/tahun

b. SMP/SMPLB/SATAP :Rp 710.000,-/peserta didik/tahun

2. Sekolah dengan jumlah peserta didik di bawah 80 (SD/SDLB) dan 120 (SMP/SMPLB/SATAP)

Jadi jumlah dana BOS yang diterima sekolah dalam kelompok ini adalah : a. SD sebesar =80 x Rp 580.000,-/tahun

b. SMP/Satap sebesar =120 x Rp 710.000,-/tahun

Khusus untuk Sekolah Luar Biasa (SLB), terdapat 3 kemungkinan yang terjadi di lapangan :

a. SDLB yang berdiri sendiri tidak menjadi satu dengan SMPLB, dana BOS yang diterima sebesar = 80 x Rp 580.000,-/tahun

b. SMPLB berdiri sendiri tidak menjadi satu dengan SMPLB, dana BOS yang diterima sebesar = 120 x Rp 710.000,-/tahun

c. SLB dimana SDLB dan SMPLB menjadi satu pengelolaan, dana BOS yang diterima sebesar = 120 x Rp 710.000,-/tahun

Untuk SMP Terbuka dan TKB Mandiri, jumlah dana BOS yang diterima tetap didasarkan jumlah peserta didik riil karena pengelolaan pertanggungjawaban disatukan dengan sekolah induk.


(43)

28 4. Waktu Penyaluran Dana

Penyaluran dana dilakukan setiap 3 bulanan, yaitu periode januari-maret, april-juni, juli-september, dan oktober-desember.

Pada tahun 2014 anggaran 2014, dan BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode januari sampai desember 2014, yaitu triwulan I dan II tahun anggaran 2014 ajaran 2013/2014 dan triwulan III dan IV tahun anggaran 2014 tahun ajaran 2014/2015.

Bagi wilayah yang sangat sulit secara geografis sehingga proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami hambatan atau memerlukan biaya yang mahal, penyaluran dana BOS oleh sekolah dilakukan setiap semester, yaitu pada awal semester. Penentuan wilayah terpencil ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Unit wilayah terpencil adalah kecamatan

b. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota mengusulkan nama-nama kecamatan terpencil kepada Tim Manajemen BOS Provinsi, selanjutnya Tim Manajemen BOS Provinsi mengusulkan daftar nama tersebut ke Tim Manajemen BOS Pusat

c. Kementrian Keuangan menetapakan daftar alokasi dana BOS wilayah terpencil berdasarkan usulan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

5. Pengambilan Dana

1. Pengambilan dana BOS dilakukan oleh bendahara sekolah atas persetujuan Kepala Sekolah dan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dengan menyisakan saldo minimum sesuai peraturan yang berlaku. Saldo minimum


(44)

29

ini bukan termasuk pemotongan. Pengambilan dana tidak diharuskan melalui sejenis rekomendasi/persetujuan dari pihak manapun

2. Dana BOS harus diterima secara utuh oleh sekolah dan tidak diperkenankan adanya pemotongan atau pungutan biaya apapun dengan alas an apapun dan oleh pihak manapun

3. Dana BOS dalam suatu periode tidak harus habis dipergunakan pada periode tersebut. Besar penggunaan dana tiap bulan di sesuaikan dengan kebutuhan sekolah sebagaimana tertuang dalam rencana kegiatan dan anggaran sekolah

6. Sekolah penerima dana BOS

1. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SATAP/SMPT negeri wajib menerima dana BOS

2. Sekolah swasta yang ,menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua peserta didik melalui komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan peserta didik miskin di sekolah tersebut

3. Semua sekolah SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SATAP/SMPT negeri dilarang melakukan pungutan kepada orang tua/wali peserta didik

4. Untuk SD/SDLB swasta dan SMP/SMPLB/SATAP/SMPT swasta dapat memungut biaya pendidikan yang digunakan untuk memenuhi kekurangan biaya investasi dan biaya operasi

5. Semua sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah

6. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang tua/wali peserta didik yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya yang


(45)

30

diperlukan oleh sekolah. Sumbangan dapat berupa uang dan atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa, tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka waktu pemberiannya

7. Pemda harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang dilakukan oleh sekolah dan sumbangan yang diterima dari masyarakat/orangtua/wali peserta didik tersebut mengikuti prinsip nirlaba dan dikelola dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas

8. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang dilakukan oleh sekolah apabila sekolah melanggar peraturan perundang-undangan dan dinilai meresahkan masyarakat.

7. Progam BOS dan Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu

Melalui progam BOS yang terkait pendidikan dasar 9 tahun, setiap pengelola progam pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut :

1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu

2. BOS harus memberi kepastian bahwa tidak ada peserta didik miskin putus sekolah karena alasan finansial seperti tidak mampu membeli baju seragam/alat tulis sekolah dan biaya lainnya

3. BOS harus menjamin kepastian lulusan setingkat SD dapat melanjutkan ke tingkat SMP

4. Kepala sekolah SD/SDLB menjamin semua peserta didik yang akan lulus dapat melanjutkan ke tingkat SMP/SMPLB


(46)

31

5. Kepala sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah

6. Kepala sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan akuntabel 7. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua yang mampu, atau walinya

memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada sekolah. Sumbangan sukarela dari orang tua peserta didik harus bersifat ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta tidak mendriskriminasikan mereka yang tidak memberikan sumbangan.

8. Progam BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan komite sekolah dengan menerapkan MBS sebagai berikut:

1. Sekolah mengelola dana secara professional, transparan dan akuntabel 2. Sekolah harus memiliki rencana jangka menengah yang disusun 4 tahunan 3. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS merupakan bagian integral dari RKAS tersebut

4. Rencana jangka menengah dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri sekolah

5. Rencana jangka menengah dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan komite sekolah dan disahkan oleh SKPD pendidikan kabupaten/kota (untuk sekolah negeri) atau yayasan (untuk sekolah swasta)


(47)

32 9. Larangan Penggunaan Dana BOS 1. Disimpan dengan maksud dibungakan 2. Dipinjamkan kepada pihak lain

3. Membeli software/perangkat lunak untuk pelaporan keuangan BOS atau software sejenisnya

4. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, tur studi (karya wisata) dan sejenisnya 5. Membayar iuran kegiatan yang diselenggarakan UPTD

kecamatan/kabupaten/kota/provinsi/pusat, atau pihak lainnya, kecuali untuk menanggung biaya peserta didik/guru yang ikut serta dalam kegiatan tersebut 6. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru

7. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi guru/peserat didik untuk kepentingan pribadi (bukan inventaris sekolah), kecuali untuk peserta didik penerima BSM 8. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat

9. Membangun gedung/ruangan baru

10.Membeli lembar kerja siswa (LKS), serta bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran

11.Menanamkan saham

12.Membiayai kegiatan yang telah dibiaya dari sumber dana pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar

13.Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi sekolah, misalnya membiayai iuran dalam rangka perayaan hari besar nosional dan upacara keagamaan/acara keagamaan


(48)

33

14.Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti

pelatihan/sosialisasi/pendampingan terkait progam BOS/perpajakan progam BOS yang diselenggarakan lembaga di luar SKPD Pendidikan Provinsi/kabupaten/kota dan kementrian pendidikan dan kebudayaaan

10.Mekanisme Pembelian Barang/Jasa di Sekolah

Pembelian barang/jasa dilakukan oleh tim manajemen BOS sekolah dengan ketentuan berikut:

1. Menggunakan prinsip keterbukaan dan ekonomis dalam menentukan barang/jasa dan tempat pembeliannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dengan cara membandingkan harga penawaran dari penyedia barang/jasa dengan harga pasar dan melakukan negosiasi

2. Memperlihatkan kualitas barang/jasa, ketersediaan, dan kewajaran harga 3. Membuat laporan singkat tertulis tentang penetapan penyedia barang/jasa 4. Diketahui oleh komite sekolah

5. Terkait dengan biaya untuk rehabilitasi ringan/pemeliharaan bangunan sekolah, tim manajemenBOS sekolah harus

6. Membuat rencana kerja

7. Memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat


(49)

34 C. PENELITIAN RELEVAN

1. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Amirawati 2013 dengan judul

“PENGELOLAAN DANA BOS DALAM PENINGKATKAN MUTU

PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 27 SEMARANG”. Dengan hasil ini menunjukan bahwa pengelolaan dana BOS di SMP Negeri 27 Semarang dapat meningkatkan mutu pendidkan. Hal ini disebabkan dengan adanya dana BOS kegiatan personil dan kegiatan non personil dapat berjalan dengan baik. Dengan lancarnya kegiatan tersebut proses belajar mengajar dapat berjalan lancar sehingga mutu pendidikan meningkat. Perbedaan dengan penelitian ini hanya terletak pada setting penelitian dan fokus penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Erin Dwiaryani Hidayah tahun 2014 dengan

judul “EVALUASI TERHADAP KEBIJAKAN PROGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEBUMEN”.

Dengan hasil ini menunjukan bahwa implementasi progam BOS berjalan lancar. Padahal setelah dianalisis selama delapan tahun ini belum mencapai dampak yang signifikan seperti yang diharapkan. Dalam kasus ini ditemukan bahwa implementasi belum berhasil. Dimana dampak dan perubahan yang ada belum mencapai tujuan awal kebijakan tersebut. Persamaan dengan penelitian tersebut sama-sama tentang Bantuan Operasional Sekolah (BOS) .


(50)

35 D. KERANGKA PIKIR

Dari tahun ke tahun biaya pendidikan yang semakin mahal menjadikan kualitas pendidikan di Indonesia semakin tertinggal dari Negara maju.Itu disebabkan juga dengan kenaikan harga BBM di Indonesia yang selalu naik turun tidak menentu.Adanya dana BOS diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang sekarang ini. Dengan adanya dana BOS diharapkan dapat mengurangi beban biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa.Dana BOS juga diperuntukan untuk menambah fasilitas sekolah yang belum ada , sehingga dapat membantu tenaga pendidik dalam melaksanakan proses pembelajran di sekolah. Keberadaan fasilitas sekolah yang memadai juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sehingga siswa dapat langsung mempraktekkan apa yang didapat dari pelajaran yang dipelajari.Sesuai uraian diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. kerangka berpikir Peraturan Pemerintah tahun

2008

Dana BOS

Tenaga Pendidik

Sarana dan Prasarana Sekolah


(51)

36 E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, muncul beberapa pertanyaan penelitian guna menggali informasi mengenai implementasi kebijakan dana bantuan operasional sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Darimana informasi implementasi dana BOS sudah digunakan dengan tepat pada sasarannya?

2. Dengan adanya dana BOS apakah prestasi siswa dan lulusan juga meningkat ? 3. Apakah BOS digunakan untuk pengembangan tenaga pendidik dan

pembayaran honorer?

4. Dengan adanya dana BOS apakah faktor pendorong dan penghambat dalam meningkatkan mutu pendidikan?


(52)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan atau cara kegiatan yang dilakukan oleh peneliti mulai dari perumusan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan (Muhammad Ali,1985;81).Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002: 4) metodologi penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang tertentu melalui perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kulaitatif. Melalui pedekatan deskriftip kualitatif peneliti bermaksud untuk menguraikan bagaimana implementasi dana Bantuan Operasional Sekolah khususnya di SD Negeri Bekelan.

B. Setting Penelitian

Pemilihan setting merupakan langkah awal dalam memasuki lapangan penelitian. Setting dalam penelitian ini dilakukan di SD Negeri BEKELAN, desa Sidorejo ,Kecamatan ,Lendah, Kulonprogo.

Dengan begitu diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam menemukan dan mendapat data serta informasi yang dibutuhkan mengenai implementasi dana Bantuan Operasional Sekolah.

C. Subjek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah , guru dan komite sekolah SD Negeri 1 Bekelan.


(53)

38

Obyek dalam penelitian ini adalah implementasi dana bantuan operasional sekolah.

Penelitan ini dapat dikatakan valid/sah apabila setiap data yang telah didapat dari penelitian menerapkan teknik pengabsahan trianggulasi. Teknik triangulasi, menurut Moleong (2005: 329) yang digunakan diantarnya adalah (1) triangulasi dengan sumber, (2) triangulasi metode dan (3) triangulasi teori. 1. Triangulasi sumber seperti yang dikatakan Moleong (2005: 330) berarti

“membandingkan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda.” Triangulasi sumber dilakukan untuk mengecek apakah

data yang didapat sesuai dengan pernyataan dari satu sumber dengan sumber yang lain. Cara yang dilakukan dapat berupa membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Selanjutnya membandingkan apa yang dikatakan guru dengan apa yang dikatakan oleh wakil kepala sekolah, dan kepala sekolah. Dapat juga membandingkan pengamatan dengan keterangan dari wawancara narasumber.

2. Triangualasi metode seperti yang dijelaskan oleh Moleong (2005: 331)

dengan “melakukan pengecekan data dan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data.” Keabsahan data dapat dilakukan

dengan melakukan pengecekan dan membandingkan data hasil wawancara, data pengamatan serta data dari dokumen penelitian seperti foto dan notulensi rapat.


(54)

39

3. Triangulasi teori adalah membandingkan hasil penelitian dan pembahasan dengan kajian pustaka yang telah dituliskan untuk mencari pertanyaan penelitian yang belum terjawab.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dan menunjukkan sesuatu yang abstrak sehingga tidak dapat diwujudkan data bentuk benda yang kasat mata, tetapi hanya dipertontonkan penggunanya, selanjutnya dikemukakan bahwa metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi pengamatan, obsevasi, wawancara ,dan dokumentasi Suharsini Arikunto (1993 :151).

1. Observasi

Kegiatan observasi dalam penelitian ini yaitu meliputi

pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian,perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan untuk menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang dialami (Jonathan Sarwono ,2006; 224)

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah mengamati secara langsung pelaksanaan implementasi dana BOS di SD N Bekelan. Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No Indikator

1. Keadaan umum SD Negeri 1 Bekelan 2. Interaksi Kepala Sekolah, guru dan komite 3. Penggunaan dana BOS


(55)

40 2. wawancara

wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untukm mengkrontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan ,organisasi,motivasi,perasaan dan sebagainya yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancara berdasarkan tujuan tertentu.Informan tersebut sebagai informasi penelitaian adalah kepala sekolah,guru dan komite sekolah ,menurut Burhan Bungin (2003;108)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara berulang-ulang mengenai implementasi dana BOS untuk memperoleh informasi dan data lengkap yang dibutuhkan.

Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

No. Indikator

1. Implementasi penggunaan dana BOS

2. Minat belajar siswa dengan adanay dana BOS

3. Prestasi siswa setelah adanaya dana BOS

4. Manfaaat dana BOS bagi sekolah

5. Apakah ada peningkatan mutu pendidikan dengan adanaya dana BOS

6. Kinerja tenaga pendidik setelah adanya dana BOS

7. Apakah ada sarana dan prasarana sekolah yang lebih baik


(56)

41 3. Kajian Dokumen

Kajian dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang berasal dari data sekunder yang berupa tulisan,foto atau gambar, yang memperkuat hasil wawancara meliputi: Kepala Sekolah dan Guru, data prestasi siswa, data implementasi dana BOS dan lain – lain.

Tabel 3.Kisi-kisi pedoman dokumentasi penelitian:

No Aspek yang diamati Indikator Sumber data

1. Profil sekolah  Sejarah sekolah

 Visi dan misi

sekolah

 Data guru

 Data siswa

 Data sarana dan

prasarana  Arsip  Arsip  Arsip  Arsip  Arsip

2. Pengelolaan dana BOS

untuk mengkatkan mutu pendidikan

 Partisipasi guru

dalam peningkatan mutu

pendidikan

 Tingkat belajar siswa

 Prestasi siswa.

 Foto

dan wawancara

E. Prosedur penelitian 1. Pra lapangan

Melakukan pengamatan dilapangan dan mencari informasi keadaaan di lapangan. Peneliti akan mendapatkan informasi tentang jumlah informan, pelaksanaan implementasi dana BOS, mengumpulkan refeernsi penunjang dan berbagai pendekatan personal untuk mendapat informasi dari orang-orang yang terkait dengan implementasi dana BOS.


(57)

42

Ditahapan ini peneliti sudah mengetahui keadaan di lapangan dan memahami hal yang berkaitan tentang penelitian serta mengumpulakan data sebanyak- banyaknya tentang implementasi dana BOS di SD N Bekelan. 3. Tahap analisis data

Dalam tahap ini peneliti telah memperoleh data dan mengalah data hasil wawancara yang dilakukan dilapangan. Peneliti melakukan analisis tentang data yang didapat dari lapangan tentang implementasi dana BOS.

F. Keabsahan Data

Menurut J.Moleong mengungkapkan bahwa untuk mengesahkan keabsahan (trustworthirness) data diperlukan teknik pemeriksa.Ada empat criteria yang digunakan ,yaitu derajat kepercayaan (credibilitay), keterahlian (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Lexy J.Moleong, 2010: 324). Keprcayaan (credibility) adalah seberapa besar data yang didapatkan dapat dipercaya dan diterima kebenarannya. Kriterium ini berfungsi : pertama ,melaksanakan inkuiri sehingga tingkat kepercayaaan penemunya dapat dicapai. Kedua,menunjukkan derajat hasil – hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti padakenyataan ganda oleh hasil peneliti. Untuk teknik ini pemeriksaannya dalam penelitian menggunakan teknik yang lain. Diluar data itu untuk pengecekan atau sebagai data pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 2010 : 330)


(58)

43 G. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif manusia atau peneliti sendiri yang menjadi instrumen penelitian utama. Selain sebagai instrumen ,dalam pengumpulan data peneliti juga dibantu dengan pedoman wawancara,pedoman observasi ,tape recorder, kamera, alat – alat tulis dan apa saja yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Moleong, 2002-135).

H. Teknik analisi Data

Analisis data menurut Moleong (2002: 280) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja data. Tujuan analisis data adalah untuk menyempitkan dan membatasi penemuan sampai menjadi suatu data yang teratur serta tersusun sistematis dan lebih rapi.

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012: 89).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data yang dikemukakan oleh Milles & Hubberman (Sugiyono, 2012: 91), yakni analisis data deskriptif kualitatif secara interaktif dan berlangsung secara


(59)

44

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu; data collection (pengumpulan data), data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing (verification).

Gambar 3. Analisis Data Model Interaktif Data

collection

Data reduction

Conclusions drawing/Verifying

Data display


(60)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi

a. Sejarah Berdiri

SD N Bekelan berdiri tahun 1951, merupakan SD Inti di Gugus Sekolah IV Lendah. Pada awal berdirinya SD N Bekelan, mendiami rumah milik penduduk setempat. Pada saat ini memiliki gedung sendiri mendiami tanah kas desa Desa Sidorejo,Lendah, Kulon Progo.

SD N Bekelan berdiri di atas tanah kas desa seluas 3.040 meter persegi. Status tanah hanya hak pakai.

b. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SD Negeri Bekelan

NSS : 101040406008

NPSN : 20402911 Status : Negeri Status dalam gugus : SD Inti Alamat sekolah : Ledok Desa/ Kelurahan : Sidorejo Kecamatan : Lendah Kabupaten/ Kota : Kulon Progo Provinsi : D.I Yogyakarta Nilai Akreditasi : B

 Visi dan Misi I. Visi

“Terwujudnya siswa taqwa, berprestasi, terampil, dan

berbudaya”.

Indikator Visi:

Dalam upaya mencapai visi sekolah indicator keberhasilannya adalah:


(61)

46

a) Melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.

b) Berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik.

c) Terampil dalam memanfaatkan teknologi dan memiliki kecakapan hidup.

d) Melestarikan budaya berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan, bersalaman, hidup bersih dan sehat, senyum, sapa, salam, menyapa, membaca, dan budaya lokal.

II. Misi

a) Mengoptimalkan pelaksanaan ibadah sesuai agama yang dianut siswa.

b) Mengoptimalkan pelaksanaan ibadah sehingga tercipta suasana religius.

c) Mengoptimalkan pembelajaran dan pembinaan prestasi akademik dan non akademik.

d) Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran dan mengembangkan pembelajaran seni dan budaya. e) Melaksanakan pembelajaran dengan model aktif,

inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

f) Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler.


(62)

47 c. Keadaan Siswa

NO KELAS JUMLAH SISWA 2015/2016 Keterangan

Laki – laki

Perempuan Jumlah

1 I 7 12 19

2 II 12 11 23

3 III 12 8 20

4 IV 10 7 17

5 V 10 9 19

6 VI 12 13 25

JUMLAH 63 60 123

d. Prestasi Siswa

1. Hasil Rata – rata UN N O Mata Pelajaran Tahun Ajaran 2012/201 3 2013/201 4 2014/201 5 2015/201 6

1 Bahasa Indonesia

8,77 9,00 7,91 8,62

2 Matematik a

7,45 8,58 7,82 7,76

3 IPA 8,51 8,70 8,70 9,14

2. Angka Mengulang Kelas Tahun

Pelajaran

JUMLAH

I II III IV V VI

2012/2013 0 0 0 0 0 0 0

2013/2014 0 0 0 0 0 0 0

2014/2015 0 0 0 0 0 0 0


(63)

48

3. Angka Lulusan yang Melanjutkan ke SMP

Tahun Pelajaran Jumlah Lulusan Jumlah Melanjutkan

2012/2013 21 21

2013/2014 15 15

2014/2015 20 20

4. Keadaan Guru dan Karyawan

e. Kondisi Pekerjaan Orang Tua Siswa Pegaw ai TNI/Por li Karyawa n Petan i Pedagan g Buru h Lain -lain

Jml 7 0 3 31 2 31 50

Prosenta se

5,7% 0% 2,5% 25% 1,7% 25% 40%

NO Nama Gol/Pangkat GT/GTT Pend.Terakhir Mengajar Kelas 1 Suharman, S. Pd Pembina Tk I,

IV/b

GT S2 KS (IV – VI) 2 Nurwanto, A.Ma Penata III/d GT S1 VI 3 Suratinem,

A.Ma.Pd

Pembina IV/a GT D2 V 4 Sutantini, S. Pd.

Jas

Pembina IV/a GT S1 Gr OR 5 Munawaroh, S.

Pd.I

Pembina IV/a GT S1 PAI 6 Sudarsih, S. Pd Pembina IV/a GT S1 II 7 Wiwik Hidayati,

S. Pd

Penata, III/c GT S1 IV 8 Sukasmi Pengatur / II/b GT S1 I 9 Nuryani, S.Pd - GTT S1 III, Gr

Komputer 10 Maharani

Sintawati, S.Pd

- GTT S1 Bhs Inggris 11 Siti Indarwati - GTT SMA Seni Tari 12 TritisSukmadani,

S.Pd. K

- GTT S2 PA Kristen 13 Arif Nur

Cahyono, A.Ma.Pust

- PTT D2 Ptgs Perpus 14 Parinah - PTT SMK Penjaga


(64)

49 B. Hasil Penelitian

1. Informasi Implementasi dana BOS digunakan tepat pada sasaran

SD N Bekelan merupakan SD inti di Gugus Sekolah IV Lendah.Sebagian penghasilan orang tua bermata pencaharian sebagai petani, wiraswasta, dan buruh. Dengan adanya dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sangat membantu sekali meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut dan meringankan beban orang tua sisiwa.

Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,Negara mewajibkan setiap warga Negara yang berusia 7 – 15 tahun untuk mengikuti Pendidikan Dasar. Pada pasal 5 ayat (1) ditegaskan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Hal ini dibuktiakan dari hasil wawancara mengenai implementasi dana BOS ,

“ yakni ungkapan dari St : Sangat tahu kebetulan saya mengurus dana BOS di sekolah ini”. (ST/23/04/2016)

“Sh menambahkan , yakni dana BOS dari pemerintah itu toh mas. Yang untuk operasional sekolah”. (SH/09/03/2016)


(65)

50

Dari ungkapkan di atas membuktikan bahwa dana BOS digunakan untuk operasinal sekolah telah diketahui oleh kepala sekolah dan guru di SD N Bekelan. Dana BOS diharapkan dapat membantu peningkatan mutu pendidikan dan mengurangi beban siswa dalam pembiayaan pendidikan.

Hal ini senada dengan yang diungkaakan :

“Mh , yakni : siswa tidak dipungut diaya perawatan dan pemeliharaan peralatan sekolah”. (MN/23/04/2016)

Hal sama juga diungkapkan :

“Sh, yakni : peningkatan nilai rata – rata siswa juga meningkat baik nilai harian maupun prestasi siswa”. (SH/09/05/2016)

Dari ungkapkanan diatas diperoleh bahwa SD N Bekelan telah menjalankan tugasnya baik. Terbukti bahwa dengan adanya dana BOS prestasi siswa meningkat dan dapat mengurangi beban orang tua siswa dalam pembiayaan pendidikan.

Dalam hal ini :

“St menambahkan yakni : dana BOS juga digunakan untuk pembiayaan daya dan jasa yang berkaitan dengan sekolah”.


(66)

51

Terungkap bahwa siswa SD N Bekelan tidak dikenai biaya untuk daya dan jasa yang berkaitan dengan sekolah tersebut.Sehingga beban siswa dalam pembiayaan pendidikan berkurang yang mayoriyas orang tuanya petani.Hal ini sesuai dengan progam BOS bertujuan untuk meringankan beeban masyarakat terhadap pembiayaan penddikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.Selain daripada itu, diharapkan progam BOS juga dapat ikut berperan dalam mempercepat pencapaian minimal di sekolah.

“Sh menambahkan bahwa dana BOS digunakan untuk kepenttingan pendidikan saja tidak digunakan untuk

kepentingan lain seperti rekreasi atau sumbangan kepihak lain”.

(SH/09/05/2016)

“Sh menambahakan dengan adanya dana BOS mutu

pendidikan di SD N Bekelan juga meningkat,baik dari prestasi

maupun nilai harian siswa juga membaik”. (SH/09/05/2016)

“Mn juga menambahkan dana BOS juga bermanfaaat untuk

biaya operasional personil untuk meningkatkan mutu

pendidikan”. (MN/23/04/2016)


(67)

52

St bahwa dana BOS sangat bermanfaat bagi peningkatan

mutu pendidikan”. (ST/23/04/2016)

Hal ini menunjukkan bahwa SD N Bekelan telah menggunakan dana BOS sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2. Dengan adanya dana BOS apakah prestasi siswa dan lulusan juga meningkat

Dengan semaikin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini membuat orang tua siswa kesulitan membiayai pendidikan anaknya.Sehingga menyebabkan semakin banyaknya anak putus sekolah.Padahal menurut UU Pasal 31 ayat (1) mengatakan bahwa

“setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”(Republik

Indonesia, 2009 : 91)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang sisitem pendidikan nasional(UU No. 20/2003) yang antara lain

menyatakan:”manusia membutuhkan pendidikan dalam

kehidupannya”. Bahkan pemerintah memberikan jaminan pendidikan formal selama 9 tahun.

Hal ini diungkapakan oleh :

”St yang menyebutkan bahwa siswa tidak dibebani

pembiayaan atau perawatan peralatan sekolah.Selain itu dana BOS juga digunakan untuk kegiatan penerimaan siswa


(68)

53

baru,sehingga orang tua siswa tidak perlu mengeluarkan biaya

pendaftaran,administrasi pendaftarandan pendaftaran ulang”.

(ST/23/04/2016)

“Sh menambahkan untuk membayar biaya dan jasa yang berkaitan dengan sekolah menggunakan dana BOS.Dan dana BOS juga digunakan untuk pembelian buku teks pelajaran juga

buku refensi untuk dikoleksi disekolah”. (SH/09/05/2016)

Dari ungkapan diatas menunjukan bahwa orang tua siswa tidak di bebani pembiayaan peralatan,pemeliharaan peralatan sekolah serta biaya daya dan jasa yang berkaitan dengan sekolah.Dana BOS diperoleh setiap sekolah berdasarkan jumlah peserta didiknya.Dana BOS yang diterima pertahun oleh sekolah adalah sebesar Rp 580.000,-/peserta didik/tahun.

“Mn menambahkan dana BOS juga digunakan untuk biaya

yang diperlukan rata-rata siswa tiap tahun untuk menunjang biaya kegiatan belajar mengajar.Seperti alat peraga, media pembelajaran dan mebeler sekolah. Dengan adanya BOS prestasi siswa juga meningkat, yang menjadikan prestasi siswa

meningkat”. (MN/23/04/2016)

“Sh juga senada dengan Mn bahwa biaya yang menunjang


(69)

54

siswa,ulangan umum, ujian sekolah, dan hasil laporan belajar

siswa menggunakan dana BOS”. (SH/09/05/2016)

Dengan adanya dana BOS diharapkan dapat mengurangi beban orang tua dalam pembiayaan pendidikan anaknya.Serta menambah semangat belajar para siswa dan meningkatkan prestasi disekolah.

“St menambahkan tingkat belajar siswa disekolah juga

meningkat”. (ST/23/04/2016)

“Mn juga senada dengan St bahwa dengan adanya dana

BOS tingkat belajar siswa juga meningkat.Serta dana BOS juga membantu semua kegiatan siswa seperti: progam remedial, olahraga, kesenian, progam pengayaan, karya ilmiah

remaja, palang merah remaja dan sejenisnya”.

(MN/23/04/2016)

Hal ini meneujukan bahwa dana BOS sangat bermanfaat bagi SD N Bekelan dan juga para siswa. Namun secara umum dana Bantuan Opersional Sekolah di gunakan untuk membantu rakyat miskin agar bisa melanjutkan sekolah minimal Sembilan tahun atau sampai sekolah menengah pertama(SMP). Bantuan Operasional Sekolah dirintis sejak tahun 2005 merupakan wujud Pemerintah dalam melasanakan atau memenuhi amanat dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun


(70)

55

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan bahwa Pemerintah menjamin pelaksanaan pendidikan dasar tanpa mepungut biaya.

3. BOS digunakan untuk pengembangan tenaga pendidik dan pembayaran honorer

Selain untuk membatu meringankan beban orang tua siswa dan BOS juga dapat digunakan untuk biaya kesejahteraan honorer dan juga guru tidak tetap.Sehingga dapat mengurangi beban sekolah dalam pembayaran guru tidak tetap dan honorer.

Seperti yang diungkapkan oleh “St:

Bahwa dana BOS juga digunakan untukbiaya

kesejahteraan honorer yang ada di sekolah”. (ST/23/04/2016)

Mn menambahkan untuk dana juga untuk membayar guru

tidak tetap juga.” (MN/23/04/2016)

Hal diatas menunjukakan bahwa SD N Bekelan juga menggunakan dana BOS untuk biaya kesejahteraan honorer dan guru tidak tetap.Sehingga sekolah tidak perlu mengeluar biaya untuk kesejahteraan honorer dan guru tidak tetap.

“Sh menambahkan dana juga digunakan untuk mebiayai


(71)

56

“Mn menambahkan diklat guru memang menggunakan dan

BOS tetapi tergantung siapa yang menyelenggarakan,misalnya yang mengadakan diklat DISDIKPORA yang membiayai dari DISDIKPORA,jadi guru hanya menjadi peserta saja”. (MN/23/04/2016)

Dari ungkapan diatas menunjukkan bahwa dana BOS juga digunakan untuk pengembangan profesi,seperti diklat guru,tetapi juga tergantung siapa yang menyelenggarakan diklat,jadi tidak selalu diklat dibiayai atau menggunakan dana BOS.Dengan digunakannya dana BOS untuk pengembangan profesi guru diharapakan mutu dan kualitas pendidikan semakin meningkat.

“St menambahkan musyawarah kerja kepala sekolah juga menggunakan dana BOS”. (ST/23/04/2016)

“Mn juga menyebutkan kerja kelompok kerja guru juga

diambil dari dana BOS”. (MN/23/04/2016)

“Mn juga senada dengan St dan Nw bahwa MKKS dan KKG juga menggunakan dana BOS”. (MN/23/04/2016)


(72)

57

Dari ungkapan diatas menunjukan dana BOS juga digunakan untuk biaya Musyawarah Kerja Kepala Sekolah serta untuk Kelompok Kerja Guru.Sehingga tidak perlu menggunakan uang dari pihah lain.

“St mengatakan bahwa dana BOS tidak digunakan untuk kepentingan selain operasional personil”. (ST/23/04/2016)

“Sh menambahkan kalau dana BOS digunakan selain personil itu digunanakan untuk membiayai sarana prasarana,tenaga pendidik, proses kelulusan, standar isi, dan

pembiayaan / keuangan”. (SH/09/05/2016)

Hal ini menunjukkan bahwa dana BOS hanya digunakan untuk seperti: pembiayaan kegiatan siswa, pengembangan profesi guru, pembiayaan daya dan jasa, pembayaran honorarium, penerimaan siswa baru, pembelian buku teks , pembelian bahan habis pakai, bila ada sisa digunakan untuk beli alat peraga, media pembelajaran dll yang berkaitan dengan kepentingan sekolah dan siswa itu sendiri.

4. Dengan adanya dana BOS faktor pendorong dan penghambat meningkatan mutu pendidikan

Dalam meningkatkan mutu pendidikan ada beberapa faktor yang mendorong dan menghambat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung juga kurang memadai sehingga untuk mengembangkan


(73)

58

potensi yang ada pada diri manusia sangatlah sulit. Pendidikan di Indonesia terbilang termasuk yang terbelakang di banding negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Dilihat dari sarana dan prasarana saja pendidikan di Indonesia sangat tertinggal.

Seperti yang dikatakan “Sh :

“ kadang ada orang tua yang tidak peduli dengan pendidikan anak.Ada juga yang minat belajar anak itu kurang bagus.Ada juga yang karena faktor ekonomi jadi motivasi

belajar anak kurang optimal”. (SH/09/05/2016)

Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya.

Oleh karena itu, diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tingkah laku peserta didik didalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter dari orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak yang berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik dari lingkungan


(1)

100

1. Halaman sekolah 2. Ruang kelas

3. Wawancara dengan kepala sekolah 4. Ekstra kulikuler drum band


(2)

LAMPIRAN 5


(3)

(4)

(5)

(6)