Hubungan body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan melakukan latihan fisik di fitness center.

(1)

ABSTRAK

Fika Yunny Wulandari (2002). Hubungan antara Body Image pada Pria Dewasa Dini dengan Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center Yogyakarta : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan latihan fisik di fitness center. Body image pada pria dewasa dini adalah gambaran atau persepsi pria dewasa dini terhadap penampilan tubuhnya. Dengan memiliki body image yang rendah menunjukkan bahwa pria dewasa dini merasa tidak puas dengan kondisi tubuh yang dimilikinya. Ketidakpuasan terhadap tubuh ini mendorong pria dewasa dini untuk berusaha memperbaiki diri dan mendapatkan penampilan yang lebih menarik. Hal tersebut karena pada usia ini, pria dewasa dini memiliki minat khusus dalam penampilan fisiknya. Oleh karena itu untuk memperoleh penampilan yang menarik dan bentuk tubuh yang mesomorfik, pria dewasa dini secara sungguh-sungguh melakukan latihan fisik di fitness center.

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang secara aktif melakukan latihan fisik di fitness center. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode skala. Body image subyek diukur dengan menggunakan skala body image yang disusun peneliti, begitu juga dengan kesungguhan latihan fisik yang diukur dengan skala yang juga peneliti susun.

Uji kesahihan butir menyatakan pada skala body image terdapat 22 item yang gugur dan 38 item dengan reliabilitas sebesar 0,932 yang digunakan, sedangkan pada skala kesungguhan latihan fisik ada 3 item yang gugur dan 19 item yang digunakan dengan reliabilitas sebesar 0,923. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,188 yang berarti bahwa sumbangan variabel body image terhadap intensitas latihan fisik sebesar 18,8%. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Hasilnya analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran data adalah normal dan linear. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,434 pada taraf signifikasi 0,05 dan probabilitas 0,000 (p<0,01). Hal tersebut berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan latihan fisik dapat diterima.

Kata kunci : body image, kesungguhan latihan fisik, ketidakpuasan terhadap tubuh


(2)

ABSTRACT

Fika Yunny Wulandari (2002). Correlation Between Young Men Adult’s Body Image and Seriousness of Physical Exercise at Fitness Center Yogyakarta : Faculty of Psychology, Majoring in Psychology, Sanata Dharma University

This research was aimed to determine the relation between young men adult’s body image and seriousness of physical exercise at fitness center. Young men adult’s body image is young men adult’s perception about their own appearance. By having low body image, they show dissatisfied with their condition. This dissatisfaction will force them to rebuild their mesomorfik body and appearance attractiveness. It occured because in this age, they getting more concern with their physical appearance. That was the reason why young men adult’s were doing physical exercise seriously at fitness center.

Subjects of this research were 70 young men adult’s who actively doing physical exercise at fitness center. Correlation method was used in this study as the research method. Data collecting method using two scales, body image scale and seriousness of physical exercise scale. Both scales were used to measure the level of body image and the seriousness of physical exercise, which compiled by the researcher.

Item validity on the young men adult’s body image scale showed that, 22 items failed and 38 items with coefficient reliability of 0,932 used, while on seriousness of physical exercise scale, 3 items failed and 19 items used, with coefficient reliability of 0,923. Determinant coefficient (R2) was 0,188. It means that the contribution of body image variable to the intensity of physical exercise was 18,8%. Product Moment correlation technique from Pearson was used to analyze research data. The result of this analysis showed that data distribution was normal and linear. The correlation coefficient was -0,434 on significance by 0,05 with probability 0,000 (p<0,01). It makes the research hypothesis suggested, that there was negative relationship between young men adult’s body image and seriousness of physical exercise at fitness center, is accepted.

Keywords : body image, seriousness of physical exercise, body dissatisfaction


(3)

HUBUNGAN

BODY IMAGE

PADA PRIA DEWASA DINI

DENGAN KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK

DI

FITNESS CENTER

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Fika Yunny Wulandari NIM : 029114083

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

HUBUNGAN

BODY IMAGE

PADA PRIA DEWASA DINI

DENGAN KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK

DI

FITNESS CENTER

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Fika Yunny Wulandari NIM : 029114083

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007


(5)

(6)

(7)

J

ika hidup ini bagai sebidang tembok,agar kokoh bangunlah dengan batu-batu besar nan kuat. Batu-batu besar itu adalah sesuatu yang berat dipikul, keras di jinjing; sesuatu yang kita perjuangkan; sesuatu yang padanya kita rela berkorban, berjerih payah, bahkan menukarnya dengan segenap jiwa dan raga. Sesuatu itu bisa berupa keluarga, persahabatan, pekerjaan, atau apapun yang begitu berharga sehingga kita harus membangunnya kuat-kuat;serta memolesnya indah-indah.

N

amun demikian, agar bebatuan besar itu saling

merekat kuat, ia harus ditautkan dengan pasir kecil. Pasir-pasir lembut yang melindungi telapak kaki kita dari perihnya peristiwa. Pasir-pasir itu adalah kegembiraan dalam syukur,senyuman di balik peluh, serta kehangatan hubungan antar sesama. Jika demikian, maka kita akan dapati sebuah tembok yang menjadi monumen simbol kehadiran kita di dunia ini. Dan, itu tentu jauh lebih baik ketimbang hanya sekedar meninggalkan sepasang nisan di batas kubur.

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

Yesus Kristus, penyelamat dan pemberi kehidupan

Orang tuaku tercinta

Kakak dan adikku yang selalu mendukung

Pria dan semua sahabat yang selalu menyertai langkahku


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, November 2007

Penulis

Fika Yunny Wulandari


(9)

ABSTRAK

Fika Yunny Wulandari (2002). Hubungan antara Body Image pada Pria Dewasa Dini dengan Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center Yogyakarta : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan latihan fisik di fitness center. Body image pada pria dewasa dini adalah gambaran atau persepsi pria dewasa dini terhadap penampilan tubuhnya. Dengan memiliki body image yang rendah menunjukkan bahwa pria dewasa dini merasa tidak puas dengan kondisi tubuh yang dimilikinya. Ketidakpuasan terhadap tubuh ini mendorong pria dewasa dini untuk berusaha memperbaiki diri dan mendapatkan penampilan yang lebih menarik. Hal tersebut karena pada usia ini, pria dewasa dini memiliki minat khusus dalam penampilan fisiknya. Oleh karena itu untuk memperoleh penampilan yang menarik dan bentuk tubuh yang mesomorfik, pria dewasa dini secara sungguh-sungguh melakukan latihan fisik di fitness center.

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang secara aktif melakukan latihan fisik di fitness center. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode skala. Body image subyek diukur dengan menggunakan skala body image yang disusun peneliti, begitu juga dengan kesungguhan latihan fisik yang diukur dengan skala yang juga peneliti susun.

Uji kesahihan butir menyatakan pada skala body image terdapat 22 item yang gugur dan 38 item dengan reliabilitas sebesar 0,932 yang digunakan, sedangkan pada skala kesungguhan latihan fisik ada 3 item yang gugur dan 19 item yang digunakan dengan reliabilitas sebesar 0,923. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,188 yang berarti bahwa sumbangan variabel body image terhadap intensitas latihan fisik sebesar 18,8%. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Hasilnya analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran data adalah normal dan linear. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,434 pada taraf signifikasi 0,05 dan probabilitas 0,000 (p<0,01). Hal tersebut berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan latihan fisik dapat diterima.

Kata kunci : body image, kesungguhan latihan fisik, ketidakpuasan terhadap tubuh


(10)

ABSTRACT

Fika Yunny Wulandari (2002). Correlation Between Young Men Adult’s Body Image and Seriousness of Physical Exercise at Fitness Center Yogyakarta : Faculty of Psychology, Majoring in Psychology, Sanata Dharma University

This research was aimed to determine the relation between young men adult’s body image and seriousness of physical exercise at fitness center. Young men adult’s body image is young men adult’s perception about their own appearance. By having low body image, they show dissatisfied with their condition. This dissatisfaction will force them to rebuild their mesomorfik body and appearance attractiveness. It occured because in this age, they getting more concern with their physical appearance. That was the reason why young men adult’s were doing physical exercise seriously at fitness center.

Subjects of this research were 70 young men adult’s who actively doing physical exercise at fitness center. Correlation method was used in this study as the research method. Data collecting method using two scales, body image scale and seriousness of physical exercise scale. Both scales were used to measure the level of body image and the seriousness of physical exercise, which compiled by the researcher.

Item validity on the young men adult’s body image scale showed that, 22 items failed and 38 items with coefficient reliability of 0,932 used, while on seriousness of physical exercise scale, 3 items failed and 19 items used, with coefficient reliability of 0,923. Determinant coefficient (R2) was 0,188. It means that the contribution of body image variable to the intensity of physical exercise was 18,8%. Product Moment correlation technique from Pearson was used to analyze research data. The result of this analysis showed that data distribution was normal and linear. The correlation coefficient was -0,434 on significance by 0,05 with probability 0,000 (p<0,01). It makes the research hypothesis suggested, that there was negative relationship between young men adult’s body image and seriousness of physical exercise at fitness center, is accepted.

Keywords : body image, seriousness of physical exercise, body dissatisfaction


(11)

(12)

KATA PENGANTAR

Kasih karunia dari-Nya telah membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan bagian prasyarat dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga tidak melupakan bantuan-bantuan yang telah diberikan beberapa pihak lain secara moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ibu MM. Nimas Eki Suprawati S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah sabar dalam membimbing penulis dalam penyelesaikan skripsi ini. “Trima kasih ya bu.... untuk semangat dan bimbingan yang selalu diberikan...”

4. Bapak Agung Santoso, S.Psi., yang menjadi dosen pembimbing akademik selama tiga setengah tahun penulis mengikuti kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

5. Semua dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selamat mengajar dan terus berjuang untuk memajukan Psikologi Sanata Dharma...!!!

6. Semua karyawan Fakultas Psikologi : mba’ Nanik, mas Gandung, mas Muji, pak Gie’, mas Doni yang selalu membantu selama penulis berada di Fakultas Psikologi. Terima kasih untuk keramahan dan senyum kalian... Tidak lupa petugas parkir kampus III Paingan....

7. Keluarga Daryoto, bapak yang sekarang bersama Yesus... “aku tahu bapak liat dan bangga sama aku”. Ibu yang selalu memberi nasehat dan dukungan, “aku sayang ibu”... Mba’ Heni yang selalu mendukung dan


(13)

segala bantuan yang diberikan selama aku kuliah, “makasih ya mbak”.... Mba’ Nana... “thanks ya sis’ buat support-nya, juga saran yang selalu diberikan”... Nggak lupa adekku Okta, “bro’ thanks buat dukungnnya...” 8. Nova Dwi Anditya.... trima kasih untuk semua yang kamu berikan, waktu;

dukungan; kesabaran (terutama saat kita berantem); doa; saran juga kepercayaan yang selalu ada buatku. “Perjalanan kita masih panjang yank...”

9. Seluruh subyek penelitian di tempat-tempat fitness, terutama untuk teman-temanku di Lembah Fitness Center. Hestu makasih banyak buat waktunya dan bantuan buat ngisi skala.... Juga tidak lupa pengelola dan karyawan Lembah Fitness Center, trima kasih karena diijinkan melakukan penelitian di Lembah Fitness Center.

10.Temen-temen basket adekku, makasih udah mau ngisi angket dan bantu penelitianku...

11.Teman-teman satu bimbingan skripsi, Tea + Wedha; Nopex; Galih’03, Dewi, Echa, Didi’03, “selama kita bimbingan bareng banyak suka n duka yang kita rasain, akhirnya lulus jg ya!! Buat yang blum lulus, cepet nyusul yah!!! Cia Yo !!!!”

12.Sahabatku Mitha... “nduk, makasih ya buat waktu, saran dan curhatan selama ini. Tetep semangat buat skripsimu!!! Inget, semuanya indah pada waktunya...”

13.Semua sahabat-sahabatku kelas D angkatan 2002, terima kasih buat pengalaman yang menyenangkan selama kita bersama dan berbagi. Khususnya buat Mey, Ohaq, Cahya, Anggie, Eu, Tina, “Kapan kita reunian n curhat-curhatan lagi ???”

14.Sahabatku semasa SMA, Vivi dan Siska; “kita bertiga bakalan tetep kompak kan gal’s?”

15.My bro’: Ook n Husen.... tanpa kalian aku ga jadi seperti sekarang. “Masih inget kan 11-11-2011...??”

16.Mas Andre yang selalu memberi semangat dan dukungan biar aku cepet lulus. “Akhirnya mas, saat ini tiba juga, makasih”.


(14)

17.Temen-temen psikologi angkatan 2002, makasih semua. “Akhirnya 1-1 kita meninggalkan kampus tercinta kita....”

18.Semua temen-temen psikologi yang pernah bekerja sama denganku dalam kegiatan kampus. “Trima kasih untuk pengalaman yang berharga...” 19.Komunitas Psychology Adventure Team (PAT), “kawan-kawan, walau

hanya sesaat bersama kalian aku merasakan kebersamaan dan persaudaraan.”

20.Temen-temen game on-line, Snen; Stanley; mas Teguh; om Wahyu dan semuanya yang memberiku pengalaman persahabatan dan kesenangan di dunia maya. “Guild Aurora kapan reunian lagi...???”

21.Sahabat-sahabat yang jauh dimata tapi tetap dekat dihati, doa dan dukungan kalian sangat berarti buatku. Trima kasih untuk dukungan, saran dan segala bantuan yang telah diberikan...

Yogyakarta, November 2007

Fika Yunny Wulandari


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center ... 12

1. Definisi Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center... 12

2. Jenis-jenis Latihan Fisik di Fitness Center... 13

3. Faktor-faktor Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center 16 4. Aspek-aspek Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center 17

B. Body Image pada Pria Dewasa Dini ... 18

1. Body Image ... 18

a. Definisi... 18

b. Aspek-aspek body image... 20


(16)

c. Pengaruh body image... 20

2. Pria Dewasa Dini ... 21

a. Definisi... 21

b. Ciri-ciri... 23

c. Tugas perkembangan ... 25

d. Minat pribadi pada penampilan... 26

3. Body Image pada Pria Dewasa Dini ... 28

C. Hubungan Body Image pada Pria Dewasa Dini dengan Kesungguhan Melakukan Latihan Fisik di Fitness Center... 31

D. Hipotesis Penelitian... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian... 37

B. Identifikasi Variabel... 37

C. Definisi Operasional ... 37

1. Definisi Operasional Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center... 37

2. Definisi Operasional Body Image... 38

D. Subyek Penelitian... 39

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 39

1. Skala kesungguhan latihan fisik... 39

2. Skala body image... 40

F. Pengujian Instrumen Penelitian... 43

1. Uji validitas ... 43

2. Seleksi item ... 44

3. Uji reliabilitas... 45

G. Metode Analisis Data... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Pelaksanaan Penelitian ... 48

B. Hasil Penelitian ... 49

1. Hasil uji asumsi ... 49

2. Deskripsi data penelitian ... 51


(17)

3. Hasil uji hipotesis... 52

4. Analisis tambahan ... 53

C. Pembahasan ... 54

BAB V PENUTUP... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

C. Keterbatasan Penelitian ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN... 66


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Item Skala Kesungguhan Latihan Sebelum Uji Coba ... 40

Tabel 2. Distribusi Item Skala Body Image Sebelum Uji Coba ... 41

Tabel 3. Distribusi Item Skala Kesungguhan Latihan Penelitian ... 44

Tabel 4. Distribusi Item Skala Body Image Penelitian ... 45

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian ... 51

Tabel 7. Deskripsi Tujuan Latihan ... 53


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Try Out ... 67

Lampiran B. Tabulasi Data Try Out ... 78

Lampiran C. Uji Reliabilitas ... 86

Lampiran D. Reliabilitas Skala Penelitian ... 92

Lampiran E. Skala Penelitian ... 97

Lampiran F. Tabulasi Data Penelitian ... 106

Lampiran G. Hasil Olah Data dan Analisis ... 118

Lampiran H. Surat Ijin Penelitian ... 121


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sekarang ini perkembangan pusat-pusat kebugaran (fitness center) di Yogyakarta mulai pesat seiring dengan kesadaran akan kesehatan tubuh pada masyarakat. Jika dahulu fitness center hanya terdapat di hotel-hotel dan dengan konsumen yang terbatas, sekarang banyak dijumpai fitness center di berbagai tempat. Tidak hanya masyarakat menengah ke atas saja yang dapat menikmati fasilitas yang ditawarkan di fitness center tetapi juga konsumennya saat ini mencakup semua golongan masyarakat, yang tentu saja peduli dengan kesehatan dan kebugaran tubuhnya (Setiawan, 2006 & Mardana, 2003).

Tubuh ideal merupakan idaman setiap orang, baik itu wanita ataupun pria, tua maupun muda. Bentuk tubuh yang ramping, berotot, berisi menjadi tujuan utama seseorang melakukan latihan. Untuk mendapatkan tubuh ideal dan penampilan yang menarik, berbagai usaha dilakukan, salah satunya adalah dengan melakukan latihan di fitness center atau sering disebut juga “fitnes”.

Fitness center adalah suatu tempat atau fasilitas yang difungsikan untuk

melatih kebugaran tubuh (Yudha, 2006). Fitness center menawarkan berbagai fasilitas untuk mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan. Berbagai peralatan untuk menurunkan atau menaikkan berat badan serta membentuk badan tersedia disini. Latihan di fitness center menawarkan berbagai macam gerakan, karena itu terdapat


(21)

berbagai macam variasi latihan sehingga tidak mudah bosan. Bentuk latihan yang dapat dilakukan di fitness center diantaranya latihan untuk jantung (cardio exercise) termasuk didalamnya aerobik. Latihan pembentukan tubuh seperti body language, latihan beban (resistance exercise) seperti mengangkat beban, sit up, push up, bench press, leg curl dan latihan fisik sejenis adalah jenis latihan yang berguna untuk membentuk tubuh menjadi proporsional dan lebih berotot serta dapat meningkatkan kekuatan yang dimiliki (L-Men, 2006). Saat melakukan latihanpun, tidak akan merasa jenuh atau stres karena sambil melatih tubuh juga dapat menikmati musik yang sengaja diputar untuk menambah semangat saat berlatih. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika fitness center saat ini sangat digemari oleh masyarakat untuk melakukan latihan fisik supaya dapat memiliki tubuh yang ideal dan penampilan yang menarik (Soekirno, 2006).

Perhatian terhadap tubuh yang ideal dan penampilan fisik yang menarik saat ini bukan hanya monopoli kaum wanita dewasa saja. Pria dewasapun memiliki perhatian yang besar terhadap penampilan fisik yang dimiliki, khususnya pada pria dewasa dini, yaitu pria yang sudah mencapai kesempurnaan dalam pertumbuhan dan memiliki kematangan baik secara fisik maupun psikis dengan rentang usia 18-40 tahun. Seperti dijelaskan oleh Pembaruan (2006) bahwa saat ini banyak pria dewasa dini yang mulai memperhatikan tubuh serta penampilan mereka, dan berbagai usaha dilakukan pria dewasa ini untuk memiliki bentuk tubuh yang diinginkan. Perhatian terhadap penampilan sangat penting pada pria dewasa dini karena memiliki peran yang sangat penting dalam dunia kerja, relasi sosial, kehidupan keluarga dan


(22)

profesional. Menurut Hurlock (1980) penampilan yang menarik pada pria dewasa merupakan potensi yang kuat untuk masuk dalam suatu pergaulan dan penampilan yang tidak menarik akan menghambat pergaulan. Penampilan yang menarik juga merupakan modal untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Tidak dapat dipungkiri bahwa daya tarik fisik merupakan hal yang diperhatikan saat bertemu dengan seseorang. Terdapat anggapan bahwa seseorang yang menarik secara fisik juga akan memiliki karakteristik lain yang lebih menyenangkan, misalnya kepribadian yang menyenangkan (Sears & Freedman, 1985). Oleh karena itu penting bagi seorang pria dewasa untuk lebih memperhatikan penampilannya.

Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk memperoleh bentuk tubuh yang ideal, misalnya diet, operasi plastik ataupun latihan fisik. Pria dewasa dini lebih memilih untuk melakukan latihan fisik agar dapat memiliki tubuh yang ideal dan proporsional. Hal ini diungkapkan oleh Fallon & Rozin, Donaldson’s, dan Baker (dalam Grogan, 1999) dalam penelitiannya di Amerika bahwa pria lebih memilih latihan fisik daripada diet. Aktivitas yang dilakukan para pria dalam latihan fisik, salah satunya adalah melakukan latihan beban dan body building untuk membentuk tubuh menjadi proporsional dan lebih berotot.

Kesadaran untuk memiliki penampilan yang terbaik pada pria dewasa dini dipengaruhi oleh adanya dorongan untuk mengevaluasi dirinya sendiri agar menjadi lebih baik dan juga dengan membandingkan apa yang dimilikinya dengan orang-orang disekitarnya (Sears & Freedman, 1985). Suatu evaluasi diri yang dilakukan oleh pria dewasa terhadap penampilan fisik secara keseluruhan disebut juga dengan


(23)

citra tubuh atau body image. Body image merupakan pandangan, penilaian pada penampilan fisik yang dimiliki dan didalamnya juga melibatkan emosi serta daya imajinasi. Body image terkonsep secara subyektif dan sangat terbuka dengan perubahan sosial di sekitarnya (Grogan, 1999). Dalam memahami body image, tidak hanya melihat dari pengalaman pria dewasa yang berhubungan dengan tubuhnya, tetapi juga budaya lingkungan pergaulan saat pria dewasa beraktivitas.

Pope, Phillips & Olivardia (dalam Wikipedia, 2007) dalam artikelnya menyebutkan bahwa body image pada pria merupakan topik yang saat ini sangat menarik di kalangan akademisi dan media. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa banyak pria menginginkan tubuh yang lebih berotot daripada yang sudah dimilikinya. Pandangan umum saat ini menyatakan bahwa body image pria yang ideal adalah yang berotot dan memiliki perut yang rata serta dada yang bidang. Kirkpatrik & Sanders (dalam Grogan, 1999) menjelaskan bahwa pria menginginkan bentuk tubuh yang

mesomorfik yaitu dengan ciri-ciri tubuh rata-rata disertai dada yang bidang dan

berotot juga pada lengan dan bahu, serta pinggang dan pantat yang langsing. Oleh karena itu banyak pria menginginkan supaya dapat menyerupai bentuk tubuh

mesomorfik yang ideal dan akan merasa kecewa jika tubuhnya tidak seperti yang

diinginkan. Televisi saat ini juga menampilkan figur-figur pria dengan tubuh bertelanjang dada yang memperlihatkan perut yang six-pack, lengan dan dada yang berotot, misalnya pada iklan-iklan dan aktor-aktor film seperti Adrian Maulana, Primus Yustisio, Marselino Lefrand, Van Damme atau aktor-aktor lain yang selalu menampilkan kekekaran tubuhnya.


(24)

Body image merupakan bagian dari konsep diri, oleh karena body image yang rendah akan tercermin pada konsep diri yang rendah pula karena individu kurang dapat menerima kondisi tubuh yang dimiliki. Seorang pria dewasa dini yang memiliki

body image yang rendah akan melihat tubuhnya tidak menarik atau bahkan

membuatnya menghindari orang lain, sementara pria dewasa dini yang memiliki body

image yang tinggi akan melihat dirinya menarik bagi orang lain dan lebih dapat

menerima kondisi tubuh yang dimilikinya. Body image yang rendah menunjukkan bahwa pria dewasa dini merasa tidak puas dengan penampilan yang dimilikinya. Ditunjukkan dalam Psychology Today tahun 1997 (dalam Wikipedia, 2007) bahwa 40% pria dewasa dini tidak puas dengan penampilan yang dimiliki secara keseluruhan. Body image yang rendah menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang dimiliki sehingga mempengaruhi harga diri seorang pria menjadi rendah (Olivardia dalam Wikipedia, 2007 & Mintz, Torso dalam Grogan, 1999).

Penelitian tentang body image pada pria dewasa dini dipilih karena pada fase dewasa dini ini pria memiliki minat yang besar dalam penampilan fisik mereka secara keseluruhan. Pria dewasa dini mulai belajar, menyadari dan mengevaluasi keadaan tubuhnya dan berusaha untuk memperbaiki dan merawat tubuhnya sebaik mungkin. Pria dewasa dini yang memiliki body image yang positif akan menunjang kepercayaan dirinya sehingga dalam penyesuaian diri tidak mengalami permasalahan. Tetapi jika pria dewasa dini memandang negatif pada tubuhnya sendiri tentunya akan mempengaruhi kepercayaan dirinya dan menjadi masalah bagi perkembangan selanjutnya. Penampilan fisiknya merupakan potensi bagi pria dewasa dini dalam


(25)

penyesuaian dirinya. Jika pria dewasa dini tidak memiliki penampilan yang menarik dan ideal maka timbul permasalahan, diantaranya pada usaha mencari pasangan hidup, mencari pekerjaan yang sesuai serta lingkungan sosial dimana pria dewasa dini beraktivitas.

Secara universal body image dan perilaku sehat atau latihan fisik menjadi perhatian para peneliti di luar negeri. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya jurnal penelitian dan artikel yang membahas tentang body image dan latihan fisik. Beberapa dari jurnal penelitian tersebut hasilnya akan dipaparkan sebagai berikut. Lowery & Kurpius; dkk (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara body image yang dimiliki oleh pria dengan latihan fisik yang dilakukan. Maksudnya adalah bahwa pria yang melakukan latihan fisik dengan tujuan untuk menambah berat badan dan membuat tubuh lebih berotot memiliki hubungan yang positif dengan body image yang dimilikinya dan cenderung puas dengan tubuhnya.

McDonald dan Thompson (dalam Lowery, Kurpius, dkk 2005) menjelaskan bahwa tujuan pria melakukan latihan fisik untuk memperoleh berat badan yang ideal, kesehatan dan penampilan fisik yang menarik secara positif berhubungan dengan ketidakpuasan terhadap body image yang dimilikinya. Sementara tujuan latihan fisik untuk kesenangan dan kebugaran tubuh memiliki hubungan yang negatif dengan ketidakpuasan terhadap body image. Hal ini menjelaskan bahwa body image memiliki pengaruh terhadap tujuan pria dalam melakukan latihan fisik. Senada dengan pendapat sebelumnya, Cash; Novy & Grant (dalam Prichard & Tiggemann, 2005)


(26)

menjelaskan hasil penelitiannya bahwa body image menjadi faktor seseorang termotivasi untuk melakukan latihan fisik di fitness center.

Prichard & Tiggeman (2005) memaparkan hasil penelitiannya pada subyek wanita yang melakukan latihan aerobik secara teratur, hasilnya menunjukkan bahwa subyek penelitian memiliki harga diri rendah serta ketidakpuasan terhadap tubuhnya dan hal tersebut berhubungan dengan meningkatnya jumlah latihan aerobik yang dilakukan. Penelitian lain dilakukan oleh Lorenzen, Grieve & Thomas (2004) tentang tampilan model pria dengan tubuh berotot yang mempengaruhi penurunan kepuasan tubuh pada pria. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata kepuasan tubuh pada pria menurun setelah melihat body image pria lain yang lebih berotot, tetapi kepuasan tersebut tidak menurun saat body image yang ditampilkan tidak berotot atau bertubuh sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pada tubuh pria mungkin dipengaruhi oleh tampilan body image dengan model pria yang memiliki tubuh berotot.

Di Indonesia sendiri peneliti menemukan penelitian tentang body image yang dihubungkan dengan intensitas dalam melakukan body languange pada subyek wanita dewasa oleh Wulandani (2000) mahasiswa Universitas Gajah Mada. Dari beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan dalam melakukan latihan fisik di fitness center.

Meskipun Lowery & Kurpius (2005), menyatakan hubungan yang positif antara body image pria dewasa dini dengan latihan fisik yang dilakukan, tetapi dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti di sebuah tempat


(27)

kebugaran, diperoleh bahwa rata-rata pria dewasa dini yang ingin melakukan latihan fisik dengan sungguh-sungguh adalah pria yang cenderung tidak puas dengan kondisi fisiknya. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh ini dirasakan tidak secara keseluruhan, tetapi hanya sebagian tubuh saja misalnya pada lengan yang kurang berotot, perut yang tidak six pack, dada yang kurang berotot, kaki yang kecil dan beberapa bagian tubuh yang dirasa kurang sempurna. Dari hasil tersebut peneliti mendapatkan suatu kesimpulan bahwa keinginan untuk melakukan latihan dengan sungguh-sungguh dan teratur dilatarbelakangi oleh adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang dimiliki.

Kesungguhan adalah suatu perasaan atau hal yang dilakukan dengan sepenuh hati atau sungguh-sungguh dan tidak pura-pura (Hornby, 1989). Dalam setiap hal, pemikiran atupun suatu perasaan, kesungguhan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk ditunjukkan. Misalnya saat seseorang ingin mengungkapkan suatu perasaan kepada orang lain, maka kesungguhan diperlukan supaya perasaan yang diungkapkan benar adanya dan tidak pura-pura. Melakukan pekerjaan sehari-hari dengan sungguh-sungguh juga akan lebih ringan dan tidak menjadi beban karena seseorang melakukannya dengan sepenuh hati.

Begitu pula dalam melakukan latihan fisik, kesungguhan perlu diperhatikan dan dicermati oleh para pria dewasa dini. Kesungguhan diperlukan untuk mendukung latihan yang dilakukan agar lebih efektif dan optimal. Kesungguhan dalam melakukan latihan fisik akan menghasilkan tubuh ideal yang sesuai dengan yang diinginkan. Rai (dalam koran tempo, 2001) menjelaskan bahwa bila gerakan dalam


(28)

latihan fisik sungguh-sungguh dilakukan untuk melatih otot dengan baik dan benar, maka akan lebih cepat membakar kalori.

Kesungguhan dari latihan fisik yang dilakukan dapat terlihat dari keinginan untuk memperoleh bentuk tubuh yang diinginkan. Kesungguhan yang serius dilakukan dengan sepenuh hati akan terlihat dari konsentrasi dan keinginan untuk teratur dalam melakukan latihan fisik di fitness center. Latihan fisik yang dilakukan dengan sungguh-sungguh inilah yang nantinya akan mempengaruhi hasil dari latihan. Kesungguhan dalam latihan ini tidaklah dilihat dari lama atau berapa kali seseorang melakukan latihan fisik, tetapi dari keseriusan (fokus dan konsentrasi) serta keinginan untuk teratur berlatih, yang dilakukan dengan sepenuh hati untuk mendapatkan tujuan latihan yang diinginkan.

Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa body image yang dimiliki dapat mempengaruhi bagaimana seorang pria dewasa dini melakukan latihan fisik untuk memperoleh kriteria tubuh yang ideal. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian tentang body image dalam hubungannya dengan kesungguhan dalam melakukan latihan fisik pada pria dewasa dini. Karena body image yang dimiliki akan mempengaruhi bagaimana pria dewasa dini dalam kesungguhannya memperoleh bentuk tubuh yang diinginkan. Secara khusus pria dewasa dini yang memiliki body

image yang rendah akan lebih memperhatikan tubuhnya dan ingin berusaha keras

mendapatkan bentuk tubuh ideal, sementara pada masa ini pria dewasa dini juga diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam hal pekerjaan, rumah tangga maupun relasi daripada hanya terfokus pada bagian tubuh tertentu. Sedangkan pria dewasa


(29)

dini yang memiliki body image yang tinggi akan lebih mudah dalam proses penyesuaian dirinya karena tidak hanya terfokus pada keinginan untuk memperoleh bentuk tubuh yang ideal tetapi juga dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan lebih maksimal.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan melakukan latihan fisik di fitness center?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan melakukan latihan fisik di fitness center.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam bidang psikologi secara umum dan secara khusus dalam bidang psikologi kepribadian, perkembangan, sosial dan psikologi olah raga. Serta dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.


(30)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Bagi peneliti diharapkan dapat memberi gambaran mengenai body image pada pria dewasa dini dilihat dari hubungannya dalam kesungguhan melakukan latihan fisik.

b. Bagi Pria Dewasa Dini

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pria dewasa, khususnya pada pria dewasa dini yang berusaha untuk mendapatkan penampilan fisik yang lebih menarik dan body image yang lebih positif.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK DI FITNESS CENTER 1. Definisi Kesungguhan Melakukan Latihan Fisik di Fitness Center

Kesungguhan didefinisikan sebagai suatu perbuatan (hal) yang dilakukan dengan segenap hati (sungguh-sungguh) (kamus besar bahasa Indonesia, 1989). Sedangkan Hornby (dalam kamus Oxford, 1989) menjelaskan kesungguhan sebagai suatu perasaan atau perilaku yang tidak pura-pura (sincerity) atau suatu keadaan agar menjadi sungguh-sungguh/ serius (seriousness) serta hal yang menentukan sesuatu dan dapat disebut juga suatu energi (earnestly).

Dalam besar kamus bahasa Indonesia (1989) dijelaskan bahwa latihan fisik merupakan hasil pelatihan atau aktivitas yang dilakukan untuk melatih tubuh.

Fitness center didefinisikan oleh Yudha (2006) sebagai tempat yang

difungsikan untuk melatih kebugaran tubuh. Sedangkan definisi lain dari fitness center adalah fasilitas yang melayani dengan tujuan untuk melatih tubuh, mengontrol berat tubuh dan pembentukan tubuh (Legis, 2007).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesungguhan dalam melakukan latihan fisik di

fitness center merupakan suatu perasaan atau hal serius, tidak pura-pura dan

dilakukan dengan sepenuh hati yang diwujudkan dalam melatih tubuh dan dilakukan di tempat yang fungsinya untuk kebugaran, melatih serta membentuk tubuh.


(32)

2. Jenis-jenis Latihan Fisik di Fitness Center

Jenis-jenis latihan yang dilakukan di fitness center sangat tergantung dari tujuan yang ingin dicapai dari latihan yang dilakukan. Jadi, kebutuhan untuk melakukan latihan fisik berbeda tergantung dari hasil akhir yang ingin dicapai. Rai (dalam korantempo, 2001) menjelaskan bahwa latihan yang efektif bukan hanya karena lamanya atau pengulangan yang banyak dari sebuah latihan tetapi juga kesungguhan dan tujuan melakukan latihan yang baik.

Yudha (2006) menjelaskan bahwa latihan fisik di fitness center umumnya memiliki tujuan untuk membentuk tubuh supaya lebih ideal dan proporsional. Jenis latihan fisiknya dapat dibagi menjadi :

a. Menjaga Kebugaran Tubuh

Latihan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kebugaran tubuh. Umumnya dilakukan karena adanya kesadaran yang tinggi akan pentingnya hidup sehat. Peningkatan kondisi tubuh tidak diutamakan, tetapi juga dijaga agar tetap stabil. Frekuensi latihan dilakukan cukup 3 kali dalam seminggu dengan durasi tidak lebih dari 40 menit (Rai dalam korantempo.com)

b. Menurunkan Berat Tubuh

Tujuan utama dari latihan adalah untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal dan umumnya memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan latihan fisik secara intens. Semakin ingin memperoleh tubuh yang ramping dan ideal maka intensitas melakukan latihan akan lebih ditingkatkan.


(33)

1) Menaikkan Berat Tubuh

Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal juga membuat beberapa orang yang terlalu kurus melakukan latihan fisik supaya tubuhnya lebih “berisi” dan berotot. Latihan fisik di fitness center dipilih karena jenis latihan beban – yang berkaitan dengan otot – memiliki kecenderungan meningkatkan nafsu makan.

2) Memulihkan Kondisi Tubuh

Latihan dilakukan tidak hanya untuk kebugaran tubuh tetapi juga untuk memulihkan kondisi tubuh setelah sembuh dari penyakit tertentu.

3) Sebagai Variasi

Tujuan utama latihan karena untuk menghilangkan kejenuhan pada latihan lain yang rutin dilakukan. Hal ini dikarenakan banyaknya variasi gerakan yang terdapat dalam latihan di fitness center.

4) Atlet profesional

Rai (dalam koran tempo, 2001) menambahkan satu jenis latihan yang tujuan utamanya untuk pembentukan badan bagi atlet profesional. Umumnya latihan dilakukan oleh atlet profesional atau yang ingin menjadi atlet. Disebut juga jenis latihan pembentukan tubuh (body building). Dijelaskan diatas bahwa terdapat enam jenis latihan yang umumnya terdapat di fitness center. Sedangkan metode latihan yang optimal menurut Rai (dalam koran tempo, 2001) & Yudha (2006) adalah sebagai berikut :


(34)

a. Peregangan (strecth)

Latihan ringan yang dilakukan untuk melenturkan badan supaya tidak kaku. Umumnya dilakukan selama 5-10 menit.

b. Pemanasan (warm up)

Disebut juga latihan untuk melatih jantung (cardio exercise). Pemanasan dapat dilakukan dengan treadmill, jogging, atau menggunakan sepeda statis. Lama pemanasan berkisar 5-25 menit.

c. Latihan inti

Dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Aerobik

Latihan aerobik merupakan latihan cardio yang dilakukan tanpa henti dengan bantuan oksigen selama kurang lebih 30-60 menit. Umumnya latihan aerobik dilakukan secara intens untuk membakar lemak dan menurunkan berat badan. Dalam perkembangannya banyak variasi aerobik dengan menggunakan berbagai jenis musik sampai gerakan bela diri.

2) Latihan Beban

Latihan beban lebih ditujukan untuk membentuk tubuh, mengencangkan dan menonjolkan otot-otot tubuh. Latihan dimulai dengan menggunakan beban yang ringan terlebih dahulu. Jika dirasa beban terlalu ringan dapat ditambahkan supaya lebih berat. Latihan yang dilakukan untuk melatihan bagian atas pinggang (upper body) atau pinggang bagian bawah (lower body) atau merupakan kombinasi dari keduanya.


(35)

d. Pendinginan (cooling down)

Setelah melakukan berbagai latihan yang memacu denyut jantung dan menegangkan otot, tubuh membutuhkan waktu untuk kembali pada posisi semula dalam keadaan yang lebih nyaman dan segar. Latihan berupa stretching dan jalan santai selama 5-10 menit atau sesuai kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan latihan fisik berbeda-beda untuk setiap orang, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jenis latihan fisik di fitness center dibagi menjadi enam jenis latihan.. Metodenya dimulai dari peregangan, pemanasan, latihan inti dan terakhir pendinginan.

3. Faktor-faktor Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center

Dalam melakukan latihan fisik terdapat faktor-faktor yang akan mempengaruhi kesungguhannya, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Body satisfaction

Kepuasan terhadap tubuh mempengaruhi individu untuk sungguh-sungguh melakukan suatu latihan fisik untuk mendapatkan tubuh yang diinginkan. Semakin tidak puas individu terhadap tubuhnya maka individu akan semakin ingin sungguh-sungguh melatih tubuhnya (Grogan, 1999)

b. Self-control

Individu yang memiliki kontrol diri yang baik dapat melakukan latihan dengan efektif dan optimal (Grogan, 1999). Sedangkan Lowery & Kurpius (2005)


(36)

menjelaskan bahwa individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan terlihat dari harga diri yang tinggi dan perilaku sehat (latihan) yang lebih positif.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa latihan fisik yang dilakukan dipengaruhi oleh adanya body satisfaction, dan self control yang memberi motivasi bagi pria untuk lebih sungguh-sungguh melakukan latihan.

4. Aspek-aspek Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center

Kesungguhan dalam melakukan latihan fisik memiliki aspek-aspek seperti yang dijelaskan oleh Games & Shepard (dalam Wulandani, 2000), diantaranya adalah:

a. Serius

Yang mengarah pada keoptimalan individu dalam melakukan latihan fisik, dengan melihat apakah individu ingin fokus dan konsentrasi selama latihan.

b. Kontinuitas

Adanya kesinambungan atau keinginan untuk teratur pada individu yang ingin melakukan latihan fisik dengan sungguh-sungguh.

Jadi, dalam kesungguhan terdapat dua aspek yaitu serius dan kontinuitas individu dalam melakukan aktivitas latihan fisik.


(37)

B. BODY IMAGE PADA PRIA DEWASA DINI 1. Body Image

a. Definisi

Body image dapat didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap

penampilan fisiknya (wikipedia, 2007). Seperti diungkapkan juga oleh Lightstone (2007) bahwa body image meliputi persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik tentang tubuh kita.

Fisher (dalam Grogan, 1999) menyatakan bahwa sejak tahun 1950 banyak peneliti menjelaskan body image dalam banyak perbedaan, termasuk persepsi tentang daya tarik terhadap tubuh sendiri; penyimpangan ukuran tubuh; persepsi terhadap batas tubuh; dan keakuratan dari persepsi terhadap perasaan pada tubuh.

Schilder (dalam Grogan, 1999) mencoba menggabungkan definisi dari semua elemen dalam body image yaitu : penilaian terhadap ukuran tubuh (persepsi), evaluasi terhadap daya tarik tubuh (pikiran), dan emosi yang dikaitkan dengan bentuk dan ukuran tubuh (perasaan).

Body image juga dapat didefinisikan sebagai gambaran seseorang tentang tingkat kepuasan terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara keseluruhan, seperti diungkapkan oleh Jersild (1965). Sama seperti yang dijelaskan oleh Schilder (dalam Grogan, 1999) bahwa body image adalah gambaran dari tubuh kita yang diperoleh dari pikiran, atau dapat dikatakan bagaimana kita mengevaluasi tubuh kita sendiri.


(38)

Karakter dari body image selalu berubah, peka terhadap perubahan, mood, lingkungan serta pengalaman fisik yang dialami seseorang. Body image tidak diturunkan tetapi dipelajari dalam lingkungan kelarga atau teman sebaya, dan diperkuat dengan harapan lingkungannya. Schilder (dalam Grogan, 1999) menambahkan bahwa dalam body image tidak hanya melibatkan konstruk kognitif saja, tetapi juga merupakan pencerminan dari perilaku dan interaksi dengan orang lain.

Body image terkonsep secara subyektif dan terbuka pada perubahan dari pengaruh sosial. Karena konsepnya yang subyektif maka penampilan fisik yang akan dinilai juga akan relatif bagi setiap orang. Sikap terhadap penampilan merupakan fenomena psikologis yang sangat dipengaruhi oleh sosial dan budaya dimana seseorang tinggal. Oleh karena itu jika penampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan norma sosial yang ada maka akan mengalami body dissatisfaction yaitu adanya pikiran dan perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri, Pruzinsky & Cash (dalam Grogan, 1999).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa body image adalah gambaran atau evaluasi seseorang tentang tingkat kepuasan terhadap penampilan tubuhnya baik itu secara keseluruhan atau per bagian. Body image memiliki sifat yang subyektif, oleh karena itu sangatlah relatif untuk melihat apakah seseorang merasa puas dengan tubuh yang dimilikinya.


(39)

b. Aspek-aspek body image

Banfield dan McCabe (2002) menjelaskan bahwa body image memiliki tiga aspek, yaitu :

1) Kognitif

Yaitu evaluasi terhadap daya tarik tubuh yang dimiliki dan juga berhubungan dengan pikiran dan keyakinan tentang bentuk tubuh serta penampilan secara keseluruhan.

2) Afektif

Adanya emosi atau perasaan individu terhadap tubuhnya. Misalnya kepuasan terhadap tubuh dan penampilan secara keseluruhan atau kemampuan dan ketahanan tubuh yang dimiliki.

3) Perilaku

Merupakan suatu bentuk usaha atau perilaku yang dilakukan individu terhadap tubuhnya, sebagai perwujudan kedua aspek sebelumnya.

Dari keterangan diatas terdapat tiga aspek dalam body image, yaitu kognitif yang merupakan pikiran dan keyakinan terhadap bentuk tubuh serta penampilan, afektif atau perasaan individu terhadap tubuhnya dan perilaku yang dilakukan individu terhadap tubuhnya.

c. Pengaruh Body Image

Body image memiliki pengaruh terhadap psikis yang dimiliki seseorang,


(40)

1) Kepuasan terhadap tubuh

Olivardia (dalam Wikipedia, 2007) menjelaskan bahwa body image memiliki pengaruh terhadap kepuasan tubuh seseorang. Tingginya body image seseorang akan terlihat dari penerimaan diri atas kondisi tubuhnya sehingga ia akan merasa puas terhadap tubuhnya. Sebaliknya body image yang rendah akan menyebabkan seseorang merasa tidak puas terhadap tubuh yang dimilikinya.

2) Harga diri

Semakin tinggi body image yang dimiliki, maka akan membuat harga diri yang dimilikinya menjadi positif dan sebaliknya jika body image yang dimiliki rendah maka harga diri yang dimiliki menjadi negatif Mintz & Betz (dalam Grogan, 1999).

3) Konsep diri

Karena mempengaruhi pemikiran tentang tubuh yang ideal dan reaksi orang lain terhadap tubuhnya, maka body image yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi konsep dirinya (Hardy & Heyes, 1988). Bagaimana ia akan menerima atau menolak dirinya tergantung dari proses pembentukan body image.

2. Pria Dewasa Dini a. Definisi

Definisi dewasa berasal dari istilah “adult” dari bahasa Latin yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Dikenal juga istilah “adultus” yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kuat dan memiliki ukuran yang lebih sempurna.


(41)

Masa dewasa merupakan satu fase dimana seseorang dianggap “telah menjadi dewasa” atau telah menyelesaikan pertumbuhannya dan menyiapkan diri untuk dapat diterima dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa yang lain (Hurlock, 1980 & Mappiare, 1983). Kenniston (dalam Santrock, 1995) mendefinisikan masa dewasa dini sebagai periode transisi antara masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi yang sementara. Dalam masa ini terdapat usaha untuk membangun pribadi yang mandiri dan menjadi terlibat secara sosial.

Masa dewasa, menurut Hurlock (1980) dibagi menjadi tiga yaitu masa dewasa dini dimana dimulai dari umur 18 tahun sampai 40 tahun. Pada periode ini terjadi perubahan fisik dan psikologis disertai dengan menurunnya kemampuan reproduktif. Kedua, dewasa madya dimulai usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan terjadi penurunan kemampuan fisik dan psikis yang sangat tampak. Ketiga, fase dewasa lanjut atau biasa disingkat lansia, yang dimulai usia 60 tahun sampai kematian.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa masa dewasa dini adalah masa dimana pertumbuhan sudah mencapai kesempurnaan dan tumbuh dewasa serta memiliki kematangan baik secara fisik maupun psikis, dengan rentang usia 18-40 tahun.


(42)

b. Ciri-ciri

Hurlock (1980) menjelaskan ciri-ciri yang melekat pada masa dewasa dini sebagai berikut :

1) Masa Pengaturan

Masa pengaturan disebut juga settle down. Pada masa ini seorang dewasa dini mulai mencari pola-pola kehidupan yang lebih teratur, misalnya dalam mencari pasangan hidup dan pekerjaan yang sesuai. Setelah menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan, maka seorang dewasa dini akan mengembangkan pola-pola perilaku dan nilai-nilai yang cenderung menjadi ciri khas selama sisa hidup.

2) Usia reproduktif

Disebut usia reproduktif karena pada masa ini, seorang dewasa dini diharapkan sudah mulai memikirkan untuk berkeluarga atau bahkan sudah menikah.

3) Masa Bermasalah

Adanya kebebasan pada masa ini mengakibatkan berbagai masalah yang harus dialami seorang dewasa dini. Masalah yang umum dialami adalah penyesuaian diri, baik dalam pernikahan, memilih pekerjaan atau mencoba mengembangkan kemampuan yang baru.

4) Masa Ketegangan Emosional

Ketegangan emosi yang dirasakan bersumber dari usahanya untuk memahami segala perubahan-perubahan yang terjadi pada awal masa ini. Banyaknya


(43)

tanggung jawab yang harus dilakukannya membuatnya bingung dan mengalami keresahan emosional.

5) Masa Keterasingan Sosial

Erikson menyebut fase ini sebagai “krisis keterasingan”. Hal ini terjadi karena kesibukan dewasa dini dalam pekerjaan, perkawinan sehingga hubungan dengan teman-teman sebayanya menjadi berkurang. Masa ini semakin intensif dengan adanya semangat bersaing antar orang dewasa dini yang mencurahkan waktu dan tenaganya sehingga waktu untuk menjalin hubungan yang akrab berkurang. 6) Masa Komitmen

Munculnya tanggung jawab pada masa ini dikarenakan orang dewasa diharapkan menjadi mandiri. Oleh karena itu mulai ditentukanlah pola-pola hidup baru dan komitmen-komitmen baru.

7) Masa Ketergantungan

Walaupun pada usia ini diharapkan untuk dapat mandiri, tetapi ketergantungan pada orang tua masih cukup tinggi dalam hal finasial.

8) Masa Perubahan Nilai

Perubahan nilai pada masa ini disebabkan karena sosialisasi yang lebih luas dengan orang-orang yang usianya berbeda dan karena nilai-nilai tersebut dilihat dengan kaca mata orang dewasa. Seorang dewasa dini mulai menyadari bahwa jika ingin diterima dalam kelompok sosial harus menerima nilai-nilai yang ada pada kelompok tersebut, misalnya penampilan yang rapi dan menarik.


(44)

9) Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru

Pada masa dewasa ini gaya hidup baru yang paling menonjol adalah dalam pernikahan dan peran sebagai orang tua.

10) Masa Kreatif

Bentuk kreatifitas pada masa ini akan terlihat pada minat dan kemampuan yang dimiliki, kesempatan untuk mewujudkan dan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi orang dewasa.

Dapat disimpulkan bahwa pada masa dewasa dini, seorang pria memiliki ciri-ciri antara lain mulai mengatur hidupnya, masuk dalam usia reproduktif dan mulai berkomitmen, menghadapi banyak masalah, ketegangan emosional serta keterasingan sosial, mengalami perubahan nilai dan penyesuaian terhadap cara hidup yang baru walaupun sebenarnya masih ada ketergantungan dari orang tua, serta memiliki daya kreatifitas yang tinggi.

c. Tugas Perkembangan

Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dini lebih dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan keinginan pribadi, antara lain dijelaskan oleh Havighurst (dalam Mappiare, 1983) :

1) Memilih teman bergaul, khususnya untuk mencari pasangan hidup 2) Belajar hidup bersama sebagai suami atau istri

3) Mulai hidup berkeluarga 4) Belajar mengasuh anak


(45)

5) Mengelola rumah tangga 6) Mulai bekerja

7) Mulai bertanggungjawab sebagai warga negara

8) Memahami kelompok sosial yang sejalan dengan nilai dan prinsip

Penguasaan tugas-tugas tersebut pada masa dewasa dini akan mempengaruhi keberhasilan ketika mencapai puncaknya pada masa dewasa madya. Tingkat penguasaan tugas juga akan menentukan kebahagiaan pada masa dewasa dini dan masa selanjutnya.

Dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan pada masa dewasa dini adalah mulai memikirkan dan mulai belajar untuk hidup berkeluarga, memilih pekerjaan yang sesuai dan memahami kelompok sosial yang sejalan dengan nilai hidupnya. Penguasaan tugas-tugas tersebut akan menentukan kebahagiaan, baik pada masa dewasa dini maupun masa selanjutnya.

d. Minat Pribadi pada Penampilan

Masa dewasa dini mengalami perubahan pada minat yang dimilikinya. Perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya perubahan pola kehidupan, tugas dan tanggung jawab serta status yang berbeda. Pada dewasa dini minat pada penampilan merupakan minat yang menjadi fokus perhatian.

Saat tumbuh menjadi dewasa, ia telah mempelajari untuk menerima perubahan fisik dan tahu bagaimana memanfaatkannya. Seorang dewasa dini mulai menyadari dan mengevaluasi penampilan fisiknya dan berusaha untuk memperbaiki


(46)

penampilannya jika terdapat kekurangan. Penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang kuat dalam pergaulan dan yang tidak memiliki penampilan menarik akan menghambat pergaulan (Hurlock, 1980).

Mathes & Kahn (dalam Hurlock, 1980) menjelaskan bahwa penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dalam relasi sosial. Seorang yang menarik akan lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif dibandingkan dengan seorang yang tidak menarik. Penampilan yang menarik selalu dikaitkan dengan hal-hal positif yang menyertainya, maka ketika seorang memiliki penampilan yang menarik ia mungkin akan lebih bahagia dan mudah menyesuaikan diri. Dengan banyaknya orang yang menyukainya maka ia juga akan memiliki harga diri yang tinggi.

Minat untuk memperbaiki penampilan akan mengalami penurunan pada usia tigapuluhan, ketika masalah pekerjaan dan rumah tangga menjadi prioritas utama.

Umumnya seorang dewasa dini menyadari bahwa penampilan memegang peranan penting dalam dunia usaha, relasi sosial khususnya mencari pasangan hidup dan kehidupan berkeluarga (Hurlock, 1980). Maka ketika penampilan fisiknya dirasa tidak menarik maka seorang dewasa dini seringkali mengatasi masalah tersebut dengan melakukan diet, operasi plastik, menutupi dengan kosmetik dan juga melakukan olahraga.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa dewasa dini minat yang menjadi fokus perhatian adalah minat pada penampilan fisik. Penampilan fisik yang menarik merupakan potensi untuk menjalin relasi sosial, mencari pekerjaan dan


(47)

mencari pasangan hidup (mulai berkeluarga). Ketika seorang dewasa dini memiliki penampilan yang menarik maka ia juga akan lebih bahagia dan mudah menyesuaikan diri tetapi sebaliknya dewasa dini yang tidak memiliki penampilan menarik mengalami kesulitan dalam menyesuiakan diri.

3. Body Image pada Pria Dewasa Dini

Penampilan fisik yang menarik merupakan fokus perhatian bagi pria dewasa. Pada umumnya pria menginginkan penampilan yang ideal dan proporsional. Umumnya bentuk tubuh yang terlalu kurus atau terlalu gemuk tidak diinginkan pria. Hal ini disebabkan karena tubuh yang terlalu kurus atau terlalu gemuk dilihat sebagai fisik yang tidak menarik dan juga dihubungkan dengan karakter pribadi yang negatif. Umumnya pria menginginkan tubuh ideal yaitu bentuk tubuh yang ramping dan cukup berotot.

Grogan (1999) menjelaskan bahwa ada tiga jenis bentuk tubuh yang dikenal pada pria :

a. Ektomorfik

Bentuk tubuh dengan ciri-ciri badan yang kurus, tinggi, kurang berotot dan biasanya terlihat sangat kurus.

b. Mesomorfik

Ciri-ciri yang ditampilkan adalah tubuh yang rata-rata, memiliki dada yang bidang dan otot-otot yang cukup menonjol, kuat serta tegap. Ciri-ciri ini yang umumnya diinginkan oleh para pria dewasa dini pada tubuhnya.


(48)

c. Endomorfik

Tampilan tubuh yang terlihat adalah gemuk, pendek dengan tulang dan otot yang kurang berkembang.

Keinginan untuk memiliki tubuh yang lebih berotot berhubungan dengan banyak konsep tentang maskulinitas atau kejantanan. Pria dewasa yang memiliki tubuh berotot, tegap, kuat dan kokoh adalah pria yang “jantan”. Hal ini didukung oleh penelitian oleh McCreary, Saucier & Cortenay (dalam wikipedia.com) yang menjelaskan adanya hubungan antara anggapan masyarakat tentang maskulinitas dan karakteristiknya dengan keinginan para pria dewasa untuk memiliki tubuh yang lebih berotot.

Perhatian terhadap penampilan fisik yang menarik merupakan minat pribadi yang dimiliki pria dewasa dini. Pada fase ini pria dewasa dini mulai menyadari dan mengevaluasi tubuhnya dengan melihat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Pria dewasa dini memahami bahwa penampilan yang menarik merupakan daya tarik fisik yang menjadi potensi bagi relasi dalam pekerjaan, sosial dan khususnya mencari pasangan hidup.

Tingginya minat pribadi pada penampilan fisik disebabkan karena kesadaran pria dewasa dini untuk dapat menguasai tugas perkembangan pada masa ini yaitu mencari pekerjaan, berkeluarga dan masuk dalam kelompok sosial yang memiliki kesamaan nilai. Penampilan yang menarik diidentikkan dengan banyaknya hal-hal positif, misalnya pribadi yang menyenangkan dan lebih mudah diterima dalam


(49)

pergaulan sosial. Jadi, jika seorang pria dewasa dini memiliki penampilan yang menarik maka ia akan lebih bahagia dan mudah menyesuaikan dirinya.

Keinginan untuk memiliki penampilan yang menarik tidak terlepas dari ciri-ciri pada masa dewasa dini, dimana pria dewasa dini mulai mengatur pola-pola hidup yang baru dan nilai-nilai yang akan diyakininya. Artinya, jika penampilan yang menarik merupakan nilai yang diyakininya maka ia akan melakukan usaha untuk mendapatkan penampilan yang diinginkannya dan perilaku ini akan terpola dalam masa dewasa selanjutnya.

Penampilan fisik pada pria dewasa dini dapat mempengaruhi body image yang dimilikinya. Seorang pria dewasa dini yang memiliki penampilan fisik yang menarik akan memiliki body image yang tinggi dan begitu juga sebaliknya, pria dewasa dini yang tidak memiliki penampilan yang menarik akan memiliki body image yang rendah.

Pria dewasa dini yang memiliki body image yang tinggi akan melihat dirinya menarik dan lebih dapat menerima kondisi tubuhnya sendiri, sehingga ia akan merasa puas terhadap tubuhnya. Kepuasan terhadap tubuh akan menyebabkan seorang pria dewasa dini bahagia dan mudah menyesuaikan diri serta memiliki harga diri yang tinggi.

Body image yang rendah pada pria dewasa dini akan menyebabkannya

memandang tubuhnya tidak menarik bahkan akan menjauhkannya dari relasi sosial di sekitarnya. Ia akan merasakan ketidakpuasan terhadap tubuhnya dan akan menjadi rendah diri serta akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dirinya.


(50)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pria dewasa dini menginginkan untuk mendapatkan penampilan yang menarik. Pemahaman tentang

body image juga merupakan bagian dari pria yang memiliki kesadaran untuk

memiliki penampilan yang lebih baik. Penampilan yang menarik pada pria dicirikan dengan tubuh yang mesomorfik dengan tampilan berotot, perut datar, bahu dan dada bidang dan tegap, serta adanya kepuasan terhadap kemampuan dan ketahanan fisiknya diikuti adanya usaha untuk memenuhi kriteria ideal yang sedang berlaku dalam masyarakat. Body image yang dimiliki pria dewasa dini akan menunjang tugas perkembangan pada fase ini dan mempengaruhi harga diri, konsep diri dan kepuasan terhadap tubuh yang dimiliki.

C. HUBUNGAN BODY IMAGE PADA PRIA DEWASA DINI DENGAN KESUNGGUHAN MELAKUKAN LATIHAN FISIK DI FITNESS CENTER

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa fitness center merupakan tempat untuk melatih fisik bagi pria dewasa. Melatih fisik merupakan pilihan para pria dewasa untuk membentuk tubuhnya daripada melakukan diet. Aktivitas yang biasanya dilakukan dalam melatih tubuh adalah latihan beban (weight training) dan

body-building. Latihan tersebut berguna untuk menambah dan membentuk otot dengan

tujuan untuk mendapatkan tubuh ideal yang mesomorfik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi seorang pria dewasa melakukan latihan fisik adalah kepuasan terhadap tubuhnya (body satisfaction). Semakin seorang pria dewasa merasa tidak puas terhadap kondisi tubuh yang dimilikinya maka ia akan


(51)

semakin ingin sungguh-sungguh dalam melatih tubuhnya. Begitu juga sebaliknya jika pria dewasa merasa puas dengan kondisi tubuhnya maka kesungguhan dalam latihan yang dilakukan tidak akan mengalami perubahan atau stabil. Adanya kepuasan terhadap tubuh menunjukkan bahwa pria dewasa sangat memperhatikan penampilan yang dimilikinya.

Seperti dijelaskan sebelumnya, pria dewasa khususnya pria dewasa dini memiliki minat tersendiri dalam hal penampilan fisik. Perhatian yang khusus pada penampilan fisiknya karena pria dewasa dini mulai menyadari bahwa fisik yang menarik merupakan potensi yang kuat untuk dapat menguasai tugas perkembangan pada masa ini, yaitu menyesuaikan diri, baik itu pada dunia kerja, relasi sosial bahkan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Seorang pria dewasa dini mulai menyadari dan mengevaluasi penampilan fisiknya dan berusaha untuk memperbaiki penampilannya jika terdapat kekurangan. Penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang kuat dalam pergaulan dan yang tidak memiliki penampilan menarik akan menghambat pergaulan. Penampilan yang menarik pada pria dewasa dini dinilai lebih positif dan lebih dapat diterima dalam lingkungan sosial. Seorang pria dewasa dini yang memiliki penampilan menarik akan lebih merasa bahagia dan mampu menyesuaikan diri dengan baik. Hal tersebut didukung dengan harga diri yang tinggi karena penampilannya disukai oleh banyak orang.

Lingkungan pergaulan yang berbeda dan lebih luas membuat pria dewasa dini menyadari bahwa untuk dapat diterima dalam suatu kelompok sosial ia harus


(52)

menerima nilai-nilai yang ada pada kelompok tersebut. Misalnya pada lingkungan kerja yang menuntut penampilan yang menarik. Nilai-nilai baru yang dianut ini merupakan salah satu ciri dari fase dewasa dini.

Tubuh ideal yang diinginkan pria dewasa dini umumnya adalah tubuh yang ramping dan berotot. Keinginan untuk memiliki tubuh yang lebih berotot berhubungan dengan banyak konsep tentang maskulinitas atau kejantanan. Terdapat anggapan dalam masyarakat bahwa pria dianggap “jantan” dan maskulin jika tubuhnya berotot dan kekar. Oleh karena itu keinginan para pria dewasa dini untuk memiliki tubuh yang lebih berotot semakin termotivasi dengan adanya anggapan tersebut.

Adanya kesadaran bahwa penampilan merupakan hal yang penting, karena pria dewasa dini mulai mengevaluasi tubuhnya untuk mencari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Kekurangan yang ada pada tubuh pria dewasa dini membuatnya mengalami ketidakpuasan pada tubuh yang dimilikinya, sehingga juga mempengaruhi penilaian terhadap body image yang dimiliki.

Penilaian body image yang rendah pada tubuh pria dewasa dini membuatnya berusaha melakukan berbagai cara untuk memperbaikinya. Banyak cara dapat dilakukan, dari mulai melakukan diet, operasi plastik atau juga melatih fisik yang dimilikinya. Untuk mendapatkan tubuh ideal yang diinginkan, banyak pria dewasa lebih memilih melatih fisiknya di fitness center.

Body image yang dimiliki pria dewasa dini akan mempengaruhi kesungguhan


(53)

dewasa maka keinginan untuk sungguh-sungguh melakukan latihan fisik juga akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya jika pria dewasa dini memiliki body image yang tinggi maka kesungguhan dalam latihan tidak akan mengalami perubahan atau stabil. Keinginan untuk melakukan latihan fisik secara sungguh-sungguh juga tidak terlepas dari motivasi yang dimiliki seorang pria dewasa dini. Adanya motivasi ini, baik dari dalam maupun dari luar juga ikut mendukung apakah keinginan untuk melatih tubuh akan dilakukan atau tidak.

Body image akan mempengaruhi kepuasan terhadap tubuh yang dimiliki oleh

pria dewasa dini, yang selanjutnya juga akan mempengaruhi terhadap kesungguhan dalam latihan fisik yang dilakukan. Pria dewasa dini yang memiliki body image yang tinggi akan merasa puas terhadap kondisi tubuhnya, sehingga tidak sungguh-sungguh dalam latihan fisik yang sudah dilakukan atau bahkan menghentikan latihan yang sudah dilakukan. Sebaliknya, jika body image yang dimiliki pria dewasa dini rendah, maka ia akan merasa tidak puas terhadap tubuhnya, sehingga akan menunjukkan kesungguhan dalam latihan yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan tujuan dari latihan yaitu tubuh yang ideal ingin cepat dimiliki.

Secara lebih jelas hubungan body image dengan keinginan untuk melakukan latihan fisik pada pria dewasa dini dapat dilihat dalam skema berikut ini :


(54)

Skema Hubungan Body Image dengan Kesungguhan Latihan Fisik

Body image yang rendah pada pria dewasa dini menyebabkan seorang pria

melakukan usaha untuk memperoleh kriteria tubuh yang ideal dan proporsional. Bentuk tubuh yang berotot, tegap, perut datar, dan kokoh merupakan ciri-ciri bentuk tubuh yang diinginkan pria dewasa dini. Untuk mendapatkan bentuk tubuh yang

Body Image pria dewasa dini

Kesungguhan Latihan Fisik

Rendah Tinggi

Tinggi Rendah

Kepuasan terhadap Tubuh

Kriteria tubuh ideal :

• Tubuh yang ramping dan berotot

Ciri Pria Dewasa Dini :

• Mengatur pola hidup baru dalam pekerjaan, keluarga dan relasi sosial

• Perubahan nilai supaya dapat menyesuaikan diri

Minat Pribadi Pria Dewasa Dini :

• Penampilan fisik yang menarik merupakan potensi dalam relasi sosial, pekerjaan dan berkeluarga


(55)

diidamkan tersebut para pria dewasa dini melakukan latihan fisik. Keinginan untuk melakukan latihan fisik dilakukan dengan serius dan sepenuh hati karena mereka merasa tidak puas dengan kondisi tubuh yang dimilikinya. Latihan fisik yang efektif dan optimal adalah latihan fisik yang memperhatikan kesungguhannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini ingin diketahui apakah ada hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan melakukan latihan fisik.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Ada hubungan negatif antara body image pria dewasa dini dengan kesungguhan melakukan latihan fisik. Semakin tinggi body image yang dimiliki pria dewasa dini maka semakin rendah kesungguhan melakukan latihan fisik. Sebaliknya semakin rendah body image pada pria dewasa dini maka semakin tinggi kesungguhan melakukan latihan fisik.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional yang memiliki tujuan untuk menyelidiki hubungan variasi antara satu variabel dengan variabel yang lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 1999). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (terukur). Dalam penelitian ini peneliti ingin menyelidiki Hubungan antara Body Image pada Pria Dewasa Dini dengan Intensitas Melakukan Latihan Fisik di Fitness Center.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

1. Variabel Tergantung : Kesungguhan latihan fisik di fitness center 2. Variabel Bebas : Body image

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Definisi Operasional Kesungguhan Latihan Fisik di Fitness Center

Diukur dengan skala kesungguhan latihan fisik. Skor skala yang didapat dari pengukuran kesungguhan latihan fisik menunjukkan keinginan yang sungguh-sungguh pada pria dewasa dini untuk melakukan latihan fisik.

Skala kesungguhan latihan fisik dibuat berdasarkan aspek-aspek dari kesungguhan (Games & Shepard dalam Wulandani, 2000), yaitu :


(57)

a. Serius b. Kontinuitas

Semakin tinggi skor skala kesungguhan yang diperoleh subyek maka, semakin sungguh-sungguh (tinggi) latihan fisik yang dilakukan oleh subyek. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor skala kesungguhan yang diperoleh subyek maka, latihan fisik yang dilakukan subyek tidak sungguh-sungguh (rendah).

2. Definisi Operasional Body Image

Untuk mengukur body image yang dimiliki digunakan skala body image. Skor skala yang didapat dari pengukuran body image menunjukkan sikap pria dewasa terhadap body image yang dimiliki.

Skala body image yang dibuat berdasarkan pada aspek-aspek yang ada pada body image (Banfield dan McCabe, 2002), diantaranya :

a. Kognitif b. Afektif c. Perilaku

Semakin tinggi skor skala body image yang diperoleh subyek, maka semakin positif (tinggi) pandangan subyek terhadap tubuh yang dimiliki. Demikian sebaliknya, jika skor skala body image yang diperoleh subyek rendah maka, subyek memiliki pandangan negatif (rendah) terhadap tubuh yang dimiliki.


(58)

D. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian dipilih secara purposive sampling, yaitu pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dianggap memiliki kesamaan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004).

Subyek pada penelitian ini adalah pria dewasa dini yang melakukan latihan fisik di fitness center, dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Pria dewasa dini dengan rentang usia antara 18 – 30 tahun. Usia 30 tahun menjadi usia maksimal, karena minat pada penampilan terutama pada fisik akan mengalami penurunan pada usia tersebut.

2. Mengenal, mengikuti program dan aktif dalam melakukan latihan fisik di fitness center.

E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengisian skala. Alat pengumpulan data terdri dari 2 (dua) macam skala yang disusun oleh peneliti, yaitu :

1. Skala Kesungguhan Latihan Fisik

Skala ini menggunakan metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings) atau sering disebut skala Likert, yang merupakan metode pernyataan sikap yang menggunakan respon subyek sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Ditentukan oleh distribusi jawaban setuju atau tidak setuju dari kelompok yang


(59)

hendak diukur (Azwar, 1988). Mencakup 10 item favourable dan 12 item

unfavourable, dengan 4 kategori jawaban yang tersedia untuk masing-masing item,

yang bergerak dari Sangat Sesuai (SS), sampai Sangat Tidak Sesuai (STS). Penskoran alat ukur ini dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu: Kategori 1 :

Item Favourable

Sangat Sesuai (SS) : 4 Tidak Sesuai (TS) : 2 Sesuai (S) : 3 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 1 Kategori 2 :

Item Unfavourable

Sangat Sesuai (SS) : 1 Tidak Sesuai (TS) : 3 Sesuai (S) : 2 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 4

Tabel 1

Distribusi Item Skala Kesungguhan Latihan Fisik Sebelum Uji Coba Kisi-kisi sebaran item Jumlah No Aspek Favourable Unfavourable n (%)

1 Serius 1,9,13,17,21 2,5,6,10,14,18,22 12 54,5

2 Kontinuitas 3,7,11,15,19, 4,8,12,16,20 10 45,5

Total 10 12 22 100

2. Skala Body Image

Skala ini menggunakan metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings) atau sering disebut skala Likert, yang merupakan metode pernyataan sikap


(60)

yang menggunakan respon subyek sebagai dasar penetuan nilai skalanya. Ditentukan oleh distribusi jawaban setuju atau tidak setuju dari kelompok yang hendak diukur (Azwar, 1988). Mencakup 31 item favourable dan 29 item unfavourable, dengan 4 kategori jawaban yang tersedia untuk masing-masing item, yang bergerak dari Sangat Sesuai (SS), sampai Sangat Tidak Sesuai (STS).

Penskoran alat ukur ini dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu: Kategori 1 :

Item Favourable

Sangat Sesuai (SS) : 4 Tidak Sesuai (TS) : 2 Sesuai (S) : 3 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 1 Kategori 2 :

Item Unfavourable

Sangat Sesuai (SS) : 1 Tidak Sesuai (TS) : 3 Sesuai (S) : 2 Sangat Tidak Sesuai (STS) : 4

Tabel 2

Distibusi Item Skala Body Image Sebelum Uji Coba

Kisi-kisi sebaran item Jumlah No Aspek Favourable Unfavourable n (%)

1 Kognitif 3,4,5,6,11,24, 26,34,39,40,55

13,19,27,33,37, 43,44,50,51,57

21 35 2 Afektif 1,2,25,28,35,36,

41,52,53,54,56

7,12,14,18,20,45,46 49,58,59

21 35 3 Perilaku 8,15,16,21,22,29,

31,32,42

9,10,17,23,30,38 47,48,60

18 30 Total 31 29 60 100


(61)

Dari kedua skala yang disusun, tidak disediakan respon jawaban di tengah, yaitu Ragu-ragu (RR) atau Netral (N). Hal ini menurut Hadi (1991), didasarkan pada alasan : pertama, kategori undedicated memiliki arti ganda, dapat diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban menurut konsep aslinya. Bisa juga diartikan Netral, sesuai tidak dan tidak sesuai-pun tidak atau bahkan ragu-ragu. Kedua, adanya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central

tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan

jawabannya, ke arah sesuai atau tidak sesuai. Ketiga, maksud jawaban Sangat Sesuai – Sesuai – Tidak Sesuai – Sangat Tidak Sesuai adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden, kearah sesuai atau tidak sesuai. Jika disediakan jawaban RR (ragu-ragu), akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi informasi yang dapat dijaring dari responden.

Skor untuk tiap item dalam skala dijumlahkan sehingga menjadi skor total. Semakin tinggi skor total skala kesungguhan yang dimiliki subyek, maka semakin rendah skor skala body image subyek. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor total skala kesungguhan yang dimiliki subyek, maka semakin tinggi skor skala body image subyek.

Pelaksanaan uji coba alat ukur dimulai pada tanggal 19 – 31 Agustus 2007. Dalam jangka waktu tersebut peneliti mulai membagikan skala kepada subyek di beberapa tempat kebugaran (fitness center). Subyek uji coba ini adalah pria dewasa dini yang mengenal dan aktif mengikuti program latihan di fitness center, dengan


(62)

rentang usia antara 19 – 29 tahun dan usia rata-rata 22,5 tahun. Total subyek uji coba adalah 49 orang.

F. PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN 1. Uji Validitas

Validitas alat ukur atau tes merupakan seberapa cermat suatu alat tes dapat melakukan fungsi ukurnya sehingga validitas suatu alat tes dapat menjalankan fungsi ukurnya secara tepat dan cermat (Azwar, 2002). Menurut Hadi (1995), validitas suatu alat ukur dapat mengungkap dengan jitu gejala yang hendak diukur serta dapat memberi bacaan yang teliti.

Untuk menguji validitas isi pada skala kesungguhan dan skala body image, maka dapat digunakan pendapat dari para ahli (professional judgment), dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Setelah kedua skala disusun berdasarkan aspek-aspek yang ada dalam landasan teori, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Kemudian kedua skala dikoreksi oleh dosen pembimbing dan telah dilakukan berbagai perbaikan, maka uji coba kedua skala dapat dilakukan.

Selain mengggunakan pendapat dari ahli, validitas isi dapat dilihat juga dengan analisis rasional terhadap isi tes, sehingga pengukuran validitas isi pada kedua skala ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun (Azwar, 2003).


(63)

2. Seleksi Item

Seleksi item pertama diambil dari data hasil uji coba item pada subyek yang memiliki karakteristik setara dengan subyek yang akan diteliti. Item-item tersebut kemudian dievaluasi dengan komputasi analisis butir dengan menggunakan parameter daya beda item yang berupa koefisien korelasi item total yang memperlihatkan adanya kesesuaian fungsi item skala dalam menggunakan perbedaan individu.

Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total menggunakan batasan rix ≥ 0,30. Batasan tersebut digunakan karena item yang koefisien korelasinya

minimal 0,30 memiliki daya diskriminasi yang memuaskan (Azwar, 2007). a. Skala Kesungguhan Latihan Fisik

Dari hasil uji coba yang dilakukan terhadap 22 item skala kesungguhan memiliki daya beda item berkisar antara 0,273 sampai dengan 0,814

Dalam uji coba ini terdapat 3 item yang gugur karena daya bedanya di bawah 0,35, yaitu item dengan nomor 15,17 dan 20. Jadi, jumlah item yang lolos seleksi berjumlah 19 item.

Tabel 3

Distribusi Item Skala Kesungguhan Penelitian

Distribusi Item Total

No Aspek Favourable Unfavourable n % 1 Serius 1,3,5,7 2,4,6,8,10,12,14 12 63,2 2 Kontinuitas 9,11,13,16 15,17,18,19 7 36,8


(64)

b. Skala Body Image

Dari hasil uji coba yang dilakukan terhadap 60 item skala body image memiliki daya beda item berkisar antara -0,136 sampai dengan 0,764. Dalam uji coba ini terdapat 22 item yang gugur karena daya bedanya di bawah 0,30 yaitu item dengan nomor 5, 7, 9, 11, 15, 16, 20, 23, 24, 27, 30, 31, 32, 36, 39, 41, 42, 44, 45, 49, 53, dan 59.

Pada skala body image setelah uji coba, hasilnya memiliki jumlah presentase dan jumlah item yang seimbang secara keseluruhan.

Tabel 4

Distribusi Item Skala Body Image Penelitian

Distribusi Item Total

No Aspek Favourable Unfavourable n % 1. Kognitif 3,4,5,17,21,25,34 9,13,20,23,26,30,

31,36

15 39,5 2. Afektif 1,2,16,18,22,32,

33,35

7,8,10,12,24,27,3 7

15 39,5 3. Perilaku 6,14,15,19 11,28,29,38 8 21

Total 19 19 38 100%

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu keajegan atau keandalan dari suatu alat ukur. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan yang diperoleh dari para subyek yang diukur dengan alat yang sama atau alat yang setara pada kondisi yang berbeda (Azwar, 2003). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 – 1,00. semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00


(65)

berarti makin tinggi reliabilitasnya, demikian juga sebaliknya jika koefisien reliabilitasnya rendah mendekati 0 maka semakin rendah reliabilitasnya.

Reliabilitas diukur dengan menggunakan koefisien Alpha dari Cronbach, karena pendekatan ini mempunyai nilai praktis yaitu hanya dikenakan sekali saja pada kelompok subyek (single-trial administration) (Azwar, 2007).

a. Skala Kesungguhan

Dari hasil uji coba yang dilakukan, reliabilitas skala kesungguhan latihan fisik pada item yang terseleksi sebesar 0,923. Hal ini berarti bahwa skala intensitas latihan fisik reliabel untuk digunakan dalam penelitian.

b. Skala Body Image

Dari hasil uji coba yang dilakukan, reliabilitas skala body image pada item yang terseleksi sebesar 0,932. Hal ini berarti bahwa skala body image reliabel untuk digunakan dalam penelitian.

Kedua skala yang telah di uji cobakan memiliki reliabilitas mendekati 1,00. Dengan demikian kedua skala memiliki keajegan (reliabel) dan dapat dipercaya untuk mengungkapkan hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan melakukan latihan fisik di fitness center.

G. METODE ANALISIS DATA

Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka sebelum dilakukan uji hipotesa terlebih dahulu dilakukan uji asumsi data penelitian yang meliputi uji normalitas, dan uji linearitas. Sehingga syarat untuk


(66)

melakukan teknik analisis data perhitungannya menggunakan bantuan program SPSS 12 for windows.

1. Uji Normalitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas dan variabel tergantung penelitian tersebut bersifat normal atau tidak.

2. Uji Linearitas

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah hubungan antara variabel-variabel penelitian mengikuti fungsi linear atau tidak.

3. Uji Hipotesis

Pengujian dalam hipotesis menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson dengan tujuan untuk menguji korelasi antara dua variabel penelitian yang diselidiki dengan asumsi bahwa korelasi itu bersifat linear.


(67)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada hari Rabu tanggal 26 September 2007, bertempat di Lembah Fitness Center Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama satu hari, dengan membagikan skala kepada para anggota Lembah Fitness Center yang pada hari itu sedang melakukan latihan fisik.

Prosedur penelitian adalah dengan membagikan skala, yang berjumlah dua eksemplar. Masing-masing skala berisi 19 pernyataan untuk skala kesungguhan latihan fisik dan 38 pernyataan untuk skala body image, jadi jumlah keseluruhan pernyataan adalah 57 butir. Skala dibagikan dan subyek diminta menjawab seluruh pernyataan yang ada pada saat subyek memasuki ruang latihan atau sedang beristirahat.

Subyek penelitian merupakan anggota tetap Lembah Fitness Center dan aktif melakukan latihan fisik. Jumlah subyek yang mengisi skala penelitian adalah 70 orang, dengan rentang usia antara 18 – 30 tahun dan memiliki usia rata-rata 22 tahun.


(1)

116

DATA PENELITIAN BODY IMAGE

item31 item32 item33 item34 item35 item36 item37 item38 total 2 2 2 2 2 2 3 2 86 3 2 2 3 2 3 3 3 93 2 3 2 2 3 2 4 2 96 1 2 2 3 2 2 3 1 93 2 2 2 3 2 2 3 1 87 3 2 3 2 2 3 2 3 103 1 2 2 2 2 2 3 1 69 2 2 1 2 3 2 3 2 87 2 3 1 3 4 1 1 1 76 2 2 2 2 3 3 4 2 98 2 2 2 4 4 3 2 3 94 1 1 1 1 1 1 1 1 65 2 1 1 1 1 2 2 1 82 2 2 3 3 3 2 2 2 100 1 4 1 2 2 1 2 1 69 2 2 2 3 2 3 3 2 93 1 3 1 1 1 1 1 1 68 1 2 2 2 2 2 2 2 79 1 2 2 3 3 3 2 2 85 2 1 1 2 2 3 3 2 87 1 1 1 1 1 1 1 1 68 2 2 2 3 3 3 2 2 91 2 2 1 3 3 2 2 2 91 2 2 2 3 3 2 2 2 92 1 1 1 2 2 2 2 3 76 1 1 1 4 1 1 1 1 80 2 2 2 2 2 3 2 2 76 2 2 1 1 2 2 1 2 77 2 3 2 2 3 2 2 3 93 1 2 1 2 1 2 3 2 81 2 1 1 1 1 4 4 3 93 3 2 2 2 2 3 2 2 88 2 2 2 3 2 2 2 2 89 1 2 3 2 3 3 2 1 88 1 2 3 2 1 2 3 1 87 3 2 2 3 2 3 3 2 96 1 3 3 2 2 2 1 2 79 2 2 2 3 2 3 3 3 95 2 2 2 1 3 4 3 4 102 2 2 2 2 2 3 3 3 95 2 2 2 2 3 2 3 2 90 1 2 3 1 1 1 3 1 80 1 2 2 1 2 2 1 1 67 2 2 3 3 3 3 3 2 96 2 2 2 2 2 3 2 2 83 1 2 2 3 2 3 2 2 83 2 2 2 2 2 2 2 1 91 2 2 2 3 3 2 2 2 91 1 2 2 3 3 1 3 1 86 2 2 2 2 2 3 3 2 90 2 2 2 3 3 3 3 2 100


(2)

4 3 4 2 3 3 4 2 107 1 3 1 3 4 2 4 2 105 2 2 2 3 3 2 3 2 93 1 2 3 3 1 1 3 1 80 2 2 2 2 1 2 2 2 93 2 3 2 2 2 3 3 2 94 2 2 2 3 2 4 2 3 95 2 3 3 3 4 2 3 2 108 1 2 2 1 2 4 1 1 77 1 2 1 1 1 1 1 1 64 2 1 3 3 3 2 1 1 63 2 1 3 2 2 3 2 3 79 2 2 2 2 2 1 3 2 93 2 3 2 2 2 3 2 2 77 1 1 3 4 2 2 3 1 81 1 2 1 2 2 1 1 1 75 2 2 3 3 3 3 2 3 97 2 2 3 3 2 2 2 3 89 1 1 1 2 1 1 3 1 74 . . . . .


(3)

118

Uji Normalitas Data Penelitian

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kesungguha n

body image

N 70 70

Mean 60.30 86.40

Normal

Parameters(a,b) Std. Deviation 7.272 10.718

Absolute .066 .095

Positive .066 .062

Most Extreme Differences

Negative -.064 -.095

Kolmogorov-Smirnov Z .550 .792

Asymp. Sig. (2-tailed) .923 .557

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Uji Linearitas Data Penelitian

Regression

Variables Entered/Removed(b) Mode l Variables Entered Variables Removed Method

1 body

image(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: kesungguhan

Model Summary

Mode

l R

R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .434(a) .188 .176 6.601


(4)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Regress

ion 685.702 1 685.702 15.737 .000(a)

Residua l

2962.99

8 68 43.573

1

Total 3648.70

0 69

a Predictors: (Constant), body image b Dependent Variable: kesungguhan

Coefficients(a)

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

Model B

Std.

Error Beta t Sig.

(Consta

nt) 85.712 6.454 13.280 .000

1

body

image -.294 .074 -.434 -3.967 .000

a Dependent Variable: kesungguhan

Statistik Deskriptif Data Penelitian

Descriptive Statistics

N Range Minimum

Maximu

m Mean

Std.

Deviation Variance

kesungguhan 70 35 40 75 60.30 7.272 52.880

body image 70 45 63 108 86.40 10.718 114.881

Valid N


(5)

120

Uji Hipotesis Data Penelitian

Correlations

Correlations

kesungguha n

body image Pearson

Correlation 1 -.434(**)

Sig. (1-tailed) . .000

kesungguhan

N 70 70

Pearson

Correlation -.434(**) 1

Sig. (1-tailed) .000 .

body image

N 70 70


(6)