Pengembangan Program Perkuliahan Mikrobiologi Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Untuk Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa STIKES.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING i

PERNYATAAN ii

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH v

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan

D. Manfaat Penelitian

E. Sistimatika Penulisan

10 11 12 BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KOMPETENSI MAHASISWA STIKES

A. Program Pembelajaran 13

B. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) di Perguruan Tinggi 1. Strategi SPICES

2. Prinsip PBM

3. Landasan teori PBM 4. Karakteristik PBM 5. Sintak PBM

15 17 20 24 27 39 C. Hasil-hasil Penelitian yang relevan tentang PBM 34 D. Kurikulum berbasis kompetensi dan Proses Pembelajaran di STIkes 39


(2)

1. Kurikulum Kompetensi

2. Proses pembelajaran di STIKes E. Mikrobiologi dan Pembelajarannya

49 42 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian 55

B. Metode dan Disain Penelitian 57

C. Subyek dan obyek penelitian D. Definisi Operasional

E. Instrumen Penelitian dan pengumpulan data

F. Prosedur dan Langkah Penelitian Pengembangan Program PBM

57 59 60

1. Pendahuluan

2. Perencanaan program 3. Pelaksanaan program 4. Observasi dan evaluasi 5. Pengembangan program 6. Implementasi

G. Analisis data

63 64 66 68 69 69 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Studi Pendahuluan

a. Hasil observasi lapangan

b. Penentuan materi dan program pembelajaran 2. Perencanaan Program

72 72 76

a. Program pembelajaran mikrobiologi

b. Validasi program, perangkat pembelajaran dan instrumen c. Karakteristik program pembelajaran

d. Uji coba pelaksanaan program

e. Uji coba tahap I terhadap mahasiswa Kebidanan

f. Uji coba tahap II terhadap mahasiswa Kesehatan Masyarakat 3. Pengembangan Program pembelajaran Berbasis Masalah

77 79 79 82 84 85 93


(3)

4. Implementasi program terhadap mahasiswa Keperawatan 94 a. Kemampuan pemecahan masalah

b. Presentasi dan penyusunan makalah

c. Kinerja mahasiswa berdasarkan hasil kinerja laboratorium d. Pendapat teman sejawat (observer)

e. Pendapat mahasiswa tentang PBM f. Hasil belajar mahasiswa

g. Tanggapan mahasiswa tentang penerapan pembelajaran

95 97 97 101 102 104 108

B. Pembahasan

1. Pengembangan program PBM perkuliahan mikrobiologi dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa STIKes

2. Efektifitas program PBM dalam meningkatkan kompetensi dan keterampilan profesi

3. Pelaksanaan PBM dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

4. Tanggapan mahasiswa terhadap program PBM yang dikembangkan

5. Keunggulan dan kelemahan Program perkulaiahan dengan PBM

111 115 118 121 123

BAB V KESIMPULAN, TEMUAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 125

B. Rekomendasi 126

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

131 136


(4)

(5)

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015, program kesehatan unggulan antara lain adalah program pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi dampak sosial akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. Penyakit menular saat ini merupakan masalah besar dan menjadi ancaman global, baik dalam bentuk new emerging diseases maupun reemerging diseases. Keberadaan penyakit-penyakit tersebut menjadi masalah karena memiliki tingkat virulensi sangat tinggi, memiliki penyebaran sangat cepat, sehingga perlu program peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan. (Depkes, 2009)

Kepatuhan petugas rawat jalan terhadap tatalaksana cuci tangan di rumah sakit tahun 2008 masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil observasi terhadap 33 responden, hanya tujuh petugas yang patuh terhadap tatalaksana cuci tangan (laras, 2008). Kejadian phlebitis akibat infeksi saat melaksanakan pemasangan infus di rumah sakit masih tinggi yaitu 52 % (Pasaribu, 2008)

Peningkatan kualitas tenaga kesehatan dapat dipenuhi dengan meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan (SDM Kesehatan). SDM kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan pendidikan dan


(6)

pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia atau tenaga kesehatan menjadi kunci pelayanan kesehatan serta mendukung masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat (Isna, 2009)

Melihat pentingnya kesehatan bagi semua individu maka perlu digiatkan usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan, diantaranya melalui pendidikan di tingkat perguruan tinggi kesehatan. Salah satu mata kuliah yang diberikan berkaitan dengan penyakit adalah mikrobiologi dan kehidupan mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, mikroalga dan protozoa). Mahasiswa diperkenalkan tentang berbagai bentuk, sifat hidup, klasifikasi, dan peranannya baik yang menguntungkan maupun yang merugikan dalam kehidupan manusia melalui kegiatan yang bersifat kognitif dan psikomotorik. Aspek kognitif dan psikomotorik ini mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan, karena mikroorganisme merupakan salah satu agen penyebab timbulnya infeksi penyakit pada manusia. Untuk itu materi mikrobiologi diberikan kepada mahasiswa tidak hanya sebagai suatu informasi, tetapi aplikasi dengan tingkat kognitif dan psikomotorik yang dimiliki. Peserta didik diharapkan mampu bersikap positif terhadap materi perkuliahan sehingga mereka dapat mengembangkan dan membina sikap positif tersebut terhadap profesi di bidang kesehatan.

Menurut Nasional Research Council (1996) di abad ke 21 dunia akan dipenuhi dengan produk-produk sains dan teknologi sehingga setiap orang akan


(7)

membutuhkan pengetahuan tentang sains. Sains merupakan satu cara memperhatikan atau mempelajari tentang kehidupan. Sains memiliki banyak cabang ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya biologi. Sains berdasarkan fenomena yang dapat diamati, baik di alam (alamiah) maupun yang dibuat sendiri (artificial). Fenomena tersebut dapat diobservasi dengan menggunakan alat indera atau perpanjangan indera, seperti mikroskop, teleskop, teropong dan lup.

Mikrobiologi merupakan salah satu bidang ilmu yang mengkaji sains, kaitannya dengan kesehatan masyarakat terutama bertitik tolak pada penyakit-penyakit infeksi dan potensial tersebar dalam masyarakat antara lain melalui agen yang berada pada makanan-minuman, udara, air, dan organisme vektor. Sejak penemuan bakteri tuberkulosa oleh Koch perkembangan pengetahuan tentang penyakit infeksi berkembang dengan cepat, berbagai penyakit yang pada abad lampau dianggap sebagai kutukan seperti lepra dan pes, ternyata terbukti disebabkan oleh mikroba. Perhatian kemudian lebih ditekankan pada kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan terjadinya berbagai kasus epidemi. Adapun mikroba yang hidup dan berkembang dalam tubuh inang tanpa menimbulkan penyakit disebut mikroba flora normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran mikroba flora normal, adalah pH, suhu, potensial redoks, oksigen, air, nutrien, dan lain-lain. Penyebaran mikroba flora normal terjadi melalui permukaan kulit, ketiak, sela-sela jari kaki, saluran pencernaan dan lain sebagainya, sedangkan jenis mikrobanya antara lain: Staphylococcus epidermidis, Microccous luteus, Enterobacter cloacae, Salmonella thypimurium, Klebsiella pneumonia, Streptococcus thermophilus dan Escherichia coli (massofa.wordpress.com/2008/02/04/mikrobiologi).


(8)

Berbagai upaya pencegahan penyebaran penyakit dalam masyarakat perlu dilakukan antara lain dengan perbaikan sarana lingkungan, seperti kebersihan lingkungan rumah, saluran pembuangan yang sehat, sirkulasi udara yang baik. Upaya yang tidak kalah penting yaitu pemberian pendidikan masyarakat mengenai penyakit dan pemberantasan penyakit dari sumbernya. Hal paling utama sebagai kontrol penyakit infeksi, yaitu menghancurkan sumber penularannya. Salah satu upaya di banyak negara yang berusaha melindungi konsumen dari gangguan kesehatan makanan, dengan melakukan uji mikrobiologis terhadap bahan mentah dan olahannya.

Globalisasi, keterbukaan, kebebasan demokrasi, rasionalisasi berpikir dan budaya kompetisi/persaingan terjadi dalam dunia pendidikan, perubahan-perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi termasuk di dalamnya adalah penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia. Penyelenggara pendidikan tinggi bidang kesehatan dituntut untuk dengan cepat merespon proses yang kompleks dan berkelanjutan dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dapat bekerja di bidang ilmu yang sesuai di masyarakat secara baik dan benar dan mempunyai daya saing. Dengan kata lain Perguruan Tinggi Kesehatan harus mampu menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang kompeten berstandar Nasional bahkan Internasional.

Dalam rangka mengantisipasi hal tersebut maka perlu dilakukan perubahan-perubahan yang bersifat inovatif, reorientasi, reorganisasi, reformasi dalam pengem-bangan pendidikan kesehatan. Semua perubahan tersebut harus menuju terciptanya dan tercapainya kepuasan stakeholders. Kepuasan ini tercapai apabila penyeleng-garaan pendidikan mampu menghasilkan lulusan sesuai standar nasional bahkan


(9)

standar internasional dengan mengacu pada upaya mencapai Indonesia sehat 2015 (SK Menteri Kesehatan RI No. 1457/MOH/SK/X/2009).

Saat ini terjadi kesenjangan dalam proses pendidikan di kampus dengan aktualisasi pelayanan kesehatan. Kesenjangan ini dapat diantisipasi jika para lulusan profesi kesehatan bisa menerapkan materi perkuliahan ketika berada di institusi kesehatan tempat bekerja. Tenaga kesehatan harus memiliki tiga hal yaitu pengetahuan (knowledge), kemampuan praktek (hands on) dan sikap (attitude) ini sudah merupakan standar yang harus dimiliki oleh setiap lulusan perguruan tinggi.

Untuk mencapai itu diperlukan perubahan dan penyempurnaan kurikulum pendidikan tenaga kesehatan yang menitikberatkan pada proses pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa dan kompetensi bidang kesehatan. Sekumpulan kompetensi tersebut dalam realitanya dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang relevan dengan tuntut-an kompetensi program. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan program pembelajaran.

Kurikulum pendidikan tenaga kesehatan sebagian sudah mengarah pada competence-based oriented. Sebagai contoh pendidikan kedokteran (profesi) telah dikembangkan oleh asosiasi profesi kedokteran dan mengacu pada standar global pendidikan dokter. Untuk STIKes yang ada di Indonesia kompetensi mengacu pada kompetensi yang disusun oleh asosiasi profesi yang dibentuk, untuk program studi Keperawatan kompetensi oleh AIPNI (Asosiasi Ikatan Perawat Nasional Indonesia), Program studi Kebidanan oleh IBI (Ikatan Bidan Indonesia sedangkan untuk program studi Kesehatan Masyarakat oleh IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia). Beberapa komponen kompetensi yang dituntut oleh asosiasi


(10)

profesi dan ada hubungannya dengan mikrobiologi yang tercantum dalam kurikulum dan harus dimiliki oleh mahasiswa kesehatan tercantum dalam Tabel 1.1.

Proses kegiatan pembelajaran yang diterapkan di tiap Program Studi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung menitik beratkan pada pencapaian kompetensi sesuai yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pembelajaran yang dilaksanakan program studi. Berbagai metode digunakan dalam penyampaian materi kepada mahasiswa seperti metode ceramah, simulasi, eksperimen, diskusi, studi kasus dan praktek lapangan. Salah satu kendala dalam pembelajaran di STIKes adalah mahasiswanya memiliki latar belakang asal sekolah yang berbeda, ada yang dari SMU, SMK atau Aliyah. Dengan kondisi tersebut dalam pembelajaran perlu upaya-upaya untuk membantu mahasiswa dalam menguasai komponen kompetensi yang diinginkan sesuai standar kompetensi profesinya.

Tabel 1.1. Kompetensi yang perlu dimiliki oleh lulusan bidang kesehatan (sumber: AIPNI, IBI, IAKMI, 2009)

Program

studi Kompetensi profesi no Keterangan

Keperawatan XV: Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien pre dan post operasi

XVI: Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat

Berkaitan dengan masalah

mikroorganisma Kebidanan IV : Lulusan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawat daruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

V : Lulusan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Ada hubungan dengan masalah infeksi akibat mikroorganisma Kesehatan Masyarakat

III: Mampu melakukan praktek kesehatan individu atau komunitas dengan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, klinik, perilaku dan epidemiologi

Berkaitan dengan infeksi dan wabah

Saat ini, tuntutan pembelajaran tidak lagi berpusat pada dosen (teacher-centered), melainkan berpusat pada mahasiswa (student-centered) dan pembelajaran


(11)

menekankan pada keterkaitan antara materi yang dipelajari (konten) dan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan dunia nyata mahasiswa. Oleh karena itu, setiap dosen semestinya sudah melakukan reorientasi pembelajaran dan hendaknya memperhatikan karakteristik pembelajaran, yaitu: 1) menggunakan permasalahan kontekstual; 2) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi; 3) memberikan kesempatan yang luas untuk penemuan kembali (reinvention); 4) membangun konsep, definisi, dan prosedur secara mandiri; 5) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui penyelidikan, eksplorasi, eksperimen; 6) meningkatkan kemampuan berpikir yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan melalui pemikiran divergen dan orisinal; 7) membuat prediksi; 8) menggunakan pemodelan (modelling); dan 9) memperhatikan dan mengakomodasi perbedaan-perbedaan karakteristik individu mahasiswa (Johnson, 2002). Semua butir yang dituliskan di atas harus diperhatikan dosen dalam mengembangkan pembelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah atau disingkat PBM (Problem-based learning) pada awalnya dikembangkan sebagai metode alternatif untuk pendidikan dokter (Barrows, 1996) yang pertama kali diterapkan di Mc Master University School of Medicine Canada pada tahun 1969. Sejak itu PBM menyebar ke seluruh dunia dalam pendidikan kedokteran dan dalam pendidikan tinggi berbagai disiplin ilmu, juga dalam pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah (Jaramillo, 1999). PBM banyak diterapkan di pendidikan keperawatan di Australia pada seluruh programnya. Menurut laporan Creedy, Horsfall, and Hand (1992) terjadi beberapa pergeseran pada filosofi, struktur dan proses kurikulum dengan pendekatan PBM.


(12)

gencar dalam dekade terakhir. Sudah banyak diakui bahwa kurikulum keperawatan harus secara terbuka dan sistimatis mendorong pengembangan perilaku dan keterampilan yang diperlukan lulusan untuk memenuhi harapan masyarakat terhadap profesionalisme perawat kesehatan. Kurikulum yang berfokus pada materi belum sebanding dengan informasi dan teknologi, sehingga perlu terus menerus mengalami perubahan tajam pada keterampilan yang dibutuhkan untuk praktek professional. Pendidik perlu melakukan inovasi kurikulum yang selama ini menekankan pada pembelajaran yang berfokus pada produk. Perubahan tersebut akan membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan nilai guna menjadi pemikir yang kritis, pengelola informasi, dan pemecah masalah, sekaligus peserta didik akan mandiri dengan tetap berlandaskan praktik profesionalnya pada pengkajian kritis terhadap bukti maupun kerja sama dengan klien dan rekan. Meski telah terjadi perubahan dalam pengetahuan dan teknologi keperawatan berlangsung dengan cepat, perawatan tetap menjadi nilai inti dalam praktek keperawatan (Bevis & Waston, 1989).

Salah satu mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa STIKes DHB adalah mikrobiologi. Dalam perkuliahan ini kepada mahasiswa disampaikan materi mengenai dunia mikroba, mikroba yang mempengaruhi kesehatan dan konsep-konsep mikroba yang berhubungan dengan pencegahan, pengendalian infeksi, sanitasi dan lain-lain. Mikrobiologi merupakan bagian dari biologi. Dalam pendidikan kesehatan, mikrobiologi berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain yang bersifat terapan sebagai ilmu penunjang terutama dalam kasus-kasus klinis yang terjadi di sekitar kita.


(13)

masyarakat, banyak jenis penyakit diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme. Untuk dapat memahami dan menangani penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh mikro-organisme secara menyeluruh tersebut, sebaiknya mahasiswa STIKes baik Kepera-watan, Kebidanan maupun Kesehatan Masyarakat mempunyai kemampuan atau kompetensi yang berkaitan dengan bidang mikrobiologi yang akan menunjang keahlian professional di lapangan pekerjaannya.

Mata kuliah mikrobiologi diberikan kepada mahasiswa STIKes pada semester III. Setelah menyelesaikan mata kuliah mikrobiologi mahasiswa diharapkan mampu menggunakan prinsip-prinsip mikrobiologi dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan mikroorganisme dalam kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi maupun di lingkungan kerja yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku yang paling sederhana menerapkan teknik aseptik ketika bekerja sangat menentukan pada kebiasaan pola hidup higienis untuk menghindari mikroorganisma patogen menginfeksi tubuh.

Untuk meningkatkan kemampuan kompetensi mahasiswa Kebidanan, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat dalam bidang mikrobiologi, proses pembelajaran mikrobiologi perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebermaknaan belajar (meaningful learning). Oleh karena itu proses pembelajaran mikrobiologi diarahkan pada proses pembelajaran yang didasarkan pada masalah-masalah mikrobiologi (problem-based learning) yang memiliki ciri antara lain berpusat pada mahasiswa (student-centered), pemaparan kasus-kasus klinis yang berkaitan dengan infeksi sejak dini (early clinical exposure), dan pembelajaran yang terpadu-lintas disiplin ilmu (integrated-curriculum), yang meliputi anatomi, fisiologi, epidemiologi, biologi reproduksi, toksikologi, genetika,


(14)

asuhan kebidanan dan asuhan keperawatan.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian pengembangan sebuah program perkuliahan dengan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah program perkuliahan mikrobiologi dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa STIKes ?

Dari rumusan masalah disusun beberapa pertanyaan penelitian.

1) Bagaimanakah karakteristik program perkuliahan mikrobiologi dengan PBM dalam meningkatkan keahlian yang dibutuhkan dalam praktek profesional? 2) Bagaimanakah program perkuliahan mikrobiologi dengan PBM efektif yang

dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa STIKes ?

3) Bagaimanakah perkuliahan mikrobiologi dengan PBM yang dapat meningkatkan minat belajar mahasiswa ?

4) Bagaimana tanggapan mahasiswa STIKes DHB tentang pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan ?

5) Apa keunggulan dan kelemahan pengembangan program perkuliahan mikro-biologi berbasis masalah ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum pembelajaran berbasis masalah pada mata kuliah Mikrobiologi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kemampuan lulusan dalam pemahaman konsep mikrobiologi melalui pemecahan masalah terutama yang berkaitan dengan kasus klinis akibat mikroorganisma dan yang berhubungan


(15)

dengan kompetensi dan keterampilan praktek profesional. Tujuan khusus selain meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan dan praktikum, dapat ditemukan keunggulan dan kelemahan program pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah serta diperoleh gambaran tanggapan, kemampuan, minat mahasiswa tentang pengembangan program pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis penelitian ini berkaitan dengan pengembangan program pembelajaran berbasis masalah dalam bidang kesehatan khususnya untuk pengembangan profesi di STIkes.

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi dosen, khususnya dosen STIKes, hasil penelitian ini memberikan wawasan terhadap perlunya merancang dan mengembangkan program pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi serta dapat meningkatkan keterampilan profesional para lulusannya.

b. Bagi institusi pendidikan profesi kesehatan, hasil penelitian ini merupakan karya yang dapat menjadi salah satu program untuk meningkatkan pembelajaran, sebagai masukan ketika merancang kurikulum STIKes dalam menerapkan strategi pembelajaran guna meningkatkan kompetensi dan keterampilan profesional. Disain perkuliahan mikrobiologi berbasis masalah menghasilkan produk berupa: Silabus perkuliahan, Satuan Acara Perkuliahan, dan lembar kerja mahasiswa berbasis masalah. Program PBM ini dapat diadaptasi sebagai salah satu program pembelajaran untuk mata kuliah yang lain.


(16)

c. Bagi mahasiswa, Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata kuliah mikrobiologi ini dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan memecahkan masalah kasus klinis akibat mikroba sehingga apabila kelak menghadapi kasus-kasus infeksi sudah dapat mengatasinya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tersusun dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang yang berhubungan dengan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan urutan sistematika. Bab II sebagai kajian pustaka yang berisi teori yang menjadi landasan pengembangan program. Pada bab III dikaji metode penelitian dan pengembangan serta instrumen yang digunakan dalam penelitian. Dibahas pula studi pendahuluan dan perancangan program yang selanjutnya diujicoba. Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan. Dalam Bab V diuraikan Kesimpulan, temuan, implikasi dan rekomendasi. Serta dilengkapi Daftar pustaka dan Lampiran.


(17)

BAB. III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah pengujian pengembangan program pembelajaran berbasis masalah disertai pelaksanaan praktikum yang juga berbasis masalah pada proses pembelajaran mikrobiologi untuk mahasiswa STIKes pada Program studi Kebidanan, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat. Metode penelitian dan pengembangan (R & D) dijadikan pilihan dalam pelaksanaan penelitian, karena untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan suatu produk yang telah ada yang dapat dipertanggung jawabkan (Sukmadinata, 2005).

Penelitian yang dilakukan yaitu mengembangkan program pembelajaran mata kuliah mikrobiologi di STIKes yang selama ini konvensional pada awalnya kurang diminati, kurang membekali keterampilan pemecahan masalah, dan hasil belajar mahasiswa belum memuaskan menjadi program pembelajaran berbasis masalah, diharapkan dengan dipilih penerapan pembelajaran berbasis masalah akan terjadi peningkatan kualitas dan hasil belajar. Karakteristik pembelajaran yang diterapkan seperti yang dikemukakan Arends (1998) dikarenakan deskripsi karakteristiknya mendekati dengan kegiatan proses pembelajaran mikrobiologi yang dilakukan di STIKes DHB antara lain bahwa perkuliahan mikrobiologi terintegrasi dengan beberapa mata kuliah lain, untuk kegiatan penyelidikan otentik dapat dilakukan dengan kegiatan praktikum. Sehingga ketika dilakukan program PBL dalam penerapannya mudah diadaptasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat Gambar 3.1


(18)

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian (Diadaptasi dari Cresswell, 1994) 1. Kompetensi profesi

- Kebidanan (IBI) - Keperawatan (AIPNI) - Kesehatan Masyarakat

(AIPTKMI) 2. Analisis kebutuhan

-SAP -Hand out -Tutorial

-Lembar kerja mahasiswa berbasis masalah (LKMBM)

Deskripsi karakteristik PBM berbagai penulis

Perkuliahan Mikrobiologi Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah

dengan latihan Pembelajaran di STIKES Analisis

Materi Mikrobiologi

Kurikulum & Silabus Sekolah Kesehatan

Karakteristik & sintak PBM Arends (1998)


(19)

B. Metode dan disain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R & D) dari Thiaragajan (1994) pengembangan model R & D yaitu, Define, Design, Development dan Dissemination. Model tersebut dapat juga disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu: studi pendahuluan dan perancangan program, pengembangan program, dan validasi program (Sukmadinata, 2004).

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam R & D diawali dengan studi literatur menelusuri pustaka yang berkaitan dengan rencana program serta menelaah hasil penelitian lain yang relevan tentang PBM. Untuk analisis kebutuhan lapangan dijaring informasi dari subyek penelitian tentang kondisi awal mahasiswa baik asal sekolah maupun pemahaman tentang pengetahuan umum berkaitan dengan mikrobiologi dan refleksi hasil belajar sebelumnya, kemudian diidentifikasi dan dirancang satu model yang akan dikembangkan. Rancangan diujicobakan pada mahasiswa, hasilnya dianalisis dan dilakukan revisi untuk penyempurnaan. Draf yang sudah dianggap cukup valid selanjutnya diimplementasikan di kelas eksperimen. Pengembangan desain model R & D seperti terlihat pada Gambar 3.2. C. Subyek dan obyek Penelitian

Penelitian pembelajaran mata kuliah mikrobiologi dilakukan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah yang dilengkapi dengan lembar kerja mahasiswa berbasis masalah (LKMBM) yang memuat tiga topik permasalahan kasus klinis. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan (n = 90) angkatan 2008/2009 yang dijadikan dua kelas sebagai kelas perlakuan dan kelas kontrol 45-45. Untuk uji coba I dilakukan pada mahasiswa D3 Kebidanan (n = 45) dan uji coba II dilakukan pada mahasiswa


(20)

Define

Design

Develop

Disemination

Gambar 3.2 Pengembangan Program R & D Pembelajaran Mikrobiologi. Perencanaan Program

• Program pembelajaran • Perangkat Pembelajaran

(SAP, Hand out, LKMBM) • Validasi perangkat

pembelajaran

• Hasil Revisi Program • Konsultasi Ahli

Uji Coba Program II

Implementasi Model Pembelajaran

Pengumpulan Data dan Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi dan Saran R e s e a r c h E D e v e l o p m e n t Revisi

R

e

s

e

a

r

c

h

Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Studi Pustaka & Analisis kebutuhan Materi mikrobiologi

- Merancang Model Pembelajaran

Merancang dan memvalidasi

program & instrumen Uji coba ProgramI

Prodi D3 Kebidanan n=45 Karakteristik

pembelajaran

Prodi Keperawatan Kontrol & perlakuan (N) masing-masing =45

Prodi Kesmas N= 24


(21)

S1 Kesehatan Masyarakat (n = 24) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan DHB, yang mengambil mata kuliah mikrobiologi pada semester ganjil tahun akademik 2008/2009. Untuk melihat keberhasilan pembelajaran, sebagai kontrol dilakukan pembelajaran yang tidak berbasis masalah. Objek penelitian adalah kemampuan pemecahan masalah, minat, tanggapan serta peningkatan prestasi mahasiswa dalam upaya meningkatkan pencapaian tuntutan kompetensi profesi. Konsep-konsep yang dipelajari pada mata kuliah Mikrobiologi antara lain Bentuk-bentuk mikroba, Sistimatika mikroba, Pengenalan mikroflora normal dan mikroba klinis, Pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, Metabolisma mikroba, Mikroba dan lingkungan, Bahan antimikroba, Immunologi dan praktikum mikrobiologi.

D. Definisi Operasional

Untuk memahami pengertian dan memberikan batasan-batasan terhadap variabel penelitian disampaikan definisi operasional sebagai berikut.

a. Variabel bebas : Program perkuliahan mikrobiologi berbasis masalah merupakan perkuliahan yang memiliki tujuan dan keberhasilannya dapat diukur dan mengarahkan mahasiswa lebih aktif (student centre) di dalam kelas. Pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri dan meliputi tahap-tahap, yaitu belajar dalam kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok dibimbing tutor, belajar berangkat dari masalah yang aktual, dengan tahapan yaitu; Tahap orientasi, mendefinisikan masalah, mengumpulkan fakta, mendiskusikan pemecahan masalah, memamerkan dan mempresentasikan hasil karya dan menyimpulkannya.


(22)

Kompetensi mahasiswa kesehatan adalah spesifikasi dari pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari pengetahuan dan keterampilan bidang kesehatan sesuai dengan standar kinerja yang disyaratkan seperti tercantum dalam kompetensi asosiasi profesinya. Untuk mengukur kompetensi mahasiswa STIkes dilakukan dengan menjaring kemampuan kognitif berupa kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah dan hasil belajar (penguasaan konsep), sedangkan keterampilan tidak diukur karena mahasiswa ketika sekolah menengah tidak seluruhnya pernah melakukan praktikum mikrobiologi. Data pengetahuan mikrobiologi sebelum diberikan PBM daperoleh dari jawaban pertanyaan seperti terlihat pada Tabel 3.3. sedangkan setelah PBM berdasarkan jawaban hasil test yang soal-soalnya dikategorikan berkaitan dengan pertanyaan sebelum PBM. Peningkatan dilihat berdasarkan komparasi sebelum PBM dan setelah PBM.

E. Instrumen Penelitian dan teknik pengumpulan data

Guna membantu peneliti untuk menggali data dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan beberapa instrumen seperti berikut.

(1) Format Lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan untuk menilai proses pembelajaran berupa daftar cek. Data yang diperoleh melalui instrumen ini adalah kelemahan-kelemahan dan keunggulan-keunggulan dari pelaksanaan pembelajaran. Data ini digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran. Ini dilakukan untuk mengendalikan kualitas pembelajaran agar berlangsung dengan baik. (lampiran 2.1)


(23)

masalah mahasiswa. Setiap masalah yang diajukan dibuatkan rubrik penilaiannya. Indikator-indikator pemecahan masalah antara lain: (a) mengidentifikasi konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pemecahan masalah, (b) merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah, (c) menginterpretasi data, dan (d) keterampilan memberikan alasan rasional. Kriteria penskoran hasil karya pemecahan masalah (lampiran 2.2)

(3) Inventori. Format inventori yang digunakan untuk menilai minat belajar mahasiswa terhadap mata kuliah mikrobiologi. Inventori ini berisi indikator-indikator yang menunjukkan minat belajar mahasiswa terhadap mata kuliah mikrobiologi yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Indikator-indikator tersebut antara lain: (a) antusiasme mahasiswa mengikuti pembelajaran mikrobiologi (b) penyelesaian tugas-tugas yang diberikan, (c) mendiskusikan materi pembelajaran dengan teman sejawat, (d) mencari bahan-bahan perkuliahan dari berbagai sumber, (e) aktivitas bertanya selama pembelajaran, dan (f) me-revieu materi pembelajaran di rumah. (lampiran 2.3)

(4) Kuesioner. Format kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap Pembelajaran dengan PBM. Kuesioner ini mengandung indikator-indikator yang menunjukkan pendapat mahasiswa terhadap pembelajaran yang diterapkan. Indikator-indikator ini berkaitan dengan penerimaan mahasiswa terhadap pembelajaran yang diterapkan dan dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut antara lain (a) Apakah PBM dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa, (b) mendorong terjadinya kerjasama, (c) meningkatkan tanggung jawab belajar, (d) meningkatkan keterampilan berkomunikasi, dan (e) meningkatkan keterampilan


(24)

berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking). (lampiran 2.4)

(5) Pedoman wawancara. Format pedoman wawancara secara umum dibuat untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis masalah, mahasiswa mengungkapkan kelebihan dan kekurangannya yang diungkapkan kepada pewawancara. (lampiran 2.5)

(6) Tes hasil belajar. Format soal Tes hasil belajar adalah tes penguasaan konsep yang dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dibuat dalam bentuk pilihan ganda, menjodohkan dan uraian. Skor hasil belajar berada dalam rentang 0-100 (lampiran IV)

Data yang diperlukan dan perlu dikumpulkan dalam penelitian serta bagaimana data dikumpumpulkan, sumber datanya dari mana serta bagaimana data dianalisis baik berupa kemampuan pemecahan masalah, mnat, pendapat mahasiswa, kemampuan mahasiswa disajikan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.3. Data yang diperlukan, sumber data dan instrumen penelitian

No Data yang diperoleh Sumber data Instrumen Penelitian Analisis Data 1 Pembelajaran Proses belajar

mengajar

Lembar observasi Deskriptif 2 Kompetensi

- pemecahan masalah Mahasiswa

Rubrik langkah

pemecahan masalah Deskriptif 3 Informasi motivasi belajar

Mikrobiologi

Mahasiswa Inventori Deskriptif

4 Validasi program Pertimbangan ahli terhadap program

Lembar evaluasi ahli Deskriptif 5 Hasil uji coba terbatas,

keunggulan, kekurangan & hambatan PBL

Proses belajar mengajar

Lembar observasi Deskriptif

6 Keterampilan - Praktikum

Kegiatan Praktikum

Lembar observasi, check list

Deskriptif 7 Pendapat mahasiswa

tentang PBM

Mahasiswa Angket, wawancara Deskriptif 8 Pendapat sejawat tentang

PBM

Dosen sejawat Lembar inventori Deskriptif 9 Hasil belajar mahasiswa Mahasiswa Test awal, test akhir Analitik statistik


(25)

F. Prosedur dan Langkah penelitian Pengembangan Program PBM 1. Pendahuluan

Pada tahap pendahuluan dilakukan studi kepustakaan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan program pembelajaran untuk sekolah kesehatan, penelusuran pustaka dilakukan untuk mengkaji standar isi mata kuliah mikrobiologi, keterampilan proses, dan teori-teori serta temuan-temuan peneliti terdahulu yang relevan dan digunakan untuk merancang draft pengembangan program (Gambar 3.4). Untuk kegiatan penelusuran kepustakaan antara lain : Menganalisis standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar), standar kompetensi profesi, menganalisis teori-teori dan temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis masalah. Menyusun masalah-masalah untuk lembar kerja mahasiswa dan menyusun tes pemahaman konsep.

Pengumpulan data lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi awal kondisi mahasiswa (raw input) dengan cara melakukan identifikasi terhadap seluruh mahasiswa angkatan 2007/2008 (Kebidanan 45 orang, Keperawatan 45 orang dan Kesehatan masyarakat 16 orang) yang mengambil mata kuliah mikrobiologi. Mahasiswa diberi lembar isian berkaitan dengan asal sekolah menengah yang ditempuh dan pemahaman tentang mikrobiologi untuk mendapat gambaran asal sekolah menengah umum yang mereka tempuh sebelum masuk STIKes dan pengetahuan awal mikrobiologinya. Selain itu perangkat pembelajaran (hand out materi mikrobiologi, petunjuk praktikum, dan SAP) juga ditinjau lagi. Tahapan analisis ini digunakan untuk membuat draf pengembangan program. Adapun lembar pertanyaan untuk mahasiswa sebagai berikut :


(26)

Tabel 3.2. Substansi pertanyaan.

Nama mahasiswa : ...

Jenis sekolah menengah yang telah ditempuh : ... Jurusan : ... 1. Apa yang saudara ketahui tentang mikrobiologi ?

2. Dapatkah saudara memberikan contoh mikroba ? 3. Apakah saudara memahami tentang penyakit ? 4. Jelaskan hubungan mikrobiologi dengan kesehatan

(untuk jawaban yang dibuat mahasiswa diberikan skor nilai sesuai dengan yang dijawab mahasiswa. Untuk skor yang diberikan sebagai berikut:Skor1 = tidak mengetahui, 2= mengetahui dan 3 = sangat mengetahui )

2. Perencanaan Program a) Tahap perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Tahap perencanaan adalah sebagai berikut.

1) Pembuatan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran disiapkan yang terdiri dari satuan acara perkuliahan (SAP), hand out materi mikrobiologi dan petunjuk praktikum serta lembar kerja mahasiswa berbasis masalah (LKMBM) yang disajikan kepada mahasiswa. LKMBM ini berisi tentang masalah-masalah yang tidak terstruktur berupa kasus-kasus klinis yang berkaitan dengan mikroba yang menginfeksi penderita. Kasus-kasus ini diambil dari rekaman medis di puskesmas atau di rumah sakit, dari koran, majalah atau internet atau kejadian yang ada di sekitar. Di samping itu mahasiswa diajak berkunjung ke rumah sakit atau ke puskesmas untuk mengamati dari dekat kasus-kasus yang dialami oleh penderita.

2) Pembuatan instrumen. Instrumen yang digunakan dalam PBM ini

a) Pedoman observasi, berupa daftar cek digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar mahasiswa selama mengikuti proses belajar mengajar.


(27)

b) Pedoman penilaian laporan/hasil karya pemecahan masalah mahasiswa, digunakan untuk menilai laporan/hasil karya pemecahan masalah yang dibuat mahasiswa.

c) Pedoman penilaian penyajian laporan/hasil karya mahasiswa, digunakan untuk menilai penyajian laporan/hasil karya pemecahan masalah yang dibuat mahasiswa.

d) Kuesioner, digunakan untuk mengetahui pendapat mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan.

e) Tes penguasaan konsep, digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep mahasiswa. Tes ini dibuat dalam bentuk tes pilihan ganda, menjodohkan dan essay.

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan dan data lapangan digunakan peneliti untuk merancang draf program seperti terlihat pada Gambar 3.2. Pada Gambar 3.2 tampak bahwa draf yang dirancang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan fasilitas yang disediakan institusi. Perangkat pembelajaran dan instrument divalidasi oleh ahli dan dilakukan uji coba pada mahasiswa Kebidanan angkatan 2007/2008 (uji coba program I). Untuk menguji draf program yang sudah dibuat maka dilakukan uji validasi untuk program pengajaran, perangkat pembelajaran dan instrumen oleh ahli dibidangnya sebanyak 3 orang (2 orang dosen pendidikan dan 1 orang dosen mikrobiologi) untuk tahap uji coba program pembelajaran dilakukan mengikuti siklus belajar sebagai berikut


(28)

3. Pelaksanaan program

Tahap 1. Orientasi mahasiswa pada masalah

a) Pengajar menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar mahasiswa untuk mata kuliah Mikrobiologi.

b) Pengajar menjelaskan tentang model pembelajaran berbasis masalah.

c) Pengajar menjelaskan asesmen yang digunakan dalam menilai aktivitas, prestasi belajar, dan laporan/hasil karya mahasiswa.

d) Memotivasi mahasiswa terlibat secara aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

e) Kepada mahasiswa disampaikan LKMBM berisi masalah tidak terstruktur yang harus dijawab oleh mahasiswa dalam kelompok melalui penyelidikan. Mahasiswa diberi waktu yang cukup untuk membaca masalah yang diajukan.

Tahap 2. Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar

a) Mahasiswa diberi kesempatan bertanya tentang istilah-istilah, konsep-konsep, dan atau prinsip-prinsip yang belum jelas. Pengajar memberi tanggapan terhadap pertanyaan mahasiswa.

b) Pengajar membagi mahasiswa menjadi kelompok belajar. Setiap kelompok anggotanya antara 8-12 orang.

c) Pengajar sekaligus sebagai tutor membantu mahasiswa memahami masalah dan membuat agenda pembelajaran dengan mengorganisasi diskusi kelompok dengan tiga pertanyaan, yaitu: apa yang kamu ketahui, apa yang kamu ingin ketahui, dan bagaimana kamu menemukan apa yang kamu ingin ketahui. Ini mengandung makna bahwa mahasiswa mengidentifikasi konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dimiliki dan mengidentifikasi konsep-konsep dan prinsip-prinsip apa


(29)

yang perlu dicari/dipelajari untuk memecahkan masalah, serta bagaimana mahasiswa menemukan konsep dan prinsip yang ingin diketahui tersebut.

d) Mahasiswa belajar konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan dengan berbagai cara, misalnya diskusi kelompok dan bereksperimen dengan dibimbing oleh pengajar/tutor.

Tahap 3. Membimbing individu atau kelompok

Pengajar menugaskan kepada masing-masing kelompok membuat pemecahan masalah dengan bimbingan pengajar/tutor. Pemecahan masalah yang dibuat harus mencakup: latar belakang masalah, perumusan masalah, kajian pustaka yang mencakup konsep-konsep dan prinsip-prisnip yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

a) Mahasiswa diberi tugas membuat laporan/hasil karya hasil pemecahan masalah. Laporan/hasil karya ini berbentuk makalah yang hendaknya memuat: pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran. Setiap kelompok mengumpulkan satu eksemplar makalah untuk dinilai. Penilaian terhadap makalah hasil karya pemecahan masalah dicatat dalam lembar penilaian laporan/hasil karya.

b) Tiap kelompok diberi kesempatan menyajikan makalah di kelas dalam bentuk presentasi. Mahasiswa lain dapat mengajukan pertanyaan atau tanggapan. Pengajar memandu jalannya diskusi dan memperbaiki konsep-konsep dan prinsip-prinsip mahasiswa yang salah. Penilaian diberikan untuk kemampuan kelompok mempertahankan pemecahan masalah.


(30)

a) Mahasiswa membuat catatan masukan dan perbaikan hasil presentasi.

b) Proses pemecahan masalah yang telah dilakukan, seperti kesulitan yang dialami mahasiswa dalam memahami masalah, mengidentifikasi konsep-konsep yang diketahui mahasiswa, mengidentifikasi konsep-konsep yang perlu diketahui mahasiswa, dan bagaimana cara memecahkan masalah, membuat proposal pemecahan masalah, melaksanakan penyelidikan, membuat laporan pemecahan masalah.

c) Pengajar mengevaluasi proses pemecahan masalah yang dilakukan mahasiswa. 4. Tahap Observasi dan Evaluasi

Tahap observasi dilakukan pada saat pembelajaran sedang berlangsung dengan tahapan sebagai berikut.

a) Observer/peneliti mencatat aktivitas belajar mahasiswa dengan mengisi tanda “cek (√)” pada lembar observasi.

b) Observer/peneliti mencermati kendala-kendala yang dijumpai dalam mengimplementasikan pembelajaran di kelas.

c) Observer/peneliti mengamati proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh mahasiswa dalam kelompok.

Evaluasi dilakukan terhadap :

1) laporan/hasil karya pemecahan masalah mahasiswa dengan menggunakan pedoman penilaian laporan/hasil karya pemecahan masalah,

2) penyajian hasil pemecahan masalah mahasiswa dengan menggunakan pedoman penilaian penyajian laporan/hasil karya mahasiswa,

3) pada setiap awal dan akhir pembelajaran dilakukan penilaian terhadap penguasaan konsep mahasiswa dengan menggunakan tes penguasaan konsep.


(31)

Pada akhir dari seluruh siklus dilakukan penilaian terhadap pendapat mahasiswa tentang pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan. Penilaian pendapat mahasiswa ini dilakukan dengan mengedarkan kuesioner kepada seluruh mahasiswa.

5. Pengembangan Program

Draft yang sudah divalidasi dievaluasi dan dikonsultasikan kepada ahli, setelah dilakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan antara lain untuk sintak pembelajaran sebelum dimulai pemecahan masalah topik I sebaiknya diberikan latihan terlebih dahulu, maka dilakukan pengembangan program (Gambar 3.2) selanjutnya terhadap program tersebut dilakukan uji coba yang ke II pada mahasiswa kesehatan masyarakat angkatan 2008/2009. Hasil uji coba dianalisis selanjutnya setelah mendapat masukan dari pakar program dikembangkan, dievaluasi dan dilakukan beberapa perbaikan terutama pada sintak pembelajaran dan teknis pelaksanaan diskusi kelompok. Program tersebut selanjutnya diimplementasikan.

6. Implementasi

Implementasi dilakukan setelah program yang direvisi dan diuji coba I dan II, setelah hasilnya dikonsultasikan kepada ahli maka program tersebut diimplementasikan kepada mahasiswa keperawatan (90 orang, 45 orang sebagai kelompok perlakuan, 45 orang sebagai kontrol). Masalah yang diberikan untuk topik adalah pertumbuhan adan perkembangbiakan mikroba. Topik II mikroflora normal dan mikroba klinis serta topik III tentang bahan antimikroba. Kegiatan praktikum dilakukan setiap selesai kegiatan pemecahan masalah, data yang diperoleh selanjutnya ditabulasi serta dianalisis.


(32)

G.Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data deskriptif yang menggambarkan kondisi subyek penelitian yang menjadi dasar pengembangan program. Data tersebut berupa hasil angket, observasi, rubrik dan wawancara berkaitan dengan keterampilan memecahkan masalah, minat belajar mahasiswa, tanggapan dan pendapat mahasiswa serta indikator kinerja praktikum. Kemudian data kualitatif dianalisis secara deskriptif, untuk pemecahan masalah kemampuan memecahkan masalah dikriteriakan berdasar skor, untuk minat belajar mahasiswa dianalisis dengan menghitung skor rata-rata minat, rentang skala dihitung dari skor ideal tertinggi dikurangi skor ideal terendah dan didiintervalkan. Sedangkan untuk tanggapan mahasiswa hasil skor di klasifikasikan atas tanggapan positif atau negatif. (Lampiran 2.6)

Data kuantitatif terdiri dari hasil tes untuk melihat efektivitas pembelajaran dengan membandingkan hasil sebelum dan sesudah penerapan program pembelajaran, terhadap data tersebut dilakukan uji normalitas hasil tes belajar untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak, menggunakan uji Liliefors significance correction dari Kolmogrov-Sminov. Perkuliahan dinyatakan efektif jika hasil belajar signifikan dan menunjukkan hasil yang lebih baik. Dilakukan uji Mann whitney dengan menggunakan fasilitas program statistik ”SPSS versi 10 (Statistical Product and Service Solution) dalam bentuk software.

Untuk menentukan pencapaian hasil belajar skor penguasaan konsep dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial. Persentase gain ternormalisasi setiap mahasiswa pada masing-masing kelompok dihitung dengan rumus :


(33)

(Spost – Spre)

% g = x 100 (Smax – Spre)

Keterangan : % g = persentase gain ternormalisasi, Spost = skor tes akhir,

Spre = skor tes awal dan Smax = skor maksimum

Rumus di atas merupakan modifikasi dari rumus yang diturunkan oleh Hake (Savinainem & Scott, 2002). Selanjutnya, dikategorikan berdasar kriteria peningkatan atau perolehan hasil pemahaman konsep ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kriteria Peningkatan atau Perolehan Pemahaman Konsep Hake ( Savinainem & Scott, 2002)

No. g (%) Kategori

1. 0 – 30 Rendah

2. 31– 70 Sedang


(34)

125 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Pembelajaran berbasis masalah mata kuliah mikrobiologi ternyata dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap masalah-masalah klinis yang ada di sekitar serta diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa STIKes. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan :

Karakteristik perkuliahan mikrobiologi dengan program PBM untuk meningkatkan kompetensi terdiri dari a) masalah klinis yang ada di sekitar kita dan sering dijumpai untuk dipecahkan. b) pertanyaan yang berkaitan dengan kasus klinis membantu mahasiswa dalam mengintegrasikan beberapa mata kuliah yang terkait, c) topik yang dibahas mengenai penyakit akibat infeksi mikroba, d) dengan diskusi kelompok serta praktikum meningkatkan keterampilan kemampuan memecahkan masalah dan lebih aktif berdiskusi

Perkuliahan mikrobiologi berdasarkan program PBM dengan latihan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa akan terjadinya infeksi dan upaya pencegahan terjadinya penyakit akibat infeksi efektif dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa STIKes sesuai dengan yang dituntut profesinya serta dapat meningkatkan hasil belajar terlihat dari nilai Ngain 25,90 % dengan kategori rendah. Dari hasil belajar yang menunjukkan perbedaan signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Program PBM dengan latihan dapat meningkatkan minat belajar mahasiswa terhadap mata kuliah mikrobiologi cukup baik. Minat tersebut meningkat seiring pengalaman belajar, hasil pemecahan masalah pada topik skenario dalam LKMBM I cukup, LKMBM II baik dan dengan LKMBM III baik dan sebagian menyatakan


(35)

sangat baik.

Mahasiswa menanggapi positif program pembelajaran yang dikembangkan, terlihat sangat berhasil mendorong mahasiswa untuk lebih aktif baik berdiskusi sesama teman maupun aktif bertanya kepada dosen, mampu memecahkan masalah yang didiskusikan dalam kelompoknya. Bahkan dengan pembelajaran berbasis masalah mahasiswa memberi tanggapan dapat membimbing mereka untuk lebih memahami mengenai materi mikrobiologi.

Keunggulan dari PBM dengan latihan antara lain dapat terintegrasinya pengetahuan dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi sedangkan kelemahannya bahwa dengan PBM memerlukan waktu yang banyak serta kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh implikasi bahwa penerapan program PBM dengan latihan pada mata kuliah mikrobiologi terbukti berhasil meningkatkan pembelajaran baik dilihat dari sisi proses maupun dari hasil pembelajaran. Dari sisi proses, penerapan pembelajaran berbasis masalah telah berhasil meningkatkan motivasi mahasiswa, keterlibatan aktif mahasiswa, meningkatkan suasana belajar yang kondusif, menarik dan menyenangkan, mahasiswa lebih mudah dalam memahami dan menguasai kompetensi yang dituntut sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

PBM dengan latihan yang telah dilaksanakan hendaknya secara kontinyu diterapkan pada materi kuliah lainnya. Hal ini selain bertujuan untuk meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran, juga dapat meningkatkan kemampuan


(36)

127 berpikir mahasiswa. Selain itu, penguasaan kelas dosen dan tutor pada saat membimbing diskusi kelas sangat diperlukan untuk memotivasi kemampuan komunikasi antar mahasiswa, sehingga pertanyaan dan jawaban mahasiswa akan lebih berkembang. Pemerataan pertanyaan saat diskusi sebagai upaya menghidupkan suasana juga diperlukan untuk mengaktifkan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan maupun berpendapat.

Melalui PBM dengan latihan membuat mahasiswa menjadi lebih berpengalaman dalam memecahkan masalah sebenarnya di dunia nyata , mempunyai gambaran mengenai kasus klinis yang ada di sekeliling mereka dan membantu meningkatkan motivasi untuk lebih aktif dalam mengemukakan pendapat.

Selain bertujuan untuk menciptakan pembelajaran mikrobiologi yang lebih menyenangkan, upaya ini juga ditujukan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Melalui program PBM dengan latihan pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari hari sehingga mahasiswa lebih mudah memahami materi perkuliahan. Pengkaitan isi mata kuliah dan masalah yang akan didiskusikan dalam kegiatan perkuliahan adalah mengenai kejadian di lingkungan sekitar kehidupan nyata akan membuat pembelajaran lebih bermakna (meaning learning) karena mahasiswa mengetahui perkuliahan di kelas bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan kerja kelak.

Belajar mikrobiologi bukan hanya berhadapan dengan teori dan konsep saja, melainkan harus melakukan sesuatu, mengetahui, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran mikrobiologi. Hal ini akan lebih dipahami apabila


(37)

masalah-masalah klinis yang ada di sekitar kehidupan kita yang dijadikan bahan skenario dalam diskusi pemecahan masalah.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat direkomendasikan bagi berbagai pihak: 1. Bagi Institusi

Institusi dalam hal ini adalah sekolah-sekolah tinggi kesehatan atau satuan pendidikan lain. Institusi harus mendukung pelaksanaan program PBM antara lain: (a) mempersiapkan sarana perkuliahan, perpustakaan, dan alat-alat laboratorium; (b) Karena heterogen asal sekolah menengah yang ditempuh mahasiswa sebelum perkuliahan dimulai sebaiknya dilakukan matrikulasi terlebih dahulu dan menjamin keterlaksanaan perkuliahan dengan mengganti kuliah yang tak terselenggara dan bila mana diperlukan membentuk tim dosen pengampu mata kuliah; (c) menyediakan fasilitator/tutor perkuliahan; (d) mempersiapkan sarana jaringan komputer dan (e) merekam kehadiran perkuliahan mahasiswa dalam database sehingga informasinya dapat digunakan untuk evaluasi pelaksanaan mata kuliah ber-PBM dengan latihan. 2. Bagi Dosen dan Asisten Perkuliahan (Fasilitator)

Dalam pelaksanaan program PBM, peran dosen dan asisten/tutor adalah sebagai fasilitator pembelajaran dan membangun komunitas pembelajaran. Pertama, dosen mempersiapkan skenario yang akan dibahas pada tiap sesi dan mengatur silabus mata kuliah dalam format Satuan Acara Perkuliahan (SAP), Jumlah sesi disesuaikan dengan cakupan materi, output, dan outcome dari perkuliahan. Kedua, secara bertahap dosen mempersiapkan materi perkuliahan dalam bentuk hand out dan memberikan beberapa sumber antara lain buku


(38)

129 referensi dan link website. Ketiga, sebagai fasilitator, dosen mendorong para mahasiswa untuk mengekplorasi pengetahuan yang telah mereka miliki dan menentukan pengetahuan yang diperlukan selanjutnya. Dosen umumnya diharapkan untuk menahan diri tidak memberikan informasi terutama berkaitan dengan skenario masalah, sebaliknya mendorong dilakukannya diskusi dan pembelajaran antar para mahasiswa. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah: (1) melakukan klarifikasi (misal terhadap perspektif yang muncul dalam diskusi); (2) mendorong pemikiran yang divergen (misalnya, adakah kemungkinan solusi yang lain ?); (3) meletakkan permasalahan sesuai konteks (misalnya, apakah isu yang dibahas mengingatkan dosen pada berbagai informasi lain yang telah teridentifikasi sebelumnya?); (4) membuat urutan prioritas (misalnya apakah berbagai informasi yang telah diidentifikasi dapat diurutkan sesuai relevansinya terhadap permasalahan?) dan (5) memandu diskusi (misalnya apakah ada kemajuan dalam diskusi, kalau tidak, identifikasi apa saja yang salah dan kembalikan diskusi pada tujuan yang semula). Keempat, sebagai evaluator. dosen tetap bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian tujuan perkuliahan. Walaupun peran dosen tidak lagi dominan dalam pelaksanaan perkuliahan dengan program PBM, namun untuk itu secara berkelanjutan dosen perlu mengevaluasi pelaksanaan perkuliahan dan melakukan perbaikan segera bilamana diperlukan baik dari sisi kontent maupun proses.


(39)

3. Bagi Mahasiswa

Peran mahasiswa secara umum dalam perkuliahan dengan program PBM adalah mempersiapkan diri untuk belajar dan bekerja secara kelompok serta berperan aktif dalam kuliah. Peran serta mahasiswa yang dimaksud adalah seperti menghadiri dan mengikuti keseluruhan perkuliahan dan tidak diperkenankan mengganti mata kuliah disaat mata kuliah tersebut sedang berjalan terutama saat pelaksanaan diskusi kelompok dalam rangka pemecahan masalah dan presentasi.


(40)

131 DAFTAR PUSTAKA

Adnyana. P. B. (2004). Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Biologi, Makalah Disampaikan pada Seminar Lokakarya FPMIPA, IKIP Negeri Singaraja dengan Tema Pembelajaran Kontekstual dalam Rangka Implementasi KBK Tanggal 27 Nopember 2004.

Akinoglu, O. & Tandogan, R. O. (2007). ”The effects of problem-based active learning in Science Education on students’ academic achievement, attitude and concept learning.” Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3.(1), 71-81.

Allen, Duch, B. J., & Groh, S. E. (1996). “The power of problem-based learning in teaching Introductory Science courses”. New Direction for Teaching and Learning, 68, 43-51.

Arends, R. I. (1998). Learning to Teach. Singapore: Mc Graw-Hill Book Company Barrett, T. (2005). Handbook of Enquiry & Problem Based Learning. Barrett, T.,

Mac Labhrainn, I., Fallon, H. (Eds). Galway: CELT. [Online]. Tersedia http://www.nuigalway.ie/celt/pblbook.

Barrows, H. S. (1988). The Tutorial Process, Springfield: Southern Illinois University School of Medicine

---. (1996). Problem-based learning in Medicine beyond: A brief overview. New Direction for Teaching and Learning, 68, 3-12

Bevis, E. O & Watson, J. (1989). Toward a caring curricullum: A New pedagogy for Nursing. New York: National League for Nursing.

Boud, D. & Feletti, G. I. (1991). The Challenge of Problem- based Learning. New York: Martin Press.

Bruner, J. (1977). The Process of Education. Cambridge : Harvard University Press. Clarke, R. M,. (1984). ”Student perception of the learning environment in a New

Medical School”. Medical Education. 18. 321-325.

Copper, M. M. (1995). Cooperative Learning. Journal of Chemical Education 2, 162-164.


(41)

Creswell, J. W. (1994). ”Research Design: Qualitatif and Quantitative Approaches. California: Sage Publications Inc.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depkes. R.I (2009). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatn 2005 – 2025.

Dewey, J. (1983). ”The School and Society”. Dworkin (Ed.). Dewey on Education. New York: Teachers College Press.

Djafar , M. (2009). Standar Kompetensi tenaga Kesehatan dalam Rangka Pengembangan Kualitas Disnakes. Analisis Kesehatan Indonesia Group Depkes.

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta

Dent, J.A. & Harden, R.M. (2005). A Practical Guide For Medical Teacher. Second Edition. St Louis: Elsevier Churchill Livingstone.

Dougherty, R. C., Bowen, C. W., Rees, T. B. W., Melion, E. K., & Pulliam, E. (1995). ”Cooperative learning and enhanced communication. Journal of Chemical Education 72, (9), 793-797.

Duch, B. J. (1996). Problem-based learning in Physics: The power of students teaching students, Jurnal of Culinary Science Technology, Maret/April, 326-329.

Duch,B.J., Groh, S.E., and Allen, D.E. (2001). The Power of Problem-Based Learning A Practical “How To“ For Teaching Undergraduate Course in Any Disipline. Virginia: Stylus Publishing

Edwards. M. S. (2006). A Problem-based learning approach to incorporating nutrition into the medical curruculum. Medical Education Online 11(10)., tersedia dalam http://www.med-ed-online.org. (Maret 14, 2007)

Fogarty, R. (1997). Problem-based learning and Multiple intelligences classroom. Melbourne: Hawker Brownlow Education.

Gagne, R. M. (1989). Essentials of learning for instruction. New York: Holt Renihart and Winston.

Gallagher, S., Stepien, W. J., Sher, B. T. & Workman, D. (1995). Implementing Problem-Based Learning in Science Classrooms, School Science and Mathematics, 95, (3), 136-146.


(42)

133 Gerhard, M. (1971). Effective Teaching Strategies with the Behavioral Outcomes

Approach. New York: Parker Publishing Company, Inc.

Gijselaers, W. H. (1996). ”Connecting problem-based learning with Educational theory. New Direction for Teaching and Learning, 60, 13-21.

Hasan, S. H. (2002) Kurikulum berbasis kompetensi berdasarkan SK Mendiknas 232/U/200 dan Alternatif pemecahannya. Disampaikan pada Seminar Nasional Kurikulum berbasis kompetensi. FMIPA UNY 11 Mei 2002 di Yogyakarta Heller, P. (1992). Teaching problem solving through coperative gruoping part , group

and individual problem solving. American Journal of Physics. April. 167-179 Ibrahim, M. dan Nur, M. (2004). Pengajaran berbasis masalah, Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya Press, 5-7

Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1993). Perencanaan pengajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Jhonson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning, California: Corwin Press,. Johnson, D. & Johnson, R. (1991). ”So What’s New about Cooperative learning in

Science”. Cooperative Learning, 11, 2-3.

John, C. F. (2006). ”Self, Peer and Tutor assessments of MSN Competensies Using the PBL – Evaluator”. Journal of Nursing Education. 45, (1), 25-31.

Kyllen, R. (1998). Effective teaching strategies : Lessons from research and practice. Katoomba. NSW: Social Science Press.

Komala, S. (2008). Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Bandung: Sekolah Tinggi Kesehatan Dharma Husada Bandung.

Liu, M (2005). Motivating student through Problem based learning. University of Texas. Tersedia dalam MLiu@mail.utexas.edu

Lobb, D.K, Inman & Butler , RG. (2004). ”Problem-based learning in reproductive physiology”. Journal of Midwifery and Women’s Health, 49, (5), 449-453 Mardapi, (2003). Pola induk pengembangan sistim penilaian. Program Pascasarjana

Universitas Negeri Yogjakarta.

National Research Council. (1996). National science education standards: Observe interact change learn. Washington, DC: National Academy Press


(43)

Isna, N.R. (2009). Performance sistim kesehatan sumber daya manusia. Makalah Kesehatan Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. FK. Universitas Andalas.

Ommundsen, P. (2001). Problem-based learning in biology. [Online]. Tersedia: http://www.saltspring.com/capewest/pbl.htm. [ Juli 3, 2007].

Pierrette. M. N. (2006). Problem-based learning at the faculty of medicine of the Universite de Montreal : A Situated cognition perspective. Medical Education Online, 11(21). tersedia dalam http://www. Med-ed-online.org

Pasaribu, M (2008) Analisis Pelaksanaan SOP pemasangan infuse terhadap kejadian Plebitis di Rumah sakit Haji Medan. SPS Universitas Sumatera Utara Medan. Prideaux. D. (2007). Curruculum development in Medical Education from acronyms

to dynamism. Teaching and Teacher Education, 23. 294-302

Redhana, I W. & Simamora, M. (2007). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan LKM untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa. Laporan Penelitian DIKTI. Tidak Diterbitkan

Rideout. E. (2001). Transforming Nursing Education Through Problem-Based Learning. : Boston: John and Barlett publisher.

Rustaman, N. (2000). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi. Makalah disampaikan dalam workshop MGMP. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI.

Savinainen, A. & Scott, P. (2002). “The Force Concept Inventory: A Tool for Monitoring Student Learning.” Physics Education. 39,(1), 45-52.

Savoi, J. M. & Hughes, A. S. (1994). “Problem-based learning As Classroom Solution” in Educational Leadership. 54-57

Stiggins, R.J. (1994). Student-centered Classroom Assessment. New York: Mcmillan College Publishing Company.

Suci, N.M. (2008) Penerapan model problem-based learning untuk meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar mahasiswa Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan UNDIKSHA

Sukmadinata, N. S. (2002) Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Makalah PPS-UPI.


(44)

135 Tietjen, L. (2004). Panduan pencegahan infeksi : Untuk fasilitas pelayanan

kesehatan dengan sumber daya terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. L. (1974). Instructional development for training teacher of exceptional children. Minnesota: Indiana University. Vygotsky, L. (1978). Interaction between learning and development From: Mind and

sociaty. Reprint in: Reading on the Development of Children. New York: W. H. Freeman and Company.

White, H. B. (1996). Tries problem-based learning: A Case. [Online]. Tersedia: http://www.udel.edu/pbl/dancase3.html. [ Juli 3, 2007].

…… . Case (Problem) Based Learning. Diakses dari http://ragilt.org/archives/case-problem-based-learning.html [Februari 10, 2008].

Wulandari, V. (2009). Mikrobiologi massofa.wordpress.com [April 02, 2008].

Zainuddin, M. (1996). "Panduan Praktikum". dalam mengajar di Perguruan Tinggi. bagian empat. Program Applied Approach. Jakarta: PAU-PPAI. Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Zulharman. (2007). Problem- based learning (PBL). Diakses dari

http://zulharman79.wordpress.com/2007/07/15/problem-based-learning-pbl/ [Februari 10, 2008].


(1)

3. Bagi Mahasiswa

Peran mahasiswa secara umum dalam perkuliahan dengan program PBM adalah mempersiapkan diri untuk belajar dan bekerja secara kelompok serta berperan aktif dalam kuliah. Peran serta mahasiswa yang dimaksud adalah seperti menghadiri dan mengikuti keseluruhan perkuliahan dan tidak diperkenankan mengganti mata kuliah disaat mata kuliah tersebut sedang berjalan terutama saat pelaksanaan diskusi kelompok dalam rangka pemecahan masalah dan presentasi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana. P. B. (2004). Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Biologi, Makalah Disampaikan pada Seminar Lokakarya FPMIPA, IKIP Negeri Singaraja dengan Tema Pembelajaran Kontekstual dalam Rangka Implementasi KBK Tanggal 27 Nopember 2004.

Akinoglu, O. & Tandogan, R. O. (2007). ”The effects of problem-based active learning in Science Education on students’ academic achievement, attitude and concept learning.” Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3.(1), 71-81.

Allen, Duch, B. J., & Groh, S. E. (1996). “The power of problem-based learning in teaching Introductory Science courses”. New Direction for Teaching and Learning, 68, 43-51.

Arends, R. I. (1998). Learning to Teach. Singapore: Mc Graw-Hill Book Company Barrett, T. (2005). Handbook of Enquiry & Problem Based Learning. Barrett, T.,

Mac Labhrainn, I., Fallon, H. (Eds). Galway: CELT. [Online]. Tersedia http://www.nuigalway.ie/celt/pblbook.

Barrows, H. S. (1988). The Tutorial Process, Springfield: Southern Illinois University School of Medicine

---. (1996). Problem-based learning in Medicine beyond: A brief overview. New Direction for Teaching and Learning, 68, 3-12

Bevis, E. O & Watson, J. (1989). Toward a caring curricullum: A New pedagogy for Nursing. New York: National League for Nursing.

Boud, D. & Feletti, G. I. (1991). The Challenge of Problem- based Learning. New York: Martin Press.

Bruner, J. (1977). The Process of Education. Cambridge : Harvard University Press.

Clarke, R. M,. (1984). ”Student perception of the learning environment in a New Medical School”. Medical Education. 18. 321-325.

Copper, M. M. (1995). Cooperative Learning. Journal of Chemical Education 2, 162-164.


(3)

Creswell, J. W. (1994). ”Research Design: Qualitatif and Quantitative Approaches. California: Sage Publications Inc.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depkes. R.I (2009). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatn 2005 – 2025.

Dewey, J. (1983). ”The School and Society”. Dworkin (Ed.). Dewey on Education. New York: Teachers College Press.

Djafar , M. (2009). Standar Kompetensi tenaga Kesehatan dalam Rangka Pengembangan Kualitas Disnakes. Analisis Kesehatan Indonesia Group Depkes.

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta

Dent, J.A. & Harden, R.M. (2005). A Practical Guide For Medical Teacher. Second Edition. St Louis: Elsevier Churchill Livingstone.

Dougherty, R. C., Bowen, C. W., Rees, T. B. W., Melion, E. K., & Pulliam, E. (1995). ”Cooperative learning and enhanced communication. Journal of Chemical Education 72, (9), 793-797.

Duch, B. J. (1996). Problem-based learning in Physics: The power of students teaching students, Jurnal of Culinary Science Technology, Maret/April, 326-329.

Duch,B.J., Groh, S.E., and Allen, D.E. (2001). The Power of Problem-Based Learning A Practical “How To“ For Teaching Undergraduate Course in Any Disipline. Virginia: Stylus Publishing

Edwards. M. S. (2006). A Problem-based learning approach to incorporating nutrition into the medical curruculum. Medical Education Online 11(10)., tersedia dalam http://www.med-ed-online.org. (Maret 14, 2007)

Fogarty, R. (1997). Problem-based learning and Multiple intelligences classroom. Melbourne: Hawker Brownlow Education.

Gagne, R. M. (1989). Essentials of learning for instruction. New York: Holt Renihart and Winston.

Gallagher, S., Stepien, W. J., Sher, B. T. & Workman, D. (1995). Implementing Problem-Based Learning in Science Classrooms, School Science and Mathematics, 95, (3), 136-146.


(4)

Gerhard, M. (1971). Effective Teaching Strategies with the Behavioral Outcomes Approach. New York: Parker Publishing Company, Inc.

Gijselaers, W. H. (1996). ”Connecting problem-based learning with Educational theory. New Direction for Teaching and Learning, 60, 13-21.

Hasan, S. H. (2002) Kurikulum berbasis kompetensi berdasarkan SK Mendiknas 232/U/200 dan Alternatif pemecahannya. Disampaikan pada Seminar Nasional Kurikulum berbasis kompetensi. FMIPA UNY 11 Mei 2002 di Yogyakarta Heller, P. (1992). Teaching problem solving through coperative gruoping part , group

and individual problem solving. American Journal of Physics. April. 167-179 Ibrahim, M. dan Nur, M. (2004). Pengajaran berbasis masalah, Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya Press, 5-7

Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1993). Perencanaan pengajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Jhonson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning, California: Corwin Press,. Johnson, D. & Johnson, R. (1991). ”So What’s New about Cooperative learning in

Science”. Cooperative Learning, 11, 2-3.

John, C. F. (2006). ”Self, Peer and Tutor assessments of MSN Competensies Using the PBL – Evaluator”. Journal of Nursing Education. 45, (1), 25-31.

Kyllen, R. (1998). Effective teaching strategies : Lessons from research and practice. Katoomba. NSW: Social Science Press.

Komala, S. (2008). Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Bandung: Sekolah Tinggi Kesehatan Dharma Husada Bandung.

Liu, M (2005). Motivating student through Problem based learning. University of Texas. Tersedia dalam MLiu@mail.utexas.edu

Lobb, D.K, Inman & Butler , RG. (2004). ”Problem-based learning in reproductive physiology”. Journal of Midwifery and Women’s Health, 49, (5), 449-453 Mardapi, (2003). Pola induk pengembangan sistim penilaian. Program Pascasarjana

Universitas Negeri Yogjakarta.

National Research Council. (1996). National science education standards: Observe interact change learn. Washington, DC: National Academy Press


(5)

Isna, N.R. (2009). Performance sistim kesehatan sumber daya manusia. Makalah Kesehatan Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. FK. Universitas Andalas.

Ommundsen, P. (2001). Problem-based learning in biology. [Online]. Tersedia: http://www.saltspring.com/capewest/pbl.htm. [ Juli 3, 2007].

Pierrette. M. N. (2006). Problem-based learning at the faculty of medicine of the Universite de Montreal : A Situated cognition perspective. Medical Education Online, 11(21). tersedia dalam http://www. Med-ed-online.org

Pasaribu, M (2008) Analisis Pelaksanaan SOP pemasangan infuse terhadap kejadian Plebitis di Rumah sakit Haji Medan. SPS Universitas Sumatera Utara Medan. Prideaux. D. (2007). Curruculum development in Medical Education from acronyms

to dynamism. Teaching and Teacher Education, 23. 294-302

Redhana, I W. & Simamora, M. (2007). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan LKM untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa. Laporan Penelitian DIKTI. Tidak Diterbitkan

Rideout. E. (2001). Transforming Nursing Education Through Problem-Based Learning. : Boston: John and Barlett publisher.

Rustaman, N. (2000). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi. Makalah disampaikan dalam workshop MGMP. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI.

Savinainen, A. & Scott, P. (2002). “The Force Concept Inventory: A Tool for Monitoring Student Learning.” Physics Education. 39,(1), 45-52.

Savoi, J. M. & Hughes, A. S. (1994). “Problem-based learning As Classroom Solution” in Educational Leadership. 54-57

Stiggins, R.J. (1994). Student-centered Classroom Assessment. New York: Mcmillan College Publishing Company.

Suci, N.M. (2008) Penerapan model problem-based learning untuk meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar mahasiswa Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan UNDIKSHA

Sukmadinata, N. S. (2002) Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Makalah PPS-UPI.


(6)

Tietjen, L. (2004). Panduan pencegahan infeksi : Untuk fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. L. (1974). Instructional development for training teacher of exceptional children. Minnesota: Indiana University. Vygotsky, L. (1978). Interaction between learning and development From: Mind and

sociaty. Reprint in: Reading on the Development of Children. New York: W. H. Freeman and Company.

White, H. B. (1996). Tries problem-based learning: A Case. [Online]. Tersedia: http://www.udel.edu/pbl/dancase3.html. [ Juli 3, 2007].

…… . Case (Problem) Based Learning. Diakses dari http://ragilt.org/archives/case-problem-based-learning.html [Februari 10, 2008].

Wulandari, V. (2009). Mikrobiologi massofa.wordpress.com [April 02, 2008]. Zainuddin, M. (1996). "Panduan Praktikum". dalam mengajar di Perguruan Tinggi.

bagian empat. Program Applied Approach. Jakarta: PAU-PPAI. Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Zulharman. (2007). Problem- based learning (PBL). Diakses dari

http://zulharman79.wordpress.com/2007/07/15/problem-based-learning-pbl/ [Februari 10, 2008].