PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA MENGAJAR GURU, FASILITAS BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP MUTU SEKOLAH : Studi Pada Sma Terakreditasi A Di Kota Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1. Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined.

2. Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Struktur Organisasi Penulisan ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Peningkatan Mutu Sekolah dalam Konteks Administrasi Pendidikan Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Mutu ... Error! Bookmark not defined.

2. Konsep Penjaminan Mutu (Quality Assurance) .... Error! Bookmark not defined.

3. Tujuan Penjaminan Mutu ... Error! Bookmark not defined.

4. Manajemen Mutu Sekolah Dengan Sistem Penjaminan Mutu ... Error! Bookmark not defined.

5. Problematika Manajemen Mutu Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

6. Mutu Sekolah Dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

a. Pengertian Sekolah Bermutu ... Error! Bookmark not defined.

b. Ciri Sekolah Bermutu ... Error! Bookmark not defined.


(2)

d. Indikator Mutu Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

B. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined.

2. Jenis Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined.

3. Fungsi Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined.

4. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

5. Tugas Dan Fungsi Kepala Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

C. Kinerja Mengajar Guru ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Kinerja ... Error! Bookmark not defined.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... Error! Bookmark not defined.

3. Penilaian kinerja ... Error! Bookmark not defined.

4. Indikator Kinerja Mengajar Guru ... Error! Bookmark not defined.

D. Fasilitas Belajar ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Fasilitas Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2. Ruang Lingkup Fasilitas Belajar ... Error! Bookmark not defined.

3. Pengelolaan Fasilitas ... Error! Bookmark not defined.

E. Lingkungan Belajar ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Lingkungan Belajar ... Error! Bookmark not defined.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Belajar ... Error! Bookmark not defined.

a. Iklim Kelas ... Error! Bookmark not defined.

b. Dinamika Kelas... Error! Bookmark not defined.

3. Dimensi Lingkungan Belajar ... Error! Bookmark not defined.

4. Organisasi Kelas ... Error! Bookmark not defined.

F. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.

G. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

A. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.

B. Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.

C. Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(3)

1. Penentuan Alat Pengumpul Data ... Error! Bookmark not defined.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data ... Error! Bookmark not defined.

3. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Variabel ... Error! Bookmark not defined.

4. Menguji Validitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

F. Uji Normalitas dan Uji Linieritas Data ... Error! Bookmark not defined.

1. Hasil Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

2. Uji Linieritas ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Deskripsi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah .... Error! Bookmark not defined.

2. Deskripsi Variabel Kinerja Mengajar Guru ... Error! Bookmark not defined.

3. Deskripsi Variabel Fasilitas Belajar ... Error! Bookmark not defined.

4. Deskripsi Variabel Lingkungan Belajar .. Error! Bookmark not defined.

B. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengujian Hipotesis 1 ... Error! Bookmark not defined.

2. Pengujian Hipotesis 2 ... Error! Bookmark not defined.

3. Pengujian Hipotesis 3 ... Error! Bookmark not defined.

4. Pengujian Hipotesis 4 ... Error! Bookmark not defined.

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

2. Kinerja Mengajar Guru ... Error! Bookmark not defined.

3. Fasilitas Belajar ... Error! Bookmark not defined.

4. Lingkungan Belajar ... Error! Bookmark not defined.

5. Mutu Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

D. Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah ... Error! Bookmark not defined.

1. Rasional ... Error! Bookmark not defined.

2. Tujuan ... Error! Bookmark not defined.

3. Asumsi ... Error! Bookmark not defined.

4. Struktur dan Substansi Model ... Error! Bookmark not defined.


(4)

6. Prasyarat Implementasi Model ... Error! Bookmark not defined.

7. Indikator Keberhasilan Model ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI . Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.


(5)

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pertumbuhan dan pengembangan pendidikan masyarakatnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sering diibaratkan sebagai lambang kekuatan, kewibawaan, dan kebesaran dari suatu bangsa. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kebutuhan asasi manusia. Hal ini sudah diamanatkan dalam Pasal 31 UUD 1945 disebutkan bahwa: (1) setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang; (4) negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; (5) pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Dalam kerangka penyelenggaraan pendidikan nasional, pemerintah telah merancang sebuah sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam


(7)

Undang-nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Terdapat tiga pilar kebijakan pendidikan yang hendak dicapai dari sistem pendidikan nasional, yaitu: (1) pemerataan dan perluasan akses; (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; (3) peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik yang terkait dengan efisiensi manajemen pendidikan. Terkait aspek pemerataan dan perluasan akses sampai tahun 2004, rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas baru mencapai 7,2 tahun. Sementara angka melek aksara penduduk usia 15 tahun keatas baru mencapai 90,45% (BPS, 2004) dan Angka Partsipasi Sekolah (APS) penduduk usia SLTA 53,48% (BPS, 2004).

Berkaitan dengan mutu pendidikan ada 4 aspek yang dinilai masih menjadi persoalan dan harus mendapatkan perhatian (Diknas, 2004): (1) ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan serta kesejahteraannya yang belum memadai baik secara kuantitas maupun kualitas; (2) prasarana dan sarana belajar yang terbatas dan belum didayagunakan secara optimal; (3) pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran; (4) proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif. Rendahnya keempat aspek tersebut diatas dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa.


(8)

Prestasi belajar siswa menjadi indikator mutu sekolah. Prestasi belajar siswa bukan hanya menyangkut aspek akademik maupun non akademik, tetapi termasuk aspek hardskill, softskill maupun lifeskill dan berdasarkan kebijakan pemerintah ditunjukkan pula oleh nilai ketercapaian standar kelulusan siswa sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Apabila membandingkan mutu pendidikan Indonesia dengan mutu pendidikan negara-negara lain, mutu pendidikan Indonesia sangat jauh tertinggal. Laporan the International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA), sebuah lembaga internasional yang berpusat di Amsterdam didirikan tahun 1959 dengan keanggotaan 50 negara, menyimpulkan bahwa nilai keterampilan membaca, matematika, dan sains siswa Indonesia jauh tertinggal dibanding negara-negara lain dan berada dalam urutan terbawah (Bahrul Hayat, 2010: 7).

Menurut survei Political and Risk Consultant (PERC) mutu pendidikan Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam (Borneonews, 5 September 2011). Survei tahun 2007 yang dilakukan World Competitiveness Year Book melaporkan, bahwa daya saing pendidikan Indonesia berada pada urutan ke 53 dari 55 negara yang disurvei. Hal ini membuktikan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah dibanding negara-negara lain.

Harian Sindo melaporkan terjadinya penurunan mutu sekolah di beberapa kota besar berdasarkan hasil UN SMA 2011 (Harian Sindo: Rabu, 25


(9)

Mei 2011). Dalam skala regional rendahnya mutu sekolah, khususnya SMA di Provinsi Jawa Barat ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Perkembangan Rata-Rata Ujian Akhir SMA Provinsi Jawa Barat

No. Tahun Pelajaran Rata-rata UAN

1. 2004/2005 5,39

2. 2005/2006 5,28

3. 2006/2007 6,28

4. 2007/2008 7,07

5 2008/2009 7,71

6 2009/2010 7,05

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat 2010

Data tersebut menunjukkan, bahwa nilai rata-rata Ujian Akhir Nasional siswa SMA di Propinsi Jawa Barat masih perlu ditingkatkan, karena masih terdapat di bawah standar nilai yang telah ditetapkan oleh pihak pemerintah.

Rendahnya mutu sekolah ternyata bukan hanya pada rendahnya nilai akademik siswa yang dibuktikan dengan rendahnya nilai ujian nasional, tetapi juga tampak pada rendahnya ranah afektif yang ditandai dengan rendahnya nilai kepribadian, sikap dan perilaku peserta didik, seolah terjadi adanya pergeseran tatanan kehidupan keseharian pada peserta didik, serta rendahnya ranah psikomotorik, dimana aktivitas peserta didik lebih tertuju pada aspek kehidupan yang menyenangkan menurut dirinya dibandingkan dengan rasa butuh terhadap proses belajar. Permasalahan tersebut, harus disikapi segera oleh pihak sekolah.

Data lain yang menunjang terhadap masih rendahnya mutu sekolah diantaranya seperti tercantum pada tabel di bawah ini:


(10)

Tabel 1.2

Hasil Evaluasi Mutu Sekolah Kota Bandung

No Komponen yang Dievaluasi Hasil Evaluasi

(Efektivitas (%)) Keterangan

1 Rata-rata Hasil Ujian nasional 61,8% Belum Optimal

2 Kompetensi Guru 64,3% Belum Optimal

3 Kompetensi Kepala Sekolah 65,1% Belum Optimal

4 Kreativitas Guru 55,3% Belum Optimal

5 Kreativitas Kepala Sekolah 64,1% Belum Optimal

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Bandung 2011

Data tersebut menunjukkan, bahwa mutu lulusan jika dilihat pada aspek kognitif dari hasil ujian nasional hanya mencapai 61,8%, menunjukan angka yang sangat riskan. Begitu pula dengan kompetensi kepala sekolah dan juga kompetensi guru.

Berangkat dari permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh dengan mengangkat judul penelitian: “Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Fasilitas Belajar dan Lingkungan Belajar Terhadap Mutu Sekolah (Studi Pada SMA

Terakreditasi A di Kota Bandung)”

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada paparan di atas, maka hakekatnya penelitian ini merupakan kajian yang lebih memfokuskan pada suatu isu sentral, yakni rendahnya mutu sekolah. Kajian tentang faktor-faktor yang berpengaruh pada mutu sekolah penulis gambarkan dalam bentuk Fishbone Analysis. Faktor-faktor


(11)

sekolah, kinerja mengajar guru, fasilitas belajar dan lingkungan belajar (Mortimore, 1991; Shannon & Bysma, 2005; Purkey & Smith, 2008; James M Lipham, 1985; Eric Jensen, 2010; Diknas, 2006).

1. Kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah diartikan sebagai upaya kepala sekolah dalam menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengarahkan, membimbing, menasihati, seluruh sumber daya manusia yang ada di sekolah (guru, staf, siswa) agar mau bekerja untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kepala sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu sekolah. Rendahnya kepemimpinan kepala sekolah dapat mengakibatkan rendahnya mutu sekolah. Hasil evaluasi mutu sekolah Kota Bandung Tahun 2011 menunjukkan, bahwa kompetensi dan kreativitas kepala sekolah Kota Bandung berada pada kategori belum optimal (Disdik Kota Bandung, 2011).

2. Kinerja mengajar guru. Guru merupakan komponen penting di sekolah yang memiliki tugas sebagai pendidik sekaligus pengajar. Guru harus memiliki kualifikasi formal. Berdasarkan UU No 14 Tahun 2005 guru harus memiliki empat kompetensi, yaitu pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Sementara terkait dengan kinerja mengajar guru, maka guru harus memiliki kemampuan dalam membuat dan melaksanakan pra pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, evaluasi/penilaian, tindak lanjut. Data di Jawa Barat tahun 2009 menunjukkan, bahwa dari jumlah guru sebanyak 348.468 orang hanya 45% saja guru yang berijazah S1 (158.520), 0,08% berijazah S2 (3.006) dan 0,004% (17). Selebihnya (54,916%) guru berijazah non-sarjana (Ditjen


(12)

PMPTK (2009). Data sertifikasi guru tahun 2006-2007 menunjukkan bahwa dari kuota 20.806 orang, yang lulus Portofolio hanya 8.706 orang, lulus PLPG 9.655 orang, dan tidak lulus 2.345 orang. Di tahun 2008, dari kuota sertifikasi guru sebanyak 21.534 orang. Lulus Portofolio 10.861 orang, lulus PLPG 9.548, dan tidak lulus sebanyak 1.007 orang. Di tahun 2009, dari kuota nasional 201.102 orang, lulus Portofolio 90.619, lulus PLPG 108.539 orang, dan sisanya tidak lulus (Direktorat Profesi Pendidik dalam http://sertifikasiguru.org). Selama pelaksanaan sertifikasi bergulir dari tahun 2006 sampai 2009, dari total 601.552 guru yang mengikuti sertifikasi, yang lulus portofolio hanya 41,73%. Guru yang tidak lulus portofolio tersebut diwajibkan mengikuti diklat PLPG, dan lulus PLPG 50,33%. Ini berarti masih ada yang tidak lulus 7,94%. Data terbaru yang dirilis Kompas (4 Agustus 2012) dari hasil UKG (uji kompetensi guru) menunjukkan, bahwa dari jumlah guru yang mengikuti UKG sebanyak 373.415 dari TK hingga SMA hanya 10 persen guru yang mendapat nilai diatas 70, sementara nilai rata-rata UKG tergolong rendah hanya 44,5 padahal standar nilai minimal yang ditetapkan pemerintah adalah 70. Apalagi yang diukur dalam UKG bukan hanya kemampuan pedagogi atau metode pengajaran, melainkan juga kapasitas pengetahuan dan pemahaman guru pada bidang lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja mengajar guru masih tergolong rendah.

Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas


(13)

guru sudah dilaksanakan atau belum maka perlu adanya penilaian objektif terhadap kinerja. Penilaian pelaksanaan pekerjaan ini adalah suatu proses yang dipergunakan oleh organisasi untuk menilai pelaksanaan pekerjaan pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya mengadakan penilaian terhadap kinerja merupakan hal yang penting.

Berbicara tentang kinerja guru erat kaitannya dengan standar kinerja yang dijadikan ukuran dalam mengadakan pertanggungjawaban. Penilaian kinerja guru bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan sekolah sesuai dengan standar yang dibakukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi guru sendiri untuk dapat mengetahui kelemahan, kekurangannya sehingga dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kinerjanya.

Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Kinerja guru adalah kemampuan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilihat dari penampilannya dalam melakukan proses belajar mengajar.

3. Fasilitas Belajar. Fasilitas belajar diartikan sebagai semua perangkat yang dibutuhkan guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Dalam Panduan Teknis mengenai analisis kebutuhan sarana penunjang pembelajaran yang dikeluarkan Depdiknas (Direktorat Pembinaan SMA tahun 2009) disebutkan, bahwa fasilitas adalah apa-apa yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Fasilitas ini mencakup sarana yang digunakan guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Fasilitas pendidikan di Indonesia termasuk dalam kategori kurang (rendah).


(14)

Banyaknya berita tentang banyaknya bangunan sekolah yang roboh atau sekolah yang tidak memiliki bangku, sehingga anak-anak belajar dilantai merupakan indikator belum meratanya kelengkapan fasilitas. Padahal fasilitas belajar memiliki signifikansi cukup besar terhadap mutu sekolah belajar (Kompas, 11 September 2012; Pikiran Rakyat, 2 Oktober 2012; Republika, 2 Januari 2012).

4. Faktor lain yang berpengaruh pada mutu sekolah adalah lingkungan belajar. Menurut Frank Holtz (2004), sebagai pendidik, sangat penting bahwa guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang aman bagi semua siswa dan mendukung untuk mencapai keberhasilan akademis mereka. Lingkungan belajar adalah lingkungan dimana proses belajar mengajar berlangsung dan bisa terjadi dimana saja dalam beberapa jenis lingkungan yang dilokalisasi (Eric Jensen, 2010: 12). Setiap lingkungan unik, mengandung banyak sekali event, isyarat, tujuan, proses, dan pemicu yang mempengaruhi pembelajaran. Menurut Eric, satu lingkungan dapat menjadikan seseorang lebih cerdas daripada lingkungan yang lain. Beberapa siswa harus berjuang lebih keras dalam kelas seorang guru dan berkembang mekar di kelas guru yang lain. Lingkungan belajar mempengaruhi siswa secara fisik, kognitif, dan emosional.


(15)

Gambar 1.1

Fishbone Analysis

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah pokok penelitian ini dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, fasilitas belajar dan lingkungan belajar terhadap mutu sekolah pada SMA di Kota Bandung? dimana penelitian ini merupakan studi tentang pengembangan mutu sekolah yang dilakukan secara deksriptif analitik pada keempat variabel penelitian tersebut.

Untuk memudahkan proses pengkajian, maka perumusan masalah pokok tersebut perlu dijabarkan kembali kedalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran empirik kepemimpinan kepala sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ?

KURIKULUM ORGANISASI DAN MANAJEMEN

SEKOLAH PARTISIPASI

MASYARAKAT

SISTEM MANEJEMEN MUTU

FASILITAS

PESERTA DIDIK LINGKUNGAN

BELAJAR

KINERJA GURU

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

PROSES PEMBELAJARAN

MUTU SEKOLAH


(16)

b. Bagaimana gambaran empirik kinerja mengajar guru pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ?

c. Bagaimana gambaran empirik fasilitas sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ?

d. Bagaimana gambaran empirik lingkungan belajar pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ?

e. Bagaimana gambaran empirik mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung

f. Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

g. Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap fasilitas belajar pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

h. Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap lingkungan belajar pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

i. Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, fasilitas belajar, dan lingkungan belajar terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung, secara langsung dan tidak langsung?

1) Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah secara langsung terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?


(17)

2) Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja mengajar guru terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

3) Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui fasilitas belajar terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

4) Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah melalui lingkungan belajar terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui dan menguraikan gambaran mengenai mutu sekolah pada jenjang pendidikan menengah atas melalui studi tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, fasilitas belajar dan lingkungan belajar terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini, adalah untuk mengkaji dan menganalisis tentang: a. Gambaran empirik kepemimpinan kepala sekolah pada Sekolah Menengah

Atas (SMA) di Kota Bandung ?

b. Gambaran empirik kinerja mengajar guru pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ?

c. Gambaran empirik fasilitas sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ?


(18)

d. Gambaran empirik lingkungan belajar pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ?

e. Gambaran empirik mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung

f. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

g. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap fasilitas belajar pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

h. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap lingkungan belajar pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

i. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, fasilitas belajar, dan lingkungan belajar terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung, secara langsung dan tidak langsung?

1) Kepemimpinan kepala sekolah secara langsung terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

2) Kepemimpinan kepala sekolah melalui kinerja mengajar guru berpengaruh terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

3) Kepemimpinan kepala sekolah melalui fasilitas belajar berpengaruh terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?


(19)

4) Kepemimpinan kepala sekolah melalui lingkungan belajar berpengaruh terhadap mutu sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung?

D. Manfaat Penelitian

Besar harapan peneliti, dimana penelitian ini mempunyai kegunaan yang berarti, baik secara praktis ataupun secara teoritis.

1. Kegunaan Secara Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk kajian konsep berkenaan dengan pengaruh beberapa variabel determinatif mutu sekolah, seperti kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, fasilitas belajar, dan lingkungan belajar.

2. Kegunaan Secara Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai informasi dalam upaya peningkatan mutu sekolah, yang dihubungkan dengan variabel kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru, fasilitas belajar, dan lingkungan belajar. Dengan informasi besarnya signifikansi pengaruh semua variabel yang dikaji dalam penelitian ini, diharapkan adanya bukti nyata yang menunjukkan komponen apakah yang harus diutamakan dalam proses perbaikan mutu sekolah.

E. Struktur Organisasi Penulisan

Disertasi ini diuraikan dalam bentuk laporan penelitian disertasi dengan struktur organisasi komponen disertasi yang terdiri dari 5 bab. Kelima bab tersebut ialah Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran,dan


(20)

Hipotesis Penelitian, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi.

Bab I Pendahuluan, membahas tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian, membahas tentang Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian. Bab III Metode Penelitian membahas tentang Metode Penelitian, Definisi Operasional Variabel, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Uji Normalitas dan Uji Linieritas Data, dan Analisis Data Penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan membahas tentang Deskripsi Hasil Penelitian, Pengujian Hipotesis. Model Hipotetik Pengembangan Mutu Sekolah. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi membahas tentang Kesimpulan, dan Rekomendasi.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Metode survei digunakan sebagai teknik penelitian melalui pengamatan langsung terhadap suatu gejala atau pengumpulan informasi melalui pedoman wawancara, kuisioner. Menurut Singarimbun. (1995:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatori atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

Metode survei memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab-akibat tersebut adalah kepemimpinan kepala sekolah (X1), kinerja mengajar guru (X2), fasilitas belajar (X3), lingkungan

belajar (X4) terhadap mutu sekolah (Y) pada SMA di Kota Bandung.

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan positivistik ( Sugiyono, 2006: 8-9), karena berlandaskan pada filsafat positivism. Filsafat positivism memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati,


(22)

terukur, dan hubungan gejala digunakan untuk menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu secara representatif. Proses penelitian ini bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan dengan menggunakan instrumen penelitian. Data yang terkumpul dari lapangan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif atau statistik inferensia sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Umumnya penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan sampel secara random, sehingga kesimpulan dapat digeneralisasikan pada populasi dimana sampel tersebut diambil.

Penelitian kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap objek yang diteliti lebih bersifat sebab akibat, sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan informasi (bukan kedalaman) sehingga cocok digunakan untuk populasi yang luas. Data yang diteliti dapat berupa sampel yang diambil dari populasi dengan teknik probality sampling atau random. Berdasarkan data sampel tersebut, dibuat generalisasi yang berlaku untuk populasi.

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dimaksudkan untuk memberikan pengertian tentang unsur-unsur penelitian serta bagaimana cara pengukuran variabel-variabel.


(23)

Definisi operasional variabel ini menjadi pedoman yang digunakan peneliti tentang bagaimana cara mengukur suatu variabel.

Definisi operasional dari setiap variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mutu Sekolah. Mutu sekolah adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah sesuai rencana yang telah ditetapkan. Mutu sekolah dapat diukur oleh prestasi yang dicapai siswa (Sergiovani, 1987). Prestasi siswa terdiri dari dimensi out put yang indikatornya berupa prestasi akademik, prestasi non akademik, prestasi penunjang akademik, tingkat kelulusan, tingkat drop out, nilai, sikap, serta minat. Sedangkan dimensi out come indikatornya berupa tingkat melanjutkan studi, serapan lapangan kerja (karyawan, swasta, mandiri), serta diterima di perguruan tinggi favorit. Mutu sekolah umumnya dapat dicapai oleh sekolah apabila sekolah memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu: (1) memiliki budaya akademik yang kuat; (2) memiliki kurikulum yang selalu relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) memiliki komunitas sekolah yang selalu menciptakan cara-cara atau teknik belajar untuk belajar yang inovatif; (4) berorientasi pada pengembangan hard knowlegde dan soft knowlegde secara seimbang; (5) proses belajar mengembangkan potensi siswa secara holistik, dan (6) mengembangkan proses pengembangan kemampuan dan kompetensi berkomunikasi siswa secara global.

2. Kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan, dan menuntun


(24)

orang lain dalam proses kerja agar berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan kepala sekolah adalah kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah untuk mempengaruhi serta memberdayakan seluruh komponen sekolah demi tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah akan efektif dalam menjalankan tugas kepemimpinannya apabila memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sesuai Permendiknas No 1 Tahun 2007, yakni kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Kepala sekolah sesungguhnya memiliki tugas dan fungsi dalam mencapai tujuan sekolah. Tugas dan fungsi kepala sekolah, yakni sebagai: (1) edukator; (2) manager; (3) administrator; (4) supervisor; (5) leader; (6) inovator; dan (7) motivator.

Tugas dan fungsi tersebut dalam pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan, karena hal tersebut saling terkait.

3. Kinerja mengajar guru. Kinerja menurut Hasibuan (2005: 94) adalah prestasi kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja mengajar guru adalah prestasi kerja guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran (Supriadi: 2001). Kinerja mengajar guru ditentukan oleh kompetensi gurudalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak. Yang termasuk


(25)

inti pembelajaran, penilaian/evaluasi proses dan hasil belajar, serta penutup/ tindak lanjut.

4. Fasilitas belajar. Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu usaha (Suharsimi Arikunto, 1997: 6). Fasilitas belajar menyangkut sarana yang secara langsung digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini menyangkut semua perangkat, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Fasilitas belajar di sekolah membutuhkan perhatian dari banyak orang karena hal ini berpengaruh pada keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran, terutama dari kepala sekolah. Kepala sekolah hendaknya memperhatikan fasilitas belajar mulai dari kelengkapan, kelayakan, keterpakaian, serta pemeliharaannya (Mulyasa, 2002; Ramdhani, 2012; SGP 2012).

5. Lingkungan belajar. Lingkungan belajar adalah lingkungan dimana proses belajar mengajar berlangsung (Eric Jensen, 2010: 12). Lingkungan belajar adalah lingkungan yang diinginkan / diharapkan agar hasil belajar yang diraih seseorang maksimal (Slamet Priyanto, 2010: 1). Lingkungan belajar berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan dapat meningkatkan keaktifan siswa dan efektivitas belajar. Oleh sebab itu lingkungan belajar perlu di tata. Menata lingkungan belajar erat kaitannya dengan iklim kelas, dinamika kelas, lingkungan fisik kelas ( suhu, cahaya, kebersihan, sirkulasi udara, pengaturan ruangan, dan lain sebagainya), serta organisasi kelas.


(26)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung dengan alasan efisiensi biaya penelitian dan domisili peneliti dengan lokasi cukup memadai.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Setiap penelitian yang dilakukan membutuhkan sumber data yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang sedang diteliti secara objektif. Data ini diperlukan guna memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan penelitian. Sumber data itu adalah populasi. Populasi dalam sebuah penelitian merupakan sekumpulan objek yang dapat dijadikan sebagai sumber penelitian. Populasi adalah elemen atau unsur yang dapat diamati. Populasi adalah sekumpulan objek baik manusia, gejala, nilai, peristiwa, benda-benda (Winarno Surachmad, 1988: 93). Sementara menurut Sugiyono (2004: 90) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sudjana ( 1996: 6) populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakterisitik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMA di Kota Bandung baik negeri maupun swasta yang memiliki nilai akreditasi A berjumlah 103 sekolah,


(27)

Tabel 3.1

SMA Terakreditasi A Kota Bandung

NO NAMA SEKOLAH ALAMAT AKREDITASI

1 SMA Negeri 1 Bandung JL. Ir. H. Juanda No. 93 Bandung A 2 SMA Negeri 2 Bandung Jl. Cihampelas No. 173 Bandung A 3 SMA Negeri 3 Bandung Jl. Belitung No. 8 Bandung A 4 SMA Negeri 4 Bandung Jl. Gardujati No. 20 Bandung A 5 SMA Negeri 5 Bandung Jl. Belitung No. 8 Bandung A 6 SMA Negeri 6 Bandung Jl. Pasirkaliki No. 51 Bandung A 7 SMA Negeri 7 Bandung Jl. Lengkong Kecil No. 53 Bandung A 8 SMA Negeri 8 Bandung Jl. Selontongan No. 3 Bandung A 9 SMA Negeri 9 Bandung Jl. LMU. Suparmin 1A Bandung A 10 SMA Negeri 10 Bandung Jl. Cikutra No. 77 Bandung A 11 SMA Negeri 11 Bandung Jl. H. Aksan Bandung A 12 SMA Negeri 12 Bandung Jl. Sekejati Kiaracondong Bandung A 13 SMA Negeri 13 Bandung Jl. Raya Cibeureum No. 52 Bandung A 14 SMA Negeri 14 Bandung Jl. Yudha Wastu Pramuka Bandung A 15 SMA Negeri 15 Bandung Jl. Sarimanis I Bandung A 16 SMA Negeri 16 Bandung Jl. Mekarsari No. 81 Bandung A 17 SMA Negeri 17 Bandung Jl. Caringin Bbk. Ciparay Bandung A 18 SMA Negeri 18 Bandung Jl. Madesa Situgunting No.18 Bdg A 19 SMA Negeri 19 Bandung Jl. Dago Pojok Bandung A 20 SMA Negeri 20 Bandung Jl. Citarum No. 23 Bandung A 21 SMA Negeri 21 Bandung Jl. Rancasawo Ciwastra Bandung A 22 SMA Negeri 22 Bandung Jl. Rajamantri Kulon No. 17A Bdg A 23 SMA Negeri 23 Bandung Jl. Malangbong Raya Bandung A 24 SMA Negeri 24 Bandung Jl. A.H Nasution No. 27 Bandung A 25 SMA Negeri 25 Bandung Jl. Baturaden VIII No.21 Ciwastra A 26 SMA Negeri 26 Bandung JL Sukaluyu No.26 Bandung A 27 SMA Negeri 27 Bandung Jl. Cihampelas No. 173 A 28 SMA KARTIKA III-2 Jl.Pak Gatot Raya 73 A 29 SMA BINA DHARMA 1 Jl.Geger Kalong Hilir 18 A 30 SMA PASUNDAN 5 Jl. Sarirasa no. 04/130 B

31 SMA LAB UPI Jl.Senjaya Guru A

32 SMA INDONESIA RAYA Jl.Prof. Suria Sumantri 336 A 33 SMA PURAGABAYA Jl. H.Yasin Ters.Pasteur A

34 SMA PGRI 1 Jl. Sukagalih no. 80 A

35 SMAK BPK I PENABUR Jl.Pasirlaiki No. 157 A 36 SMAK BPK 2 PENABUR Jl.Pasirlaiki No. 157 A

37 SMA YPI Jl.Muhammad No.17 B

38 SMAK PAULUS Jl.Dr.Rajiman No. 11 A

39 SMAK BINA BHAKTI 1 Jl.Bima No.9 A


(28)

Tabel 3.1

SMA Terakreditasi A Kota Bandung (lanjutan)

41 SMA ANGKASA Jl.L.T.Subagio No. 22 A

42 SMAK BINA BHAKTI 2 Jl.Bima No.9 A

43 SMA PUTRA PAJAJARAN Jl.Pajajaran No.37 B

44 SMAK TRINITAS Jl.Kebonjati No.209 A

45 SMAK BPPK Jl.Kebonjati No.108 A

46 SMA PAJAJARAN 1 Jl.Maleber Utara No. 37 A

47 SMA MUTIARA 1 Jl.Maleber Utara No. 5 A

48 SMA MUTIARA 2 Jl.Raya Cibeureum No. 10 A

49 SMA PASUNDAN 3 Jl.Kebonjati No.31 A

50 SMA RAJAWALI Jl. Andir No. 117A/78 B

51 SMAK BPK 3 PENABUR Jl.Raya Cibeureum No. 92 A

52 SMA DHARMA BAKTI Jl.Kelenteng 10/73 A

53 SMAK ADVENT CIMINDI Jl.Raya Cibeureum 74 A

54 SMA YWKA Jl.Elang II No.3 A

55 SMA LPPN Jl.Rajawali Timur 96 B

56 SMA PASUNDAN 7 Jl.Kebonjati No.31 A

57 SMA BUNGA BANGSA Jl.Dago Bengkok no.3 B

58 SMA HIDUP BARU Jl.Ciumbuleuit No. 160 A

59 SMA NUSANTARA 1 Jl.Setiabudi 224 B

60 SMA NASIONAL Jl. Ir. H. Juanda No. 93 A

61 SMA PGII 1 Jl.Panayuda No. 2 A

62 SMAK DAGO Jl.Ir.H.Juanda No.93 A

63 SMA PEMBANGUNAN Jl.Ir.H.Juanda No.93 A

64 SMA 19 BUMI SILIWANGI Jl. Sadang Kidul II No.9 B

65 SMA AL FALAH Jl. Cisitu Baru No.52 B

66 SMA PASUNDAN 2 Jl.Cihampelas No. 173 A

67 SMA DARUL HIKAM Jl. Ir H Juanda No 285 A A

68 SMA KEMAH INDONESIA 2 Jl. Sadang Serang B

69 SMA PASUNDAN 8 Jl.Cihampelas No. 167 A

70 SMA MIFTAHUL KHOIR Jl. Tubagus Ismail 8/60 A

71 SMAK ST ALOYSIUS 1 Jl.Sultan Agung 24 A

72 SMA KARTIKA III -1 Jl. Taman Pramuka 163 A

73 SMAK TARUNA BAKTI Jl.RE.Martadina No.42 A

74 SMA KARTIKA III -3 Jl. Aceh A

75 SMA PMB Jl. Cihampelas Blk No.44 B

76 SMA SANTA MARIA 1 Jl. Bengawan No. 6 A

77 SMAK YAHYA Jl.RE.Martadinata A

78 SMAK ST ANGELA Jl.Merdeka A

79 SMA YBPU Jl. Lombok No.7 A

80 SMAK ADVENT Jl. Naripan 91 A

81 SMA 55 ASIA AFRIKA Jl.A Yani 107A B


(29)

Tabel 3.1

SMA Terakreditasi A Kota Bandung (lanjutan)

85 SMA PGII 2 Jl. Pahlawan Blk. No. 17 A

86 SMA PASUNDAN 6 Jl. Cikutra 201- Gupusmu A

87 SMA YBBG Jl.Sukasenang VI/27 B

88 SMA YAS Jl.PHH.Mustofa No. 115 A

89 SMA BINA DHARMA 2 Jl.Bbk Sari No. 134- Kircon A 90 SMA PLUS MUTHAHARI Jl.Kampus II No. 13-15 A

91 SMAK SANTA MARIA 2 Jl.Sulaksana Baru I A

92 SMA BPI 1 Jl.Burangrang No.8 A

93 SMA BUDI ISTRI Jl.Sancang No.4 A

94 SMA TAMAN SISWA Jl.Taman Siswa No.4 B

95 SMA MUSLIMIN 1 Jl.Patuha No.36 B

96 SMA BPI 2 Jl.Burangrang No.8 A

97 SMA BPI 3 Jl.Burangrang No.8 A

98 SMA MUHAMMADIYAH 1 Jl. Kancil No. 1 A

99 SMA MUSLIMIN 2 Jl.Patuha No.36 B

100 SMA MAARIF Jl. Ters. Galunggung No. 5 B

101 SMA MEDINA Jl.KH. Ahmad Dahlan 13-15 B

102 SMA LEPNI Jl. Lodaya No. 38 B

103 SMA KEMALA BHAYANGKARI

Jl. Palasari No. 46 A

104 SMA PASUNDAN I Jl.Balonggede No.28 A

105 SMA NUGRAHA Jl.PLN Dalam No.4 A

106 SMAK KALAM KUDUS Jl.Ibu Inggit Garnasih A

107 SMA 11 MARET Jl.Dengki Selatan V No.28 A

108 SMA REHOBOTH Jl. Dewi Sartika No. 11 A

109 SMA KARYA AGUNG Jl.Ters.Nilem Baru B

110 SMA PELITA BANGSA Jl.Soekarno Hatta B

111 SMA SWADAYA Jl. Ters.Pasirkoja No.181 B

112 SMA PAHLAWAN TOHA Jl.Peta Lingkar Selatan B

113 SMA NUSANTARA Jl.Kopo 322 B

114 SMA JEND. SUDIRMAN Jl.Bbk.Tarogong No. 119P B 115 SMA PASUNDAN 9 Jl. Babakan Ciparay Blk. No.5 B

116 SMA YP SEJATI Jl. Kopo Gg. Pakasih B

117 SMA PARIWISATA Jl. Borobudur I No. 4 B

118 SMA YPKKP Jl.Cijerah No.230 B

119 SMA PASUNDAN 4 Jl. Cijerah A

120 SMA AL HADI Jl.A.Yani Km. 7 B

121 SMA MUHAMADIYAH 2 Jl.Kadipaten , Antapani B 122 SMA LANGLANGBUANA Jl.Dr.Suharjo,SH No. A4 A 123 SMA AL GIFARI Jl. Cisasranten Kulon No.140 A


(30)

Tabel 3.1

SMA Terakreditasi A Kota Bandung (lanjutan) 124 SMA KARYA

PEMBANGUNAN 2

Jl.Raya Ujungberung 25 B

125 SMA PGRI 61 Jl.Sukup 15 A

126 SMA GUNA DHARMA Jl.Raya Cibiru No. 496 A

127 SMA KIFAYATUL AHYAR Jl.A.H.Nasution No. A

128 SMA MUHAMADIYAH 4 Jl.Cilengkrang II No.7 A

129 SMA KRIDA NUSANTARA Jl.Desa Cipadung A

130 SMA BINA PERSADA NUSANTARA

Jl. Cipadung No. 71 A

131 SMA PGRI 2 Jl.Cipagalo Girang 42 A

132 SMA BAKTI KALSUM Jl.Baturaden A

133 SMA MADYA Jl.Sekelimus Utara I No.15 A

134 SMA SANTO ALOYSIUS 2 Jl. Batununggal Indah II No. 30 A

135 MUTIARA BUNDA Jl Golf Timur Arcamanik A

136 ALFA CENTAURI Jl Diponegoro A

137 PRIBADI Jl. PHH Mustafa A

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2003: 91). Sampel ditetapkan agar segera dapat dilakukan pengumpulan data. Sampel menurut Moh Ali (1987: 54) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sejalan dengan pendapat diatas, Sudjana (1996: 6) memberi definisi sampel, sebagai sebagian yang diambil dari populasi. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat kita simpulkan, bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili baik dari segi jumlah maupun karakteristiknya.

Agar diperoleh sampel yang betul-betul mewakili baik jumlah maupun karakteristiknya, maka Sudjana (1996: 6127) berpendapat bahwa pengambilan


(31)

seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dari masing-masing strata atau wilayah. Selain itu untuk memperoleh sampel yang representatif maka perlu dilakukan teknik sampel kuota (quota sampling).

Mengacu pada unit analisis penelitian ini yaitu sekolah dengan lokusnya mutu sekolah, maka sekolah yang akan diteliti hanyalah sekolah yang memiliki akreditasi A dengan total sekolah sejumlah 103 sekolah. Nilai akreditasi adalah nilai yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dijadikan acuan untuk menetapkan kriteria mutu sekolah. Adapun penetapan sampel dihitung sebanyak 30% dari populasi yakni sebanyak 32 sekolah diambil berdasarkan letak wilayah. Adapun ke 32 sekolah tersebut terdiri dari 16 sekolah negeri dan 16 sekolah swasta. Responden yang menjadi objek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, serta siswa yang diambil secara proporsional.

Secara keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Responden Penelitian

No Nama Sekolah Wilayah Kepala Sekolah

Guru Siswa

Total Resp Total Resp

1 SMAN 2 Barat 1 72 15 316 18

2 SMAN 4 Barat 1 61 13 347 20

3 SMAN 6 Barat 1 56 12 220 12

4 SMAN 9 Barat 1 60 13 250 14

5 SMAN 8 Timur 1 66 14 298 17

6 SMAN 10 Timur 1 71 15 326 18

7 SMAN 23 Timur 1 63 13 265 15

8 SMAN 24 Timur 1 67 14 237 13

9 SMAN 1 Utara 1 68 14 283 16


(32)

Tabel 3.2

Responden Penelitian (Lanjutan)

11 SMAN 19 Utara 1 42 9 283 16

12 SMAN 20 Utara 1 65 14 215 12

13 SMAN 7 Selatan 1 54 11 253 14

14 SMAN 11 Selatan 1 64 13 306 17

15 SMAN 14 Selatan 1 57 12 182 10

16 SMAN 17 Selatan 1 51 11 275 16

17 SMA Lab UPI Barat 1 36 8 153 9

18 SMA Pasundan 2 Barat 1 47 10 232 13

19 SMA Puragabaya Barat 1 34 7 137 8

20 SMA Pasundan 8 Barat 1 36 8 215 12

21 SMA YAS Timur 1 27 6 109 6

22 SMA Muttahari Timur 1 21 4 96 5

23 SMA Mutiara Bunda Timur 1 15 3 75 4

24 SMA Santa Maria 2 Timur 1 33 7 154 9

25 SMA Taruna Bakti Utara 1 46 10 255 14

26 SMA Alfa Centauri Utara 1 26 5 122 7

27 SMA Darul Hikam Utara 1 28 6 178 10

28 SMA PGII 1 Utara 1 38 8 132 7

29 SMA

Muhammadiyah 1

Selatan

1 42 9 117 7

30 SMA BPI 1 Selatan 1 43 9 220 12

31 SMA Sebelas Maret Selatan 1 19 4 86 5

32 SMA Kemala Bayangkari

Selatan 1 30 6 112 6

Jumlah 32 1503 316 6681 377

Sumber: Dinas Pendidikan, TU, Guru, Wak Kepsek2

Sedangkan tabel sumber datanya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Sumber Data

Varaibel Responden Total

Kepala Sekolah Guru Siswa

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) - 316 316


(33)

Mutu Sekolah (Y) 32 316 - 348 Ket: Dibuat secara proporsional

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan sebuah prosedur untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan permasalahan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.Adapun teknik pengumpulan data adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan penyusunan.

Sugiyono (2002:156) mengungkapkan bahwa “Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara”. Berdasarkan sifatnya, teknik pengumpulan data dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu: (1) teknik observasi langsung; (2) teknik observasi tidak langsung; (3) teknik komunikasi langsung; (4) teknik komunikasi tidak langsung.

Berdasarkan hal tersebut, beberapa tahapan dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data atau instrumen penelitian adalah seperangkat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden guna memperoleh data dan informasi yang diperlukan. Model alat pengumpul data yang digunakan adalah angket yang ditujukan kepada responden untuk memperoleh data langsung dari responden.Dalam menentukan alat pengumpul data tentunya tidak dapat


(34)

dipisahkan dengan teknik pengumpulan data, karena ada saling ketergantungan satu sama lain.

Angket adalah seperangkat daftar pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penyusunan. Jenis angket yang digunakan penyusun dalam penyusunan ini adalah angket tertutup, yaitu responden diberi pertanyaan atau pernyataan yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkap dari variabel disertai alternatif jawaban. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanafiah Faisal (1982:178) bahwa : “Angket yang menghendaki jawaban pendek, atau jawabannya diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu, disebut angket jenis tertutup atau angket terbatas”. Angket yang demikian biasanya meminta jawaban dengan pola “ya” atau „tidak‟, jawaban singkat, dan jawaban dengan membubuhkan check (V) pada item-item yang termuat pada alternatif jawaban.

Pengumpulan data menggunakan angket memiliki beberapa keuntungan (Arikunto, 1997:129), antara lain:

a. Tidak memerlukan hadirnya penyusun;

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden;

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden;

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu dalam menjawab;

e. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Selain angket, alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah wawancara. “Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan


(35)

langsung dengan sumber data.” (Moh. Ali, 1982:83). Wawancara ini dimaksudkan untuk menunjang dan memperkuat keabsahan data penelitian hasil yang diperoleh dari angket.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Langkah-langkah yang ditempuh penyusun dalam menyusun alat untuk mengumpulkan data adalah:

a. Menentukan variabel yang akan diteliti, yaitu variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Kinerja Mengajar Guru (X2), Fasilitas Belajar (X2), Lingkungan Belajar (X3), serta Mutu Sekolah (Y).

b. Menetapkan sub variabel dan indikator dari masing-masing variabel. c. Menyusun kisi-kisi angket dari variabel dependen dan independen. d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan disertai alternatif jawaban dalam

bentuk check list (V) berdasarkan indikator variabelnya.

e. Menetapkan bobot skor untuk masing-masing jawaban baik variabel dependen maupun variabel independen. Adapun penilaian yang dilakukan dalam penyusunan ini menggunakan Skala Likert yang nilainya berkisar antara 1 sampai dengan 5. Perincian nilai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Skala Likert

Alternatif Jawaban Bobot

Sangat Memadai Memadai

Cukup Memadai Kurang Memadai Tidak Memadai

5 4 3 2 1


(36)

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan dimensi dan indikator masing-masing variabel dengan berpedoman pada cara penyusunan butir angket yang baik. Untuk melihat lebih jelasnya dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kisi-kisi InstrumenVariabel Mutu Sekolah (Y)

Variabel Dimensi Indikator-indikator No Item

Mutu Sekolah (Y)

1. Out put sekolah (hasil prestasi)

a. Prestasi akademik yang telah dicapai tahun terakhir

b. Prestasi non akademik tahun terakhir c. Prestasi penunjang akademik tahun

terakhir

d. Kelulusan tahun terakhir e. Tingkat drop out

f. Nilai (perubahan perilaku diri yang positif)

g. Sikap (munculnya motivasi serta dorongan meraih prestasi/ cita-cita)

h. Minat (munculnya kesadaran akan kesenangan dan kebutuhan diri)

1-5 6-10 11 12 13 14 15 16

1. Out come (lulusan memiliki kompetensi tinggi serta relevan dengan kebutuhan masyarakat)

a. Melanjutkan studi

b. Serapan lapangan kerja (karyawan, swasta, mandiri)

c. Diterima di perguruan tinggi favorit

17 18 19

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen

Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Variabel Dimensi Indikator No Item

Kepemimpin an Kepala Sekolah (X1)

1. Leader a. Menunjukkan kepribadian yang patut diteladani

b. Memiliki kemampuan dasar dalam memimpin sekolah

c. Memiliki pengalaman dan pengetahuan profesional tentang kepemimpinan d. Memiliki pengetahuan tentang

1 2 3 4


(37)

Tabel 3.6 Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

2. Edukator

a. meningkatkan profesionalisme guru. b. meningkatkan kemampuan dan

keterampilan guru tentang pembelajaran. c. memotivasi guru dan siswa untuk disiplin

dalam belajar dan bekerja serta berprestasi.

d. membina kepribadian, mental dan sikap, moral dan perilaku guru.

5 6 7

8

3. Manajer

a. Kemampuan dalam menyusun visi

b.Kemampuan dalam menyusun rencana strategis sekolah

c. Kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan

d.Kemampuan dalam mengorganisir sumber daya

e. Kemampuan dalam mengidentifikasi potensi f. Kemampuan dalam memberdayakan potensi

sekolah 9 10 11 12 13 14 4. Administrator

a. mengadministrasikan kurikulum b. mengadministrasikan keuangan

c. mengadministrasikan fasilitas sekolah bersama guru & staf yang terkait

d. mengadministrasikan guru murid, dan staf sekolah lainnya bersama guru & staf yang terkait. 15 16 17 18 5. Supervisor

a. Melakukan supervisi klinis terhadap guru untuk meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pembelajaran dengan berbagai metode (diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan antar individu, simulasi pembelajaran).

b. Melakukan supervisi terhadap motivasi kerja, kreativitas, kinerja, dan

produktivitas guru

19

20

6. Inovator

a. bekerja secara konstruktif,kreatif dan produktif, delegatif dan integratif. b. bekerja rasional, objektif, disiplin,

teladan, fleksibel, adaptable & pragmatis.

21 22

7. Motivator

a. Kemampuan memotivasi guru dalam bekerja melalui pengaturan lingkungan fisik kelas dan sekolah.

b. Kemampuan memotivasi guru dalam bekerja melalui pengaturan suasana kerja, dorongan, penghargaan, disiplin dan penyediaan berbagai sumber belajar kepada guru.

23


(38)

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru (X2)

Variabel Dimensi Indikator No Item

Kinerja Mengajar Guru (X2)

1. Pra Pembelajaran a. Menganalisis materi pembelajaran 1 b. Menyusun RPP (merumuskan tujuan,

bahan, metode, tahap-tahap kegiatan, media dan sumber, bentuk penilaian)

2

c. Memeriksa kesiapan ruang, alat dan media 3 d. Menyampaikan tujuan/kompetensi yang

akan dicapai

4 e. Menjelaskan kegiatan-kegiatan

(pengalaman) pembelajaran yang harus dilakukan siswa

5

f. Melaksanakan kegiatan apersepsi 6

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

A. Penguasaan Materi Pembelajaran 3. Mengaitkan materi dengan pengetahuan

lain yang relevan

7 4. Menyampaikan materi dengan jelas,

sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa

8

5. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

9 6. Menggunakan unsur-unsur kebahasaan 10

1. Pendekatan/ Strategi pembelajaran

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai

11 b. Melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

12

c. Melaksanakan pembelajaran dg

menggunakan metode sesuai karakteristik substansi mata pelajaran

13

d. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 14 e. Melaksanakan pembelajaran secara

kontekstual

15 f. Melaksanakan pembelajaran yang

memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif

16


(39)

Tabel 3.7 Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru (X2)

1. Pemanfaatan sumber belajar/media

pembelajaran

a. Menunjukan keterampilan dalam penggunaan sumber/media pembelajaran

19 b. Menggunakan media secara efektif dan

efisien

20 c. Menghasilkan pesan yang menarik 21 d. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan

media

22

2. Pembelajaran yang memicu dan

memelihara keterlibatan siswa a. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa

dalam pembelajaran

23 b. Merespon positif partisipasi siswa 24 c. Menumbuhkan keceriaan dan antusias

siswa dalam belajar

25

3. Kemampuan Pengelolaan Kelas

a. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran

26 b. Volume dan intonasi suara dapat didengar

dg baik

27 c. Tutur kata santun dan dapat dimengerti

peserta didik

28 d. Materi pelajaran disesuaikan dengan

kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik

29

e. Menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan kepatuhan dalam proses pembelajaran

30

f. Memberikan penguatan dan umpan balik 31

2) Penilaian/Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar

a. Memantau kemajuan belajar 32 b. Menggunakan standar penilaian

pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata pelajaran

33

4. Penutup/Tindak Lanjut

a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

34 b. Melaksanakan tindak lanjut dengan

memberikan arahan kegiatan atau tugas sebagai bagian remidial /pengayaan


(40)

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Variabel Fasilitas Belajar (X3)

Variabel Dimensi Indikator No Item

Fasilitas Belajar (X3)

1. Kelengkapan 2. Tingkat ketersediaan fasilitas belajar

1

3. Tingkat kelengkapanfasilitas belajar

2

4. Tingkat kecukupan (jumlah) fasilitas belajar

3

5. Tingkat pemenuhan fasilitas belajar 4

2. Kelayakan a. Tingkat kelayakan fasilitas belajar 5

b. Tingkat kesesuaian fasilitas belajar 6

c. Tingkat kemanfaatan fasilitas belajar

7

3. Keterpakaian d. Tingkat keterpakaian fasilitas belajar

8

a. Tingkat kegunaan fasilitas belajar 9

b. Ketersediaan tata tertib penggunaan fasilitas belajar

10

c. Tingkat ketersediaan jadwal penggunaan fasilitas belajar

11

d. Tingkat ketersediaan petunjuk penggunaan fasilitas belajar

12

4. Pemeliharaan (perbaikan dan penyimpanan)

a. Tingkat kerapihan penyimpanan fasilitas belajar

13

b. Tingkat keamanan penyimpanan fasilitas belajar

14

c. Tingkat keteraturan perbaikan fasilitas belajar

15

d. Tingkat keberlanjutan perbaikan fasilitas belajar

16

e. Tingkat ketersediaan dana untuk perbaikan fasilitas belajar


(41)

Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen Variabel Lingkungan Belajar (X4)

Variabel Dimensi Indikator No Item

Lingkungan Belajar (X4)

1. Iklim Kelas a. Fokus yang produktif dan berorientasi pada tugas

1

b. Kepaduan kelompok 2

c. Hubungan guru dan siswa terbuka dan hangat

3

d. Kerja sama dan interaksi yang baik diantara siswa

4

e. Rendahnya ketegangan, kecemasan dan konflik

5

f. Adanya selera humor dalam interaksi guru-siswa

6

g. Harapan tinggi pada proses dan hasil

7

h. Siswa mendapat kesempatan untuk memberi masukan terkait dengan kegiatan dalam kelas.

8

2. Dinamika Kelas a. Kelas terorganisasi dan bebas dari kekacauan dan interupsi.

9

b. Guru sabar dan suportiftidak pernah mempermalukan siswa untuk kesalahan yang dibuat.

10

c. Pekerjaan/tugasmenantang tapi masuk akal.

11

3. Lingkungan fisik kelas

a. Suhu ruangan nyaman 12

b. Akustik dan mutu suara baik 13 c. Poster dan warna tembok 14 d. Penerangan 15 e. Keluwesan duduk 16 f. Kepadatan (jumlah siswa per kaki

persegi)

17

4. Organisasi kelas a. Kelompok kecil bekerja sama dalam kegiatan belajar.


(42)

Variabel Dimensi Indikator No Item

b. Tugas yang memungkinkan siswa saling membantu saat melakukan tugas kelompok.

19

c. Pengaturan yang kompetitif, kelompok-kelompok dapat bersaing satu dengan lainnya.

20

d. Anggota kelompok membantu pencapaian tujuan kelompok dengan bakat, ketertarikan, dan kemampuan mereka.

21

4. Menguji Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2004:109-110) bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah.

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 i i i i i i i i hitung Y Y n X X n Y X Y X n r            Di mana :


(43)

n = Jumlah responden.

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

2

1 2 r n r thitung

   Di mana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden.

Distribusi (Tabel t) untuk  = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2) Kaidah keputusan : Jika t hitung> t tabel berarti valid sebaliknya

t hitung< t tabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid).

5. Menguji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keter-andalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut.

Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Di mana : Si = Varians skor tiap-tiap item

X

X i

i

2 2( ) 


(44)

Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 2: Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Di mana :  Si = Jumlah Varians semua item S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n

Langkah 3: Menghitung Varians total dengan rumus:

Di mana : St = Varians total

Xt2 = Jumlah kuadrat X total

(Xt)2 = Jumlah X total dikuadratkan N = Jumlah responden

Langkah 4: Masukkan nilai Alpha dengan rumus :

Di mana : r11 = Nilai Reliabilitas

Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total

k = Jumlah item

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 atau  = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk = n–2). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun

kaidah keputusan: Jika r11> r tabel berarti Reliabel dan r11< r tabel berarti Tidak

               t i S S k k

r .1

1 11 N N X X S t t t 2 2( )

 

n

i S S S S

S  1 2 3... 


(45)

Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Instrumen

1. Variabel Kinerja Kepemimpinan Kepala Sekolah

No.

Item r(hitung)

r(tabel)

α =0,05; n = 30 Keputusan Reliabilitas

1. 0,375 >0,361 valid

r(hitung) alpha = 0,960 r(tabel) =

0,361 Kesimpulan

Reliabel

2. 0,596 >0,361 valid

3. 0,509 >0,361 valid

4. 0,426 >0,361 valid

5. 0,367 >0,361 valid

6. 0,495 >0,361 valid

7. 0,582 >0,361 valid

8. 0,500 >0,361 valid

9. 0,437 >0,361 valid

10. 0,601 >0,361 valid

11. 0,452 >0,361 valid

12. 0,496 >0,361 valid

13. 0,479 >0,361 valid

14. 0,464 >0,361 valid

15. 0,551 >0,361 valid

16. 0,391 >0,361 valid

17. 0,430 >0,361 valid

18. 0,370 >0,361 valid

19. 0,440 >0,361 valid

20. 0,466 >0,361 valid

21. 0,440 >0,361 valid

22. 0,453 >0,361 valid

23. 0,415 >0,361 valid


(46)

2. Variabel Kinerja Mengajar Guru

No.

Item r(hitung)

r(tabel)

α =0,05; n = 30 Keputusan Reliabilitas

1. 0,424 >0,361 valid

r(hitung) alpha = 0,914 r(tabel) =

0,361 Kesimpulan

Reliabel

2. 0,397 >0,361 valid

3. 0,441 >0,361 valid

4. 0,460 >0,361 valid

5. 0,525 >0,361 valid

6. 0,383 >0,361 valid

7. 0,544 >0,361 valid

8. 0,583 >0,361 valid

9. 0,479 >0,361 valid

10. 0,491 >0,361 valid

11. 0,515 >0,361 valid

12. 0,510 >0,361 valid

13. 0,684 >0,361 valid

14. 0,767 >0,361 valid

15. 0,612 >0,361 valid

16. 0,656 >0,361 valid

17. 0,593 >0,361 valid

18. 0,509 >0,361 valid

19. 0,727 >0,361 valid

20. 0,597 >0,361 valid

21. 0,445 >0,361 valid

22. 0,531 >0,361 valid

23. 0,560 >0,361 valid

24. 0,391 >0,361 valid

25. 0,377 >0,361 valid

26. 0,414 >0,361 valid

27. 0,477 >0,361 valid

28. 0,572 >0,361 valid

29. 0,528 >0,361 valid

30. 0,364 >0,361 valid

31. 0,536 >0,361 valid

32. 0,380 >0,361 valid

33. 0,436 >0,361 valid


(47)

3. Variabel Fasilitas Belajar

No.

Item r(hitung)

r(tabel)

α =0,05; n = 30 Keputusan Reliabilitas

1. 0.668 >0,361 valid

r(hitung) alpha = 0,845 r(tabel) = 0,361 Kesimpulan Reliabel

2. 0.497 >0,361 valid

3. 0.470 >0,361 valid

4. 0.632 >0,361 valid

5. 0.660 >0,361 valid

6. 0.490 >0,361 valid

7. 0.640 >0,361 valid

8. 0.824 >0,361 valid

9. 0.817 >0,361 valid

10. 0.411 >0,361 valid

11. 0.620 >0,361 valid

12. 0.383 >0,361 valid

13. 0.615 >0,361 valid

14. 0.619 >0,361 valid

15. 0.716 >0,361 valid

16. 0.701 >0,361 valid

17. 0.811 >0,361 valid

4. Variabel Lingkungan Belajar

No.

Item r(hitung)

r(tabel)

α =0,05; n = 30 Keputusan Reliabilitas

1. 0,643 >0,361 valid

r(hitung) alpha = 0,845 r(tabel) = 0,361 Kesimpulan Reliabel

2. 0,601 >0,361 valid

3. 0,656 >0,361 valid

4. 0,593 >0,361 valid

5. 0,528 >0,361 valid

6. 0,406 >0,361 valid

7. 0,465 >0,361 valid

8. 0,567 >0,361 valid

9. 0,478 >0,361 valid

10. 0,428 >0,361 valid

11. 0,383 >0,361 valid

12. 0,435 >0,361 valid

13. 0,492 >0,361 valid

14. 0,423 >0,361 valid


(48)

No.

Item r(hitung)

r(tabel)

α =0,05; n = 30 Keputusan Reliabilitas

16. 0,374 >0,361 valid

17. 0,389 >0,361 valid

18. 0,602 >0,361 valid

19. 0,552 >0,361 valid

20. 0,477 >0,361 valid

21. 0,598 >0,361 valid

5. Variabel Mutu Sekolah

No.

Item r(hitung)

r(tabel)

α =0,05; n = 30 Keputusan Reliabilitas

1. 0,496 >0,361 valid

r(hitung) alpha = 0,815 r(tabel) = 0,361 Kesimpulan Reliabel

2. 0,497 >0,361 valid

3. 0,509 >0,361 valid

4. 0,404 >0,361 valid

5. 0,413 >0,361 valid

6. 0,417 >0,361 valid

7. 0,428 >0,361 valid

8. 0,708 >0,361 valid

9. 0,576 >0,361 valid

10. 0,407 >0,361 valid

11. 0,581 >0,361 valid

12. 0,372 >0,361 valid

13. 0,633 >0,361 valid

14. 0,427 >0,361 valid

15. 0,560 >0,361 valid

16. 0,453 >0,361 valid

17. 0,480 >0,361 valid

18. 0,424 >0,361 valid

19. 0,364 >0,361 valid

Tabel 3.11. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas

Variabel r(hitung) r(tabel) Kesimpulan Kategori

Reliabilitas Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,841 0,361 Reliabel Sangat Tinggi Kinerja Mengajar Guru 0,914 0,361 Reliabel Sangat Tinggi Fasilitas belajar 0,899 0,361 Reliabel Sangat Tinggi Lingkungan Belajar 0,845 0,361 Reliabel Sangat Tinggi


(49)

F. Uji Normalitas dan Uji Linieritas Data

Langkah-langkah atau prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan; (2) menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya; (3) melakukan analisis secara deskriptif, untuk mengetahui kecenderungan data. Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians data dari masing-masing variabel; (4) Melakukan Uji Persyaratan Analisis karena kita menggunakan analisis parametrik. Sebelum melakukan analisis data statistik parametrik (teknik korelasi, regresi dan path analysis) harus memenuhi persyaratan uji analisis yang akan digunakan. Analisis regresi atau korelasi mempunyai persyaratan analisis, yaitu (1) data berbentuk interval dan ratio; (2) data dipilih secara random (acak); (3) sebaran data berdistribusi normal; (4) data linier (5) setiap data yang dikorelasikan mempunyai pasangan yang sama. Untuk menganalisinya data yang sudah ditabulasi terlebih dahulu diuji, apakah data tersebut memiliki persyaratan tersebut dengan menguji persyaratan analisis, yaitu (1) uji normalitas dan (2) uji linieritas Riduwan (2005:184). Bisa juga untuk mempercepat perhitungan digunakan bantuan program SPSS Amos.


(50)

1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu uji prasyarat analisis yang sudah lazim dilakukan sebelum sebuah metode statistik dilakukan.Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data yang mempunyai pola seperti distribusi normal (distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan).Uji normalitas dilakukan dengan menghitung ratioskewness dan ratio kurtosis dari hasil perhitungan program SPSS Amos dengan ketentuan sebagai berikut. :  Ho : Tidak terdapat perbedaan antara distribusi data dengan distribusi normal,

jika α > 0,05 berarti berdistribusi normal

 Ha : Terdapat perbedaan antara distribusi data dengan distribusi normal, jika α < 0,05 berarti tidak berdistribusi normal

Hasil dari uji normalitas disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.12.

Rangkuman Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kepemim pinan

Kinerja

Guru Fasilitas Lingkungan

Mutu Sekolah

N 32 32 32 32 32

Normal

Parameters(a,b)

Mean 89.2034 143.28 66.7806 82.6697 71.4644

Std. Deviation 4.93640 6.966 3.46215 3.75432 2.48610 Most Extreme

Differences

Absolute

.109 .138 .082 .165 .082

Positive .099 .097 .053 .083 .082

Negative -.109 -.138 -.082 -.165 -.076

Kolmogorov-Smirnov Z .614 .780 .466 .934 .466

Asymp. Sig. (2-tailed) .845 .577 .982 .347 .981


(1)

--- (1995). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif:Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : Rineka Cipta. --- (1995). Media Pengajaran Individual. Jakarta: Media

Grafika.

Edmonds, R. 1979. Some School for the Urban Poor. Educational Leadership. 37/I

Edwards, Maureen M. (1992). Building Conditions, Parental Involvement and Student Achievement in the D.C. Public School System. Unpublished Master Degree Thesis, Georgetown University, Washington, D.C. (ED 264 285).

Eric A. Hanushek. (2006). The Importance of School Quality. Hoover Press : Peterson/Schools. www. media.hoover.org.

Eric A. Hanushek, Victor Lavy, Kohtaro Hitomi. (2006). Do Students Care about School Quality? Determinants of Dropout Behavior in Developing Countries. NBER Working Paper No. 12737. NBER Program. www.

media.hoover.org.

Engkoswara. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud E. Wahyuni, Dorothea, (2003). Manajemen Kualitas, Pendekatan sisi Kualitatif,

Ghalia Indonesia, Jakarta.

Forrest CB, Chan K, Simon A. Assessment of Children's Health-Related Quality of Life inthe United States Using a Multi-Dimensional Index.

Pediatrics. Vol 121. 2008:e118-e126.

Gagné, R. M. (1970). The Conditions of learning. (2nd ed.). New York: Holt. --- (1974). Essentials of learning for instruction. (2nd ed.). Hinsdale, IL:

The Dryden Press.

Hamalik, Oemar. (1986). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta: Bumi Aksara.

--- (1990). Perencanaan Pengajaran, Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Citra Aditya Bakti.


(2)

Hasibuan Malayu, SP. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara.

Hayat, Bahrul. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Herman, J.l, & Herman, J.J, 1995. Total Quality Management (TQM) For Educational, Journal of Education Technology. May-Jun (halaman 14-18).

Herpratiwi. (2004). Faktor-Faktor Penentu Tinggi Rendahnya Prestasi Belajar Siswa. Lampung: Univeristas Bandar Lampung.

Heyneman & Loxley, (1983). The Effect of Primary-School Quality on Academic Achievement Across Twenty-nine High-and Low-Income Countries. American Journal of Sociology Vol. 88, No. 6 (May 1983), 1162-1194. Hines, Eric (1996). Building Condition and Student Achievement and Behavior.

Unpublished doctoral dissertation. Blacksburg, VA: Virginia Polytechnic Institute and State University.

Holtz, Frank. (2004). Enhancing Supportive Learning Environments and Student Achievement throughProject ALERT. Best Foundation For A Drug-Free Tomorrow. All Rights Reserved. www.Best.Org

Hoy and Miskel. (1982). Educational administration: theory, research, and practice (4th ed.). New York: Random House.

James M. Lipham & James A. Hoer, Jr. (1985). The Principalship: Foundation and Functions. New York: Harper & Row, Publisher, Inc.

Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedi. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa.

Jensen Eric. (2010). Super Teaching. California: Corwin Press.

Kenneth Leithwood & Stephen Anderson. (2012). School Leaders’ Influences on Student Learning: The Four Paths. www.education.gov.sk.ca/4-paths learning.

Komariah, Aan. Triatna, Cepi. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.


(3)

Lee Mitgang. (2012). The Making of the Principal: Five Lessons in Leadership Training. The Wallace Foundation.www.wallacefoundation.org.

Linda Darling-Hamond, John Bransford Editor. 2005. Preparing Teachers For A Changeing World: What Teachers should Learn and Be Able To Do.

United States: Jossey-Bass.

Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Margono. (1996). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mc Clelland, D.C. (1987). Human Motivation. New York : Cambridge University

Press.

Mortimore, P. 2005. “School Effectiveness and The Management of Effective Learning an Teaching”. School Effectiveness and School Improvement

Journal, 4(4).

Nasution. (1996). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito. ---. (2004). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, Hadari. (1988). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. NGA Center for Best Practices . (2011). Issue Brief: Preparing Principals to

Evaluate Teachers.www.wallacefoundation.org.

Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English. (1982). New York: Oxford University Press.

Parkay forrest ,W. (2008). Becoming A Teachers (7th Edition). Boston: Pearson. Education Inc.

Partono dan Tri Minarni (2004). Pengaruh Disiplin Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar. Fak Ekonomi Universitas Negeri Semarang. PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab VII pasal 42

Standar Sarana dan Prasarana


(4)

Raka, Joni T. (1980). Pembaharuan Profesional Tenaga Kependidikan Permasalahan dan Kemungkinan Pendekatan. Jakarta: Depdikbud. Ramayulis. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia.

Riduwan.(2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2005).Pengantar Statistik Untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfhabeta.

Riduwan dan Akdon, 2006:222).

Ridgell, S. & Lounsbury, J. W. (2004). Predicting collegiate academic success: General intelligence, “Big Five” personality traits, and work drive. College Student Journal, 38, 607-618.

Robbins, Stephen. (1998). Perilaku Organisasi. New Jersey: Person Education Inc. Rochaety dkk, Ety. (2005). Metodelogi Penerlitian Bisnis dengan Aplikasi SPS.

EdisiRevisi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sadiman Arif, A. (2008). Media Pendidikan: pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaeful. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. ---. (2005). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Salis Edward. (1994). Total Quality Management in Education. Jogjakarta: IRCiSoD.

S. Arcaro, Jeremy. (2006). Pendidikan Berbasis Mutu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Satori, Djam’an, (1998). Manejemen Berbasis Sekolah. Basic Educational Project, Jawa Barat.

_____________, (2003) Implementasi Manejemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat. Bandung: Dinas Pendidikan Jawa Barat.

_____________, (2007). Teori Administrasi Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Pedagogiana Press. Bandung


(5)

Schuller dan Jackson. (1996). Human Resource Management: Positioning for the 21st century. West Pub. Co. (Minneapolis/St. Paul)

S. Demang, Febriyani. (2012). Mengevaluasi Program Gong Belajar.

Sergiovanni, T. J. (1987). The principalship: a reflective practice perspective(2nd ed). New York: Simon and Schuster.

Singarimbun, M dan Sofyan Effendi , (198. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

S. Saud, Udin. (2005). Pembelajaran Efektif. Bandung: Pasca Sarjana UPI. Sugiyono .(2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Sujata Reddy. (2007). School Quality. Perspectives From The Developed And

Developing Countries. Ajim Prenji Foundation.

www.azimpremjifoundation.org

Supriadi, Dedi. (1999). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: PT Remaja Rosda Karya.

Surachmad, Winarno. ( 1988). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Suratno, Anton. (2007). www. kompas.co.id

Sutermeister, Robert A. (1976). People And Productivity. New York: McGraw Hill Book Company.

Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Teori: Dasar Teoritis dan Praktik Profesional. Bandung: Angkasa.

Suyanto. (2002). ”Guru Profesional Tuntutan Reformasi Pendidikan yang Tak

Terelakan” Buletin Pusat Perbukuan. 5,6,7.

Suyatno, et al. (2009). Pengembangan Profesionalisme Guru: 70 Tahun Abdul Malik Fadjar. Jakarta: Uhamka Press.

Suyanto. (2008). Dialog Interaktif Tentang Pendidikan (dari konseptual menggelitik sampai ringan dan ringan seklai). Jogjakarta: Multi Pressindo.

Syah, Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja. Rosdakarya.


(6)

The Wallace Foundation . (2012). The School Principal as Leader: Guiding Schools to Better Teaching and Learning. The Wallace Foundation. www.wallacefoundation.org.

Thoha, Chabib, (2003). Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rajawali.

Tjiptono, Fandy. Anastasia Diana, (2003). Total Quality Management. Yogyakarta: Andi.

Usman, Moh Uzer,. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Pamela Mendels. (2012). Principals in the Pipeline: Districts Construct a Framework to Develop School Leadership.Learning Forward. www.wallacefoundation.org.

Pamela Mendels. (2012). The Effective Principal. Learning Forward. www.wallacefoundation.org.

Wang, Margaret C., Geneva D. Haertel, and Herbert J. Walberg, "What Helps Students Learn?" Philadelphia, PA: Laboratory for Student Success, 1997.

Winkel, WS. (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA MENGAJAR GURU, PENGELOLAAN FASILITAS PEMBELAJARAN, DAN PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP MUTU KOMPETENSI LULUSAN SMK BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN DAN BISNIS DI KOTA BANDUNG.

1 12 103

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA GURU, FASILITAS BELAJAR, DAN PARTISIPASI DUNIA INDUSTRI TERHADAP MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI JAWA BARAT.

0 5 95

PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJATERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA TERAKREDITASI A DI KOTA BANDUNG.

1 3 60

PENGARUH KINERJA MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-BANDUNG UTARA.

0 2 78

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP MUTU SEKOLAH PADA SMA SWASTA DI KOTA BANDUNG :Studi pada SMA Swasta yang Terakreditasi A.

0 0 90

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SLTPN KOTA BANDUNG.

0 1 63

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK SMA DI KABUPATEN SERANG-BANTEN.

1 7 43

PRODUKTIVITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI : Studi Deskriptif Analitis tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala sekolah, Pembiayaan Sekolah, Fasilitas Belajar, Kinerja Mengajar Guru dan Mutu Pembelajaran terhadap Produktivitas SMA Negeri di Provinsi Jawa Bara

0 11 108

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMA NEGERI DAN SWASTA DI KOTA BANDUNG.

0 1 57

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP PENINGKATAN MUTU PRESTASI BELAJAR: Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru Terhadap Peningkatan Mutu Prestasi Belajar Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Tangerang Banten.

0 3 54