Metodologi Keilmuan Penelitian Akuntansi

(1)

aKuntansi

Fatullah Yoesoef

Abstract

Accounting research can have a lot of variety and choice. For

the layman, accounting research looks like having dificulty in inding a topic, methodology, and type of discourse. Her reality is

very different. As with other social sciences, accounting conduct

research with are based on assumptions relating to the nature of the social sciences and the nature of society. An approach that has been adopted by Burrell and Morgan in organizational analysis

can be used to distinguish four views of research in accounting

functional view, view interpretive, humanistic view redikal, and

structuralist view redikal.

Keywords: Scientiic Research, Accounting Methodology Abstrak

Akuntansi penelitian dapat memiliki banyak variasi dan pilihan. Bagi orang awam, akuntansi penelitian terlihat seperti memiliki kesulitan dalam menemukan topik, metodologi, dan jenis wacana. Realitasnya sangat berbeda. Seperti ilmu-ilmu sosial lainnya, melakukan penelitian akuntansi dengan didasarkan pada asumsi yang berkaitan dengan sifat ilmu-ilmu sosial dan sifat masyarakat. Pendekatan yang telah diadopsi oleh Burrell dan Morgan dalam analisis organisasi dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan dari penelitian dalam akuntansi


(2)

50 Fatullah Yoesoef

pandangan fungsional, melihat interpretatif, humanistik pandangan radikal, dan pandangan strukturalis radikal.

Kata Kunci: Metodologi Penelitian, Akuntansi, Metodologi

Pendahuluan

Akuntansi sebagai sebuah aktivitas yang dirancang untuk

mengidentiikasi,  mengukur,  dan  mengkomunikasikan informasi  

tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan dapat berguna dalam membuat keputusan-keputusan ekonomi. Bicara tentang akuntansi

tidak lepas dari ideologi yang dianut dalam sebuah sistem ekonomi,  misalnya sistem ekonomi kapitalis memiliki corak akuntansi kapitalis,  sistem ekonomi sosialis memiliki akuntansi yang bercorak sosialis, 

dan sistem ekonomi Islam memiliki akuntansi dengan corak Islami. Ada yang menarik perhatian dalam hal bentuk akuntansi. Sebagian pakar mengatakan bahwa bentuk akuntansi sebetulnya tergantung

pada ideologi dan moral masyarakat, akuntansi tidak bebas nilai. Ia 

adalah anak dari budaya masyarakat.1 Dengan demikian pandangan

ini memberikan implikasi terhadap studi analisis kritis terhadap akuntansi kontemporer. Beberapa penelitian tanpa memperhatikan pendekatan yang digunakan telah menunjukkan bahwa akuntansi telah dibentuk oleh lingkungan. Akuntansi berkembang mengikuti pola evolusi masyarakat.2

Pada dasarnya kita mulai memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman konkrit yang kita alami. Keunikan

dari beberapa peristiwa, ritual atau fenomena mengarahkan kita untuk 

meningkatkan pengamatan dan pemikiran yang kita lakukan atas apa

yang sedang terjadi. mengajarkan kita, jika kita cukup termotivasi, 

untuk menciptakan hipotesis dalam bentuk konsep-konsep abstrak dan generalisasi.3 Hal ini menggerakkan kita untuk menguji hipotesis-hipotesis  tadi,  untuk  memahami  implikasi  yang  dihasilkan  oleh 

1  Iwan  Triyuwono, Perspektif, Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah, (Jakarta, Raja Graindo Persada, 2006) h. 181

2  M.  Akhyar  Adnan,  Akuntansi  Syariah,  Arah,  Prospek  dan  Perkembangannya (Yogyakarta: UII Press, 2005) h. 64

3

 Riahi-Belkaoui, “Perspektif-perspektif Penelitian dalam Akuntansi” Accounting Theory. (Salemba Empat, 2007) h. 1-38


(3)

konsep tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus pengetahuan yang kita peroleh. Hal di atas sebenarnya menggambarkan proses yang menjelaskan perolehan suatu ilmu

akuntansi,  yang  berangkat  dari  fakta-fakta  tertentu  (diamati  atau  ditemukan)  berlanjut  ke  hipotesis-hipotesis  tertentu  (penyusunan  pemikiran) lalu ke teori-teori umum (penyusunan pemikiran yang  lainnya) hingga ke hukum umum yang diamati atau ditemukan.[2]

Perhatikan bahwa pengetahuan terbagi menjadi tiga jenis[3]:

1. Pengetahuan-bahwa (knowledge-that)  atau  pengetahuan 

faktual.

2. Pengetahuan-dari (knowledge-of)  atau  pengetahuan  berdasarkan perkenalan atau pengetahuan berdasarkan

pengalaman, dan

3. Pengetahuan-bagaimana (knowledge-how).4

B. Klasiikasi Keilmuan Peneliti Akuntansi

Akuntansi merupakan hal penting dalam bisnis. Sebab seluruh pengambilan keputusan bisnis didasarkan informasi yang diperoleh dari akuntansi. Pada setiap tahapan pengambilan

keputusan  keberadaan  informasi  mempunyai  peranan  penting,  baik  mulai  dari  proses  pengidentiikasian  persoalan,  mencari  alternatif pemecahan persoalan, maupun memonitor pelaksanaan 

keputusan yang diterapkan.

Akuntansi seringkali dinyatakan sebagai bahasa perusahaan

yang berguna untuk memberikan informasi yang berupa data-data keuangan perusahaan yang dapat digunakan guna pengambilan keputusan. Setiap perusahaan memerlukan dua macam informasi tentang perusahaannya yaitu informasi mengenai nilai perusahaan dan informasi tentang laba rugi usaha.

Terdapat berbagai kemungkinan kerangka kerja untuk

mengklasiikasikan para peneliti secara umum, termasuk tipologis. 

Tipologi yang digunakan oleh Mitroff dan Kilman[4] untuk

menghasilkan klasiikasi para peneliti:

4 Payne,Roy, L, The Nature of Knowledge and Organizational Psychology,The

Theory and Practice of Organizational Psychology(London: Academic Press, 1982),  h. 37-67


(4)

52 Fatullah Yoesoef

1. Ilmuan Abstrak (Abstract Scientist-AS)

Ilmuan Abstrak,  seseorang  yang  menggunakan 

indra  nya  dan  berpikir,  dimotivasi  oleh  penyelidikan  yang  menggunakan metodologi dan logika yang seksama, dengan  fokus  pada  kepastian,  keakuratan  dan  keandalan,  serta 

bergantung pada sebuah paradigma konsisten yang sederhana

dan terdeinisikan dengan baik.

2. Teoritikus Konseptual (Conseptual Theorist-CT).

Teoritikus Konseptual,  seseorang  yang  berikir  dan 

berintuisi,  mencoba  untuk  memberikan  banyak  penjelasan 

atau hipotesis untuk fenomena yang terjadi dengan berfous pada penemuan dan bukan pengujiannya.

3. Humanis Konseptual (Conseptual Humanist-CH).

Humanis Khusus, seseorang yang menggunakan indra 

dan  perasaannya,  berkepentingan  dengan  keunikan  dari 

individu manusia secara khusus. Setiap orang memiliki arti yang unik dari pada suatu akhir teoretis yang Abstrak.

4. Humanis Khusus (Particular Humanist-PH).

Humanis Konseptual,  seseorang  yang  menggunakan 

intuisi dan perasaannya, berfokus pada kesejahteraan manusia 

yang mengarahkan penyelidikan konseptual pribadinya ke arah kebaikan dari umat manusia secara umum.5

Adanya akuntansi memiliki tujuan sebagai pemberi

informasi (laporan keuangan) yang di dasari oleh keandalan,  kejujuran, kepastian, keterbukaan, netralitas, dan kelengkapan 

di antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan ekonomi.

C. Metodologi Akuntansi: Pendekatan Nomotesis

Ideograi Versus Pendekatan Nomotesis

Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh misalnya dalam akuntansi

akan  selalu  dihadapkan  pada  masalah  pengakuan,  pengukuran 

dan pelaporan. Oeh sebab itu pendekatan nomotesis mencoba 5 Hamlyn, The Theory of Knowledge (London: Macmillan,tth) h. 55


(5)

untuk mencari hukum dan menerapkan prosedur-prosedur yang telah di sampaikan oleh ilmu pasti. Pendekatan ini lebih

mengutamakan pada ketunggalan suatu peristiwa, sebagaimana 

digambarkan dalam studi kasus. Berarti pada awal pelaksanaan studi perbandingan maka para ilmuwan sangat memperhatikan dan mencermati pada kasus-kasus tertentu dalam suatu negara

atau  masyarakat.  Peristiwa  spesiik  atau  tunggal  yang  berdiri 

sendiri terlepas dari yang lain. Psikologi secara umum telah berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu yang sepenuhnya nomotesis. Sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan

ideograis  berusaha  untuk  memahami  beberapa 

peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi di alam atau di masyarakat.

Burrell  dan  Morgan  memberikan  suatu  deinisi  yang  mendalam  mengenai  baik  nomotesis  maupun  ideograi.  Pendekatan ideograis adalah didasarkan atas pandangan bahwa 

seseorang hanya dapat memahami dunia sosial dengan pertama kali memperoeh pengetahuan langsung dari subyek yang sedang diselidiki. Ia kemudian memberikan tekanan yang cukup kuat untuk mendekati subjek tersebut dan menekan kan analisis

dari  catatan-catatan  subjektif    yang  di  hasilkan  dengan  “masuk 

ke dalam” situasi dan melibatkan diri dalam kegiatan

sehari-hari,  analisis  yang  rinci  dari  wawasan  yang  di  ciptakan  oleh 

interaksi sejenis dengan subjek dan wawasan yang di tunjukkan dalam catatan-catatan impresionistis yang di temukan dalam buku

harian, biograi, dan catatan-catatan jurnalistis.[5]

Pada  sisi  yang  lain,  pendekatan  nomotesis  adalah  : 

mendasarkan penelitian pada protokol dan teknik. Pendekatan ini dilambangkan oleh pendekatan metode-metode yang di pergunakan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam. Ia disibukkan dengan penyusunan tes-tes ilmiah dan penggunaan

teknik-teknik  kuantitatif  dalam  analisis  data.  Survei,  kuesioner,  tes-tes 

kepribadian dan semua jenis instrumen penelitian yang telah

distandardisasi marupakan alat-alat penting paling utama, yang 

menyusun meodologi nomotesis.[6]

Arti dari semua hal diatas bagi praktik penelitian adalah pada akhirnya ia harus mengambil pilihan di antara ketiga pilihan berikut:[7]


(6)

54  Fatullah Yoesoef

1.  Melakukan  baik  penelitian  nomotesis  maupun  ideograis 

dan agregatnya

2.  Melakukan  penelitian  nomotesis  dan  ideograis  secara  bergantian,  menggunakan  kedua  metode  tersebut  secara 

bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari keduanya di beberapa kasus tertentu dan mengatasi kelemahan yang di miliki metode lainnya dibeberapa kasus lainnya.

3. Mengembangkan sebuah ilmu baru.6

D. Perspektif Ilmu Akuntansi

1) “Hipotesis dunia” Oleh Stephen Pepper

a) Formisme

Formisme secara ilosois terhubung dengan “kenyataan”  dan  “idealisme  platonik”  dengan  eksponen-eksponen. 

Metafora akarnya adalah kesamaan. Hal ini mengasumsikan

formisme  berfokus  pada  fenomena-objek,  peristiwa,  proses  –  yang  di  ambil  satu  persatu  dari  sumber,yang  mencoba  untuk  mengidentiikasikan  kesamaan  atau  perbedaan  hanya  melalui  sebuah  uraian,  dan  menerima  hasil  dari  penguraian  tersebut.  Aktiitas  utama  adalah  pengraian  dengan  berdasar  pada kesamaan, tampa mempertimbangkan sumber- sumber 

dari kesamaan itu sendiri. Uraian dalam formisme terbagi

menjadi  tiga  katagori  :  (1)  karakter,  (2)  kekhususan,  dan  (3) 

Partisipasi.7

Apa yang tampak dalam formisme adalah bahwa kebenaran merupakan tingkat kesamaan suatu uraian terhadap objek yang di acunya.Formisme merupakan sebuah teori kebenaran yang didasar kan atas kesesuaian. Formisme tidak

meliputi pertanyaan-pertanyaan keseragaman empiris, karena 

mereka hanya setengah benar dimana kebenaran penuh adalah uraian yang secara akurat sesuai dengan fakta-fakta yang telah terjadi dan dengan hukum-hukum yang perlu di tegakkan.

6  Mitroff, I.I., dan Kilman, R.H.,Methodological Approaches to Social Science, (London: Academic Press, 1982), h  87


(7)

b) Mekanisme

Mekanisme  secara  ilosois  terhubung  dengan 

naturalisme atau materialisme. Metafora akarnya adalah

sebuah  mesin.  Seperti  formisme,  ia  merupakan  suatu  teori 

analitis yang berfokus pada elemen-elemen yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan bukannya sesuatu yang kompleks atau

konteks.  Akan  tetapi,  tidak  seperti  formisme,  ia  integratif  dalam suatu urutan yang tertentu dan, jika cukup banyak hal  yang dapat diketahui. Mereka dapat di ramalkan, atau paling  sedikit di uraikan, sesuai dengan kebutuhannya.pengetahuan 

yang berjenis mekanisme ini memiliki enam ciri-ciri :

1.  Seperti  sebuah  mesin,  objek  studi  terdiri  atas 

bagian-bagian yang memiliki lokasi-lokasi tertentu.

2. Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk

kuantitatif,  sesuai  dengan  sifat  utama  dari  mesin 

tersebut.

3. Hubungan resmi antara bagian-bagian dari objek studi dapat diuraikan sebagai rumus-rumus fungsional atau

korelasi-korelasi statistik, hal ini merupakan pernyataan 

dari antarhubungan di antara bagian-bagian mesin.

4.  Sebagai tambahan dari sifat utama, terdapat karakteristik  lain yang dapat di nyatakan secara kuantitatif, meskipun 

tidak relevan secara langsung dengan objek studi: Mereka adalah sifat-sifat sekunder.

5. Sifat-sifat sekunder tersebut juga berhubungan secar

prinsip dengan objek studi karena “ jika memang terdapat  suatu uraian lengakap tentang mesin, kita seharusnya 

ingin untuk menemukannya dan menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat mempertahankan sifat-sifat sekunder tertentu terletak pada bagian-bagian tertentu dari mesin tersebut”.

6.  Hukum-hukum  sekunder  menandai  hubungan  yang 

stabil di antara sifat-sifat sekunder.

c) Kontekstualisme

Kontekstualisme berhubungan dengan pragmatisme. Metafora akarnya adalah peristiwa historis atau tindakan dalam


(8)

56  Fatullah Yoesoef

konteks.  Tidak  seperti  formisme,  kontekstualisme  bersifat  sintetis, di mana ia berfokus pada pola, suatu keseluruhan objek  studi  daripada  fakta-fakta  yang  terpisah.  Seperti  formisme, 

kontekstualisme bersifat dispersif di mana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta-fakta yang di ambil satu per satu dari suatu keseluruhan fakta.

d) Organisisme

Organisisme terhubung dengan absolut atau idealisme objektif. Metafora akarnya adalah integrasi secara keseluruhan atau kesatuan yang harmonis dilihat dari segi ketepatan waktu

dan struktur yang bertahan. Seperti mekanisme, organisisme 

terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari fakta-fakta yang tertata rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus dapat diramalkan. Seperti kontekstualisme ia bersifat

sintetis, dengan berfokus pada keseluruhan objek studi  dan 

bukannya fakta-fakta yang berbeda.8

Teori kebenaran dari organisisme adalah koherensi yang di dasar kanpada determinasi dan keabsolutan. Dengan kata

lain, organisisme mengusulkan adanya tingkat kebenaran yang  tergantung pada jumlah fakta yang di ketahui,dan ketika semua  fakta telah diketahui, karena memang pada prinsipnya mereka  dapat diketahui, baru kebenaran absolut dapat di peroleh.[9] 2. Formisme dalam akuntansi

Formisme dalam akuntansi meliputi pencarian akan kesamaan dan perbedaan di antara berbagai objek studi yang berbeda-beda tanpa mempertimbangkan adanya kemungkinan hubungan di antara mereka. Dapat di kemukakan bahwa seluruh pengetahuan teknik akuntansi yang digunakan dalam pengajaran akuntansi dan termuat dalam buku-buku teks standar sampai sejauh ini adalah formistis secara

mutlak.  Aturan-aturan  umum,  model  dan  algoritma  yang 

digunakan untuk menjelaskan fenomena akuntansi dan untuk membantu pelaksanaan praktik akuntansi adalah

objek  studi  yang  memiliki  ciri-ciri  tersendiri,  yang  dapat  di  8


(9)

bandingkan dari segi tingkat kesamaan dan perbedaan di antara mereka.

3. Mekanisme dalam akuntansi

Mekanisme akuntansi tidak hanya meliputi pencarian kesamaan dan perbedaan di antara objek-objek studi namun juga dan terutama adalah untuk hubungan kuantitatif yang memungkinkan untuk dilakuakan penguraian dan peramalan. Mekanisme dalam akuntansi adalah juga pencarian keteraturan empiris antara fenomena yang berbeda-beda melalui berbagai bentuk korelasi statistik.

Mekanisme dalam akuntansi berfokus pada pencapaian uraian yang semakin mendalam dan penyajian yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu representasi yang singkat dari logika yang menghubungkan bagian-bagian dari objek penelitian akuntansi. Masalah lain yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansi adalah adanya asumsi tidak langsung bahwa: ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant),  dan hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant).9

4. Kontekstualisme dalam akuntaansi

Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi dari fakta-fakta independen yang di peroleh dari

seperangkat  fakta  menurut  satu  konteks  spesiik  yang  akan 

menciptakan suatu pola atau gestalt. Fakta-fakta yang terdapat di setiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan

dan menerima hal-hal  baru.  Tambahan lagi,  mereka akan  di 

bedakan berdasarkan sifat dan tekstur mereka.

Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi bergantung

pada  analisis  dari  fakta-fakta  yang  hanya  diveriikasi  secara  langsung. Fakta-fakta yang spesiik terhadap situasi tertentu. 

Sehingga hasil akhirnya akan memiliki ruang lingkup yang terbatas.

5. Organisisme Di Dalam Akuntansi

Bagi mereka yang menerapkan organisisme di dalam 9 Ibid., h.193


(10)

58  Fatullah Yoesoef

akuntansi akan berfokus pada gestalt  yang  spesiik  sebagai 

objek  studinya,yang  terdiri  atas  fakta-fakta  yang  tertata 

dengan baik dan terintegrasi serta dapat di uraikan sekaligus

diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, organisisme 

mencari determinasi dari keteraturan empiris di antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam bentuk

analisis  statistik.  Namun  tidak  seperti  mekanisme,  pecarian 

keteraturan empiris tersebut dipersempit kepada konteks-konteks gestalt yang spesiik.

Organisasi dalam akuntansi memang akan bergantung

pada  ketersediaan  dari  basis  data  asli,  fokus  pada  konteks  spesiik  yang  akan  mengakui  keunikan  dari  data  dan 

mengharmonisasikan nya menjadi holon akuntansi yang lebih

lengkap,  dan  sebagai  hasilnya  akan  memberikan  struktur 

mendasar yang lebih komprehensif. Organisisme dalam

akuntansi perlu pula untuk mengidentiikasi urutan langkah-langkah yang mencapai puncaknya dalam suatu telos,  suatu  struktur keseluruhan yang mendetail.

E. Perspektif Pada Penelitian Akuntansi

1. Kerangka kerja Burrell dan Morgan

a. Hakikat Ilmu Sosial

Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam

dan  pilihan.  Bagi  orang  awam,  penelitian  akuntansi  tampak  seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi, 

dan jenis wacananya. Kenyataan nya sangat berbeda. Seperti

ilmu  sosial  lainnya,  akuntansi  melakukan  penelitiannya 

dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi –

pandangan  fungsional,  pandangan  interpretatif,  pandangan  humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal. Dalam  bagian  ini,  keempat  pandangan  tersebut  akan  dibahas  dan 


(11)

diterapkan pada penelitian akuntansi.

Terdapat empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya

dengan hakikat dari ilmu sosial, yaitu: Pertama, asumsi ontologis, 

berhubungan dengan esensi paling mendasar dari fenomena

akuntansi, yang melibatkan perbedaan-perbedaan nominalisme-realisme. Perbedaan yang terjadi adalah apakah alam sosial yang berada di luar kesadaran individu adalah merupakan

suatu penggabungan nama-nama asli, konsep, dan judul yang 

merupakan struktur pada kenyataan. Kedua, perdebatan tentang

epistemologi,  yang  berkaitan  dengan  dasar  pengetahuan  dan  hakikat  pengetahuan,  melibatkan  debat 

antipositivisme-positivisme.perdebatan ini berfokus pada kegunaaan dari pecarian hukum atau keteraturan yang menjadi dasar dalam bidang sosial. Ketiga,  pardebatan  sifat  manusia,  berkaitan 

dengan  hubungan  antara  manusia  dan  lingkungannya,  yang 

melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme. Perdebatan

ini berfokus pada apakah manusia dan aktiitasnya ditentukan 

oleh situasi atau lingkungan. Keempat,  perdebatan  mengenai 

metodologi,  yang  berkaitan  dengan  metode-metode  yang  di 

gunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam

sosial, melibatkan  perdebatan ideograis-nomotesis.10

b. Hakikat Dari Masyarakat

Satu  asumsi  mengenai  hakikat  masyarakat  –  yaitu,  perdebatan susunan-konlik, atau lebh tepat lagi, perdebatan 

regulasi-perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi.

Sosiologi  perubahan  radikal  sebaliknya,  mencoba  untuk 

menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan

radikal, konlik struktural mendalam, cara pendominasian, dan 

pertentangan struktral yang terjadi pada masyarakat modern. c. Kerangka Kerja Untuk Analisis Penelitian

Salah satu contoh kerangka kerja yang digunakan oleh Morgan untuk memeriksa bagaimana teori organisasional

10

  Payne,  R.,  The Nature of Knowledge and Organizational


(12)

60  Fatullah Yoesoef

dipengaruhi oleh asumsi-asumsinya sendiri dengan melalui

referensi pada paradigma, metafora, dan perilaku pemecahan 

teka-teki.

2. Pandangan Fungsionalis dalam Akuntansi

Pandangan fungsional dalam akuntansi berfokus pada

penjelasan  keteraturan  sosial,  dimana  akuntansi  memainkan 

sebuah peranan.

Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan ilmiah.

3. Pandangan Interpretatif dalam Akuntansi

Asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan

interpretatif dalam akuntansi hendaknya adalah : a) Percaya  pada pengetahuan, b) Percaya pada kenyataan isik dan sosial,  c) Hubungan antara teori dan praktik

4. Pandangan Humanis Radikal dalam Akuntansi

Pandangan humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan tatanan sosial dan memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal.

5. Pandangan Strukturalis Radikal dalam Akuntansi

Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial. Dari sudut pandang strukturalis

radikal  ini,  organisasi  merupakan  sebuah  instrumen  dari 

kekuatan-kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian tenaga kerja dan pembagian kekayaan dan kekuatan di masyarakat.

F. Pondasi Intelektual Dalam Akuntansi

1) Akuntansi Berbasis Ekonomi Marginal

Ekonomi marginal dan akuntansi konvensional yang di

dasarkan pada nilai dan laba ekonomi yang berhubungan, dikaitkan 


(13)

diperoleh dari taksiran nilai sekarang dari aliran arus kas mereka. D.J. Cooper menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada permintaan dan penawaran model

moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku 

bunga pasar.[10]  Singkatnya,  ekonomi  marginal  ditampilkan 

sebagai tautologis atau tidak terdeterminasi.11

2) Akuntansi Ekonomi Politis

Akuntansi  Ekonomi  Politis  (AEP)  adalah  sebuah  pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian 

akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi didalam ekonomi keseluruhan. Pendekatan AEP mecoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran

dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, 

dan kekuatan dalam masyarakat.

3) Akuntansi Berbasis Disiplin Ilmu

Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan

terhadap akuntansi, berbagai usulan telah dibuat baik untuk 

akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi.

Laporan  keuangan  sebagai  hasil  akhir  dari  proses 

akuntansi mempunyai tujuan yang paling utama adalah untuk

memenuhi kebutuhan informasi bagi calon investor, kreditur, 

dan para pemakai eksternal untuk pengambilan keputusan

lainnya.  Informasi  mengenai  posisi  keuangan,  kinerja  dan 

perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Hubungan antara laporan keuangan, prinsip akuntansi, 

teori akuntansi serta fenomena sosial dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:

11

Cooper,  D.J,  Discussion of Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of Cambridge Controversies,”Accounting, Organization and Society (Juni 1980), h. 161-166


(14)

62  Fatullah Yoesoef

Hubungan Pemakai laporan Keuangan, Teori Akuntansi, dan Fenomena Sosial:

Sumber: Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan 12

Laporan  keuangan  yang  di  susun  untuk  tujuan  ini 

memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna.

Namun  demikian,  laporan  keuangan  tidak  menyediakan 

semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa

lalu,  dan  tidak  diwajibkan  untuk  menyediakan  informasi 

nonkeuangan.

Simpulan

Perbedaan  perspektif  dari  para  peneliti  akuntansi,  metodologi akuntansi, ilmu akuntansi, penelitian akuntansi, dan 

pondasi intelektual dari akuntansi. Apa yang tampak jelas adalah bahwa akuntansi merupakan ilmu sosial yang lengkap. Akuntansi melakukan penelitiannya dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh 12  Ikantan  Akuntan  Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; KDPPLKS (Jakarta: Salemba Emban patria, 2007), h. 6


(15)

Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi

–  pandangan  fungsional,  pandangan  interpretatif,  pandangan  humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, D.J, Discussion of Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of Cambridge Controversies,”Accounting, Organization and Society (Juni 1980)

Hamlyn, The Theory of Knowledge (London: Macmillan,tth) 

Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; KDPPLKS

(Jakarta: Salemba Emban patria, 2007)

Iwan Triyuwono, Perspektif, Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah,

(Jakarta, Raja Graindo Persada, 2006)

M.  Akhyar  Adnan,  Akuntansi  Syariah,  Arah,  Prospek  dan  Perkembangannya (Yogyakarta: UII Press, 2005)

Mitroff, I.I., dan Kilman, R.H., Methodological Approaches to Social

Science,  (London: Academic Press, 1982)

Payne,  R.,  The Nature of Knowledge and Organizational

Psychology,  Theory and Method of Organizational

Psychology (London: Academic Press, 1982)

Riahi-Belkaoui,  “Perspektif-perspektif Penelitian dalam Akuntansi” Accounting Theory. (Salemba Empat, 2007) 


(1)

akuntansi akan berfokus pada gestalt  yang  spesiik  sebagai  objek  studinya,yang  terdiri  atas  fakta-fakta  yang  tertata  dengan baik dan terintegrasi serta dapat di uraikan sekaligus diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, organisisme  mencari determinasi dari keteraturan empiris di antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam bentuk analisis  statistik.  Namun  tidak  seperti  mekanisme,  pecarian  keteraturan empiris tersebut dipersempit kepada konteks-konteks gestalt yang spesiik.

Organisasi dalam akuntansi memang akan bergantung pada  ketersediaan  dari  basis  data  asli,  fokus  pada  konteks  spesiik  yang  akan  mengakui  keunikan  dari  data  dan  mengharmonisasikan nya menjadi holon akuntansi yang lebih lengkap,  dan  sebagai  hasilnya  akan  memberikan  struktur  mendasar yang lebih komprehensif. Organisisme dalam akuntansi perlu pula untuk mengidentiikasi urutan langkah-langkah yang mencapai puncaknya dalam suatu telos,  suatu  struktur keseluruhan yang mendetail.

E. Perspektif Pada Penelitian Akuntansi

1. Kerangka kerja Burrell dan Morgan

a. Hakikat Ilmu Sosial

Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan  pilihan.  Bagi  orang  awam,  penelitian  akuntansi  tampak  seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi,  dan jenis wacananya. Kenyataan nya sangat berbeda. Seperti ilmu  sosial  lainnya,  akuntansi  melakukan  penelitiannya  dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi – pandangan  fungsional,  pandangan  interpretatif,  pandangan  humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal. Dalam  bagian  ini,  keempat  pandangan  tersebut  akan  dibahas  dan 


(2)

diterapkan pada penelitian akuntansi.

Terdapat empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu sosial, yaitu: Pertama, asumsi ontologis,  berhubungan dengan esensi paling mendasar dari fenomena akuntansi, yang melibatkan perbedaan-perbedaan nominalisme-realisme. Perbedaan yang terjadi adalah apakah alam sosial yang berada di luar kesadaran individu adalah merupakan suatu penggabungan nama-nama asli, konsep, dan judul yang  merupakan struktur pada kenyataan. Kedua, perdebatan tentang epistemologi,  yang  berkaitan  dengan  dasar  pengetahuan  dan  hakikat  pengetahuan,  melibatkan  debat  antipositivisme-positivisme.perdebatan ini berfokus pada kegunaaan dari pecarian hukum atau keteraturan yang menjadi dasar dalam bidang sosial. Ketiga,  pardebatan  sifat  manusia,  berkaitan  dengan  hubungan  antara  manusia  dan  lingkungannya,  yang  melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme. Perdebatan ini berfokus pada apakah manusia dan aktiitasnya ditentukan  oleh situasi atau lingkungan. Keempat,  perdebatan  mengenai  metodologi,  yang  berkaitan  dengan  metode-metode  yang  di  gunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan  perdebatan ideograis-nomotesis.10

b. Hakikat Dari Masyarakat

Satu  asumsi  mengenai  hakikat  masyarakat  –  yaitu,  perdebatan susunan-konlik, atau lebh tepat lagi, perdebatan  regulasi-perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi. Sosiologi  perubahan  radikal  sebaliknya,  mencoba  untuk  menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan radikal, konlik struktural mendalam, cara pendominasian, dan  pertentangan struktral yang terjadi pada masyarakat modern. c. Kerangka Kerja Untuk Analisis Penelitian

Salah satu contoh kerangka kerja yang digunakan oleh Morgan untuk memeriksa bagaimana teori organisasional

10

  Payne,  R.,  The Nature of Knowledge and Organizational


(3)

dipengaruhi oleh asumsi-asumsinya sendiri dengan melalui referensi pada paradigma, metafora, dan perilaku pemecahan  teka-teki.

2. Pandangan Fungsionalis dalam Akuntansi

Pandangan fungsional dalam akuntansi berfokus pada penjelasan  keteraturan  sosial,  dimana  akuntansi  memainkan  sebuah peranan.

Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan ilmiah. 3. Pandangan Interpretatif dalam Akuntansi

Asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan interpretatif dalam akuntansi hendaknya adalah : a) Percaya  pada pengetahuan, b) Percaya pada kenyataan isik dan sosial,  c) Hubungan antara teori dan praktik

4. Pandangan Humanis Radikal dalam Akuntansi

Pandangan humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan tatanan sosial dan memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal.

5. Pandangan Strukturalis Radikal dalam Akuntansi

Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial. Dari sudut pandang strukturalis radikal  ini,  organisasi  merupakan  sebuah  instrumen  dari  kekuatan-kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian tenaga kerja dan pembagian kekayaan dan kekuatan di masyarakat.

F. Pondasi Intelektual Dalam Akuntansi

1) Akuntansi Berbasis Ekonomi Marginal

Ekonomi marginal dan akuntansi konvensional yang di dasarkan pada nilai dan laba ekonomi yang berhubungan, dikaitkan  dengan nilai dari kemungkinan konsumsi di masa datang yang


(4)

diperoleh dari taksiran nilai sekarang dari aliran arus kas mereka. D.J. Cooper menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada permintaan dan penawaran model moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku  bunga pasar.[10]  Singkatnya,  ekonomi  marginal  ditampilkan 

sebagai tautologis atau tidak terdeterminasi.11 2) Akuntansi Ekonomi Politis

Akuntansi  Ekonomi  Politis  (AEP)  adalah  sebuah  pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian  akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi didalam ekonomi keseluruhan. Pendekatan AEP mecoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan,  dan kekuatan dalam masyarakat.

3) Akuntansi Berbasis Disiplin Ilmu

Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah dibuat baik untuk  akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi.

Laporan  keuangan  sebagai  hasil  akhir  dari  proses  akuntansi mempunyai tujuan yang paling utama adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi calon investor, kreditur,  dan para pemakai eksternal untuk pengambilan keputusan lainnya.  Informasi  mengenai  posisi  keuangan,  kinerja  dan  perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Hubungan antara laporan keuangan, prinsip akuntansi,  teori akuntansi serta fenomena sosial dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:

11

Cooper,  D.J,  Discussion of Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of Cambridge Controversies,”Accounting, Organization and Society (Juni 1980), h. 161-166


(5)

Hubungan Pemakai laporan Keuangan, Teori Akuntansi, dan Fenomena Sosial:

Sumber: Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan 12

Laporan  keuangan  yang  di  susun  untuk  tujuan  ini  memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun  demikian,  laporan  keuangan  tidak  menyediakan  semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu,  dan  tidak  diwajibkan  untuk  menyediakan  informasi  nonkeuangan.

Simpulan

Perbedaan  perspektif  dari  para  peneliti  akuntansi,  metodologi akuntansi, ilmu akuntansi, penelitian akuntansi, dan  pondasi intelektual dari akuntansi. Apa yang tampak jelas adalah bahwa akuntansi merupakan ilmu sosial yang lengkap. Akuntansi melakukan penelitiannya dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh

12  Ikantan  Akuntan  Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; KDPPLKS


(6)

Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi –  pandangan  fungsional,  pandangan  interpretatif,  pandangan  humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, D.J, Discussion of Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of Cambridge Controversies,”Accounting, Organization and Society (Juni 1980)

Hamlyn, The Theory of Knowledge (London: Macmillan,tth) 

Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; KDPPLKS (Jakarta: Salemba Emban patria, 2007)

Iwan Triyuwono, Perspektif, Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah, (Jakarta, Raja Graindo Persada, 2006)

M.  Akhyar  Adnan,  Akuntansi  Syariah,  Arah,  Prospek  dan  Perkembangannya (Yogyakarta: UII Press, 2005)

Mitroff, I.I., dan Kilman, R.H., Methodological Approaches to Social Science,  (London: Academic Press, 1982)

Payne,  R.,  The Nature of Knowledge and Organizational Psychology,  Theory and Method of Organizational Psychology (London: Academic Press, 1982)

Riahi-Belkaoui,  “Perspektif-perspektif Penelitian dalam Akuntansi” Accounting Theory. (Salemba Empat, 2007)