Metodologi Keilmuan Penelitian Akuntansi
aKuntansi
Fatullah Yoesoef
Abstract
Accounting research can have a lot of variety and choice. For
the layman, accounting research looks like having dificulty in inding a topic, methodology, and type of discourse. Her reality is
very different. As with other social sciences, accounting conduct
research with are based on assumptions relating to the nature of the social sciences and the nature of society. An approach that has been adopted by Burrell and Morgan in organizational analysis
can be used to distinguish four views of research in accounting
functional view, view interpretive, humanistic view redikal, and
structuralist view redikal.
Keywords: Scientiic Research, Accounting Methodology Abstrak
Akuntansi penelitian dapat memiliki banyak variasi dan pilihan. Bagi orang awam, akuntansi penelitian terlihat seperti memiliki kesulitan dalam menemukan topik, metodologi, dan jenis wacana. Realitasnya sangat berbeda. Seperti ilmu-ilmu sosial lainnya, melakukan penelitian akuntansi dengan didasarkan pada asumsi yang berkaitan dengan sifat ilmu-ilmu sosial dan sifat masyarakat. Pendekatan yang telah diadopsi oleh Burrell dan Morgan dalam analisis organisasi dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan dari penelitian dalam akuntansi
(2)
50 Fatullah Yoesoef
pandangan fungsional, melihat interpretatif, humanistik pandangan radikal, dan pandangan strukturalis radikal.
Kata Kunci: Metodologi Penelitian, Akuntansi, Metodologi
Pendahuluan
Akuntansi sebagai sebuah aktivitas yang dirancang untuk
mengidentiikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi
tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan dapat berguna dalam membuat keputusan-keputusan ekonomi. Bicara tentang akuntansi
tidak lepas dari ideologi yang dianut dalam sebuah sistem ekonomi, misalnya sistem ekonomi kapitalis memiliki corak akuntansi kapitalis, sistem ekonomi sosialis memiliki akuntansi yang bercorak sosialis,
dan sistem ekonomi Islam memiliki akuntansi dengan corak Islami. Ada yang menarik perhatian dalam hal bentuk akuntansi. Sebagian pakar mengatakan bahwa bentuk akuntansi sebetulnya tergantung
pada ideologi dan moral masyarakat, akuntansi tidak bebas nilai. Ia
adalah anak dari budaya masyarakat.1 Dengan demikian pandangan
ini memberikan implikasi terhadap studi analisis kritis terhadap akuntansi kontemporer. Beberapa penelitian tanpa memperhatikan pendekatan yang digunakan telah menunjukkan bahwa akuntansi telah dibentuk oleh lingkungan. Akuntansi berkembang mengikuti pola evolusi masyarakat.2
Pada dasarnya kita mulai memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman konkrit yang kita alami. Keunikan
dari beberapa peristiwa, ritual atau fenomena mengarahkan kita untuk
meningkatkan pengamatan dan pemikiran yang kita lakukan atas apa
yang sedang terjadi. mengajarkan kita, jika kita cukup termotivasi,
untuk menciptakan hipotesis dalam bentuk konsep-konsep abstrak dan generalisasi.3 Hal ini menggerakkan kita untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi, untuk memahami implikasi yang dihasilkan oleh
1 Iwan Triyuwono, Perspektif, Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah, (Jakarta, Raja Graindo Persada, 2006) h. 181
2 M. Akhyar Adnan, Akuntansi Syariah, Arah, Prospek dan Perkembangannya (Yogyakarta: UII Press, 2005) h. 64
3
Riahi-Belkaoui, “Perspektif-perspektif Penelitian dalam Akuntansi” Accounting Theory. (Salemba Empat, 2007) h. 1-38
(3)
konsep tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus pengetahuan yang kita peroleh. Hal di atas sebenarnya menggambarkan proses yang menjelaskan perolehan suatu ilmu
akuntansi, yang berangkat dari fakta-fakta tertentu (diamati atau ditemukan) berlanjut ke hipotesis-hipotesis tertentu (penyusunan pemikiran) lalu ke teori-teori umum (penyusunan pemikiran yang lainnya) hingga ke hukum umum yang diamati atau ditemukan.[2]
Perhatikan bahwa pengetahuan terbagi menjadi tiga jenis[3]:
1. Pengetahuan-bahwa (knowledge-that) atau pengetahuan
faktual.
2. Pengetahuan-dari (knowledge-of) atau pengetahuan berdasarkan perkenalan atau pengetahuan berdasarkan
pengalaman, dan
3. Pengetahuan-bagaimana (knowledge-how).4
B. Klasiikasi Keilmuan Peneliti Akuntansi
Akuntansi merupakan hal penting dalam bisnis. Sebab seluruh pengambilan keputusan bisnis didasarkan informasi yang diperoleh dari akuntansi. Pada setiap tahapan pengambilan
keputusan keberadaan informasi mempunyai peranan penting, baik mulai dari proses pengidentiikasian persoalan, mencari alternatif pemecahan persoalan, maupun memonitor pelaksanaan
keputusan yang diterapkan.
Akuntansi seringkali dinyatakan sebagai bahasa perusahaan
yang berguna untuk memberikan informasi yang berupa data-data keuangan perusahaan yang dapat digunakan guna pengambilan keputusan. Setiap perusahaan memerlukan dua macam informasi tentang perusahaannya yaitu informasi mengenai nilai perusahaan dan informasi tentang laba rugi usaha.
Terdapat berbagai kemungkinan kerangka kerja untuk
mengklasiikasikan para peneliti secara umum, termasuk tipologis.
Tipologi yang digunakan oleh Mitroff dan Kilman[4] untuk
menghasilkan klasiikasi para peneliti:
4 Payne,Roy, L, The Nature of Knowledge and Organizational Psychology,The
Theory and Practice of Organizational Psychology(London: Academic Press, 1982), h. 37-67
(4)
52 Fatullah Yoesoef
1. Ilmuan Abstrak (Abstract Scientist-AS)
Ilmuan Abstrak, seseorang yang menggunakan
indra nya dan berpikir, dimotivasi oleh penyelidikan yang menggunakan metodologi dan logika yang seksama, dengan fokus pada kepastian, keakuratan dan keandalan, serta
bergantung pada sebuah paradigma konsisten yang sederhana
dan terdeinisikan dengan baik.
2. Teoritikus Konseptual (Conseptual Theorist-CT).
Teoritikus Konseptual, seseorang yang berikir dan
berintuisi, mencoba untuk memberikan banyak penjelasan
atau hipotesis untuk fenomena yang terjadi dengan berfous pada penemuan dan bukan pengujiannya.
3. Humanis Konseptual (Conseptual Humanist-CH).
Humanis Khusus, seseorang yang menggunakan indra
dan perasaannya, berkepentingan dengan keunikan dari
individu manusia secara khusus. Setiap orang memiliki arti yang unik dari pada suatu akhir teoretis yang Abstrak.
4. Humanis Khusus (Particular Humanist-PH).
Humanis Konseptual, seseorang yang menggunakan
intuisi dan perasaannya, berfokus pada kesejahteraan manusia
yang mengarahkan penyelidikan konseptual pribadinya ke arah kebaikan dari umat manusia secara umum.5
Adanya akuntansi memiliki tujuan sebagai pemberi
informasi (laporan keuangan) yang di dasari oleh keandalan, kejujuran, kepastian, keterbukaan, netralitas, dan kelengkapan
di antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan ekonomi.
C. Metodologi Akuntansi: Pendekatan Nomotesis
Ideograi Versus Pendekatan Nomotesis
Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh misalnya dalam akuntansi
akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran
dan pelaporan. Oeh sebab itu pendekatan nomotesis mencoba 5 Hamlyn, The Theory of Knowledge (London: Macmillan,tth) h. 55
(5)
untuk mencari hukum dan menerapkan prosedur-prosedur yang telah di sampaikan oleh ilmu pasti. Pendekatan ini lebih
mengutamakan pada ketunggalan suatu peristiwa, sebagaimana
digambarkan dalam studi kasus. Berarti pada awal pelaksanaan studi perbandingan maka para ilmuwan sangat memperhatikan dan mencermati pada kasus-kasus tertentu dalam suatu negara
atau masyarakat. Peristiwa spesiik atau tunggal yang berdiri
sendiri terlepas dari yang lain. Psikologi secara umum telah berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu yang sepenuhnya nomotesis. Sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan
ideograis berusaha untuk memahami beberapa
peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi di alam atau di masyarakat.
Burrell dan Morgan memberikan suatu deinisi yang mendalam mengenai baik nomotesis maupun ideograi. Pendekatan ideograis adalah didasarkan atas pandangan bahwa
seseorang hanya dapat memahami dunia sosial dengan pertama kali memperoeh pengetahuan langsung dari subyek yang sedang diselidiki. Ia kemudian memberikan tekanan yang cukup kuat untuk mendekati subjek tersebut dan menekan kan analisis
dari catatan-catatan subjektif yang di hasilkan dengan “masuk
ke dalam” situasi dan melibatkan diri dalam kegiatan
sehari-hari, analisis yang rinci dari wawasan yang di ciptakan oleh
interaksi sejenis dengan subjek dan wawasan yang di tunjukkan dalam catatan-catatan impresionistis yang di temukan dalam buku
harian, biograi, dan catatan-catatan jurnalistis.[5]
Pada sisi yang lain, pendekatan nomotesis adalah :
mendasarkan penelitian pada protokol dan teknik. Pendekatan ini dilambangkan oleh pendekatan metode-metode yang di pergunakan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam. Ia disibukkan dengan penyusunan tes-tes ilmiah dan penggunaan
teknik-teknik kuantitatif dalam analisis data. Survei, kuesioner, tes-tes
kepribadian dan semua jenis instrumen penelitian yang telah
distandardisasi marupakan alat-alat penting paling utama, yang
menyusun meodologi nomotesis.[6]
Arti dari semua hal diatas bagi praktik penelitian adalah pada akhirnya ia harus mengambil pilihan di antara ketiga pilihan berikut:[7]
(6)
54 Fatullah Yoesoef
1. Melakukan baik penelitian nomotesis maupun ideograis
dan agregatnya
2. Melakukan penelitian nomotesis dan ideograis secara bergantian, menggunakan kedua metode tersebut secara
bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari keduanya di beberapa kasus tertentu dan mengatasi kelemahan yang di miliki metode lainnya dibeberapa kasus lainnya.
3. Mengembangkan sebuah ilmu baru.6
D. Perspektif Ilmu Akuntansi
1) “Hipotesis dunia” Oleh Stephen Pepper
a) Formisme
Formisme secara ilosois terhubung dengan “kenyataan” dan “idealisme platonik” dengan eksponen-eksponen.
Metafora akarnya adalah kesamaan. Hal ini mengasumsikan
formisme berfokus pada fenomena-objek, peristiwa, proses – yang di ambil satu persatu dari sumber,yang mencoba untuk mengidentiikasikan kesamaan atau perbedaan hanya melalui sebuah uraian, dan menerima hasil dari penguraian tersebut. Aktiitas utama adalah pengraian dengan berdasar pada kesamaan, tampa mempertimbangkan sumber- sumber
dari kesamaan itu sendiri. Uraian dalam formisme terbagi
menjadi tiga katagori : (1) karakter, (2) kekhususan, dan (3)
Partisipasi.7
Apa yang tampak dalam formisme adalah bahwa kebenaran merupakan tingkat kesamaan suatu uraian terhadap objek yang di acunya.Formisme merupakan sebuah teori kebenaran yang didasar kan atas kesesuaian. Formisme tidak
meliputi pertanyaan-pertanyaan keseragaman empiris, karena
mereka hanya setengah benar dimana kebenaran penuh adalah uraian yang secara akurat sesuai dengan fakta-fakta yang telah terjadi dan dengan hukum-hukum yang perlu di tegakkan.
6 Mitroff, I.I., dan Kilman, R.H.,Methodological Approaches to Social Science, (London: Academic Press, 1982), h 87
(7)
b) Mekanisme
Mekanisme secara ilosois terhubung dengan
naturalisme atau materialisme. Metafora akarnya adalah
sebuah mesin. Seperti formisme, ia merupakan suatu teori
analitis yang berfokus pada elemen-elemen yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan bukannya sesuatu yang kompleks atau
konteks. Akan tetapi, tidak seperti formisme, ia integratif dalam suatu urutan yang tertentu dan, jika cukup banyak hal yang dapat diketahui. Mereka dapat di ramalkan, atau paling sedikit di uraikan, sesuai dengan kebutuhannya.pengetahuan
yang berjenis mekanisme ini memiliki enam ciri-ciri :
1. Seperti sebuah mesin, objek studi terdiri atas
bagian-bagian yang memiliki lokasi-lokasi tertentu.
2. Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif, sesuai dengan sifat utama dari mesin
tersebut.
3. Hubungan resmi antara bagian-bagian dari objek studi dapat diuraikan sebagai rumus-rumus fungsional atau
korelasi-korelasi statistik, hal ini merupakan pernyataan
dari antarhubungan di antara bagian-bagian mesin.
4. Sebagai tambahan dari sifat utama, terdapat karakteristik lain yang dapat di nyatakan secara kuantitatif, meskipun
tidak relevan secara langsung dengan objek studi: Mereka adalah sifat-sifat sekunder.
5. Sifat-sifat sekunder tersebut juga berhubungan secar
prinsip dengan objek studi karena “ jika memang terdapat suatu uraian lengakap tentang mesin, kita seharusnya
ingin untuk menemukannya dan menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat mempertahankan sifat-sifat sekunder tertentu terletak pada bagian-bagian tertentu dari mesin tersebut”.
6. Hukum-hukum sekunder menandai hubungan yang
stabil di antara sifat-sifat sekunder.
c) Kontekstualisme
Kontekstualisme berhubungan dengan pragmatisme. Metafora akarnya adalah peristiwa historis atau tindakan dalam
(8)
56 Fatullah Yoesoef
konteks. Tidak seperti formisme, kontekstualisme bersifat sintetis, di mana ia berfokus pada pola, suatu keseluruhan objek studi daripada fakta-fakta yang terpisah. Seperti formisme,
kontekstualisme bersifat dispersif di mana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta-fakta yang di ambil satu per satu dari suatu keseluruhan fakta.
d) Organisisme
Organisisme terhubung dengan absolut atau idealisme objektif. Metafora akarnya adalah integrasi secara keseluruhan atau kesatuan yang harmonis dilihat dari segi ketepatan waktu
dan struktur yang bertahan. Seperti mekanisme, organisisme
terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari fakta-fakta yang tertata rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus dapat diramalkan. Seperti kontekstualisme ia bersifat
sintetis, dengan berfokus pada keseluruhan objek studi dan
bukannya fakta-fakta yang berbeda.8
Teori kebenaran dari organisisme adalah koherensi yang di dasar kanpada determinasi dan keabsolutan. Dengan kata
lain, organisisme mengusulkan adanya tingkat kebenaran yang tergantung pada jumlah fakta yang di ketahui,dan ketika semua fakta telah diketahui, karena memang pada prinsipnya mereka dapat diketahui, baru kebenaran absolut dapat di peroleh.[9] 2. Formisme dalam akuntansi
Formisme dalam akuntansi meliputi pencarian akan kesamaan dan perbedaan di antara berbagai objek studi yang berbeda-beda tanpa mempertimbangkan adanya kemungkinan hubungan di antara mereka. Dapat di kemukakan bahwa seluruh pengetahuan teknik akuntansi yang digunakan dalam pengajaran akuntansi dan termuat dalam buku-buku teks standar sampai sejauh ini adalah formistis secara
mutlak. Aturan-aturan umum, model dan algoritma yang
digunakan untuk menjelaskan fenomena akuntansi dan untuk membantu pelaksanaan praktik akuntansi adalah
objek studi yang memiliki ciri-ciri tersendiri, yang dapat di 8
(9)
bandingkan dari segi tingkat kesamaan dan perbedaan di antara mereka.
3. Mekanisme dalam akuntansi
Mekanisme akuntansi tidak hanya meliputi pencarian kesamaan dan perbedaan di antara objek-objek studi namun juga dan terutama adalah untuk hubungan kuantitatif yang memungkinkan untuk dilakuakan penguraian dan peramalan. Mekanisme dalam akuntansi adalah juga pencarian keteraturan empiris antara fenomena yang berbeda-beda melalui berbagai bentuk korelasi statistik.
Mekanisme dalam akuntansi berfokus pada pencapaian uraian yang semakin mendalam dan penyajian yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu representasi yang singkat dari logika yang menghubungkan bagian-bagian dari objek penelitian akuntansi. Masalah lain yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansi adalah adanya asumsi tidak langsung bahwa: ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant), dan hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant).9
4. Kontekstualisme dalam akuntaansi
Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi dari fakta-fakta independen yang di peroleh dari
seperangkat fakta menurut satu konteks spesiik yang akan
menciptakan suatu pola atau gestalt. Fakta-fakta yang terdapat di setiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan
dan menerima hal-hal baru. Tambahan lagi, mereka akan di
bedakan berdasarkan sifat dan tekstur mereka.
Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi bergantung
pada analisis dari fakta-fakta yang hanya diveriikasi secara langsung. Fakta-fakta yang spesiik terhadap situasi tertentu.
Sehingga hasil akhirnya akan memiliki ruang lingkup yang terbatas.
5. Organisisme Di Dalam Akuntansi
Bagi mereka yang menerapkan organisisme di dalam 9 Ibid., h.193
(10)
58 Fatullah Yoesoef
akuntansi akan berfokus pada gestalt yang spesiik sebagai
objek studinya,yang terdiri atas fakta-fakta yang tertata
dengan baik dan terintegrasi serta dapat di uraikan sekaligus
diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, organisisme
mencari determinasi dari keteraturan empiris di antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam bentuk
analisis statistik. Namun tidak seperti mekanisme, pecarian
keteraturan empiris tersebut dipersempit kepada konteks-konteks gestalt yang spesiik.
Organisasi dalam akuntansi memang akan bergantung
pada ketersediaan dari basis data asli, fokus pada konteks spesiik yang akan mengakui keunikan dari data dan
mengharmonisasikan nya menjadi holon akuntansi yang lebih
lengkap, dan sebagai hasilnya akan memberikan struktur
mendasar yang lebih komprehensif. Organisisme dalam
akuntansi perlu pula untuk mengidentiikasi urutan langkah-langkah yang mencapai puncaknya dalam suatu telos, suatu struktur keseluruhan yang mendetail.
E. Perspektif Pada Penelitian Akuntansi
1. Kerangka kerja Burrell dan Morgana. Hakikat Ilmu Sosial
Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam
dan pilihan. Bagi orang awam, penelitian akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi,
dan jenis wacananya. Kenyataan nya sangat berbeda. Seperti
ilmu sosial lainnya, akuntansi melakukan penelitiannya
dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi –
pandangan fungsional, pandangan interpretatif, pandangan humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal. Dalam bagian ini, keempat pandangan tersebut akan dibahas dan
(11)
diterapkan pada penelitian akuntansi.
Terdapat empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya
dengan hakikat dari ilmu sosial, yaitu: Pertama, asumsi ontologis,
berhubungan dengan esensi paling mendasar dari fenomena
akuntansi, yang melibatkan perbedaan-perbedaan nominalisme-realisme. Perbedaan yang terjadi adalah apakah alam sosial yang berada di luar kesadaran individu adalah merupakan
suatu penggabungan nama-nama asli, konsep, dan judul yang
merupakan struktur pada kenyataan. Kedua, perdebatan tentang
epistemologi, yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan hakikat pengetahuan, melibatkan debat
antipositivisme-positivisme.perdebatan ini berfokus pada kegunaaan dari pecarian hukum atau keteraturan yang menjadi dasar dalam bidang sosial. Ketiga, pardebatan sifat manusia, berkaitan
dengan hubungan antara manusia dan lingkungannya, yang
melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme. Perdebatan
ini berfokus pada apakah manusia dan aktiitasnya ditentukan
oleh situasi atau lingkungan. Keempat, perdebatan mengenai
metodologi, yang berkaitan dengan metode-metode yang di
gunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam
sosial, melibatkan perdebatan ideograis-nomotesis.10
b. Hakikat Dari Masyarakat
Satu asumsi mengenai hakikat masyarakat – yaitu, perdebatan susunan-konlik, atau lebh tepat lagi, perdebatan
regulasi-perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi.
Sosiologi perubahan radikal sebaliknya, mencoba untuk
menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan
radikal, konlik struktural mendalam, cara pendominasian, dan
pertentangan struktral yang terjadi pada masyarakat modern. c. Kerangka Kerja Untuk Analisis Penelitian
Salah satu contoh kerangka kerja yang digunakan oleh Morgan untuk memeriksa bagaimana teori organisasional
10
Payne, R., The Nature of Knowledge and Organizational
(12)
60 Fatullah Yoesoef
dipengaruhi oleh asumsi-asumsinya sendiri dengan melalui
referensi pada paradigma, metafora, dan perilaku pemecahan
teka-teki.
2. Pandangan Fungsionalis dalam Akuntansi
Pandangan fungsional dalam akuntansi berfokus pada
penjelasan keteraturan sosial, dimana akuntansi memainkan
sebuah peranan.
Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan ilmiah.
3. Pandangan Interpretatif dalam Akuntansi
Asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan
interpretatif dalam akuntansi hendaknya adalah : a) Percaya pada pengetahuan, b) Percaya pada kenyataan isik dan sosial, c) Hubungan antara teori dan praktik
4. Pandangan Humanis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan tatanan sosial dan memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal.
5. Pandangan Strukturalis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial. Dari sudut pandang strukturalis
radikal ini, organisasi merupakan sebuah instrumen dari
kekuatan-kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian tenaga kerja dan pembagian kekayaan dan kekuatan di masyarakat.
F. Pondasi Intelektual Dalam Akuntansi
1) Akuntansi Berbasis Ekonomi MarginalEkonomi marginal dan akuntansi konvensional yang di
dasarkan pada nilai dan laba ekonomi yang berhubungan, dikaitkan
(13)
diperoleh dari taksiran nilai sekarang dari aliran arus kas mereka. D.J. Cooper menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada permintaan dan penawaran model
moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku
bunga pasar.[10] Singkatnya, ekonomi marginal ditampilkan
sebagai tautologis atau tidak terdeterminasi.11
2) Akuntansi Ekonomi Politis
Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian
akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi didalam ekonomi keseluruhan. Pendekatan AEP mecoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran
dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan,
dan kekuatan dalam masyarakat.
3) Akuntansi Berbasis Disiplin Ilmu
Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan
terhadap akuntansi, berbagai usulan telah dibuat baik untuk
akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi.
Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses
akuntansi mempunyai tujuan yang paling utama adalah untuk
memenuhi kebutuhan informasi bagi calon investor, kreditur,
dan para pemakai eksternal untuk pengambilan keputusan
lainnya. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan
perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Hubungan antara laporan keuangan, prinsip akuntansi,
teori akuntansi serta fenomena sosial dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:
11
Cooper, D.J, Discussion of Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of Cambridge Controversies,”Accounting, Organization and Society (Juni 1980), h. 161-166
(14)
62 Fatullah Yoesoef
Hubungan Pemakai laporan Keuangan, Teori Akuntansi, dan Fenomena Sosial:
Sumber: Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan 12
Laporan keuangan yang di susun untuk tujuan ini
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna.
Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa
lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
nonkeuangan.
Simpulan
Perbedaan perspektif dari para peneliti akuntansi, metodologi akuntansi, ilmu akuntansi, penelitian akuntansi, dan
pondasi intelektual dari akuntansi. Apa yang tampak jelas adalah bahwa akuntansi merupakan ilmu sosial yang lengkap. Akuntansi melakukan penelitiannya dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh 12 Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; KDPPLKS (Jakarta: Salemba Emban patria, 2007), h. 6
(15)
Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi
– pandangan fungsional, pandangan interpretatif, pandangan humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, D.J, Discussion of Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of Cambridge Controversies,”Accounting, Organization and Society (Juni 1980)
Hamlyn, The Theory of Knowledge (London: Macmillan,tth)
Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; KDPPLKS
(Jakarta: Salemba Emban patria, 2007)
Iwan Triyuwono, Perspektif, Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah,
(Jakarta, Raja Graindo Persada, 2006)
M. Akhyar Adnan, Akuntansi Syariah, Arah, Prospek dan Perkembangannya (Yogyakarta: UII Press, 2005)
Mitroff, I.I., dan Kilman, R.H., Methodological Approaches to Social
Science, (London: Academic Press, 1982)
Payne, R., The Nature of Knowledge and Organizational
Psychology, Theory and Method of Organizational
Psychology (London: Academic Press, 1982)
Riahi-Belkaoui, “Perspektif-perspektif Penelitian dalam Akuntansi” Accounting Theory. (Salemba Empat, 2007)
(1)
akuntansi akan berfokus pada gestalt yang spesiik sebagai objek studinya,yang terdiri atas fakta-fakta yang tertata dengan baik dan terintegrasi serta dapat di uraikan sekaligus diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, organisisme mencari determinasi dari keteraturan empiris di antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam bentuk analisis statistik. Namun tidak seperti mekanisme, pecarian keteraturan empiris tersebut dipersempit kepada konteks-konteks gestalt yang spesiik.
Organisasi dalam akuntansi memang akan bergantung pada ketersediaan dari basis data asli, fokus pada konteks spesiik yang akan mengakui keunikan dari data dan mengharmonisasikan nya menjadi holon akuntansi yang lebih lengkap, dan sebagai hasilnya akan memberikan struktur mendasar yang lebih komprehensif. Organisisme dalam akuntansi perlu pula untuk mengidentiikasi urutan langkah-langkah yang mencapai puncaknya dalam suatu telos, suatu struktur keseluruhan yang mendetail.
E. Perspektif Pada Penelitian Akuntansi
1. Kerangka kerja Burrell dan Morgana. Hakikat Ilmu Sosial
Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan pilihan. Bagi orang awam, penelitian akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi, dan jenis wacananya. Kenyataan nya sangat berbeda. Seperti ilmu sosial lainnya, akuntansi melakukan penelitiannya dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi – pandangan fungsional, pandangan interpretatif, pandangan humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal. Dalam bagian ini, keempat pandangan tersebut akan dibahas dan
(2)
diterapkan pada penelitian akuntansi.
Terdapat empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu sosial, yaitu: Pertama, asumsi ontologis, berhubungan dengan esensi paling mendasar dari fenomena akuntansi, yang melibatkan perbedaan-perbedaan nominalisme-realisme. Perbedaan yang terjadi adalah apakah alam sosial yang berada di luar kesadaran individu adalah merupakan suatu penggabungan nama-nama asli, konsep, dan judul yang merupakan struktur pada kenyataan. Kedua, perdebatan tentang epistemologi, yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan hakikat pengetahuan, melibatkan debat antipositivisme-positivisme.perdebatan ini berfokus pada kegunaaan dari pecarian hukum atau keteraturan yang menjadi dasar dalam bidang sosial. Ketiga, pardebatan sifat manusia, berkaitan dengan hubungan antara manusia dan lingkungannya, yang melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme. Perdebatan ini berfokus pada apakah manusia dan aktiitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan. Keempat, perdebatan mengenai metodologi, yang berkaitan dengan metode-metode yang di gunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan perdebatan ideograis-nomotesis.10
b. Hakikat Dari Masyarakat
Satu asumsi mengenai hakikat masyarakat – yaitu, perdebatan susunan-konlik, atau lebh tepat lagi, perdebatan regulasi-perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi. Sosiologi perubahan radikal sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan radikal, konlik struktural mendalam, cara pendominasian, dan pertentangan struktral yang terjadi pada masyarakat modern. c. Kerangka Kerja Untuk Analisis Penelitian
Salah satu contoh kerangka kerja yang digunakan oleh Morgan untuk memeriksa bagaimana teori organisasional
10
Payne, R., The Nature of Knowledge and Organizational
(3)
dipengaruhi oleh asumsi-asumsinya sendiri dengan melalui referensi pada paradigma, metafora, dan perilaku pemecahan teka-teki.
2. Pandangan Fungsionalis dalam Akuntansi
Pandangan fungsional dalam akuntansi berfokus pada penjelasan keteraturan sosial, dimana akuntansi memainkan sebuah peranan.
Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan ilmiah. 3. Pandangan Interpretatif dalam Akuntansi
Asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan interpretatif dalam akuntansi hendaknya adalah : a) Percaya pada pengetahuan, b) Percaya pada kenyataan isik dan sosial, c) Hubungan antara teori dan praktik
4. Pandangan Humanis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan tatanan sosial dan memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal.
5. Pandangan Strukturalis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial. Dari sudut pandang strukturalis radikal ini, organisasi merupakan sebuah instrumen dari kekuatan-kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian tenaga kerja dan pembagian kekayaan dan kekuatan di masyarakat.
F. Pondasi Intelektual Dalam Akuntansi
1) Akuntansi Berbasis Ekonomi MarginalEkonomi marginal dan akuntansi konvensional yang di dasarkan pada nilai dan laba ekonomi yang berhubungan, dikaitkan dengan nilai dari kemungkinan konsumsi di masa datang yang
(4)
diperoleh dari taksiran nilai sekarang dari aliran arus kas mereka. D.J. Cooper menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada permintaan dan penawaran model moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku bunga pasar.[10] Singkatnya, ekonomi marginal ditampilkan
sebagai tautologis atau tidak terdeterminasi.11 2) Akuntansi Ekonomi Politis
Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi didalam ekonomi keseluruhan. Pendekatan AEP mecoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat.
3) Akuntansi Berbasis Disiplin Ilmu
Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah dibuat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi.
Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi mempunyai tujuan yang paling utama adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi calon investor, kreditur, dan para pemakai eksternal untuk pengambilan keputusan lainnya. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Hubungan antara laporan keuangan, prinsip akuntansi, teori akuntansi serta fenomena sosial dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:
11
Cooper, D.J, Discussion of Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of Cambridge Controversies,”Accounting, Organization and Society (Juni 1980), h. 161-166
(5)
Hubungan Pemakai laporan Keuangan, Teori Akuntansi, dan Fenomena Sosial:
Sumber: Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan 12
Laporan keuangan yang di susun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
Simpulan
Perbedaan perspektif dari para peneliti akuntansi, metodologi akuntansi, ilmu akuntansi, penelitian akuntansi, dan pondasi intelektual dari akuntansi. Apa yang tampak jelas adalah bahwa akuntansi merupakan ilmu sosial yang lengkap. Akuntansi melakukan penelitiannya dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh
12 Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; KDPPLKS
(6)
Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi – pandangan fungsional, pandangan interpretatif, pandangan humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, D.J, Discussion of Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of Cambridge Controversies,”Accounting, Organization and Society (Juni 1980)
Hamlyn, The Theory of Knowledge (London: Macmillan,tth)
Ikantan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; KDPPLKS (Jakarta: Salemba Emban patria, 2007)
Iwan Triyuwono, Perspektif, Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah, (Jakarta, Raja Graindo Persada, 2006)
M. Akhyar Adnan, Akuntansi Syariah, Arah, Prospek dan Perkembangannya (Yogyakarta: UII Press, 2005)
Mitroff, I.I., dan Kilman, R.H., Methodological Approaches to Social Science, (London: Academic Press, 1982)
Payne, R., The Nature of Knowledge and Organizational Psychology, Theory and Method of Organizational Psychology (London: Academic Press, 1982)
Riahi-Belkaoui, “Perspektif-perspektif Penelitian dalam Akuntansi” Accounting Theory. (Salemba Empat, 2007)