Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar antenatal care (anc) yuliana
commit to user
i
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI
BELAJAR ANTENATAL CARE (ANC)
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
YULIANA KARTIKA DEWI R0108043
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
(2)
commit to user
HAI,AII4ANPSJSGS$AIIA!{
KAP.YA TULIS ILMLATI
HUBLTHGAI}{ K&CERDA$AF6 EM+$K}NAL I}EFI'trA!T PRE"$TASI BELAJAR ANTFNATAE C,/LEE
iANg
Yuliaag Ksrtik* Sesi R{ti08043
Tel*h *ip€rtalffikerl d*n Di6.+qiui di H*dapn Tim Pe*$rji KTI
Pada Tangggl 24 A$stus 20lZ
Penbimbiag
I
Dr. Soeterno, M.PdFgP. !94SO?S719?5gI I
g1
Fembimbing
ff
Sri *!aly*+i, S-K*p, Ns, ${=I{+s
NIP. r9{i70214 199303 2 00r Fe*guji
I
Iir.
Suharroo Ffi.FdNIP. 19521129 19gSS3 I S01 Penguji
II
Eriedr* Bedi e**y**te, $.Iq€F, It{e, M.Ke* N-rF. it7E0220 2w50i
i
fioirya Tulis llrniah
Eriedre e., $-Kep, N+ M,Ke* 1"
1
4.
dr, Sp-OGS)
*4-
.dtq iHs
i
E, *u"l
,*g- ?
\*#
h*
FfiF.1 zfffisffti
6*tItt
.;:!r
(3)
commit to user
iv ABSTRAK
Yuliana Kartika Dewi. R0108043. 2012. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Antenatal Care (ANC). Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar Antenatal Care (ANC) mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012. Kecerdasan emosional rendah menyebabkan hasil belajar yang dicapai tidak baik. Hal ini karena kecerdasan emosional berkaitan dengan aspek-aspek kecerdasan emosional yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional, dilaksanakan pada bulan Maret - Agustus 2012. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling, diambil 98 peserta yang memenuhi kriteria restriksi. Pengumpulan data kecerdasan emosional dengan metode kuisioner, menggunakan instrumen skala
Likert yang telah diuji coba. Pengumpulan data prestasi belajar Antenatal Care (ANC) dengan metode dokumenter. Data yang diperoleh diolah dengan SPSS 16.0
for windows dengan uji statistik Chi-Square.
Hasil analisis korelasi Chi-Square menunjukkan kecerdasan emosional berhubungan dengan prestasi belajar Antenatal Care (ANC), nilai korelasi X2 44,720, kekuatan korelasi kuat ditunjukkan secara statistik dengan nilai koefisien kontingensi 0,560. Kecerdasan emosional berhubungan dengan prestasi belajar
Antenatal Care (ANC).
Kata Kunci : Kecerdasan emosional, prestasi belajar, Antenatal Care (ANC)
(4)
commit to user
v ABSTRACT
Yuliana Kartika Dewi. R0108043. 2012. The Relationship between Emotional Intelligence with Antenatal Care (ANC) Learning Achievement. DIV Midwifery Study Program of Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.
The objective of research is to find out the significant relationship between emotional intelligence and Antenatal Care (ANC) learning achievement of the midwifery students of STIKES Aisyiyah Surakarta of the VI semester of 2011/2012 academic year. The low emotional intelligence provides poor learning achievement. It is because the emotional intelligence relates to the aspects of emotional intelligence affecting the learning process.
This study was an analytical observational research using cross sectional approach, conducted from March to August 2012. The subject of research was the midwifery students of STIKES Aisyiyah Surakarta of the VI semester of 2011/2012 academic year. The sampling technique used was simple random sampling technique, obtaining 98 participants who met restriction criteria. The data of emotional intelligence was collected using questionnaire method, with Likert scale instrument that had been tried out. The data of Antenatal Care (ANC) learning achievement was documentary method. The data obtained was processed with SPSS 16.0 for windows with Chi-Square statistic test.
The result of Chi-Square correlation analysis showed that the emotional intelligence was correlated with Antenatal Care (ANC) learning achievement, with correlation value X2 of 44.720, the strong correlation power was indicated statistically with contingency coefficient value of 0.560. Emotional intelligence was correlated with Antenatal Care (ANC) learning achievement.
Keywords: Emotional Intelligence, learning achievement, Antenatal Care (ANC)
(5)
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Antenatal Care
(ANC).
Selama penyusunan karya tulis imiah ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu:
1. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K), selaku Kepala Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Sri Mulyani, S.Kep.Ns, M.Kes., selaku Sekretaris Program Studi DIV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing pendamping atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis
3. Erindra Budi, S. Kep Ns, M. Kes., selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah 4. Dr. Soetarno, M.Pd., selaku pembimbing utama atas segala petunjuk,
bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis
5. Penguji atas segala petunjuk, motivasi dan saran bagi penulis
6. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
(6)
commit to user
vii
Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, sehingga kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhirnya, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2012
(7)
commit to user
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……..………..………. i
HALAMAN PERSETUJUAN ……….……….……… ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….………..……… iii
ABSTRAK ……….……… iv
ABSTRACT ………..……….……… v
KATA PENGANTAR ………..……….……… vi
DAFTAR ISI ……….……….……… viii
DAFTAR LAMPIRAN……… xi
DAFTAR TABEL ………..………… xii
BAB I PENDAHULUAN ………….……….… 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Masalah ………..……… 3
C. Tujuan ……… 3
D. Manfaat ………..……… 4
BAB II TINJAUAN TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 6 A. Tinjauan Teori ……….... 6
(8)
commit to user
ix
2. Kecerdasan Emosional ….……… 17
3. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar ANC……… 21
B. Kerangka Konsep ……… 23
C. Hipotesis ……… 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..……… 25
A. Desain Penelitian …..……… 25
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ……..……… 25
C. Populasi …….……… 25
D. Sampel Dan Teknik Sampling ……… 26
E. Estimasi Besar Sampel ……… 26
F. Kriteria Retriksi …….……… 27
G. Definisi Operasional ..……….... 27
H. Instrumentasi Penelitian …….……… 28
I. Analisis Data ..……… 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ……….……… 36
A. Gambaran Umum ……… 36
B. Karakteristik Responden ……… 36
(9)
commit to user
x
2. Prestasi Belajar ANC……… 37
C. Uji Korelasi Chi Square …….……….... 37
BAB V PEMBAHASAN ……… 39
A. Deskripsi Hasil Penelitian …..……… 39
B. Pembahasan Hasil Penelitian .……… 40
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..………..……… 43
A. Simpulan ……… 43
B. Saran ..……… 43
DAFTAR PUSTAKA ……… 45 LAMPIRAN
(10)
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Jadwal penelitian
2. Lampiran 2 : Lembar konsultasi pembimbing I 3. Lampiran 3 : Lembar konsultasi pembimbing II
4. Lampiran 4 : Surat ijin pengambilan data dan penelitian
5. Lampiran 5 : Surat ijin pelaksanaan validitas instrumen penelitian 6. Lampiran 6 : Surat jawaban ijin pelaksanaan validitas dan penelitian 7. Lampiran 7 : Kisi-kisi dan draft instrumen penelitian (angket) 8. Lampiran 8 : Daftar mahasiswa peserta uji validitas
9. Lampiran 9 : Hasil uji validitas 10.Lampiran 10 : Hasil uji reliabilitas
11.Lampiran 11 :Daftar responden penelitian dan korelasi antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar ANC
12.Lampiran 12 : Hasil uji korelasi Chi-Square 13.Lampiran 13 : Tabel distribusi Chi-Square
(11)
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 : Tabel blue-print skala kecerdasan emosi
2. Tabel 4.1 : Tabel distribusi responden berdasarkan kecerdasan emosional 3. Tabel 4.2 : Tabel distribusi responden berdasarkan prestasi belajar ANC
4. Tabel 4.3 : Tabel distribusi frekuensi data kecerdasan emosional dan prestasi belajar ANC
5. Tabel 4.4 : Tabel hasil uji statistik Chi-Square dengan menggunakan SPSS
(12)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya persaingan dalam masyarakat, dimana kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan, utamanya untuk bertahan hidup dalam menghadapi perubahan hidup. Salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan (Alvita, 2008).
Prestasi belajar peserta didik biasa ditunjukkan dengan nilai. Berdasar nilai tersebut dapat diketahui bagaimana hasil belajar mereka. Keberhasilan peserta didik dalam belajar tidaklah sama. Peserta didik merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang peserta didik yang benar-benar sama. Tiap peserta didik memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar peserta didik (Dimyati dan Mudjiono, 1999). Untuk itu, prestasi belajar peserta didik satu dengan yang lain tentu berbeda.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati (impuls) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa (Goleman, 2007). Dalam proses belajar peserta didik, kecerdasan intelektual
(13)
commit to user
dan kecerdasan emosi bekerja saling melengkapi. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum (Goleman, 2001). Dengan demikian, kecerdasan emosi mempengaruhi kesuksesan peserta didik dan dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar antara peserta didik satu dengan yang lainnya.
Pendidikan seorang bidan diarahkan untuk menyiapkan tenaga ahli atau professional yang dibutuhkan di lingkungan departemen penyelenggara yang mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas seorang bidan. Hal ini tampak jelas bahwa tidak hanya pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga sikap profesionalisme bidan sangat diperlukan. Sikap seorang bidan yang penuh empati, terbuka, dan kesadaran bidan mengenai perasaan, pikiran yang dialami ibu maupun keluarganya merupakan wujud seorang bidan yang memiliki kecerdasan emosional. Hal ini menunjukkan betapa berarti kecerdasan emosional seorang calon bidan, tak terkecuali para mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta. Dari data yang diperoleh bahwa rata-rata prestasi belajar Antenatal Care (ANC) mengalami penurunan yaitu dari 75,4 (2009)
menjadi 73,7 (2010). Setelah itu, pihak prodi kebidanan mengadakan upaya latihan sebelum ANC dilaksanakan guna mematangkan kemampuan dan
(14)
commit to user
diharapkan prestasi belajar yang akan datang mengalami peningkatan dari sebelumnya (Data Primer, 2012).
Penelitian mengenai kecerdasan emosional ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Kurniawan tahun 2007 dengan judul “Hubungan antara Rasa Percaya Diri dan Kestabilan Emosi dengan Prestasi Belajar Otomotif Dasar di SMK Giri Puro Sumpiuh Banyumas Tahun Pelajaran 2007/2008”. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dan kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa SMK tersebut. Perbedaan penelitian dahulu dengan penelitian ini terletak pada populasi yang digunakan, desain penelitian, aspek prestasi belajar yang diambil.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Antenatal Care (ANC)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Antenatal Care (ANC)?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum
(15)
commit to user
Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar Antenatal Care (ANC).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kecerdasan emosional mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012. b. Untuk mengetahui prestasi belajar Antenatal Care (ANC) mahasiswa
kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai kecerdasan emosional dalam hal faktor-faktor yang mempengaruhinya guna meningkatkan prestasi belajar Antenatal Care
(ANC) peserta didik.
2. Manfaat aplikatif
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya kecerdasan emosional terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik sehingga dapat melakukan upaya lebih dengan melatih dan membentuk kecerdasan emosional guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
(16)
commit to user
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian atau referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis untuk lebih lanjut.
(17)
commit to user
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Antenatal Care (ANC)
a. Pengertian Prestasi Belajar Antenatal Care (ANC) 1) Pengertian Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care (ANC) adalah salah satu jenis Ujian Akhir
Program (UAP) suatu akademi kebidanan sebagai syarat kelulusan mahasiswa kebidanan. ANC dilakukan untuk mengevaluasi
pengetahuan dan ketrampilan yang telah diberikan pada mata kuliah Asuhan Kebidanan I (asuhan kehamilan) yaitu pada sub pokok bahasan pemeriksaan pada ibu hamil. Pada Antenatal Care
ini menggunakan model uji seperti osca (objective structured
clinical assessment) (Data Primer, 2012).
Dikatakan objective karena pada tahap prosedur/skill setiap
mahasiswa di observasi oleh dosen yang sebelumnya mengadakan persamaan persepsi dalam hal penilaian, sehingga mempunyai standart yang sama, sedangkan pada tahap penyusunan dokumentasi askeb telah tersedia jawaban baku. Structured disini
berarti bahwa pada uji ini terdapat struktur yang konsisten dimana pada tahap prosedur/skill mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku. Sedangkan clinical assessment
(18)
commit to user
berarti bahwa materi uji adalah pengetahuan dan ketrampilan yang terkait dengan pasien. Sehingga dapat diringkas bahwa dalam hal ini peserta akan dinilai secara objektif tentang kemampuan pengetahuan dan ketrampilannya dalam mengelola pasien dengan baik dan sesuai prosedur yang mampu menjadikan alat evaluasi kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor secara serentak dimana untuk menghadapinya diperlukan sebuah persiapan psikis yang matang (Riwanto, 2008).
Untuk teknis dari Antenatal Care (ANC) sendiri adalah
pertama-tama peserta melakukan skill pemeriksaan pada ibu hamil terlebih dahulu pada masing-masing ibu hamil yang telah tersedia. Setiap peserta memeriksa ibu hamil yang berbeda dari mahasiswa lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik kehamilan dan laboratorium (protein urin dan glukosa urin). Setelah selesai melakukan skill pemeriksaan ibu hamil, peserta keluar ruang pemeriksaan kemudian menyusun dokumentasi asuhan kebidanan dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya tadi.
Prosedur penilaian disini dilakukan oleh dosen yang sebelumnya telah dilakukan persamaan persepsi sehingga mempunyai standart yang sama. Penilaian skill ini dengan menggunakan lembar penilaian ceklist yang telah tersedia. Kemudian untuk penilaian dokumentasi asuhan kebidanan
(19)
commit to user
dilakukan oleh dosen dengan standart asuhan kebidanan yang telah ditentukan.
Setelah prosedur Antenatal Care (ANC) tersebut dilaksanakan,
akan menghasilkan suatu prestasi belajar peserta didik yang secara langsung dapat melihat kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektifnya.
2) Pengertian Prestasi Belajar
Widyaningrum dan Rachmawati (2007) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan secara sengaja dan didasarkan pada pengukuran dan penilaian berupa angka-angka yang dicantumkan dalam laporan hasil belajar tertentu. Prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya (Azwar, 1999). Prestasi belajar merupakan ketrampilan atau kecakapan yang dimiliki oleh peserta didik yang diperolehnya setelah melalui proses belajar, yang mencakupi bidang kognitif, afektif, dan psikomotor (Mulyati, 2004). Salah satu contoh ketrampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik utamanya mahasiswa kebidanan adalah ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan pada ibu hamil atau Antenatal Care
(ANC). Ketrampilan ini diperoleh dari proses belajar teori dan
(20)
commit to user
3) Pengertian Prestasi Belajar Antenatal Care (ANC)
Berdasarkan uraian di atas mengenai Antenatal Care (ANC)
dan prestasi belajar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar Antenatal Care (ANC) adalah
hasil pencapaian peserta didik dalam kegiatan belajar dalam hal pemeriksaan pada ibu hamil yang dilakukan dalam bentuk test prosedural/skill sebagai gambaran tingkat keberhasilan peserta didik baik dalam ranah kognitif, psikomotor, dan afektifnya, yang penilaiannya diukur dengan menggunakan ceklist kemudian menghasilkan nilai test hasil belajar berbentuk angka.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Antenatal Care (ANC)
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi:
1) Faktor internal, meliputi:
a) Faktor fisiologis, seperti penglihatan, pendengaran, dan lain-lain.
(21)
commit to user
b) Faktor psikologis, meliputi: (1) Faktor intelektif, meliputi:
(a) Faktor potensial, seperti kecerdasan dan bakat.
(b) Faktor kecakapan nyata, seperti prestasi yang telah dimiliki.
(2) Faktor non intelektif, seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, kecerdasan emosional, dan penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis d) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan 2) Faktor eksternal
a) Faktor sosial, meliputi lingkungan keluarga, tempat belajar, masyarakat, dan kelompok.
b) Faktor budaya, seperti adat istiadat.
c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Sumadi dan Suryabrata (1998) dan Stone dalam Winkle (1997) menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
(22)
commit to user
1) Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
a) Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan panca indera (1) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya.
(2) Panca indera
Berfungsinya panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara panca indera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.
b) Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, antara lain adalah:
(23)
commit to user
(1) Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan peserta didik mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang peserta didik, di mana mereka yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi, begitupun sebaliknya. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika peserta didik dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .
(2) Kepercayaan Diri
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang kepercayaan diri dapat merupakan faktor yang menghambat seseorang dalam menampilkan prestasi belajarnya. Kepercayaan diri adalah keyakinan atau kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap peserta didik yang positif terhadap mata pelajaran di institusi pendidikan merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajarnya.
(3) Motivasi
Motivasi adalah penggerak perilaku, pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya
(24)
commit to user
keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, peserta didik yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
2) Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri peserta didik, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:
a) Faktor lingkungan keluarga (1) Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis dan lain sebagainya.
(2)Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
(25)
commit to user
(3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
b) Faktor lingkungan sekolah (1) Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas institusi pendidikan , seperti papan tulis, OHP, LCD akan membantu kelancaran proses belajar mengajar. Selain itu bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
(2) Kompetensi tenaga pendidik dan peserta didik
Kualitas seorang tenaga pendidik dan peserta didik sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang peserta didik merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingin tahuannya, hubungan dengan
(26)
commit to user
pendidik dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka peserta didik akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
(3) Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada peserta didik. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran sertanya dalam kegiatan pembelajaran. Faktor yang paling penting adalah faktor tenaga pendidik. Jika pendidik mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat peserta didik menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajarnya akan cenderung tinggi, paling tidak mereka tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
c) Faktor lingkungan masyarakat (1) Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke bangku
(27)
commit to user
pendidikan dan cenderung memandang rendah pekerjaan pendidik/pengajar.
(2) Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar utamanya prestasi belajar
Antenatal Care antara lain adalah faktor internal yang meliputi faktor
inteligensi, kecerdasan emosi, kepercayaan diri, motivasi, dan kondisi fisik seorang peserta didik. Sedangkan faktor dari eksternal sendiri antara lain yang mempengaruhi adalah faktor dari pendidikan itu sendiri (tenaga pendidik, fasilitas institusi pendidikan, dan lain sebagainya, faktor keluarga, dan masyarakat.
c. Aspek-aspek Prestasi Belajar
Aspek-aspek prestasi belajar menurut Harahap dalam Ahmadi dan Supriyono (2004) antara lain:
1) Aspek-aspek tentang berpikir, meliputi: inteligensi, ingatan, cara menginterpretasi data, pokok-pokok pekerjaan, pemikiran yang logis, dan lain-lain.
(28)
commit to user
2) Perasaan sosial, meliputi: kerjasama dengan kawan sekelasnya, cara bergaul, cara pemecahan masalah serta nilai-nilai sosial, cara mengatasi dan menghadapi serta cara berpartisipasi dalam kehidupan sosial.
3) Kekayaan sosial dan kewarganegaraan, meliputi: pandangan hidup atau pendapatnya terhadap masalah-masalah sosial, politik, dan ekonomi.
Berdasar uraian di atas, maka aspek-aspek prestasi belajar adalah kognitif, afektif, psikomotor, dan perasaan atau kekayaan sosial serta kewarganegaraan.
2. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian kecerdasan emosional
Di dalam Stein dan Book (2002) dijelaskan bahwa kecerdasan emosional biasanya kita sebut sebagai “akal sehat”, terkait dengan kemampuannya membaca lingkungan politik dan sosial, dan menatanya kembali; kemampuan memahami secara spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh orang lain, kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan yang terjadi; dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehadirannya didambakan oleh orang lain.
Salovey dan Mayer dalam Stein dan Book (2002) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai suatu kemampuan untuk mengenali
(29)
commit to user
perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Berdasar uraian di atas, maka yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengolah emosi dengan efektif, baik dalam pemahaman untuk diri sendiri maupun pemahaman terhadap orang lain, sehingga kemampuan berpikirnya tidak terganggu saat menghadapi tekanan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
Inteligensi emosional tidak berkembang secara alamiah, artinya seseorang tidak sendirinya dapat memiliki kematangan emosional semata-mata hanya dari perkembangan usia biologisnya. Kecerdasan emosional sangat bergantung pada proses pelatihan dan pendidikan yang terus-menerus (Suharsono, 2001).
Kecerdasan emosional merupakan suatu hal yang dapat dipelajari dan bukan bersifat bawaan. Proses pembelajaran emosional dimulai pada saat paling awal kehidupan, dan terus berlanjut sepanjang masa kanak-kanak. Semua jenis interaksi antara orang tua dan anak mempunyai makna dalam pembentukan emosional secara tersembunyi, dan pesan-pesan dalam interaksi atau pergaulan tersebut yang berlangsung selama bertahun-tahun akan membentuk inti pandangan dan kemampuan emosional anak-anak.
(30)
commit to user
Berdasar uraian di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah proses pelatihan dan pendidikan yang secara terus-menerus dan interaksi atau pergaulan antara orang tua dan anak dari awal kehidupannya.
c. Aspek-aspek kecerdasan emosional
Salovey (dalam Goleman, 2007) menyebutkan 5 wilayah utama kecerdasan emosional, yakni:
1) Mengenali emosi diri
Kesadaran diri, mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosi. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan sendiri, memiliki tolak ukur yang realitas atas kemampuan diri yang kuat (Goleman dalam Widodo, 1999) 2) Mengelola emosi
Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam ketrampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara
(31)
commit to user
mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
3) Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional, menahan hati terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Mampu menyesuaikan diri dalam “flow”
memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
4) Mengenali emosi orang lain
Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional merupakan ketrampilan bergaul dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang (Goleman dalam Widodo, 1999).
(32)
commit to user
5) Membina hubungan
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan kemampuan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dalam tim (Goleman dalam Widodo, 1999). Seni membina hubungan sebagian besar merupakan ketrampilan mengelola emosi orang lain. Orang-orang yang hebat dalam ketrampilan sosial akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain, mereka adalah bintang-bintang pergaulan.
Berdasar uraian di atas maka aspek-aspek kecerdasan emosional antara lain mengenali emosi diri (pengenalan diri), mengelola emosi (pengendalian diri), motivasi, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan (ketrampilan sosial).
3. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Antenatal Care (ANC)
Prestasi belajar yang diperoleh peserta didik merupakan gambaran keberhasilan dalam belajarnya. Studi sebelumnya mengidentifikasi hal-hal yang berhubungan dengan prestasi antara lain motivasi, kecerdasan, dan lingkungan.
(33)
commit to user
Di dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik tidak hanya dituntut untuk pandai secara intelektual, peserta didik juga harus memiliki emosi yang cerdas apabila ingin sukses. Emosi yang tidak terkendali dapat membuat orang melakukan hal-hal buruk yang membuatnya menjadi tampak bodoh. Tanpa kecerdasan emosi seseorang tidak akan bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum.
Seperti penjelasan di atas, bahwa prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kecerdasan emosional. Pengendalian emosi yang baik pada diri seseorang akan menjadikannya manusia yang cerdas di dalam lingkungannya sehingga menimbulkan penerimaan di lingkungan tersebut yang akan menciptakan kepercayaan diri, orang dengan keadaan seperti ini tetap dapat belajar dengan baik meskipun mendapatkan beberapa tekanan dari luar. Kegiatan belajar yang tetap berjalan baik tanpa ada gangguan yang berarti tentunya mendukung pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Begitupun dalam menghadapi berbagai test-test yang dilakukan oleh institusi pendidikan seperti uji prosedural/skill Antenatal Care, peserta didik yang memiliki kecerdasan
emosional akan merasa bahwa ia mampu menghadapinya dan menghasilkan prestasi yang baik.
(34)
commit to user
B. KERANGKA KONSEP
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kecerdasan emosional termasuk dalam kategori faktor internal yang bersifat psikologis turut berperan dalam mempengaruhi prestasi belajar. Kecerdasan emosional yang dimanajemen dengan baik diduga akan mempengaruhi prestasi belajar ANC, prestasi belajar
ANC akan meningkat. Keterkaitan kecerdasan emosional dan prestasi belajar
ANC dapat dilihat lebih lanjut pada bagan di bawah ini:
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar:
Faktor internal
Tinggi Tinggi
Prestasi Belajar ANC
Non intelek (EQ) Psikologis
Kecerdasan Emosional Fisiologis
Intelligensi (IQ)
Faktor eksternal
Kesadaran diri Pengendalian diri Motivasi
Empati Sosialisasi
(35)
commit to user
Keterangan: = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti
C. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Antenatal Care (ANC)”.
(36)
commit to user
25 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian non-eksperimen (observasional) jenis analitik korelasional dengan menggunakan rancangan
cross sectional, yang mempunyai arti bahwa penelitian ini bertujuan
menjelaskan, memperkirakan, dan menguji hubungan korelatif antar variabel subjek berdasarkan teori yang ada tanpa melakukan manipulasi atau intervensi, pengambilan data dilakukan pada saat yang bersamaan dalam sekali waktu, kemudian akan dilakukan analisis data dari data yang telah terkumpul (Nursalam, 2009).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus STIKES Aisyiyah Surakarta pada bulan Juli 2012. Pengambilan data diadakan pada bulan tersebut saat
Antenatal Care (ANC) selesai dilaksanakan sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan dan pada bulan tersebut data prestasi belajar Antenatal Care
(ANC) telah selesai diolah.
C. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kebidanan yang telah mengikuti salah satu rangkaian Ujian Akhir Program (UAP) yaitu
(37)
commit to user
Antenatal Care (ANC). Sedangkan populasi terjangkau yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012 yang telah mengikuti salah satu rangkaian Ujian Akhir Program (UAP) yaitu Antenatal Care (ANC) yaitu
sebanyak 130 mahasiswa.
D. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi terjangkau penelitian yaitu mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012 yang telah mengikuti salah satu rangkaian Ujian Akhir Program (UAP) yaitu Antenatal Care (ANC), yang diambil berjumlah
sesuai dengan estimasi besar sampel yang ditentukan yaitu sebesar 98 mahasiswa.
Teknik sampling untuk penelitian ini adalah simpel random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi sehingga akan didapatkan sampel yang representatif.
E. Estimasi Sampel
Untuk mendapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus :
(Nursalam, 2009)
) (
1 N d2
N n
(38)
commit to user
Keterangan :
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikansi (p)
Estimasi Besar Sampel:
Jadi, estimasi jumlah sampel yang digunakan adalah 98 responden.
F. Kriteria Retriksi
Kriteria dalam penelitian ini, yaitu:
1) Kriteria inklusi: mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012 yang telah mengikuti Antenatal
Care (ANC).
2) Kriteria eksklusi: mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI yang tidak hadir (absen) dan yang menolak untuk menjadi responden.
G. Definisi Operasional
1. Variabel bebas 1 : kecerdasan emosional (X)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengolah emosi secara akurat dan efisien untuk menghadapi tekanan, sehingga kemampuan berpikir tidak terganggu. Kecerdasan emosional meliputi
11 , 98 ) 05 , 0 ( 130 1 130 2 n
(39)
commit to user
aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
2. Variabel terikat : prestasi belajar Antenatal Care (Y)
Prestasi belajar Antenatal Care (ANC) adalah hasil pencapaian peserta
didik dalam kegiatan belajar dalam hal pemeriksaan pada ibu hamil yang dilakukan dalam bentuk test prosedural/skill sebagai gambaran tingkat keberhasilan yang penilaiannya diukur dengan ceklist kemudian menghasilkan nilai hasil belajar dan berbentuk angka kemudian dikategorikan dalam kategori tertentu.
H. Instrumenasi Penelitian
Instrumen pengumpul data variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Sedangkan untuk variabel terikat menggunakan metode dokumenter. Berikut rincian instrumen masing-masing variabel:
1. Variabel kecerdasan emosional
Skala pada angket untuk variabel bebas dalam penelitian ini dibuat dan berpedoman pada skala Likert yang telah dimodifikasi, yaitu
menghilangkan pilihan ragu-ragu sehingga responden akan memilih jawaban yang pasti ke arah yang sesuai atau tidak sesuai dengan dirinya. Pernyataan item dalam skala dikelompokkan menjadi favorable dan
unfavorable yang dibuat dalam 4 alternatif jawaban. Pilihan untuk bentuk
(40)
commit to user
nilai 3, TS (Tidak Setuju) dengan nilai 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan nilai 1. Bentuk unfavorable yaitu STS (Sangat Tidak Setuju)
dengan nilai 4, TS (Tidak Setuju) dengan nilai 3, S (Setuju) dengan nilai 2, dan SS (Sangat Setuju) dengan nilai 1. Perbedaan empat alternatif jawaban tersebut adalah pada frekuensi sesuai masing-masing individu. Berikut penjelasan dan contohnya:
Pernyataan :
Saya sulit berbicara ketika berhadapan dengan orang yang baru saya kenal. Jawaban :
a. Apabila pernyataan tersebut cocok dengan keseharian anda, maka pilihlah salah satu alternatif jawaban antara SS atau S, tergantung frekuensinya.
b. Apabila pernyataan tersebut tidak cocok dengan keseharian anda (berlawanan), maka pilihlah salah satu alternatif jawaban antara TS atau STS, tergantung frekuensinya.
Angket kecerdasan emosional penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosional menurut Goleman, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi diri, mengendalikan emosi orang lain dan membina hubungan. Sebelum membuat pernyataan-pernyataan dalam angket, maka terlebih dahulu blue-print skala kecerdasan
(41)
commit to user
Tabel 3.1 Blue-print skala kecerdasan emosional
Aspek Indikator Nomor Item Jumlah Favorable Unfavorable f % Mengenali
emosi diri
Kesadaran diri 1,31 6,36 12 20 Sikap asertif 11,41 16,46
Penghargaan diri 21,51 26,56 Mengelola
emosi
Mengelola suasana hati sendiri
2,32 7,37 12 20
Penanganan stress 12,42 17,47 Mengendalikan
impuls
22,52 27,57
Motivasi diri Mengambil inisiatif dan bertindak efektif
3,33 8,38 12 20
Optimisme 13,43 18,48 Bergerak menuju
sasaran
23,53 28,58
Mengenali emosi orang lain
Empati 4,34 9,39 12 20 Mampu mengendalikan
orang lain
14,44 19,49
Mampu mengendalikan emosi orang lain
24,54 29,59
Membina hubungan
Mampu berinteraksi dengan baik
5,35 10,40 12 20
Bertanggung jawab terhadap tindakannya terhadap orang lain
15,45 20,50
Mampu bekerja sama dengan baik
25,55 30,60
Jumlah 60 100
Kemudian setelah blue-print selesai disusun, disusul langkah
(42)
commit to user
tersebut. Angket yang telah jadi kemudian diuji cobakan terlebih dahulu kepada peserta didik diluar sampel penelitian yang memiliki kriteria sama seperti sampel, yaitu pada mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012. Setelah dilakukan uji coba kemudian dilakukan analisis berupa tes validitas dan reliabilitas instrumen sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Validitas (kesahihan) alat pengumpul (instrumen) sangat diperlukan sebelum dipergunakan dalam penelitian. Instrumen harus benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Prosedur validitas skala instrumen pada penelitian ini melalui pengujian isi skala dengan melakukan konsultasi pada ahli (Salamah, 2009).
Selanjutnya dilakukan analisis dengan bantuan metode korelasi
product moment. Alasan menggunakan korelasi product moment
karena skala yang digunakan dalam penelitian ini tiap itemnya diberi skor pada level interval. Berikut ini adalah rumus yang digunakan:
Keterangan:
X = skor butir hitung Y = skor total
n = banyaknya subjek (Azwar, 2003)
2 2 2 2 ) ( . . ) ( . ) ).( ( ) ( Y Y n X X n Y X XY n rhitung(43)
commit to user
Validitas setiap butir pertanyaan juga dapat diukur dengan menggunakan program SPSS versi 16. Hasil dianggap memuaskan
apabila melebihi 0,30 (Azwar, 2005).
Hasil uji validitas pada taraf kesalahan 5% didapat rtabel=0,254,
kemudian dibandingkan dengan rhitung dari masing-masing item,
didapatkan 34 butir item valid dari total soal berjumlah 60 item. b. Uji Reliabilitas
Selain validitas instrumen, juga perlu dilakukan uji reliabilitas (kehandalan). Uji reliabilitas adalah untuk menguji seberapa handal instrumen penelitian, tidak berubah-ubah hasil ukurnya meskipun digunakan berulang kali (Salamah, 2009).
Pada penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan reliabilitas Alpha Cronbach. Alasan menggunakan teknik ini karena
data untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha diperoleh lewat
penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden, sehingga masalah yang mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas terulang dapat dihindari (Azwar, 2003). Berikut adalah rumus koefisien alpha:
α =
2
2
1 1 Stot
Sx k
k
Keterangan:
α = koefisien reliabilitas alpha
(44)
commit to user
Sx = total varians butir
Stot = jumlah varians skor total (Azwar, 2003)
Reliabilitas instrumen ini juga dapat diukur dengan program SPSS
versi 16. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60 (Nugroho, 2005).
Hasil penggunaan rumus tersebut diperoleh nilai koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,907. Hasil perhitungan mendekati angka 1,
yang berarti instrumen skala kecerdasan emosional memiliki reliabilitas yang sangat baik sehingga memungkinkan atau layak digunakan untuk penelitian.
2. Variabel prestasi belajar Antenatal Care (ANC)
Sumber data variabel terikat pada penelitian ini adalah dokumen prestasi belajar Antenatal Care (ANC) yang dimiliki oleh prodi Kebidanan
STIKES Aisyiyah Surakarta. Metode pengambilan data prestasi belajar
Antenatal Care (ANC) ini adalah dokumenter yaitu pengambilan data dari
dokumen-dokumen dari tempat penyimpanan data. Instrumen atau alat ukur yang dipakai untuk variabel terikat ini adalah lembar data prestasi belajar Antenatal Care (ANC).
(45)
commit to user I. Analisis Data
1. Pengolahan Data
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pengolahan data menurut Hidayat (2007) adalah :
a. Editing
Merupakan upaya untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian dan jawaban yang tidak jelas. Editing dilakukan pada saat pengambilan data agar jika terjadi kesalahan dapat segera diperbaiki.
b. Koding
Data yang telah di olah kemudian dilakukan tahap berikutnya yaitu mengkode data dengan pemberian kode untuk setiap pernyataan untuk mempermudah dalam pengolahan data.
c. Skoring
Merupakan upaya untuk memberikan nilai pada jawaban pernyataan yang berupa angka.
d. Tabulating
Merupakan upaya untuk mengelompokkan data kemudian ditampilkan secara deskriptif dalam bentuk tabel sebagai bahan informasi. Selanjutnya data dimasukkan ke dalam komputer dan dianalisis secara statistik.
(46)
commit to user
e. Melakukan analisis data 1) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakterisitik masing-masing variabel yang diteliti (Sugiyono, 2011).
2) Analisis Bivariat
Merupakan suatu analisis yang menggambarkan dua variabel yakni variabel kecerdasan emosional sebagai variabel bebas dan variabel prestasi belajar Antenatal Care (ANC) sebagai variabel
terikat serta mencari korelasi antara kedua variabel yang diteliti. Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah chi square untuk
mengukur hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar
Antenatal Care (ANC) yang menggunakan skala ordinal. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan bantuan SPSS 16 for Windows
(47)
commit to user
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta merupakan lembaga pendidikan tinggi milik Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Surakarta. Terdiri dari dua kampus yaitu di Jalan Ki Hajar dewantoro Jebres dan di Jalan Kapulogo Griyan Pajang Surakarta. STIKES Aisyiyah Surakarta mempunyai tiga program studi yaitu Program Studi Diploma III Kebidanan, Program Studi Diploma III Keperawatan dan Program Studi Ilmu Keperawatan (S1 Keperawatan). Program studi Diploma Kebidanan sendiri terdiri atas 3 tingkat, yang masing-masing terdiri atas 130 mahasiswa, sehingga total seluruh mahasiswa kebidanan adalah 390 mahasiswa.
B. Karakteristik Responden 1. Kecerdasan Emosional
Hasil kategori kecerdasan emosional pada subjek penelitian melalui angket yang telah dibagikan dan diisi, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
(48)
commit to user
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kecerdasan Emosional No. Kecerdasan
Emosional
Kelas Interval Cakupan
Frekuensi Persentase (%)
1. Rendah 34-68 3 3,06
2. Sedang 69-102 47 47,96
3. Tinggi 103-136 48 48,98
Jumlah 98 100
Sumber: Data Primer, Juli 2012 2. Prestasi Belajar ANC
Hasil kategori prestasi belajar ANC pada subjek penelitian melalui data
dokumentasi dari pihak akademis, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar ANC
No. Prestasi Belajar Kelas Interval Cakupan
Frekuensi Persentase (%)
1. Rendah 0-59 0 0
2. Sedang 60-79 50 51,02
3. Tinggi 80-100 48 48,98
Jumlah 98 100
Sumber: Data Sekunder, Juli 2012
C. Uji Korelasi Chi Square
Analisis dalam penelitian ini adalah dengan uji Chi Square, karena peneliti
ingin mengetahui apakah ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan skala ukur kedua variabel adalah ordinal. Berikut adalah distribusi frekuensi untuk data kecerdasan emosional dan prestasi belajar
(49)
commit to user
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar ANC
Prestasi belajar ANC
Rendah (1) Sedang (2)
Tinggi (3) Jumlah Kecerdasan
emosional
Rendah (1) 0 3 0 3
Sedang (2) 0 40 7 47
Tinggi (3) 0 9 39 48
Jumlah 0 52 46 98
Sumber: Data Hasil Penelitian, Juli 2012
Dari data yang telah ada kemudian dilakukan analisi dengan menggunakan uji statistik Chi Square dan dilanjutkan uji korelasi dengan korelasi kontingensi. Berikut adalah hasil uji statistik Chi Square dengan menggunakan
SPSS 16 for windows:
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Chi Square dengan menggunakan SPSS 16
for windows
Chi Square Koefisien Kontingensi
44,720 0,560
Sumber: Data Sekunder, Juli 2012
Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square didapatkan nilai X2
hitung sebesar 44,720. Kemudian diperoleh pula harga koefisien kontingensi yaitu sebesar 0,560.
(50)
commit to user
39 BAB V PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini diambil sesuai dengan kriteria retriksi. Berdasarkan kriteria retriksi tersebut diambil 98 subjek penelitian. Responden yang menjadi subjek penelitian merupakan mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012 yang telah memperoleh pengalaman praktek kebidanan dan telah melaksanakan serangkaian Ujian Akhir Program (UAP) yaitu Antenatal Care
(ANC). Subjek penelitian telah memenuhi Nilai Batas Lulus (NBL) yaitu
dengan jumlah nilai dengan indeks sedang dan tinggi (≥60). Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan penelitian adalah kendala waktu. Waktu yang tersedia untuk penelitian sangat terbatas, hal ini dikarenakan berbenturan dengan jadwal mahasiswa kebidanan semester VI yang sangat padat.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai X2 adalah 44,720. Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membandingkan nilai X2 hitung dengan nilai X2 tabel. Nilai X2 hitung>nilai X2 tabel yaitu 44,720>9,4877. Hal ini berarti ada hubungan antara dua variabel tersebut, yaitu kecerdasan emosional dan prestasi belajar ANC.
Kemudian dari hasil uji tersebut juga diperoleh harga koefisien kontingensi 0,560. Hal ini mempunyai arti bahwa hubungan antara kecerdasan emosional
(51)
commit to user
dan prestasi belajar ANC tersebut kuat karena harga koefisien
kontingensi>tingkat signifikansi yaitu 0,560>0,05.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012 yang memiliki kecerdasan emosional kategori tinggi dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi pula. Hal ini dibuktikan dengan mahasiswa yang mampu mengenali emosi diri, mempunyai kepekaan atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi. Kepekaan tersebut dijelaskan oleh Goleman dalam Widodo (1999) sebagaimana mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan sendiri, memiliki tolak ukur yang realitas atas kemampuan diri yang kuat yang mendorongmahasiswa untuk mengaktualisasikan diri sehingga akan mampu memperoleh prestasi belajar yang baik.
Selain itu pencapaian hasil belajar yang baik didukung pula dengan kemampuan mahasiswa dalam mengelola emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran (Goleman dalam Widodo, 1999). Seseorang yang dapat mengelola emosi dengan baik akan dapat melakukan manajemen stress, ceria, optimis, tenang dalam menghadapi setiap masalah, dan cerdas dalam menentukan strategi pemecahan masalah, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
(52)
commit to user
Motivasi juga turut menyumbang keberhasilan seseorang dalam meraih prestasi belajar yang baik, dengan adanya motivasi yang mendorongseseorang untuk berbuat atau bertindak dalam mencapai suatu tujuan atau cita-cita, maka aka nada suatu penggerak atau motor yang memberikan energy kepada mahasiswa untuk melakukan tugas secara optimal (Purwanto, 2006).
Keberhasilan dalam belajar didukung pula sikap empati yang dijelaskan Goleman dalam Widodo (1999) adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Seseorang yang bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda dan mampu menghargai perbedaan, tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri, ketidakinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain, sehingga akan dapat berpikir positif terhadap orang lain dan mendorong untuk belajar dan memperoleh hasil belajar yang optimal.
Kemampuan dalam membina hubungan yang menuntut kecerdasan dan keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain sangat diperlukan untuk menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan (prestasi) seorang mahasiswa. Dengan terbinanya hubungan dengan orang lain maka mempengaruhi terhadap kegiatan belajar. Semakin baik kegiatan belajar dimungkinkan semakin baik pula hasil belajarnya, yang ditunjukkan dalam angka prestasi hasil belajar (Goleman dalam Widodo, 1999).
Melalui prestasi belajar ANC ini dapat diketahui sejauh mana pengetahuan
(53)
commit to user
pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk menghasilkan prestasi yang lebih meningkat lagi di bidang lain dengan tetap dapat mengelola emosi dirinya sendiri dan juga mengenali emosi pasien yang dihadapinya. Peranan kecerdasan kognitif dalam hal ini sangat berpengaruh, sesuai pernyataan Januarsari dan Murtanto (2002) bahwa kecerdasan kognitif mengacu pada kemampuan berkonsentrasi dan merencanakan, mengelola bahan, menggunakan kata dan memahaminya, memahami fakta dan mengartikannya. Namun, tanpa memiliki kecerdasan emosional, mahasiswa tidak mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum (Widodo, 1999). Bagi mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah dapat diperbaiki kecerdasan emosional tersebut dengan memberikan bimbingan atau perlakuan melalui fasilitas yang tersedia, misal bimbingan melalui pembimbing akademik atau memberikan perlakuan yang dapat dilakukan dalam kegiatan perkuliahan untuk dapat meningkatkan kecerdasan emosional mahasiswa tersebut.
(54)
commit to user
43 BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar Antenatal Care (ANC) mahasiswa kebidanan STIKES
Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012. Dengan kata lain, mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan diikuti prestasi belajar Antenatal Care (ANC) yang tinggi pula.
B. SARAN
1. Mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah diharapkan agar meningkatkan kemampuan serta kepekaan dalam mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi dalam berprestasi, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan (kerjasama) atas dasar peranannya dalam keberhasilan mahasiswa.
2. Pendidik prodi kebidanan STIKES Aisyiyah sebaiknya lebih meningkatkan dalam memasukkan unsur-unsur kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran seperti memperbanyak interaksi dengan orang lain melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan perkuliahan. Pendidik juga sekaligus dapat memberikan bimbingan atau perlakuan kepada mahasiswanya guna peningkatan kecerdasan emosional.
(55)
commit to user
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya dalam menggunakan instrumen penelitian tidak hanya menggunakan angket, tetapi dapat juga mengambil data penelitian dengan metode lainnya seperti observasi atau wawancara langsung agar data yang diberikan lebih akurat.
(1)
commit to user
39 BAB V PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini diambil sesuai dengan kriteria retriksi. Berdasarkan kriteria retriksi tersebut diambil 98 subjek penelitian. Responden yang menjadi subjek penelitian merupakan mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012 yang telah memperoleh pengalaman praktek kebidanan dan telah melaksanakan serangkaian Ujian Akhir Program (UAP) yaitu Antenatal Care
(ANC). Subjek penelitian telah memenuhi Nilai Batas Lulus (NBL) yaitu
dengan jumlah nilai dengan indeks sedang dan tinggi (≥60). Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan penelitian adalah kendala waktu. Waktu yang tersedia untuk penelitian sangat terbatas, hal ini dikarenakan berbenturan dengan jadwal mahasiswa kebidanan semester VI yang sangat padat.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai X2 adalah 44,720. Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membandingkan nilai X2 hitung dengan nilai X2 tabel. Nilai X2 hitung>nilai X2 tabel yaitu 44,720>9,4877. Hal ini berarti ada hubungan antara dua variabel tersebut, yaitu kecerdasan emosional dan prestasi belajar ANC. Kemudian dari hasil uji tersebut juga diperoleh harga koefisien kontingensi 0,560. Hal ini mempunyai arti bahwa hubungan antara kecerdasan emosional
(2)
commit to user
dan prestasi belajar ANC tersebut kuat karena harga koefisien kontingensi>tingkat signifikansi yaitu 0,560>0,05.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012 yang memiliki kecerdasan emosional kategori tinggi dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi pula. Hal ini dibuktikan dengan mahasiswa yang mampu mengenali emosi diri, mempunyai kepekaan atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi. Kepekaan tersebut dijelaskan oleh Goleman dalam Widodo (1999) sebagaimana mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan sendiri, memiliki tolak ukur yang realitas atas kemampuan diri yang kuat yang mendorongmahasiswa untuk mengaktualisasikan diri sehingga akan mampu memperoleh prestasi belajar yang baik.
Selain itu pencapaian hasil belajar yang baik didukung pula dengan kemampuan mahasiswa dalam mengelola emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran (Goleman dalam Widodo, 1999). Seseorang yang dapat mengelola emosi dengan baik akan dapat melakukan manajemen stress, ceria, optimis, tenang dalam menghadapi setiap masalah, dan cerdas dalam menentukan strategi pemecahan masalah, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
(3)
commit to user
Motivasi juga turut menyumbang keberhasilan seseorang dalam meraih prestasi belajar yang baik, dengan adanya motivasi yang mendorongseseorang untuk berbuat atau bertindak dalam mencapai suatu tujuan atau cita-cita, maka aka nada suatu penggerak atau motor yang memberikan energy kepada mahasiswa untuk melakukan tugas secara optimal (Purwanto, 2006).
Keberhasilan dalam belajar didukung pula sikap empati yang dijelaskan Goleman dalam Widodo (1999) adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Seseorang yang bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda dan mampu menghargai perbedaan, tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri, ketidakinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain, sehingga akan dapat berpikir positif terhadap orang lain dan mendorong untuk belajar dan memperoleh hasil belajar yang optimal.
Kemampuan dalam membina hubungan yang menuntut kecerdasan dan keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain sangat diperlukan untuk menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan (prestasi) seorang mahasiswa. Dengan terbinanya hubungan dengan orang lain maka mempengaruhi terhadap kegiatan belajar. Semakin baik kegiatan belajar dimungkinkan semakin baik pula hasil belajarnya, yang ditunjukkan dalam angka prestasi hasil belajar (Goleman dalam Widodo, 1999).
Melalui prestasi belajar ANC ini dapat diketahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mahasiswa serta bagaimana menerapkan
(4)
commit to user
pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk menghasilkan prestasi yang lebih meningkat lagi di bidang lain dengan tetap dapat mengelola emosi dirinya sendiri dan juga mengenali emosi pasien yang dihadapinya. Peranan kecerdasan kognitif dalam hal ini sangat berpengaruh, sesuai pernyataan Januarsari dan Murtanto (2002) bahwa kecerdasan kognitif mengacu pada kemampuan berkonsentrasi dan merencanakan, mengelola bahan, menggunakan kata dan memahaminya, memahami fakta dan mengartikannya. Namun, tanpa memiliki kecerdasan emosional, mahasiswa tidak mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum (Widodo, 1999). Bagi mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah dapat diperbaiki kecerdasan emosional tersebut dengan memberikan bimbingan atau perlakuan melalui fasilitas yang tersedia, misal bimbingan melalui pembimbing akademik atau memberikan perlakuan yang dapat dilakukan dalam kegiatan perkuliahan untuk dapat meningkatkan kecerdasan emosional mahasiswa tersebut.
(5)
commit to user
43 BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar Antenatal Care (ANC) mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta semester VI tahun pelajaran 2011/2012. Dengan kata lain, mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan diikuti prestasi belajar Antenatal Care (ANC) yang tinggi pula.
B. SARAN
1. Mahasiswa kebidanan STIKES Aisyiyah diharapkan agar meningkatkan kemampuan serta kepekaan dalam mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi dalam berprestasi, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan (kerjasama) atas dasar peranannya dalam keberhasilan mahasiswa.
2. Pendidik prodi kebidanan STIKES Aisyiyah sebaiknya lebih meningkatkan dalam memasukkan unsur-unsur kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran seperti memperbanyak interaksi dengan orang lain melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan perkuliahan. Pendidik juga sekaligus dapat memberikan bimbingan atau perlakuan kepada mahasiswanya guna peningkatan kecerdasan emosional.
(6)
commit to user
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya dalam menggunakan instrumen penelitian tidak hanya menggunakan angket, tetapi dapat juga mengambil data penelitian dengan metode lainnya seperti observasi atau wawancara langsung agar data yang diberikan lebih akurat.