Contoh PTK SD Mata Pelajaran IPS

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN

SDN PURNASATRIA KECAMATAN SATRIA ALAS

Disusun Oleh :

DRA. ALOY TUA NAGARA, M.PD

NIP.

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GUMELAR KARYA

UPT DINAS PENDIDIKAN SATRIA ALAS

SEKOLAH DASAR NEGERI PURNASATRIA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul Penelitian : PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA

DALAM PEMBELAJARAN ILMU

PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN

MENGGUNAKAN METODE BERMAIN

PERAN SDN PURNASATRIA 2. Peneliti

a. Nama Lengkap dan Gelar b. Jenis Kelamin

C. Pangkat/Golongan d. Sekolah

e. Alamat Sekolah f. Alamat Rumah : : : : : :

DRA. ALOY TUA NAGARA, M.PD Perempuan

Pembina, IV/b/

SDN PURNASATRIA Satria Alas

Kp. Padahayu Satria Alas

3. Lama Penelitian : 3 Bulan

Juli s/d September 2010

Petugas Perpustakaan SD Negeri PURNASATRIA

Saparia Soe Ara, S.Pd

NIP.

Gumelar Karya, Oktober 2010 Peneliti,

DRA. ALOY TUA NAGARA, M.PD

NIP. Mengetahui

Kepala SD Negeri PURNASATRIA

:

DRS. TUNGGARA SALAMINA, M.PD


(3)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama Penulis Panjatkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT. Karena dengan izinnya, maka penelitian ini yang berjudul “Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran di SDN PURNASATRIA Kabupaten Gumelar Karya” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan dukungannya kepada semua pihak Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses Penelitian Tindakan Kelas, semoga amal baiknya mendapat imbalan dari Allah SWT.


(4)

Dra. ALoy Tua Nagara, M.Pd : Meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan Metode Bermain Peran di SDN PURNASATRIA

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini karena pembelajaran IPS kurang diminati oleh para siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengelola pendidikan, agar proses belajar mengajar lebih menarik sehingga siswa menyenangi pembelajaran IPS, dan dapat meningkatakan minat serta motivasi siswa terhadap pembelajaran IPS sehingga meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas melalui tahapan atau siklus, penelitian ini berlangsung dalam dua siklus.Prosedur pelaksanaan tindakan meliputi beberapa tahapan.Tahapan pertama melakukan pendahuluan identifikasi masalah.Tahapan kedua peningkatan metode bermain peran melalui diskusi dengan guru dalam pengenalan.Tahapan ketiga pelaksanaan penggunaan metode bermain peran dan dilanjutkan dengan refleksi agar dapat menyusun rencana selanjutnya.Tahap keempat mengadakan tindak lanjut melalui penyusunan laporan.

Setelah melakukan penelitian ini ada beberapa temuan dalam pengembangan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran diantaranya : pertama meningkatkan kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi rencana persiapan pembelajaran, yang kedua meningkatakan minat siswa dalam pembelajaran IPS, ketiga partisipasi siswa dalam pembelajaran IPS menjadi efektif dan kondusif . berdasarkan penelitian ini bahwa penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran IPS perlu dikembangkan dan ditingkatkan di Sekolah Dasar supaya dapat menigkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS lebih menigkat sehingga siswa tertarik dalam pembelajaran IPS. Dengan demikian prestasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS akan lebih baik.


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 2

C. PEMBATASAN MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH ... 3

D. TUJUAN PENELITIAN ... 4

E. MANFAAT PENELITIAN ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL ... 5

B. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN IPS... 6

C. TUJUAN PENDIDIKAN IPS ... 7

D. PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH... 9

E. PEMBELAJARAN MODEL BERMAIN PERAN ... 11

1. PENGERTIAN BERMAIN PERAN ... 11

2. TUJUAN PENGGUNAAN BERMAIN PERAN ... 12

3. LANGKAH-LANGKAH DAN PERSIAPAN BERMAIN PERAN ... 12

4. METODE BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

A. PENDEKATAN METODE PENELITIAN ... 14

B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 16

C. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN ... 16

D. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 19

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 23


(6)

B. GAMBARAN AWAL PROSES PEMBELAJARAN IPS ... 23

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 30

A. SIMPULAN ... 30

B. SARAN-SARAN ... 30 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN FOTO-FOTO DOKUMENTASI


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial termasuk salah satu mata pelajaran yang amat penting dikuasai dan diminati sejak tingkat Sekolah Dasar oleh karena itu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sangat penting diminati oleh siswa yang ditunjukkan dengan motivasi yang tinggi dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Harapan tersebut ternyata belum nampak pada siswa kelas V SDN PURNASATRIA 8. Dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial para siswa sepertinya kurang tertarik, dari jumlah siswa hanya 35% yang tertarik, sedangkan yang tidak tertarik 65%. Alasan yang sering mereka keluhkan antara lain, materi Ilmu Pengetahuan Sosial terlalu susah untuk dihafalkan dan dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan.

Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan antara lain dengan tanya jawab, lembaran tugas, membuat rangkuman dan mengerjakan LKS. Namun demikian belum tampak hasilnya.

Untuk meningkatkan siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial perlu kiranya dicoba menerapkan metode pembalajaran yang membuat siswa lebih tertarik dan senang mengikuti pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial. Metode pembelajaran tersebut yaitu Metode Bermain Peran,


(8)

karena dalam metode bermain peran melibatkan aspek-aspek kognitif,

afektif serta psikomotor.

Sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum SD 1994 bahwa pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari; (Depdikbud,

1994). Oleh karena itu dituntut memiliki kualifikasi pendidikan profesi

yang memadai memiliki kompetensi dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan peserta didik, mempunyai jiwa kreatif dan memilikii etos kerja serta komitmen yang tinggi terhadap profesinya.

Melalui penerapan Bermain Peran siswa juga dapat menguji hubungan personal dan perilaku sosial dan mengkritisi berbagai pandangan dan pelaku, karakter peran.

Melalui penerapan metode bermain peran diharapkan terjadi peningkatan motivasi dan minat belajar siswa khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V SDN Purnasatria. Berdasarkan pernyataan di atas perlu kiranya di lakukan Penelitian Tindakan Kelas mengenai meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan metode bermain peran.


(9)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan upaya antara lain :

1. Apakah penggunaan metode pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS?

2. Apakah penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS?

3. Apakah lingkungan sekolah dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS?

4. Apakah kompetensi guru dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS?

5. Apakah sikap siswa terhadap mata pelajaran dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS?

C. Pembatasan Masalah Dan Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan minat belajar. Dalam penelitian ini akan dibatasi pada metode bermain peran dalam meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS berdasarkan pembatasan masalah diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana penggunaan metode bermain peran untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS?


(10)

b. Apakah dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran IPS. b. Untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial setelah menggunakan metode bermain peran.

E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan terjadi perbaikan dan peningkatan proses hasil pembelajaran, secara lebih rinci manfaatnya adalah :

a. Bagi Guru : melalui PTK ini guru dapat mengetahui metode pembelajaran metode bermain peran untuk meningkatkan minat belajar dalam pembelajaran IPS.

b. Bagi Siswa : diharapkan dapat tertarik dan senang mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sehingga menumbuhkan keberanian untuk bertanya, menjawab sehingga aktifitas dan antusias belajar siswa lebih hidup dan meningkat.


(11)

c. Bagi Sekolah : hasil dari proses belajar dan pembelajaran yang efektif diharapkan dapat meningkatkan mutu Pendidikan Sekolah.


(12)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa pengertian pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (kurikulum 2006).

Tujuan pembelajaran IPS adalah memperkenalkan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat manusia secara sistematis. Dengan demikian peran pendidikan IPS sangat penting untuk mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk dapat aktif dalam kehidupannya nanti sebagai anggota masyarakat.

IPS adalah bidang studi yang memepelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat di tinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu; ( Ischak 1997: 1.35).

Bahan kajian IPS dalam kurikulum 2006 disusun dengan sistematis, materi pelajaran berorientasi pada fungsi dan tujuan pembelajaran, standar kompetensi dasar hasil belajar dan indikator serta ruang lingkup yang harus dicapai oleh siswa.


(13)

Bidang studi IPS adalah ilmu yang mempelajari gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat.

B. Karakteristik Pendidikan IPS

IPS bukan merupakan pengajaran pengetahuan sosial yang terlepas- lepas dari satu dan terisolasi yang lainnya, tapi IPS merupakan proses pengajaran yang memadukan berbagai pengetahuan sosial; (Sumaatmadja,

1984:22). Pandangan lain bahwa karekteristik pendidikan IPS adalah :

1) Bahan pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah sosial, keterampilan berpikir, serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam,

2) Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia,

3) Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang Integrated (terppadu) berhubungan sampai yang terpisah,

4) Susunan bahan pelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewarganegaraan, fungsional, humanitis sampai yang struktural, 5) Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi, 6) Evaluasinya takan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan

psikomotor saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa yang disebut Democratic Quotient dan Atizanship Quetient,

7) Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainya akan melengkapi program studi IPS. Begitu pula unsur-usnur Science,


(14)

teknologi, matematika dan agama akan ikut memperkaya bahan pelajaran IPS; (Daldjoeni, 1992:60)

Pembelajaran pendidikan IPS bukanlah bertujuan untuk mengembangkan dan memenuhi ingatan para peserta didik semata melainkan juga untuk membina dan mengembangkan mental anak untuk sadar akan tanggung jawabnya baik bagi dirinya maupun masyarakat dan negara.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial para siswa dibekali konsep-konsep pengetahuan yang mengarah kepada pemahaman atau pengertian-pengertian. Dalam penyajiannya menggunakan akal pikiran (kognitif), afektif serta psikomotor.

C. Tujuan Pendidikan IPS

Tujuan utama pendidikan IPS adalah menolong siswa mengembangakan berbagai kemampuan untuk mengolah lingkungan Fisik dan Sosialnya agar dapat harmonis dilingkungannya.

Tujuan pendidikan IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang dimilikinya berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Proses belajar pendidikan IPS yang diharapkan adalah proses belajar yang mampu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, baik pengetahuan, keterampilan dan maupun sikap. Menurut Bruce Joyce dalam Pendidikan IPS memiliki tiga tujuan yaitu :


(15)

1.Pendidikan Kemanusiaan (Humamnistic Education), yaitu membantu anak memahami pengalamanya dan menentukan arti kehidupan,

2.Pendidikan Kewarganegaraan (Cisizenship education), yaitu siswa ikut berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan masyarakat dengan penuh kesadaran sebagai warga negara,

3.Pendidikan Intelektual (intelectual education) siswa mampu mengenalisa dan memecahkan masalah dengan menggunakan Ilmu Sosial sebagai alat,

Banks (1985 :3) menyatakan bahwa tujuan utama Pendidikan IPS adalah pengenalan kewarganegaraan, sehingga siswa dapat merefleksikan dan mengambil keputusan serta mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, negara dan dunia. Adapun tujuan yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.

Salah satu tujuan utama pendidikan IPS yang konsisten adalah mengembangkan anak-anak dengan perilaku dan keterampilan seperti di atas yang mendorong mereka untuk berpikir dan memecah masalah secara bebas;(Jarolimek, 1993).

Pembaharuan dibidang IPS dirasakan kurang mendapat perhatian jika dibandingkan dengan yang ada di bidang lain seperti IPA, Matematika, dan Bahasa.

Pola kehidupan masyarakat merupakan salah satu sumber bagi pembelajaran IPS. Dengan demikian dapat dipahami bahwa melalui


(16)

pembelajaran IPS berbagai kemampuan yang diharapakan dapat berkembang pada diri siswa khususnya kemampuan untuk dapat hidup ditengah- tengah masyarakat dimana tempat siswa hidup.

Ilmu Pengetahuan Sosial di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan nilai, sikap dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara.

D. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Proses pembelajaran dapat terjadi dalam berbagai model pembelajaran. Pembelajaran tidak terlepas dari strategi guru dalam menyampaikan materi pelejaran, strategi ini memiliki dua dimensi yaitu dimensi perencanaan dan operasional. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya; (Sumaatmadja, 2003: 1.18).

Pengertian di atas dapat ditemukan prinsip yang menjadi landasan pengertian pembalajaran yakni :

1. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku, 2. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku,

3. Pembelajaran merupakan suatu proses,

4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong ada suatu tujuan yang akan dicapai,


(17)

Pendidikan IPS sebagai suatu program pembelajaran yang membina dan menyiapkan kehidupan sosial yang baik bagi peserta didik sebagai warga negara dan warga masyarakat, diharapkan mamapu membina perubahan dan harapan-harapan baru yang positif. Pelaksanaan pendidikan IPS harus selalu mengikuti gejolak kehidupan dan perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara dan bahkan dunia pada umumnya. Pembelajaran IPS di SD isi sajiannya harus pragmatis praktis sesuai dengan tingkat perkembangan usia dan kemampuan pelajarnya.

Pendidikan IPS di Sekolah Dasar diandalkan untuk membina generasi muda, agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya dimasyarakat, melaluli pembelajaran IPS diharapakan siswa memiliki minat, kecintaan terhadap pengetahuan kehidupan sosial. Oleh karen itu, sekolah memiliki tanggung jawab unutk mentransmisikan pengetahuan, keterampilan, nilai dan perilku yang sangat dibutuhkan oleh generasi muda.

E. Pembelajaran Model Bermain Peran 1. Pengertian Bermain Peran

Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis.

Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan unutk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan


(18)

tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1964:171).

Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial.

Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas.

Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menetukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang: (Hasan, 1996: 266).

2. Tujuan Penggunaan Bermain Peran

Tujuan dari penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut: a. Untuk motivasi siswa,

b. Untuk menarik minat dan perhatian siswa,

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan sosial anak,


(19)

e. Mengembangkan kemampuan komusikasi siswa,

f. Melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata,

3. Langkah-langkah dan persiapan bermain peran

Agar proses pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran tidak mengalami kaku, maka perlu adanya langkah-langkah yang harus kita pahami terlebih dahulu ( Dahlan ; 1984) adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi masalah dengan cara memotivasi para peserta didik, 2. Memilih tema,

3. Menyusun skenario pembelajaran, 4. Pemeranan,

5. Tahapan diskusi dan evaluasi,

6. Melakukan pemeranaan ulang,melakukan diskusi dan evaluasi tahap 2,

7. Membagi pengalaman dan menarik generalisasi,

4. Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Penggunaan metode bermain peran tidak terlepas dari kegiatan tanya jawab dan evalusi. Pembelajaran IPS dengan menggunakan bermain peran siswa akan menemukan bahwa dengan pemeranan para pemain dan pengamat memiliki kesempatan untuk merefleksikan apa yang sedang terjadi.


(20)

Bermain peran dapat digunakan untuk melatih para siswa mengekspesikan masalah-masalah hubungan manusia, serta untuk mengilustrasikan bagaimana bermain peran bisa digunakan untuk mengembangkan kemampuan perasaan, sikap dan nilai.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah terbatasnya minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini berkaitan dengan penggunaan pendekatan, strategi pembelajaran dan metode yang digunakan. Penggunaan metode bermain peran ini bertujuan untuk meningkatakan dan mengembangkan minat siswa dan kemampuan inovasi profesional guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar. Dapat di artikan bahwa penelitian ini juga membantu guru dalam meningkatkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini karena dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran IPS di kelas, melalui sebuah tindakan yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi serta direfleksikan.

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan profesional keguruannya.

A. Pendekatan Metode penelitian

Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran, oleh karena itu metode yang di anggap tepat adalah metode penelitian tindakan kelas (clasroom

action research) yang difokuskan pada situasi kelas.

Metode yang terkandung dalam penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan nyata agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih


(22)

profesional. Tujuan akhir penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas yang pelaksanaanya berulang-ulang.

Manfaat yang dapat dipetik jika melaksanakan penelitian tindakan kelas menurut Suryanto ;(Darmawan, 1997: 41), antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pembelajaran yang mencakup antara lain : 1). Inovasi pembelajaran, 2). Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas, dan 3). Peningkatan profesionalisme guru.

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mendorong dan meningkatkan peran guru sebagai praktisi agar memiliki kesadaran diri, melakukan refleksi terhadap aktifitas kinerja, bagi perbaikan atau peningkatan tindakan pembelajaran, sehingga harapan untuk meningkatkan minat dan aktivitas belajar anak dalam pembalajaran IPS dapat tercapai.

Untuk mendukung tujuan di atas, penelitian tindakan ini menggunakan rancangan kualitatif-naturalistik yang biasa digunakan dalam penelitian

etnografis, dan didasarkan pada prinsip kealamiahan latar (natural setting)

berbasis lingkungan, situasional, kontekstual adaptif, dan bergantung dengan realitas situasi sosial kelas.

Penggunaan rancangan kualitatif-naturistik ini dalam penelitian tindakan kelas agar pengertian terhadap apa yang terjadi dalam kelas diperoleh langsung, serta melalui keterlibatan dan partisipasi diri bersama guru dan konteks kelas secara alamiah.


(23)

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan mengkaji dan menganalisis secara

reflektif, partisifatip, dan kolaboratif terhadap realitas, kendala, problema aktual,

dan implikasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang dikembangkan

berdasarkan penggunaan metode bermain peran. Selanjutnya tujuan penelitian tindakan kelas ini menemukan bahan informasi dan rujukan konseptual dalam mengadakan perubahan, perbaikan dan peningkatan iklim pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar. Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru-guru di sekolah dasar sebagai pemberian bantuan profesional untuk menigkatkan kinerja profesionalnya, khususnya dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas iklim pembelajaran IPS yang aktif, partisipatif dan lebih mengacu kepada kepentingan siswa.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian.

Subjek penelitian ini adalah di kelas V (lima) Sekolah Dasar Purnasatria 8 yang ada di wilayah Kecamatan Satria Alas, Kabupaten Gumelar Karya tahun pelejaran 2010/2011 sejumlah 33 siswa. Unsur pelaku penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas V (lima) yang terlibat dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan.

a) Subjek Penelitian

Yang dijadikan subjek penelitian ini adalah hal peristiwa, manusia dan situasi yang dapat di observasi. Dalam penelitian tindakan ini, yang dijadikan subjek


(24)

penelitian adalah “kinerja guru dan siswa” serta proses pembelajaran IPS selama pelaksanaan program tindakan ini dengan menggunakan metode bermain peran.

b) Data Penelitian

Data penelitian yang akan dikumpulkan dalam penelitian tindakan ini berupa perkataan, tindakan, dokumen, situasi dan peristiwa yang dapat di observasi, berkenaan dengan kinerja guru dan siswa, juga interaksi sosial yang terjadi selama pembelajaran IPS berlangsung dengan menggunakan metode bermain peran.

c) Instrumen Penelitian

Dalam rancangan penelitian ini (kualitatif naturalistik) peneliti sendirilah yang menjadi instrumen penelitian utama (human instrument) yang terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sendiri data dan informasi yang diperlukan.

d) Prosedur Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur Dasar penelitian Tindakan Kelas (action research classrom) melalui lima tahapan yaitu orintasi, perencanaan tindakan, observasi dan refleksi, diuraikan sebagai berikut :

1) Orientasi yaitu studi pendahuluan sebelum tindakan dan penelitian

tindakan dilakukan.

2) Perencanaan yaitu merencanakan pembelajaran yang akan


(25)

menggunakan metode bermain peran, perencanaan disusun dan dipilh secara efektip untuk dilaksanakan dalam berbagai situasi.

3) Tindakan yaitu kegiatan yang dilakukan pada tahap ini melaksanakan

kegiatan pembelajaran yang mengacu pada skenario yang telah direncanakan dan disiapkan.

4) Observasi yaitu melakukan observasi atau pengamatan atas hasil tindakan

yang dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi ini menjadi dasar refleksi bagi tindak yang telah dilakukan dan untuk penyusunan program selanjutnya..

5) Refleksi yaitu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan refleksi

dimaksudkan untuk mendapatkan dasar bagi perbaikan secara tindakan selanjutnya. Refleksi dilakukan pada akhir pelaksanaan seluruh tindakan atau setelah pengembangan program tindakan dipandang cukup.

Prosedur di atas didasarkan pada model penelitian tindakan yang dikemukakan Suharsimi, Suhardjono, Supardi (2006 :16) sebagaimana gambar berikut ini :


(26)

D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Perencanaan identifikasi

masalah dan penetapan alternativ pemecahan masalah

Merencanakan pembelajaran yang akan diterapakan dalam KBM. Menentukan pokok bahasan. Mengembangkan skenario pembelajaran.

Menyusun LKS.

Menyiapkan sumber belajar. Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan Pelaksanaan Refleksi


(27)

Meyiapkan format wawancara Mengembangkan format evalusi. Mengembangkan format observsi pembelajaran.

Tindakan Menerapkan tindakan mangacu

kepada skenario pembelajaran yang telah disiapkan dan LKS.

Pengamatan Melakukan observasi dengan

memakai format observasi

Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format LKS

Refleksi Melakukan evaluasi tindakan

yang telah dilakukan, meliputi evalusi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario LKS

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.


(28)

Indikator keberhasilan Siklus I

Instrumen-instrumen yang telah disiapkan pada siklus I dapat terlaksana semua.

Siswa mampu belajar atau berdiskusi dengan teman dalam membahas tugas yang diberikan Siswa mampu belajar dalam bentuk kelompok

Diatas 50% siswa tertarik dalam pembelajaran IPS

Siklus II Perencanaan Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah

Pengembangan program tindakan II

Tindakan Pelaksanaan program tindakan II

Pengamatan Pengumpulan data tindakan II

Refleksi Evaluasi tindakan

Indikator Keberhasilan Siklus II

Instrumen-instrumen yang telah disiapkan pada siklus II dapat terlaksana semua


(29)

Minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran IPS meningkat Diatas 75% minat siswa meningkat dalam pembelajaran IPS


(30)

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Kelas V SD Negeri Purnasatria 8. demikian sekolah dasar ini memiliki program pengembangan sekolah. Jumlah siswa 197 orang, jumlah tenaga pengajar PNS sebanyak 8 orang, sukwan 1 orang dan penjaga sekolah.

B. Gambaran Awal Proses Pembelajaran IPS

Ada dua aspek yang menjadi pembahasan tentang awal proses pembelajaran IPS dalam penelitian ini, aspek tersebut meliputi jenis kelamin dan kegiatan belajar siswa di sekolah. Kondisi siswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Keadaan Siswa Kelas V SDN PURNASATRIA 8

No. Jenis Kelalmin Jumlah Prosentase %

1. Laki-Laki 17

2. Perempuan 16

Jumlah 33

1. Kegiatan Pembelajaran di Kelas

Kegiatan peneliti berupa studi pendahuluan pada pembelajaran IPS yang berlangsung di Kelas. Studi pendahuluan ditujukan untuk mengetahui kondisi,


(31)

potensi, kekuatan dan kelemahan pembelajaran IPS yang biasa dilakukan oleh guru di kelas. Data mengenai situasi pembelajaran saat ini dikumpulkan melalui wawancara, dan observasi.

Kegiatan pertama dalam studi pendahuluan berupa wawancara kepada siswa kelas V.

Ada tiga hal yang ingin digali dari siswa berkaitan dengan wawancara yang dilakukan. Pertanyaan berkisar kesiapan siswa belajar, kesungguhan dalam proses pembelajaran dan perubahan pola pembelajaran yang diharapkan siswa.

Tabel 4.2

No. Pertanyaan Jawaban Prosentase Ket.

1.

Apakah kalian mengetahui apa yang akan dipelajari pada hari ini

Ya Tidak

35 65

2. Apakah kalian tahu untuk apa tujuan belajar hari ini

Ya Tidak

67 33

3. Senangkah kalian belajar IPS

12 orang menjawab senang sedangkan 21 orang menjawab tidak senang

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar sudah mengetahui apa yang dipelajari dan sedikit siswa yang mengetahui dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Rasa senang belajar IPS juga hanya dimiliki oleh 12 orang siswa dari 33 siswa yang diwawancarai, selebihnya menyatakan tidak tertarik karena pembelajaran IPS banyak yang harus di ingat atau dihafalkan.


(32)

Pertanyaan wawancara kedua berkisar tentang perubahan yang diinginkan siswa. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan kelanjutan karena banyak siswa yang kurang senang atau berminat dalam pembelajaran IPS.

Tabel 4.3

No. Pertanyaan Jawaban Prosentase

1. Apa yang kurang disenangi pada saat pembelajaran IPS

- Banyak hafalan - Membosankan

65 67

2. Seringkah kamu belajar

kelompok saat belajar IPS Jarang 100

3

Senangkah kamu apabila terus mendengarkan guru dalam belajar IPS

Tidak

Perubahan yang diinginkan siswa dalam pembelajaran IPS meliputi cara belajar, desain pembelajaran agar lebih meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS.

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil studi pendahuluan melalui wawancara adalah sebagai berikut :

1. Siswa sudah mengetahui hal yang akan dipelajari dan siap untuk belajar. 2. Siswa tidak banyak mengetahui tujuan pembalajaran yang akan

dicapainya.

3. Cara belajar siswa masih mengerjakan soal-soal latihan dan mendengarkan penjelasan guru.

4. Siswa menginginkan perubahan cara belajar yang membuat pembelajaran lebih menarik sehingga siswa berminat dan termotivasi.


(33)

1. Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran yang dibuat guru melilputi silabus, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran , komponen RPP terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, metode, media pembelajaran dan evaluasi.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Sesuai dengan perencanaan yang dibuat, pembelajaran berlangsung dalam klasikal, guru berperan penting sebagai narasumber dalam pembelajaran. Informasi yang didapatkan dari guru diserap anak melalui metode ceramah, siswa tidak bertanya kendati diberi kesempatan untuk bertanya. Guru memberikan soal latihan sebagai pengganti tanya jawab yang tidak diminati siswa.

Pada akhir pembelajaran memberikan PR kepada siswa.

Dari hasil observasi selama pembelajaran berlangsung dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Guru menduduki peran penting sebagai sumber dalam pembelajaran. 2. Siswa tidak antusias bertanya.

3. Jalannya pembelajaran sangat biasa, tidak nampak inovasi proses pembelajaran yang berbeda.

Setelah pembelajaran berakhir, peneliti dengan guru kelas V berdiskusi tentang hasil wawancara dan observasi. Hasil diskusi sebagai berikut :


(34)

b) Diperlukan inovasi strategi, metode, dan model pembelajaran yang membuat siswa berminat dan termotivasi untuk senang belajar IPS.

2. Penelitian Siklus I

a. Perencanaan siklus I

Perencanaan siklus I diawali dengan menyusun desain pembelajaran berdasarkan hasil kajian. Desain pembelajaran berbentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan pada bulan Juli 2010 pada hari selasa tanggal 20 Juli 2010. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit.

c. Refleksi

Refleksi atas rencana. Proses, dan hasil pembelajaran dilakukan sesuai pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Refleksi dilakukan terhadap penyusunan desain pembelajaran berupa RPP, proses pembelajaran, dan hasil belajar setelah siswa menjalani proses pembelajaran dengan penekanan pada minat siswa.

3. Penelitian Siklus II

a. Perencanaan Siklus II

Perencanaan pada siklus II meliputi pembuatan rencana pembelajaran, hasil refleksi siklus I menunjukan perlunya perbaikan rencana pembelajaran. RPP diatas menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.


(35)

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian siklus II dilangsungkan pada minggu ke 4 Januari tanggal 27 Juli 2010. Seperti yang terjadi pada siklus I pelaksanaan dimulai dengan kegiatan awal memberikan materi pengait sebagai bahan apresepsi. Dilanjutkan ke materi pokok yaitu masih tentang Perang Diponogoro (1925-1930), dengan menggunakan metode bermain peran dan siswa memainkan tokoh yang ada pada Perang Diponegoro.

Pada siklus ke dua ini diarahkan pada kemampuan guru dalam mengerahkan siswa untuk bermain peran yang labih baik dari pada siklus pertama. Dari gambar dialogis yang dilakukan siswa dalam kegiatan bermain peran pada siklus kedua, nampaknya sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang diharapkan guru. Observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap tampilan guru dalam pembelajaran IPS menampakan bahwa guru telah berupaya untuk menyerahkan siswa agar terfokus pada materi pembelajaran. Kegiatan dialog terhadap siswa yang dihubungkan dengan pendekatan kejadian menjadikan iklim pembelajaran semakin menarik dari respon-respon siswa dengan menggunakan metode bermain peran sehingga minat siswa terhadap pembelajaran IPS meningkat.

c. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil belajar setelah siswa menjalani desain pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS.


(36)

Dari dua kegiatan penelitian (tindakan satu dan tindakan dua), dapat kita cermati bahwa kreatifitas siswa semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan bagaimana siswa (siklus satu) gemetar dan gugup saat mengungkapkan ke dalam dialog. Berbeda pada siklus kedua dimana spontanitas siswa dalam dialog sangat terlihat antusias dan senang. Sehingga pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, minat belajar yang tinggi dapat meningkat hasil belajar siswa.


(37)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran pada siswa kelas V SDN Purnasatria 8 dapat ditarik simpulan dan saran sebagai berikut :

A. Simpulan

1. Pelaksanaan pembelajaran IPS melalui penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS menjadi menarik minat dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pengembangan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran terbukti meningkatkan minat belajar siswa SD, ini terlihat dari rencana pembelajaran hingga proses pembelajaran dengan menetapkan siswa sebagai pemeran aktif dalam pembelajaran yang didesain.

3. Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran IPS tujuan utamanya untuk meningkatkan minat siswa. Dalam belajar IPS yang terlihat peningkatan minat siswa dalam pembelajaran IPS meningkat serta prestasi belajar menunjukan kenaikan serta proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang perlu di sampaikan untuk dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak yang akan


(38)

menggunakan metode bermain peran. Saran-saran peneliti ajukan kepada Guru, Kepala Sekolah, Instansi terkait, dan peneliti selanjutnya.

1. Guru

Hendaknya guru melakukan kajian mendalam tentang metode bermain peran dalam pembelajaran IPS. Guru perlu menjalin hubungan baik dengan kepala sekolah, teman, siswa dan orang tua siswa sebab faktor-fakor tersebut dapat menjadi penentu keberhasilan pendidikan di sekolah 2. Kepala Sekolah

Sebagai manajer sekolah, hendaknya mampu memberikan situasi yang kondusif bagi pengembangan kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai profesional di sekolah. Kepala sekolah pun perlu mengevaluasi program sekolah sehingga diketahui keberhasilan sekolah yang dapat menjadi keunggulan sekolah tersebut.

3. Instansi terkait

Hendaknya memberikan kesempatan kepada guru secara merata untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang relevan. Pembinaan rutin pun kepada guru juga perlu diberikan agar guru senantiasa menjaga kemampuannya dan disiplin.

4. Untuk peneliti selanjutnya

Hendaknya mengkaji dan menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan metode bermain peran dengan lebih luas seperti kerangka teoritis maupun saat menerapkan metode ini di sekolah.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud (1999). Penelitian Tindakan Kelas , Jakarta : Depdikbud

AI Muchtar, S (2001) Epistemologi Pendidikan IPS , Bandung; Gelar Pustaka Mandiri

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Suplemen kurikulum 1994) Jakarta; Depdikbud

Dahlan MD. (1990) Model-model Mengajar, Bandung; Diponogoro. David, I.K (1987) Pengelolaan Belajar, Jakarta: David_MC. Coy, Inc Dahar. RW. (1996) Teori-teori Belajar , Jakarta ; Erlangga.

Gulo W (2002) Strategi belajar mengajar, Jakarta; Gramedia.

Hasan S.N (1996) Pendidikan ilmu-ilmu sosial buku 1 dan 2, Bandung, Jurusan Pendidikan Sejarah UPI.

Maleong, lai (2004) Metologi pendekatan kualitatif, Bandung; Remaja Rosdakarya

Suharsimi, Suhardjono, Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; PT. Bumi Aksara

Sukamadinata (2006), Kurikulum dan Pembelajaran kompetensi; Bandung: Yayasan Kusuma karya.


(1)

b) Diperlukan inovasi strategi, metode, dan model pembelajaran yang membuat siswa berminat dan termotivasi untuk senang belajar IPS.

2. Penelitian Siklus I

a. Perencanaan siklus I

Perencanaan siklus I diawali dengan menyusun desain pembelajaran berdasarkan hasil kajian. Desain pembelajaran berbentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan pada bulan Juli 2010 pada hari selasa tanggal 20 Juli 2010. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit.

c. Refleksi

Refleksi atas rencana. Proses, dan hasil pembelajaran dilakukan sesuai pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Refleksi dilakukan terhadap penyusunan desain pembelajaran berupa RPP, proses pembelajaran, dan hasil belajar setelah siswa menjalani proses pembelajaran dengan penekanan pada minat siswa.

3. Penelitian Siklus II

a. Perencanaan Siklus II

Perencanaan pada siklus II meliputi pembuatan rencana pembelajaran, hasil refleksi siklus I menunjukan perlunya perbaikan rencana pembelajaran. RPP diatas menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.


(2)

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian siklus II dilangsungkan pada minggu ke 4 Januari tanggal 27 Juli 2010. Seperti yang terjadi pada siklus I pelaksanaan dimulai dengan kegiatan awal memberikan materi pengait sebagai bahan apresepsi. Dilanjutkan ke materi pokok yaitu masih tentang Perang Diponogoro (1925-1930), dengan menggunakan metode bermain peran dan siswa memainkan tokoh yang ada pada Perang Diponegoro.

Pada siklus ke dua ini diarahkan pada kemampuan guru dalam mengerahkan siswa untuk bermain peran yang labih baik dari pada siklus pertama. Dari gambar dialogis yang dilakukan siswa dalam kegiatan bermain peran pada siklus kedua, nampaknya sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang diharapkan guru. Observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap tampilan guru dalam pembelajaran IPS menampakan bahwa guru telah berupaya untuk menyerahkan siswa agar terfokus pada materi pembelajaran. Kegiatan dialog terhadap siswa yang dihubungkan dengan pendekatan kejadian menjadikan iklim pembelajaran semakin menarik dari respon-respon siswa dengan menggunakan metode bermain peran sehingga minat siswa terhadap pembelajaran IPS meningkat.

c. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil belajar setelah siswa menjalani desain pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS.


(3)

Dari dua kegiatan penelitian (tindakan satu dan tindakan dua), dapat kita cermati bahwa kreatifitas siswa semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan bagaimana siswa (siklus satu) gemetar dan gugup saat mengungkapkan ke dalam dialog. Berbeda pada siklus kedua dimana spontanitas siswa dalam dialog sangat terlihat antusias dan senang. Sehingga pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, minat belajar yang tinggi dapat meningkat hasil belajar siswa.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil uraian dari pembahasan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran pada siswa kelas V SDN Purnasatria 8 dapat ditarik simpulan dan saran sebagai berikut :

A. Simpulan

1. Pelaksanaan pembelajaran IPS melalui penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS menjadi menarik minat dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pengembangan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran terbukti meningkatkan minat belajar siswa SD, ini terlihat dari rencana pembelajaran hingga proses pembelajaran dengan menetapkan siswa sebagai pemeran aktif dalam pembelajaran yang didesain.

3. Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran IPS tujuan utamanya untuk meningkatkan minat siswa. Dalam belajar IPS yang terlihat peningkatan minat siswa dalam pembelajaran IPS meningkat serta prestasi belajar menunjukan kenaikan serta proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang perlu di sampaikan untuk dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak yang akan


(5)

menggunakan metode bermain peran. Saran-saran peneliti ajukan kepada Guru, Kepala Sekolah, Instansi terkait, dan peneliti selanjutnya.

1. Guru

Hendaknya guru melakukan kajian mendalam tentang metode bermain peran dalam pembelajaran IPS. Guru perlu menjalin hubungan baik dengan kepala sekolah, teman, siswa dan orang tua siswa sebab faktor-fakor tersebut dapat menjadi penentu keberhasilan pendidikan di sekolah 2. Kepala Sekolah

Sebagai manajer sekolah, hendaknya mampu memberikan situasi yang kondusif bagi pengembangan kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai profesional di sekolah. Kepala sekolah pun perlu mengevaluasi program sekolah sehingga diketahui keberhasilan sekolah yang dapat menjadi keunggulan sekolah tersebut.

3. Instansi terkait

Hendaknya memberikan kesempatan kepada guru secara merata untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang relevan. Pembinaan rutin pun kepada guru juga perlu diberikan agar guru senantiasa menjaga kemampuannya dan disiplin.

4. Untuk peneliti selanjutnya

Hendaknya mengkaji dan menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan metode bermain peran dengan lebih luas seperti kerangka teoritis maupun saat menerapkan metode ini di sekolah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud (1999). Penelitian Tindakan Kelas , Jakarta : Depdikbud

AI Muchtar, S (2001) Epistemologi Pendidikan IPS , Bandung; Gelar Pustaka Mandiri

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Suplemen kurikulum 1994) Jakarta; Depdikbud

Dahlan MD. (1990) Model-model Mengajar, Bandung; Diponogoro. David, I.K (1987) Pengelolaan Belajar, Jakarta: David_MC. Coy, Inc Dahar. RW. (1996) Teori-teori Belajar , Jakarta ; Erlangga.

Gulo W (2002) Strategi belajar mengajar, Jakarta; Gramedia.

Hasan S.N (1996) Pendidikan ilmu-ilmu sosial buku 1 dan 2, Bandung, Jurusan Pendidikan Sejarah UPI.

Maleong, lai (2004) Metologi pendekatan kualitatif, Bandung; Remaja Rosdakarya

Suharsimi, Suhardjono, Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; PT. Bumi Aksara

Sukamadinata (2006), Kurikulum dan Pembelajaran kompetensi; Bandung: Yayasan Kusuma karya.