ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA.

(1)

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA

PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

0712010119 / FE / EM Parwati Adhitya Puspitaayu

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA

PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

0712010119 / FE / EM Parwati Adhitya Puspitaayu

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dan menyelesaikan skripsi dengan judul ‘’ANALISIS

PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH

PENGUMUMAN MERGER PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI

INDONESIA’’.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM, Dekan Falkutas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Drs. Ec. Luky Susilowati, MP, Dosen Pembimbing yang telah

mengarakan dan meluangkan waktunya guna menbantu penulis dalam menyelesakan skripsi ini.


(4)

5. Seluruh Staf Dosen Falkutas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan ibu, tercinta yang selalu memberikan doa, semangat

dukungannya dan bantuan materiil serta pengorbanan tiada henti sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini dan dapat memberikan yang terbaik.

7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih buat dukunganya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa yang akan mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Maret 2011


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………i

DAFTAR ISI……….iii

DAFTAR TABEL………...……viii

DAFTAR GAMBAR………...ix

DAFTAR LAMPIRAN………..x

ABSTRAKSI………..xi

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1. Latar Belakang masalah………...1

1.2. Rumusan Masalah………8

1.3. Tujuan Penelitian………..8

1.4. Manfaat Penelitian………...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….9

2.1. Penelitihan Terdahulu………...………...9

2.2. Tinjauan Teori………....10

2.2.1. Merger..…………...………...10

2.2.1.1. Pengertian Merger……….………....10

2.2.1.2. Pengklasifikasian Merger.……….12


(6)

2.2.1.4. Proses Merger…….………...18

2.2.2. Pasar Modal……….………...22

2.2.2.1. Pasar Modal Yang Efisien………...22

2.2.2.2. Return Saham………25

2.2.2.3. Return Tidak Normal (Abnormal Return)……….26

2.2.2.4. Hubungan Pengumuman Marger Dengan Abnormal Return……….……….29

2.3. Kerangka Konseptual………..31

2.4. Hipotesis………..31

BABIII METODE PENELITIAN………32

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………..…32

3.1.1. Variabel Terikat atau Dependen Variabel (Abnomal Return atau Y)………...32

3.1.2. Variabel Independen Variabel (Di)………...………...34

3.2. Teknik Penentuan Sampel………...34

3.2.1. Populasi………34

3.2.2. Sampel Penelitian..………...………35

3.3. Teknik Pengumpulan Data………..36

3.3.1. Jenis Data………...………..36


(7)

3.3.3. Pengumpulan Data………...……37

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis………....37

3.4.1. Teknik Analisis………37

3.4.2. Pengujian Hipotesis………...38

3.5. Uji Asumsi Klasik………...39

3.5.1. Multikolinieritas………...…………40

3.5.2. Autokorelasi………...………..40

3.5.3. Heteroskedastisitas………...………41

3.6. Uji Normalitas……….42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..………43

4.1. Deskripsi Objek Penelitian………43

4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia………..…...…43

4.1.2. Perkembangan Bursa Efek………..…….46

4.1.3. Maksud dan Tujuan Pembentukan BEI………..…..48

4.1.4. Proses Go Publik di Indonesia………...49

4.1.5. Visi dan Misi PT Bursa Efek Indonesia………...51

4.1.6. Struktur Organisasi PT Bursa Efek Indonesia………..53

4.2. Gambaran Umum Perusahaan……….54

4.2.1. PT Kalbe Farma Tbk………54


(8)

4.2.3. PT Bumi Resources Tbk………..56

4.2.4. PT Surya Toto Indonesia Tbk………..56

4.2.5. PT Selamat Sempurna Tbk………...57

4.2.6. PT Mobile 8 Telecom Tbk………...58

4.2.7. PT Bank Multicor Tbk……….58

4.2.8. PT Bank CIMB Niaga Tbk………..…….…59

4.2.9. PT Bentoel Internasional Investama Tbk……….60

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian………...61

4.3.1. Pengumuman Merger (Di)………...62

4.3.2. Abnormal Return (Y)………...62

4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis………64

4.4.1. Asumsi-Asumsi Klasik Regresi………...64

4.4.1.1. Uji Autokorelasi………65

4.4.1.2. Uji Multikolinieritas………..66

4.4.1.3. Uji Heterokedasitas………...67

4.4.1.4. Analisis Regresi Linier Dengan Variabel Dummy………69

4.4.2. Pengujian Hipotesis………..70

4.5. Pembahasan……….71

4.5.1. Perbedaan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Merger……….71


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………..………..74

5.1. Kesimpulan………..74 5.2. Saran………74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Tabel

1. Data Perusahaan Yang Melakukan Merger………..6

2. Data Rata-Rata Abnormal Return………...……….7

3. Data Sampel Perusahaan Yang Melakukan Merger………...62

4. Data Sampel Rata-Rata Abnormal Return Perusahaan Merger………….63

5. Hasil Uji Autokorelasi………66

6. Hasil Uji Heterokedasitas………...68

7. Hasil Analisis Regresi………69


(11)

Gambar


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data : Harga Saham, IHSG

Perhitungan : Return Sesungguhnya, Return Ekspektasi, Abnormal Return 2. Hasil Analisis Regresi Linier


(13)

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM

DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA

Oleh :

Parwati Adhitya Puspitaayu

0712010119 / FE / EM

Kondisi pasar modal beberapa tahun ini mengalami perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan teknologi serta fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan yang ketat, mendorong perusahaan-perusahaan di tuntut selalu mengembangkan strateginya guna mempertahankan eksistensinya atau bahkan berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Strategi perusahaan dapat dicapai melalui berbagai cara salah satunya dengan cara melakukan ekspansi ekstern yang memfokuskan pada keputusan keuangan jangka panjang dengan mengacu pada strategi pertumbuhan melalui aliansi strategik dengan perusahaan-perusahaan lain. Salah satu langkah yang dapat pula menjadi cara untuk menyelamatkan usaha dari kebangkrutan adalah restrukturasi usaha dalam merger. motivasi utama yang melatar belakangi sebuah perusahaan memerger perusahaan lain adalah untuk menciptakan sinergi. Sinergi tersebut dapat berupa sinergi operasi, financial, manajerial, teknologi dan pemasaran. Melalui sinergi ini diharapkan perusahaan mampu mengoptimalkan kinerjanya, baik kinerja operasional berupa profitabilitas maupun kinerja saham yang dapat berupa return saham. Pengumuman merger adalah informasi yang penting dalam suatu industri, karena dua perusahaan akan menyatukan kekuatannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya perbedaan Abnormal Return yang di dapat perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman merger.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan yang go publik di BEI yang melakukan merger periode tahun 2006-2009 meliputi 9 perusahaan merger, data terdiri dari harga saham saham harian selama 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman merger. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dengan variabel dummy.

Berdasarkan hasil analisis menyimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman merger pada perusahaan go publik di Indonesia. Periode pengamatan 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman merger.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kondisi pasar modal beberapa tahun ini mengalami perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan teknologi dan telekomunikasi serta fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan yang ketat, mendorong perusahaan-perusahaan di tuntut selalu mengembangkan strateginya guna mempertahankan eksistensinya atau bahkan berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Strategi perusahaan dapat dicapai melalui berbagai cara salah satunya dengan cara melakukan ekspansi intern ataupun ekstern. Ekspansi intern terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting sedangkan ekspansi ekstern memfokuskan pada keputusan keuangan jangka panjang dengan mengacu pada strategi pertumbuhan melalui aliansi strategik dengan perusahaan-perusahaan lain. Salah satu langkah yang dapat pula menjadi cara untuk menyelamatkan usaha dari kebangkrutan adalah restrukturasi usaha dalam merger, akuisisi dan konsolidasi.

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang di dasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di Indonesia di dorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger semakin banyak dilakukan. Di Indonesia isu merger hangat dibicarakan baik oleh para pengamat ekonomi, maupun praktisi bisnis sejak tahun 1990 an. (Payamta, 2004).


(15)

Pengumuman merger adalah informasi yang penting dalam suatu industri, karena dua perusahaan akan menyatukan kekuatannya. Konsekuensinya intensitas persaingan dalam satu industri akan berubah. Dengan demikian, pengumuman merger sebagai suatu informasi dapat berpengaruh tidak hanya pada kedua perusahaan yang melakukan merger, yaitu perusahaan yang memerger dan perusahaan yang di merger (target firm), namun juga perusahaan lain yang menjadi pesaing berada dalam satu jenis industri yang sama dengan perusahaan yang memerger dan (target firm). Reaksi positif dan negatif terhadap kejadian merger tergantung dari ketersediaan informasi bagi investor pada waktu pengumuman merger serta persepsi pasar terhadap keputusan merger. Perilaku harga saham selama pengumuman merefleksikan gambaran semua informasi dan pengaruh yang dikeluarkan dalam pengumuman merger. (Amin, 2001).

Menurut Moin (2004:5) sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.27 menyebutkan merger sebagai penggabungan, akuisisi sebagai pengambil alihan dan konsolidasi sebagai peleburan, dengan pengertian sebagai berikut, Merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Akuisisi adalah pengambil alihan baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru, dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar. Menurut Moin (2004: 55)


(16)

mengemukakan, motivasi utama yang melatar belakangi sebuah perusahaan memerger perusahaan lain adalah untuk menciptakan sinergi. Di mana manfaat ekstra atau sinergi ini tidak bisa di peroleh seandainya perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah, konsep inilah yang di sebut dengan sinergi, sebuah terminologi yang biasa di pakai untuk menerangkan manfaat unik yang dihasilkan dari merger. Sinergi tersebut dapat berupa sinergi operasi, financial, manajerial, teknologi dan pemasaran. Melalui sinergi ini diharapkan perusahaan mampu mengoptimalkan kinerjanya, baik kinerja operasional berupa profitabilitas

maupun kinerja saham yang dapat berupa return saham. Jadi tujuan

penggabungan usaha pada dasarnya adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruan. Nilai perusahaan ditunjukan dari nilai sahamnya, yang artinya jika saham perusahaan tersebut harga pasarnya naik berarti nilai kekayaan perusahaan juga mengalami peningkatkan dan begitu pula sebaliknya. Adapun menurut (Moin, 2004:2) merger dilihat dari sisi keuangan perusahaan adalah salah bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal) yang harus di investigasi dan di analisis dari aspek kelayakan bisnis. Maka tujuan merger tidak lain adalah untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan dan pemegang saham.

Saham merupakan surat berharga yang di perdagangkan di pasar modal adalah sejenis sekuritas yang paling popular. Secara sederhana, saham dapat di definisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Sebagai salah satu alternatif investasi, saham memberikan daya tarik


(17)

yang lebih bagi para pemodal di bandingkan dengan investasi obligasi. Sekuritas jenis ini lebih mudah di jual sewaktu-waktu karena dapat memberikan expected return yang lebih tinggi selain itu pendapatan yang di peroleh dari capital gain

tidak di kenakan pajak sebelum terjadi realisasi keuntungan. Pengumuman yang memiliki informasi konten pada pasar modal efisien, akan langsung tercermin pada harga saham sehingga mempengaruhi pendapatan saham. Studi peristiwa menganalisis pendapatan tidak normal (abnormal return) sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar penggumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return merupakan kelebihan dari return normal. Return normal merupakan return expected (return yang diharapkan oleh investor). Jogiyanto (2003:434) mendefinisikan abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi.

Hasil penelitian terdahulu dalam jurnal penelitian Amin (2001) pengumuman merger berpengaruh negatif terhadap abnormal return, kesimpulan hasil penelitiannya menunjukan adanya abnormal return yang negatif karena ketidak konsistenan efisiensi pasar dan adanya sugesti yang membuat perubahan harga pasar yang lebih tinggi serta menggemukakan return yang negatif untuk dua tahun setelah merger adalah fakta yang tidak dapat di pungkirin.

Adapun penelitian Sjamsu (2007), hasil penelitiannya membuktikan pengumuman akuisisi menimbulkan reaksi pasar (abnormal return) yang signifikan pada event date dan periode setelah pengumuman serta adanya perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dengan sesudah pengumuman akuisisi.


(18)

Dengan maraknya merger yang di lakukan perusahaan beberapa tahun ini maka peneliti tertarik meneliti topik mengenai merger karena rencana penggumuman merger merupakan salah satu informasi yang bisa mengakibatkan adanya abnormal return saham perusahaan merger. Seperti halnya yang di katakan (Moin, 2004:299) Para peneliti menemui kesulitan mencari metode yang tepat untuk mengevaluasi pengaruh merger terhadap kemakmuran pemegang saham. Kinerja perusahaan pasca merger bisa di identifikasi melalui laporan keuangan dalam beberapa tahun setelah penggabungan. Namun mengukur kinerja ekonomi perusahaan adalah dengan melacak harga sahamnya terhadap kinerja pasar secara keseluruhan. Dalam pasar yang efisien, nilai yang di harapkan dari sebuah merger akan di estimasi dengan menganalisis perubahan pasar segera sesudah pengumuman transaksi merger. Pengujian seperti ini biasanya menggunakan pengukuran abnormal return.

Abnormal return sebenarnya merupakan sebuah metodologi untuk meneliti atau menguji pengaruh kandungan informasi terhadap reaksi pasar saham. Jika pengumuman merger berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan harga saham atau terhadap abnormal return berarti pengumuman tersebut mengandung informasi. Apabila diperoleh abnormal return yang positif berarti terdapat peningkatan kemakmuran pemegang saham, tetapi sebaliknya jika abnormal return bernilai negatif berarti terjadi penurunan kemakmuran. Di sisi lain, apabila pengumuman merger tidak menghasilkan abnormal return atau sama dengan nol berarti merger tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. ( Moin, 2004:299).


(19)

Informasi yang di dapat oleh investor, akan membuat mereka mengadakan penilaian sendiri tentang keadaan suatu perusahaan. Investor akan tertarik untuk membeli saham suatu perusahaan apabila menejer perusahaan dapat menjanjikan hasil pengembalian tinggi di masa datang yang akan didapatkan dari adanya usaha perusahaan yang berkembang. dengan adanya peristiwa right issue, waran, saham bonus,merger, dan pembagian deviden merupakan contoh corporate action yang memiliki muatan informasi yang dapat berpengaruh pada prospek perusahaan.

Terdapat 9 perusahaan go publik yang melakukan merger tahun 2006-2009. Berikut ini di sajikan data perusahaan yang melakukan merger dan rata-rata

abnormal return perusahaan :

Tabel 1.1

Data Perusahaan Yang Melakukan Merger Tahun 2006-2009

Sumber : Bursa Efek Indonesia, IDX

Perusahaan Merger Perusahaan Target

Tanggal Efektif

Code Emiten

1. PT Kalbe Farma Tbk PT Dankos Laboratories Tbk 12/1/2006 KLBF

PT Enseval

2. PT Ades Waters Indonesia Tbk PT Pamargha Indojatim 1/7/2006 ADES

3. PT Bumi Resources Tbk PT Energi Mega Persada Tbk 9/8/2006 BUMI

4. PT Surya Toto Indonesia Tbk PT Surya Pertiwi Paramita 5/12/2006 TOTO

5. PT Selamat Sempurna Tbk

PT Andhi Chandra Automotive

Products Tbk 2/1/2007 SMSM

6. PT Mobile 8 Telecom Tbk

PT Komunikasi Selular Indonesia

31/5/2007 FREN

PT Metro Selular Nusantara PT Telekomindo Selular Raya

7. PT Bank Multicor Tbk PT Bank Windu Kentjana Tbk 8/1/2008 MCOR

8. PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Lippo Tbk 1/11/2008 BNGA

9. PT Bentoel Internasional


(20)

Tabel 1.2

Rata-Rata Abnormal Return Perusahaan Merger Tahun 2006-2009

AAR

No Sampel

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

1 KLBF

-0.0228 0.01068 -0.0093 0.01134 0.0258 0.00399 0.08875 0.01213 0.0095 -0.0099 -0.013

2 ADES

-0.0034 -0.0014 0.01056 -0.0021 -0.0278 -0.0134 0.07572 -0.0696 -0.0095 -0.0059 0.00599

3 BUMI

-0.0165 -0.0136 0.00536 -0.0224 -0.0194 0.00047 0.00749 0.00014 -0.0343 -0.0064 -0.0351

4 TOTO

0.02189 -0.0132 -0.0032 -0.0092 0.00203 -0.0263 -0.0043 0.0013 0.00383 0.00879 0.0029

5 SMSM

-0.0126 0.00186 0.001 -0.0108 -0.0013 -0.0172 -0.0847 0.00578 -0.0046 0.01045 0.04918

6 FREN

-0.0206 0.05959 0.02434 0.05584 -0.0434 0.01718 -0.0435 -0.038 0.01193 0.00411 0.00267

7 MCOR

0.02049 0.00521 -0.0606 0.00535 -0.0506 -0.0033 -0.016 0.00703 0.0042 0.02545 0.00367

8 BNGA

0.08068 -0.0289 0.02185 0.03695 0.07823 -0.0363 0.02998 -0.0318 0.08099 -0.0118 -0.0618

9 BATI

-0.2062 -0.0161 -0.0015 -0.0002 -0.002 0.00743 0.01016 0.01761 0.00494 9.5E-05 0.02666

Total

AR -0.1591 0.00417 -0.0115 0.06483 -0.0385 -0.0673 0.06356 -0.0955 0.06695 0.01496 -0.0189

AAR

-0.0177 0.00046 -0.0013 0.0072 -0.0043 -0.0075 0.00706 -0.0106 0.00744 0.00166 -0.0021

Sumber : Bursa Efek Indonesia, IDX (diolah)

Dari data di atas dapat di lihat bahwa rata-rata abnormal return perusahaan sebelum merger berbeda dengan sesudah merger. Perbedaan tersebut terlihat dari

abnormal return yang di peroleh masing-masing perusahaan, ada yang mengalami penurunan bahkan ada yang mangalami peningkatan. Informasi mengenai pengumuman merger membuat investor mengadakan penilaian sendiri tentang keadaan suatu perusahaan. Peneliti tertarik meneliti topik mengenai merger karena beberapa tahun ini banyak perusahaan yang melakukan merger. Rencana merger


(21)

tersebut merupakan salah satu informasi yang bisa mengakibatkan adanya

abnormal return saham perusahaan. Dari ringkasan tersebut, maka peneliti berniat untuk meneliti perbedaan yang terjadi sebelum dan setelah merger. Ada pun judul untuk penelitian ini adalah, “ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA

PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah

Apakah terdapat perbedaan Abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman merger pada perusahaan go publik di Bursa Efek Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui perbedaan Abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman merger pada perusahaan go publik di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti :

Untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menulis karya ilmiah, peningkatan wawasan dan memperdalam pengetahuan dalam bidang pasar modal yang di peroleh selama kuliah.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Amin Wibowo (2001) yang berjudul “Pengaruh pengumuman merger dan akuisisi terhadap return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor dalam sektor industri yang sama di bursa efek Jakarta”. Hipotesis yang di kemukakan yaitu di duga pengaruh informasi merger dan akuisisi terhadap return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor. Pengujian terhadap return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor menggunakan periode jendela (event window) 41 hari. Dengan melakukan pengujian hipotesis dengan uji t dua sisi. Dari pengujian penelitian ini di simpulan adanya kecenderungan terjadinya kebocoran informasi dari pihak manajemen, yaitu pasar telah mengetahui informasi merger dan akuisisi sebelum pengumuman di laksanakan. Hal tersebut di tunjukan dengan signifikansi abnormal return jauh sebelum pengumuman di lakukan baik untuk saham akuisitor maupun non akuisitor.

Moch Sjamsu (2007) yang berjudul “Pengaruh pengumuman akuisisi terhadap

Abnormal Return saham perusahaan yang go publik di bursa efek Jakarta (Indonesia)”. Hipotesis yang di kemukakan yaitu di duga terdapat perbedaan

Abnormal Return yang di peroleh pemegang saham sebelum dan sesudah pengumuman akuisisi pada perusahaan yang go publik di bursa efek Jakarta. Pengujian yang di lakukan menggunakan model analisis uji beda dua rata-rata


(23)

dengan menguji dua sampel berpasangan. Dari hasil analisis tersebut di simpulkan bahwa pengumuman akuisisi menimbulkan reaksi pasar (abnormal return) yang signifikan pada event date dan periode setelah pengumuman serta adanya perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dengan sesudah pengumuman akuisisi.

Terdapat perbedaan penelitian yang di lakukan oleh Amin (2001) dan Sjamsu (2007). Demikian juga penelitian ini. Adapun perbedaan tersebut dalam hal sebagai berikut :

1. Periode penelitian yang di lakukan Amin dan Sjamsu periode tahun 1991-2002 . Sedangkan penelitian ini periode tahun 2006-2009.

2. Penelitian ini menggunakan 7 perusahaan go publik di Indonesia yang telah melakukan merger.

3. Variabel dependen (Y) yang di gunakan penelitian ini adalah abnormal return dan variabel independen (Di) adalah pengumuman merger.

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Merger

2.2.1.1 Pengertian Merger

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. (Moin, 2004:5).

Menurut Moin (2004:6) sesuai dengan Ikatan Akuntan Indonesia memberikan definisi berdasarkan perspektif akuntansi bahwa merger adalah salah


(24)

satu metode penyatuan usaha (business combination). Penyatuan usaha itu sendiri didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.

Menurut Moin (2004:13) dilihat dari sisi manajemen keuangannya merger memiliki manfaat lebih sebagai berikut :

1.Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. 2.Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih

percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. 3.Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.

4.Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5.Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen

baru.

6.Memperoleh system operasional dan administratif yang mapan. 7.Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.

8.Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang labih cepat. Menurut (Payamta,dkk, 2004), Merger merupakan penggabungan usaha dengan cara suatu perusahaan menggambil alih satu atau lebih perusahaan yang lain dimana setelah merger perusahaan yang diambil alih tersebut di likuidasi. Perbedaan Merger dan Akuisisi didefinisikan sebagai berikut:

Perusahaan-perusahaan yang melakukan merger mengakibatkan hanya satu perusahaan yang akan mengambil ahli seluruh harta dan meneruskan operasi, sedangkan yang lain akan ditutup. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang


(25)

melakukan akuisisi tetap menjalankan operasinya seperti biasa dan secara hukum masih berdiri. Misalnya perusahaan a, b, c akan melakukan penggabungan usaha. Jika penggabungan usaha tersebut berbentuk merger, maka hanya satu perusahaan saja yang berdiri misalnya perusahaan a sedangkan perusahaan b dan c tutup. Sedangkan pada penggabungan usaha berbentuk akuisisi semua perusahaan akan tetap eksis (Payamta,dkk, 2004).

2.2.1.2 Pengklasifikasian Merger

Merger biasa dilihat dari beberapa sudut yaitu berdasarkan aktivitas ekonomik, pola merger, perlakuan Akuntansi (Moin, 2004:22).

Penggabungan usaha berdasarkan aktivitas ekonomik dibedakan dalam lima macam bentuk:

1. Merger Horisontal

Merger antara dua perusahaan atau lebih yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar atau industri yang sama.

Merger horizontal bertujuan untuk mengurangi persaingan atau meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran, distribusi, riset, pengembangan dan fasilitas administrasi.

2. Merger Vertikal

Integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi.


(26)

Merger vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan pengguna produk dalam stabilisasi pasokan dan pengguna.

3. Merger Konglomerat

Merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger ini terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bidang bisnis semula.

4. Merger Ekstansi Pasar

Merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar.

Merger ini dilakukan bertujuan untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan.

5. Merger ekstansi produk

Merger yang dilakukan dua perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas.

Penggabungan usaha ditinjau berdasarkan pola merger ada dua macam bentuk (Moin, 2004:26) :

1. Mothership Merger

Mothership Merger adalah pengadopsian satu pola atau system untuk dijadikan pola atau system pada perusahaan hasil merger.


(27)

2. Platform Merger

Merger hardware dan software yang menjadikan kekuatan masing-masing perusahaan tetap dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya adalah semua system atau pola bisnis, sepanjang itu baik akan diadopsikan oleh perusahaan hasil merger.

Penggabungan usaha ditinjau berdasarkan perlakuan Akuntansi adalah (Moin, 2004:44) :

1. Metode Pembelian

Sebuah penggabungan bisnis melibatkan transaksi pembelian mayoritas saham secara tunai oleh perusahaan lain yang berakibat beralihnya pengendalian, maka transaksi ini diperlukan sebagai pembelian dan metode akuntansi yang digunakan adalah metode pembelian.

2. Metode Penyatuan

Penggabungan usaha diperlakukan sebagai penyatuan kepentingan, jika pemegang saham perusahaan yang bergabung tetap melanjutkan kepemilikan terhadap perusahaan hasil penggabungan.

2.2.1.3 Motif Melakukan Merger

Menurut Moin (2004:53) ada beberapa motif yang melatar belakangi perusahaan melakukan merger atau konsolidasi dan manfaat melakukan merger antara lain:


(28)

1. Motif Ekonomi

Esensi tujuan perusahaan, dalam perspektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan konsolidasi memiliki motif ekonomi yang bertujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktiva dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini.

2. Motif Strategis

Motif strategis tercapai ketika aktivitas merger dan akuisisi diarahkan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif dalam industri.

3. Motif Politis

Motif politis seringkali dilakukan oleh pemerintah untuk memaksa perusahaan baik BUMN maupun swasta untuk melakukan merger atau akuisisi. Muatan politis diambil untuk kepentingan masyarakat umum atau ekonomi secara makro. Melalui merger diharapkan perusahaan-perusahaan tersebut mampu beroperasi secara maksimal, karena akan memiliki struktur permodalan yang kuat dan selanjutnya bisa meningkatkan kinerja perusahaan. 4. Motif Perpajakan

Termasuk motif yang mendasari merger dan akuisisi meskipun perlu pembuktian empiris. Apabila perusahaan memiliki kelebihan kas dan tidak ada kesempatan investasi internal yang layak secara ekonomis, maka perusahaan bisa melakukan akuisisi sebagai cara menghindari pajak.


(29)

5. Motif Sinergi

Bentuk-bentuk sinergi: a.Sinergi Operasi

Sinergi operasi terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumber daya-sumber daya perusahaan. Operating synergy dapat dibedakan dalam economics of scale dan economies of scope.

b.Sinergi Financial

Sinergi financial dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun.

c.Sinergi Manajerial

Sinergi manajerial dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skills dari perusahaan satu ke perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas knowhow yang mereka miliki.

d.Sinergi Teknologi

Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga mereka saling memetik manfaat.


(30)

e.Sinergi Pemasaran

Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.

f. Motif Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Perusahaan mendiversifikasikan usahanya melalui pembelian perusahaan lain diluar industrinya dengan tujuan untuk mengurangi ketidakstabilan arus penerimaan kas dan keuntungan. Sehingga perusahaan memiliki arus dan keuntungan yang saling menutupi.

g.Motif Non-Ekonomi

Adakalanya merger dan akuisisi dilakukan bukan berdasarkan pada pertimbangan ekonomis semata, tetapi didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan lain seperti prestis dan ambisi pemilik perusahaan.

Selain beberapa motif yang mendasari perusahaan melakukan merger. Perusahaan juga melihat beberapa faktor dari kelebihan dan kelemahan merger Menurut Moin (2004:13)

a. Kelebihan dan Manfaat merger:

1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. 2. Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih


(31)

3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.

4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5. Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen

baru.

6. Memperoleh system operasional dan administratif yang mapan. 7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.

8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang labih cepat. b. Kelemahan Merger:

1.Proses integrasi yang tidak mudah.

2.Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. 3.Biaya konsultan yang mahal.

4.Meningkatnya kompleksitas birokrasi. 5.Biaya koordinasi yang mahal.

6.Seringkali menurunkan moral organisasi. 7.Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.

8.Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

2.2.1.4 Proses Merger

Menurut Moin (2004 : 112) proses merger dilihat dari tahap-tahap proses merger terbagi sebagai berikut :

1. Identifikasi Awal:

Perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, perusahaan-perusahaan yang potensial untuk di merger. Indentifikasi ini


(32)

tidak terlepas dari motivasi perusahaan dan akan menentukan perusahaan yang seperti apa yang akan dijadikan target merger.

2. Screening :

Adalah proses menyaring sekaligus memilih mana diantara calon target tersebut yang paling layak untuk di merger. Proses screening ini tidak dilakukan apabila perusahaan hanya mengidentifikasi satu calon perusahaan target.

3. Penawaran formal :

Pada tahap ini dilakukan penjajakan pelaksanaan merger antara dua pihak dan pembicara tentang harga yang akan disepakati. Proses ini tidaklah singkat karena calon memiliki bargaining power yang mungkin lebih kuat dari premerger dalam menentukan harga. Sebelum pihak menejemen target memutuskan untuk menyetujui atau menolak penawaran ini, mereka harus konsultasi dengan pemegang saham.

4. Due diligence

Atau uji tuntas adalah infestigasi yang menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai aspek perusahaan target. Uji tuntas ini di maksudkan untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi perusahaan target dilihat dari semua aspek.

5. Negosiasi deal :

Terdapat dua pihak pada perusahaan target yang harus memberikan persetujuan agar proses merger berjalan normal (tidak terjadi hostile take over) yaitu menejemen dan pemegang saham, ketika kedua belah pihak


(33)

ini setuju dengan syarat-syarat menandatangani nota kesepakatan

(memorandum of understanding) sebagai kelanjutan dari deal mereka.

6. Closing :

Jika negosiasi mencapai deal berarti persetujuan formal merger telah terlaksana dan selanjutnya dilakukan closing. Closing adalah penutupan transaksi merger, pada kasus merger closing berarti berakhirnya status hukum perusahaan yang di merger ke dalam perusahaan hasil merger bersamaan dengan di serahakannya saham perusahaan hasil merger kepada pemegang saham perusahaan yang di merger tersebut.

7. Intergrasi :

Berarti tahap dimulainya kehidupan baru setelah perusahaan melakukan penggabungan bisnis sebagai satu kesatuan entitas ekonomi. Perusahaan hasil merger mulai melaksanakan perencanaan strategic yang telah disusun sebelumnya.

Tata Cara Pelaksanaan Merger setelah tahap-tahap proses merger :

Menurut Moin (2004: 122) sesuai dengan peraturan pemerintah RI No 27 tentang penggabungan perseroan terbatas, setelah terjadi deal antara kedua pihak dengan penandatanganan nota kesepakatan secara formal, selanjutnya masing-masing direksi perusahaan menyusun rencana merger melalui tata cara sebagai berikut:

1. Masing-masing direksi membuat rencana merger yang wajib mendapatkan persetujuan dari komisaris masing-masing perusahaan.


(34)

2. Direksi masing-masing perusahaan peserta merger bersama-sama menyetujui rencana merger dan harus disetujui oleh RUPS masing-masing perseroan. Rencana merger harus memuat penegasan dari perseroan yang akan menerima penggabungan mengenai penerimaan peralihan segala hak dan kewajiban dari perseroan yang akan menggabungkan diri.

3. Mengumumkan ringkasan rancangan merger melalui dua surat kabar harian nasional dan memberitaukan ringkasan rancangan merger ini secara tertulis kepada karyawan perseroan masing-masing peserta. Merger paling lambat 14 hari sebelum pemanggilan RUPS masing-masing perseroan. Dalam kasus merger ini perusahaan mengubah status dari publik menjadi privat.

4. Jika RUPS menyetujui rancangan merger, selanjutnya rancangan tersebut dituangkan dalam akta merger yang dibuat dihadapan notaries.

5. A. Jika merger tersebut dilakukan tanpa disertai perubahan anggaran dasar perusahaan penerimaan merger, maka merger mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan akta merger. Sejak tanggal ini perusahaan yang menggabungkan diri bubar demi hukum dan semua hak dan kewajiban perusahaan yang bubar ini beralih pada perusahaan hasil merger.

B. Jika merger melakukan perubahan anggaran dasar yang harus dimintakan persetujuan menteri kehakiman, maka merger berlaku efektif sejak tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar oleh menteri.

C. Jika merger dilakukan dengan merubah anggaran dasar tetapi perubahan tersebut tidak memerlukan persetujuan menteri, maka merger


(35)

mulai berlaku efektif sejak tanggal pendaftaran akta merger dan akta perubahan anggaran dasar dalam daftar perusahaan pada lembaran Negara.

2.2.2 Pasar Modal

Menurut Jogiyanto ( 2003:11 )Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti kepemikikan sebagian dari perusahaan. Obligasi merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman di tambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentuyang sudah di sepakati.

Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas dari manajemenya. Jika calon investor meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga yang turun. Dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen. Pasar modal juga mempunyai fungsi sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. ( Jogiyanto, 2003:12)

2.2.2.1 Pasar Modal yang Efisien

Menurut Jogiyanto (2003:370) pasar modal yang efisien dapat didasarkan sebagai berikut:


(36)

A. Efisiensi pasar secara informasi:

Pasar efisiensi yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market). Sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut pasar efisien secara keputusan

(decesionally efficient market).

Kunci utama mengukur pasar efisien secara informasi adalah hubungan antara harga sekuritas dan informasi. Maka disajikan tiga bentuk utama efisiensi pasar secara informasi.

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh, informasi masa lalu. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak, yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Berarti investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)

Dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, termasuk informasi yang berada dalam laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Pada pasar ini tidak ada investor atau grup investor yang dapat menggunakan informasi


(37)

yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal dalam jangka waktu yang lama.

Informasi yang dipublikasikan berbentuk sebagai berikut.

a. Informasi yang mempengaruhi harga saham sekuritas perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten, contoh: pengumuman laba, pembagian deviden, pengembangan produk baru, pergantian pemimpin perusahaan, dan pengumuman merjer dan akuisisi.

b. Informasi yang mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan. Berupa peratiran pemerintah atau peraturan regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan yang terkena regulasi tersebut.

c. Informasi yang mempengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar dipasar saham. Berupa peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang berdampak kesemua perusahaan emiten.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

Dikatakan efisiensi dalam bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia secara privat. Tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi yang privat.


(38)

B. Efisiensi pasar secara keputusan

Pasar efisiensi yang menunjukan efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan. Efisiensi pasar ini mempertimbangkan dua faktor yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar.

2.2.2.2 Return Saham

Menurut Jogianto ( 2003:109 ) Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return

ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Sedangkan yang di maksud dengan return ekspektasi (expected return) adalah return yang di harapkan akan di peroleh oleh investor di masa yang akan mendatang.

Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut:

Return = capital gain (loss) + yield………..…….…(2.1) (Jogiyanto, 2003:110)

Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relative dengan harga periode yang lalu:

Capital gain atau capital loss

Capital Gain atau Capital Loss = 1

1 −

− − Pt

Pt Pt


(39)

Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode

lalu (Pt-1

1 1 − − − Pt Pt Pt

) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss).

Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase deviden terhadap harga saham periode sebelum. Dengan demikian, return total dapat juga dinyatakan sebagai berikut:

Return =

+

Yield …….………...…….(2.3)

(Jogiyanto, 2003:111) Untuk saham biasa yang membayar deviden periodik sebesar D1 rupiah

perlembarnya, maka yield adalah sebesar D1/Pt-1

1 1 1 − − − +Pt Dt Pt Pt Pt

dan return total dapat dinyatakan sebagai berikut:

Return saham =

= 1 1 1 − − + − Pt D Pt Pt .………...……. (2.4) (Jogiyanto, 2003:111)

2.2.2.3 Return Tidak Normal (Abnormal Return)

Studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa.

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal.

Return normal merupakan return ekspektasi (return yang di harapkan oleh investor). Dengan demikian, return tidak normal (abnormal return) adalah selisih


(40)

antara return sesungguhnya yang terjadi dan return ekspektasi (Jogiyanto, 2003:433 ).

RTNi,t = Ri,t – E(Ri,t)

………….……….………(2.5)

(Jogiyanto, 2003:434) Notasi:

RTNi,t : Return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke i pada periode

peristiwa ke t

Ri,t : Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke i pada periode peristiwa

ke t

E(Ri,t) : Return ekspektasi sekuritas ke i untuk periode peristiwa ke t

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke t yang merupakan selisih harga sekarang relatip terhadap harga sebelumnya atau dapat di hitung dengan rumus (Pi,t – Pi,t -1) / Pi,t -1

a. Mean adjusted model

. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus di estimasi. mengestimasi return ekspektasi menggunakan model estimasi sebagai berikut:

Model disesuaikan rata-rata (mean adjusted model) ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period). Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa

(event period) disebut juga periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window).


(41)

b. Market adjusted model

Model disesuaikan pasar (market adjusted model) menganggap bahwa penduga yang baik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

c. Market Model

Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) ini dilakukan dengan dua tahap yaitu

1. Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi

2. Menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi

diperiode jendela. Model ini diekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (ordinary least square).

Rmt

1 1 −

− −

IHSGt IHSGt IHSGt

= ………..…….(2.6)

(Jogiyanto, 2003:440) Notasi :

Rmt : Return pasar

IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t


(42)

2.2.2.4 Hubungan Pengumuman Merger Dengan Abnormal Return

Abnormal return sebenarnya merupakan sebuah metodologi untuk meneliti atau menguji pengaruh kandungan informasi terhadap reaksi pasar saham. Jika pengumuman merger berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan harga saham atau terhadap abnormal return berarti pengumuman tersebut mengandung informasi. Apabila diperoleh abnormal return yang positif berarti terdapat peningkatan kemakmuran pemegang saham, tetapi sebaliknya jika abnormal return bernilai negatif berarti terjadi penurunan kemakmuran. Disisi lain, apabila pengumuman merger tidak menghasilkan abnormal return atau sama dengan nol berarti merger tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. ( Moin, 2004:299).

Moin (2004:298) menyatakan bahwa mengukur kinerja ekonomi perusahaan adalah dengan melacak harga sahamnya terhadap kinerja pasar secara keseluruhan. Dalam pasar yang efisien, nilai yang di harapkan dari sebuah merger akan di estimasi dengan menganalisis perubahan pasar segera sesudah pengumuman transaksi merger. Pengujian seperti ini biasanya menggunakan pengukuran abnormal return.

Dalam jurnal penelitian Amin (2001) pengumuman merger berpengaruh negatif terhadap abnormal return, kesimpulan hasil penelitiannya menunjukan adanya abnormal return yang negatif karena ketidak konsistenan efisiensi pasar dan adanya sugesti yang membuat perubahan harga pasar yang lebih tinggi serta


(43)

menggemukakan return yang negatif untuk dua tahun setelah merger adalah fakta yang tidak dapat di pungkiri.

Penelitian Sjamsu (2007), menyimpulan hasil penelitiannya membuktikan pengumuman akuisisi menimbulkan reaksi pasar (abnormal return) yang signifikan pada event date dan periode setelah pengumuman serta adanya perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dengan sesudah pengumuman akuisisi.

Teori diatas dapat di simpulkan bahwa pengumuman merger berpengaruh positif terhadap abnormal return. Hasil yang di peroleh Sjamsu (2007). Berbeda dengan hasil yang di peroleh Amin (2001) yang menunjukan adanya abnormal return yang negatif. Dari kedua teori tersebut dapat di artikan adanya perbedaan

abnormal return sebelum dan sesudah merger, yang di peroleh masing-masing perusahaan, hal ini bisa di karenakan dari penilaian investor yang berbeda-beda mengenai keadaan suatu perusahaan yang akan melakukan merger.


(44)

2.3 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

Diduga terdapat perbedaan Abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman merger pada perusahaan go publik dibursa efek Indonesia.

Abnormal return (Y) Sebelum dan sesudah

pengumuman merger (Di)


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah sesuatu yang menjadi obyek pengamatan dalam suatu penelitian yang berdasarkan sifat atau hal-hal yang di definisikan atau di amati. Maka variabel yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.1.1 Variabel Terikat atau Dependen Variabel (Abnormal Return/ Y)

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah abnormal return

Variabel abnormal return ini diukur menggunakan skala rasio. Perhitungan

Abnormal Return di dapat dengan rumus sebagai berikut : 1. Abnormal Return

Abnormal return sebagai selisih antara return ekspektasi (expected return)

dengan return sesungguhnya (actual return) pada hari atau tanggal yang sama. Dengan menggunakan rasio.

RTNi,t = Ri,t – E(Ri,t

(Jogiyanto, 2003:434) ) ………...…(3.1)

Dimana :

RTNi,t : Return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke i pada periode peristiwa ke t

Ri,t : Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke i pada periode peristiwa ke t


(46)

E(Ri,t) : Return ekspektasi sekuritas ke i untuk periode peristiwa ke t

Sedangkan untuk menghitung (actual return) dan (expected return) digunakan rumus sebagai berikut:

2. Return sesungguhnya (actual return)

Return sesungguhnya (actual return) adalah hasil dari perbandingan apresiasi harga saham suatu saham hari dengan harga saham dari sebelumnya.

Skala pengukuran data yang digunakan adalah rasio

Ri,t 1 1 , , , − − − t i P t i P t i P

=

……….…… (3.2)

(Jogiyanto, 2003:434) Dimana:

Ri,t : Pendapatan saham sesungguhnya i pada periode t Pi,t : Harga saham sesungguhnya i pada periode t Pi,t-1

3. Return ekspektasi (expected return).

: Harga saham sesungguhnya i pada periode t-1

Untuk menghitung return saham yang diharapkan maka digunakan return pasar model disesuaikan Market model. Yang dirumuskan sebagai berikut

Rmt 1 1 − − − IHSGt IHSGt IHSGt

= ……….……….……… (3.3)

(Jogiyanto, 2003:440) Dimana:

Rmt : Return ekspektasi pasar pada periode t

IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t IHSGt-1 : Index Harga Saham Gabungan pada periode t-1


(47)

3.1.2 Variabel Independen (Di)

Dalam penelitian ini variabel Independennya adalah pengumuman merger. Dengan menggunakan variabel dummy, adapun kriteria pengukuran variabel dummy (Di) sebagai berikut :

Di =

3.2Teknik Penentuan Sampel 1 : Sesudah merger Di =

0

: Sebelum merger

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk di pilih menjadi anggota sampel (Husein, 2009:77)

Populasi yang di teliti adalah 9 perusahaan go publik di Indonesia yang melakukan merger dan memiliki saham aktif dari tahun 2006 – 2009.

Dengan melihat pelaksanaan merger maka peneliti menentukan periode peristiwa yang di sebut juga periode pengamatan atau periode jendela (event window). Peneliti menetapkan periode jendela selama 11 hari. (t-5, t0, dan t+5) Periode tersebut yang cukup untuk melihat kandungan informasi tentang pengumuman pelaksanaan merger. Alasan lain adalah untuk menghindari pengaruh faktor-faktor lain (seperti pembagian deviden, saham bonus, right issue) yang akan mempengaruhi pergerakan harga saham.


(48)

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi (Husein, 2009:77). Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go publik

di Indonesia yang melakukan merger. Teknik pengambilan sampel penelitian ini secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang di anggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah di ketahui sebelumnya (Husein, 2009:92)

Kriteria yang di gunakan untuk memilih sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan go publik yang melakukan merger dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX) pada tahun 2006-2009

2. Saham yang diteliti adalah saham perusahaan go publik yang aktif di perdagangkan di Bursa Efek Indonesia (IDX), dan selama periode penelitian bukan merupakan saham tidur.

3. Perusahaan yang mempunyai data return saham dan harga saham pada tahun 2006-2009

4. Perusahaan yang hanya melakukan merger pada 1 perusahaan dalam 1 tahun 5. Data emiten yang di teliti lengkap.

Dalam penelitian ini sampel di tetap kan 7 perusahaan go publik di Indonesia yang melakukan merger pada tahun 2006-2009 berdasarkan dari bursa efek Indonesia dengan memenuhi kriteria-kriteria di atas sebagai berikut :


(49)

1. PT Ades Waters Indonesia Tbk

2. PT Bumi Resources Tbk

3. PT Surya Toto Indonesia Tbk

4. PT Selamat Sempurna Tbk

5. PT Bank Multicor Tbk

6. PT Bank CIMB Niaga Tbk

7. PT Bentoel Internasional Investama Tbk

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan bersumber dari data sekunder, yaitu berupa tanggal pengumuman merger yang diperoleh dari laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (IDX) sebagai berikut:

1. Harga saham emiten yang merupakan harga penutupan harian (closing price) selama tahun 2006-2009

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harian selama tahun 2006-2009 3. Data tanggal, bulan dan tahun terjadinya merger secara resmi melalui Bursa

Efek Indonesia (IDX) pada tahun 2006-2009.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang di butuhkan dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia (IDX) pada tahun 2006-2009


(50)

3.3.3 Pengumpulan Data

Penelitian ini mengunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data dengan mengadakan studi kepustakaan yang mempelajari literatur dan karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Dokumentasi

Data-data yang di perlukan untuk penelitian ini di peroleh dari Bursa Efek Indonesia (IDX). data-data tersebut di kumpulkan melalui teknik dokumentasi.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1 Teknik Analisis

Pengujian menggunakan variabel abnormal return sebelum melakukan merger yaitu 5 hari dan 5 hari sesudah melakukan merger. Hari pada waktu pengumuman pelaksanaan merger tidak di ambil, karena pada hari tersebut permulaan pengumuman pelaksanaan merger. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman merger masing-masing perusahaan. Di hitung dengan menggunakan Market model.

Untuk menguji perbedaan rata-rata digunakan analisis regresi linier dengan variabel dummy sebagai berikut:

Yi = α + βDi + µi ………(3.4) (Gujarati, 1995:264)


(51)

Dimana :

Y : Variabel abnormal return α : konstanta

β : koefisien regresi Di

1. Ho : β

= 1 : Sesudah merger 0 : Sebelum merger

µi : variabel pengganggu

3.4.2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis statistik yang disusun dalam pengujian adalah :

1

H1 : β

= 0 (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Y untuk D=1 dan D=0)

1

2. Mencari nilai t

≠ 0 (Terdapat perbedaan yang signifikan Y untuk D = 1 dan D = 0)

hitung

t

dengan rumus sebagai berikut :

hit =

)

( i

Se i β β

Keterangan :

Βi = Koefisien Regresi

Se (βi) = Standar Eror

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikasi (α) 0,05 dengan derajat bebas (n-k)

Dimana:


(52)

k = Jumlah variabel

3. Kriteria yang dipakai dalam uji t yaitu:

Dengan menggunakan derajat kebebasan (n-2) dan α = 5% serta uji dua sisi (kemungkinan terdapat atau tidak terdapat perbedaan), maka hasil perhitungan t hitung dibandingkan t tabel, dimana :

a.Hipotesis diterima apabila nilai t hit < -t tab atau t hit > t tab, artinya H0

ditolak dan H1

b.Hipotesis ditolak apabila nilai -t tab ≤ t tab ≤ t tab, artinya H diterima.

0 diterima dan

H1 ditolak.

3.5.Uji Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (1995) bahwa dalam analisis linier berganda perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi linier berganda.

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estmator),

artinya pengembalian keputusan uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE harus memenuhi tiga asumsi yang tidak boleh dilanggar, yaitu :

1. Tidak boleh ada Multikolinieritas 2. Tidak boleh ada Autokolerasi 3. Tidak boleh ada Heterokedastisitas.


(53)

3.5.1 Multikolinieritas

Menurut Gujarati (1995) Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana antar variabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien kolerasinya tinggi atau bahkan satu). Adanya multikolinieritas menyebabkan standart eror cenderung makin besar dengan meningkatnya tingkat kolerasi antar variabel dan standart eror menjadi sangat sensitive terhadap perubahan data. Diperlukan pembuktian atau identifikasi secara statistic ada tidaknya gejala multikolinieritas. Beberapa metode untuk menguji gejala multikolinieritas sebagai berikut :

a. Melihat kolerasi antar variabel bebas, jika kolerasi antar variabel melebihi 0,50 diduga terdapat gejala multikolinieritas.

b. Melihat pada nilai variance inflation factor (VIF) , jika nilai VIF

kurang dari 10 maka tidak terdapat multikolinieritas.

c. Koefisien determinasi (r2) tinggi, uji parsial tidak satu pun yang signifikan.

3.5.2 Autokolerasi

Menurut Gujarati (1995:201) Autokolerasi dapat di definisikan sebagai kolerasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross section), uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada kolerasi antar kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)


(54)

Identifikasi ada tidaknya gejala autokolerasi dapat dilihat dengan nilai durbin Watson dengan rumus sebagai berikut:

d =

(

2

)

2 1 et t e t e Σ − Σ − dimana :

d = Nilai Durbin watson

et

=

Residual periode t

et -1

3.5.3 Heterokedastisitas

=

Residual periode t-1

Menurut Gujarati (1995) Heterokedasitas dapat di definisikan sebagai uji untuk melihat apakah terdapat ketidak samaan varians dari residual satu kepengamatan-kepengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain, tetap atau disebut homoskedastisitas.

Persoalan heterokedasitas sering terjadi pada data cross section

(elemen/anggota/populasi) pada suatu saat tertentu dan mempunyai karakteristik yang berbeda. Cara mengidentifikasi heterokedastisitas dengan menggunakan uji

rank spearman antara residual dan seluruh variabel bebas (Gujarati, 1995:188) Rumus uji rank spearman :

) 1 ( 6 1 2 2 − − =

N N di Rs


(55)

Dimana :

Di = Selisih ranking standar deviasi (S) dan ranking nilai mutlak eror N = Banyaknya sampel

Bila tingkat signifikansi Rank Spearman lebih besar daripada 0,05 maka diasumsikan tidak ada kasus heterokedastisitas untuk variabel bebas.

3.6 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah dalam model statistik variabel-variabel peneliti berdistribusi normalatau tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Test statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-smirnov test yaitu perbandingan antara distribusi frekuensi kumulatif yang diharapkan.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu di dirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang di harapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:


(57)

• 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia di bentuk di

Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.

• 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia Ditutup Selama Perang Dunia I.

• 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta di buka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya di.

• Awal tahun 1939 : Karena isu politik ( perang dunia ke II ) Bursa Efek

di Semarang dan Surabaya di tutup.

• 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta di tutup kembali selama perang

dunia ke II.

• 1952 : Bursa Efek di Jakarta di aktifkan kembali dengan UU Darurat

Pasar Modal 1952, yang di keluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo).Instrumen yang di perdagangkan obligasi pemerintah RI (1950).

• 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin

tidak aktif.

• 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

• 10 Agustus 1977 : Bursa Efek di resmikan kembali oleh presiden

Soeharto. BEJ di jalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus di peringati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga di tandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.


(58)

• 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten

hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan di bandingkan instrumen Pasar Modal.

• 1987 : Ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987 (PAKDES 87)

yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

• 1988 – 1990 : Paket diregulasi di bidang perbankan dan pasar modal di

luncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

• 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan di

kelola oleh persatuan perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

• Desember 1988 : pemerintah mengeluarkan paket Desember 88

(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go

public dan beberapa kebijakan lain yang positif perusahaan bagi pertumbuhan pasar modal.

• 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan di kelola

oleh perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

• 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi badan

pengawas pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

• 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ di laksanakan


(59)

• 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan UU No. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai di berlakukan mulai Januari 1996.

• 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

• 2000 : Sistem Perdagangan tanpa Wartkat ( scrip trading) mulai di

aplikasikan di pasar modal Indonesia.

• 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh

(remote trading).

• 2007 : penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta

(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

• 02 Maret 2009 : Peluncuran perdana system perdagangan baru PT Bursa

Efek Indonesia: JATS-NextG

4.1.2 Perkembangan Bursa Efek Indonesia

Perkembangan Bursa di Indonesia di mulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) sebagai pengelola Bursa pada tahun 1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi BAPEPAM untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha yang begitu besar, baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang di keluarkan oleh pemerintah, melalui BAPEPAM, untuk pengembangan Bursa di Indonesia, nilainya cukup besar yang tidak mungkin di lakukan oleh pihak swasta/ SRO seperti dewasa ini.


(60)

Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah BAPEPAM berhasil mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian bursa di swantanisasikan tahun 1992.

Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di wilayah timur, pemerintah melalui BAPEPAM mempelopori pendirian BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa Swasta pertama kali didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992, pemerintah mengalihkan peran BAPEPAM sebagai penyelanggara Bursa kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993 pemerintah melalui perserikatan perdagangan uang dan efek (PPUE) mendirikan Bursa Pareral Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi tranaksi di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya pada tahun 1995 BPI di gabungkan dengan BES dan setelah pengabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan menegah kecil serta obligasi/ surat utang.

Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI di gabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir (Sejak


(61)

2002 hingga sekarang) emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di bidang instrument lainnya seperti devivatif dapat di katakan belum mengalami kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian pemerintah, dalam hal ini BAPEPAM dan LK, SRO dan pelaku pasar, untuk melakukan sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang di perdagangkan di Bursa. Salah satu pendekatan yang di rencanakan oleh pemerintah sebagaimana di tuang kan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2006 yaitu pengabungan BES dan BEJ. Pengabungan kedua Bursa ini di yakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisien pasar modal dapat di capai. Bursa Efek Indonesia (BEI) di dirikan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).

4.1.3 Maksud Dan Tujuan Pembentukan Bursa Efek Indonesia

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, maksud dan tujuan pendirian perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Menunjukan kebijakan pemerintah dalam pengembangan pasar modal sebagai alternative sumber pembiayaan untuk mendukungan dunia usaha dalam rangka pembangunan nasional.

2. Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut memiliki berbagai macam efek di samping memberikan kemudahan bagi


(62)

dunia usaha untuk menarik dana dengan cara menawarkan efek di keluarkannya kepada masyarakat melalui pasar modal.

3. Menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Seperti di jelaskan dalam pasal 5 ayat 2 anggaran dasar perusahaan, setiap pemegang saham perusahaan harus merupakan perusahaan efek yang berbadan hukum Indonesia dan telah memperoleh izin usaha sebagai perantara pedagang efek.

4.1.4 Proses Go Publik di Indonesia

Penawaran umum atau sering pula di sebut Go Publik adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang di lakukan oleh Emiten (perusahaan yang Go Publik) kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang di atur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.

Suatu perusahaan yang melakukan penawaran umum saham dapat memperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut :

a. Memperoleh dana murah dan basis pemodalan yang sangat luas untuk keperluan penambahan modal yang tentunya dapat di manfaatkan perusahaan untuk keperluan pengembangan usaha, membiayai berbagai rencana investasi termasuk proyek yang memiliki risiko tinggi.

b. Memberikan likuiditas dan nilai pasar terhadap kekayaan perusahaan yang merupakan nilai ekonomis dari jerih payah pendiri. Melalui mekanisme pasar sekunder, para pemegang saham pendiri setiap saat bisa menjual sebagian atau keseluruhan sahamnya.


(63)

c. Mengangkat pandangan masyarakat umum terhadap perusahaan sehingga menjadi inceran para profesional sebagai tempat untuk bekerja. Daya tarik para profesional maupun para manajer perusahaan publik adalah kelangsungan hidup terjamin dan evaluasi jenjang karir yang lebih objektif. Disamping itu, proses seleksi manajemen perusahaan publik akan berjalan lebih mudah dan lancar serta transparan.

d. Pemegang saham khususnya individu akan cenderung menjadi konsumen yang setia kepada produk perusahaan, karena adanya rasa ikut memiliki perusahaan.

e. Perusahaan publik menikmati secara cuma-cuma promosi melalui media masa, terutama perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan, likuid dan pemilikan sahamnya tersebar luas serta kapitalisasi yang benar. Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek hal-hal yang harus dipersiapkan emiten dalam rangka go publik sebagai berikut:

1. Manajemen perusahaan menetapkan rencana mencari dana melalui go publik.

2. Rencana go publik tersebut di mintakan persetujuan kepada para pemegang saham dan perubahan anggaran dalam RUPS.

3. Emiten mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu menyiapkan kelengkapan dokumen.


(64)

5. Kontrak pendahuluan dengan bursa efek. 6. Publik expose, kepada masyarakat luas.

7. Penanda tanganan berbagai perjanjian-perjanjian emisi.

8. Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat hutang, terlebih dahulu harus memperoleh peringkat yang di keluarkan oleh lembaga peringkat efek.

9. Menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumennya kepada BAPEPAM.

4.1.5 Visi Dan Misi PT Bursa Efek Indonesia

1. Visi

Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukan penggabungan BES – BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar

Modal 2005 – 2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu bursa yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:


(65)

2. Misi

Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia memiliki misi yang harus di jalankan seperti:

a. Pillar of Indonesian Economy

b. Market Oriented

c. Company Transformation

d. Institution Building


(66)

4.1.6 Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia RUPS RUPS Direktur Utama Dewan Komisaris Satuan Pemeriksa Internal

Unit Manajemen Resiko Sekretaris Perusahaan (Komunikasi Perusahaan) Direktorat Perdagangan Saham Direktorat Keanggotaan dan Partisipasi Direktorat Perdagangan fixed income &derivatif Direktorat Administratif Direktorat Pencatatan Direktorat Pengawasan Divisi Pengawasan Transaksi Divisi Hukum Divisi pencatatan Sektor Riil (Saham+ derivatif) Divisi Pencatatan Sektor jasa (Saham+Derivatif) Satuan Pemeriksaan Anggota Bursa &

Partisipan Divisi Pencatatan Surat Utang Divisi Perdagangan Saham Divisi Perdagangan Informasi pasar Divisi Keanggotaan Divisi Partisipan Divisi Perdagangan Fixed income Divisi Perdagangan Derivatif Divisi Umum Divisi Pelaporan Fixed Income Divisi SDM Divisi Pengembangan Produk Divisi Perencanaan Pemasaran Divisi Pencatatan Sektor jasa (Saham+Derivatif) Divisi Perdagangan Informasi pasar Divisi Partisipan Divisi Pencatatan Sektor jasa (Saham+Derivatif) Divisi Pengembangan

Solusi Bisnis TI Divisi Perdagangan Informasi pasar Divisi Umum Divisi Perencanaan Pemasaran Divisi Perdagangan Derivatif Divisi Partisipan Divisi Hukum Divisi Pencatatan Sektor jasa (Saham+Derivatif) Divisi Pengawasan Transaksi Divisi Pengembangan

Solusi Bisnis TI Divisi Perdagangan Informasi Pasar Divisi Umum Divisi Perencanaan Pemasaran Divisi Perdagangan Derivatif Divisi Partisipan Divisi Hukum Divisi Pencatatan Sektor Jasa (Saham+Derivatif) Divisi pencatatan Sektor Riil (Saham+ derivatif) Divisi Perdagangan Saham Divisi Keanggotaan Divisi Pengawasan Transaksi Direktorat Administratif Direktorat Pencatatan Direktorat Pengawasan Direktorat Penelitian & Pengembangan Usaha Direktorat Teknologi Informasi Direktorat Perdagangan Saham Direktorat Keanggotaan dan Partisipasi Direktorat Perdagangan Fixed Income & Derivatif

Direktorat Administratif Direktorat Pencatatan Direktorat Pengawasan Direktur Utama Dewan Komisaris Divisi Keuangan Divisi Operasi TI Divisi Perdagangan Fixed Income Divisi Pengembangan Produk Divisi Pencatatan Sektor Riil (Saham+ Derivatif) Divisi Perdagangan Saham Divisi Keanggotaan Divisi Pengawasan Transaksi


(67)

4.2 Gambaran Umum Perusahaan Sampel penelitian

Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan kegiatan merger periode tahun 2006-2009, serta sahamnya aktif di perdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada periode di sekitar tanggal pengumuman merger di lakukan. Terdapat 9 perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini yaitu :

4.2.1 PT Kalbe Farma Tbk

PT Kalbe Farma Tbk di dirikan tanggal 10 September 1966 dan di sah kan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 12 September 1967 dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 102 pada tanggal 22 Desember 1967.

Perusahaan bergerak dalam bidang industri dan distribusi produk farmasi (obat-obatan bagi manusia dan hewan). Saat ini usaha utama prusahaan dalam bidang produksi dan pengembangan produk farmasi, Perusahaan ini memulai kegiatan usaha secara komersialnya pada tahun 1966.

Perseroan menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran umum perdana saham pada tahun 1991, yang seluruh sahamnya telah tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 30 Juli 1991. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan perubahaan terakhir tahun 2008, dalam rangka penyesuaian undang-undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas dan peraturan badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan (BAPEPAM-LK). Perusahaan berkedudukan di


(1)

Di

4.4.2 Pengujian Hipotesis = 1 : Sesudah merger 0 : Sebelum merger

µi : variabel pengganggu

Dalam analisis ini adanya perbedaan Abnormal Return sebelum dan sesudah pengumuman merger dengan analisis regresi linier sederhana di gunakan uji t. Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

Ho : β1 = 0 (Tidak terdapat perbedaan) H1 : β1

2. Menentukan tingkat signifikansi (α) = 5% = 0,05 -> (α/2) = 0,025

≠ 0 (Terdapat perbedaan)

derajat kebebasan (n-2) = ( 69-2) = 67 3. Mencari nilai t hitung

t

dengan rumus sebagai berikut :

hit =

) ( i Se

i

β β

=

4. Menentukan nilai t 0,001 0,007 = 0,126

t

tabel

tabel

5. Menentukan daerah kritis Ho melalui kurva distribusi t-student dua sisi (α/2 ; df) = (0,05/2 ; 67)

= (0,025 ; 67) = 2,000


(2)

a. Hipotesis diterima apabila nilai t hit < -t tab atau t hit > t tab, artinya H0 ditolak dan H1

b. Hipotesis ditolak apabila nilai -t tab ≤ t tab ≤ t tab, artinya H diterima.

0 diterima dan H1

Dari perhitungan di peroleh t ditolak.

hit = 0,126 lebih kecil dari ttabel

4.5 Pembahasan

= 2,000 maka Ho diterima dan H1 ditolak dan hasil perhitungan regresi menunjukan tingkat signifikan 0,900 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa Tidak terdapat perbedaan yang signifikan, yang berarti perubahan masing-masing variabel Time/ pengumuman merger (Di) Tidak Mampu menjelaskan perubahan variabel Abnormal Return (Y).

4.5.1 Perbedaan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Merger.

Dengan hasil diatas atau melihat model regresi yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil analisis uji F sebagai berikut:

Tabel 4.6 Uji F


(3)

Hasil analisis uji F pada tabel 4.5 diatas menunjukkan hasil yang tidak signifikan, menunjukkan nilai F-hitung 0,016 dengan tingkat signifikansi 0,900 > 0,05. Atau dengan kata lain analisis secara ini tidak tepat digunakan sebagai alat untuk menentukan pengaruh variabel bebas dengan variabel terikatnya, yang berarti perubahan ketiga variabel Time (Di) Tidak Mampu menjelaskan perubahan variabel Abnormal Return (Y). Dimana (R Square 0,000 atau 0,0).

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan abnormal return yang di peroleh perusahaan Sebelum dan sesudah pengumuman Merger (Di) Tidak Terdapat Perbedaan Pengaruh atau tidak nyata terhadap Abnormal Return (Y), atau tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. 0,900 > 0,05 : tidak signifikan (positif)].

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amin Wibowo (2001) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum pengumuman akuisisi. Secara teoritis, pengumuman merger menimbulkan suatu reaksi pasar berupa perubahan harga saham yang terjadi diseputar tanggal pengumuman merger (Gurendrawati dan Sudibyo, 1999). Akan tetapi dalam pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman merger dapat terlihat pada respon yang ditunjukan investor atau pasar yang tidak memberikan reaksi yang berlebihan terhadap saham perusahaan yang melakukan merger. Sebab lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan yang signifikan tersebut dikarenakan perusahaan merger yang kurang memperhatikan kinerja harga saham perusahaan target yang cenderung


(4)

mengalami penurunan, hal ini membawa dampak yang kurang baik bagi pencapaian abnormal return perusahaan merger sebelum dan sesudah mengeluarkan pengumuman merger. Dari pernyataan tersebut, maka diperoleh hasil yang tidak signifikan pada abnormal return perusahaan merger sebelum dan sesudah pengumuman.

4.6 Keterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini hanya menggunakan periode 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman merger. Hal ini akan berpengaruh pada pengujian hipotesis, karena waktu pengamatan kurang lama.

2. Jumlah sampel penelitian kecil yang menyebabkan besarnya faktor kesalahan estimasi yang diperoleh.

3. Penelitian ini hanya memasukan hubungan pengumuman merger, tanpa mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi abnormal return perusahaan, misalnya nilai merger dan ukuran perusahaan target.

4. Adanya saham yang memiliki return nol, berarti terdapat beberapa saham yang kurang aktif di perdagangkan.

5. Serta adanya kebocoran informasi mengenai pengumuman merger, sehingga hal tersebut tidak menjadikan kabar yang mengejutkan sehingga dampaknya yang dirasakan tidak terlalu besar.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian untuk hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut :

Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman merger pada perusahaan go publik di Indonesia.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

Pada peneliti selanjutnya dapat melakukan alternative model dalam meneliti abnormal return yaitu Market adjusted model dan mean adjusted model serta memperbanyak jumlah sample dan menambah jumlah periode waktu yang lebih lama, sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul moin, 2004, Merger,Akuisisi, dan Divestasi. Edisi ke dua, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

Amin, Yulita, 2001, “Pengaruh Pengumuman Merger dan Akuisisi Terhadap Return Saham Perusahaan Akuisitor dan Non Akuisitor dalam Sektor Industri yang sama di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 16, No. 4, hal. 372-387.

Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi. FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Damodar Gujarati, 1995, Ekonometrika Dasar. Edisi ke empat, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Damodar Gujarati, 2009, Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi ke Tiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Husein Umar, 2009, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi ke dua, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke tiga, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.

Payamta, Doddy, 2004, “Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, September, Vol. 7, No. 3, hal. 265-282.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Cetakan Kedua, PT Elex media Computindo, Jakarta.

Sjamsu, 2007, “Pengaruh Pengumuman Akuisisi Terhadap Abnormal Return Saham Perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta (Indonesia)”, Skripsi Akademik FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Sugiyono, 2003, Statistika Untuk Penelitian. Cetakan kelima, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.


Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Merger dan Akuisisi pada Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

6 98 88

Analisis Perbedaan Average Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia

1 78 64

Analisis Perbedaan Return Saham Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 98 89

Analisis Perbedaan Return Saham Sebelum Dan Sesudah Pengumuman Stock Repurchase Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 41 86

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN PERINGKAT OBLIGASI DI INDONESIA

1 22 58

ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS DAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN REVERSE SPLIT ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS DAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN REVERSE SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 14

ANALISIS PERBANDINGAN ABNORMAL RETURN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER Analisis Perbandingan Abnormal Return Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Yang Melakukan Merger Periode Tahun2010-2

0 4 17

ANALISIS PERBANDINGAN ABNORMAL RETURN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER Analisis Perbandingan Abnormal Return Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Yang Melakukan Merger Periode Tahun2010-2

0 5 15

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA SKRIPSI

0 0 21

PERBEDAAN lONERJA KEUANGAN PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI -

0 0 171