KONTRIBUSI CURAHAN WAKTU WANITA TANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

(1)

commit to user

i

KONTRIBUSI CURAHAN WAKTU WANITA TANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN GONDANGREJO

KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)

Disusun Oleh : ZUHUD ROZAKI

H 0405060

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

KONTRIBUSI CURAHAN WAKTU WANITA TANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN GONDANGREJO

KABUPATEN KARANGANYAR

yang dipersiapkan dan disusun oleh Zuhud Rozaki

H 0405060

telah di pertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 20 Januari 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji Ketua

Dr. Ir. Eny Lestari, MSi. NIP. 19601226 198601 2 001

Anggota I

Arip Wijianto, SP, MSi NIP. 19771226 200501 1 002

Anggota II

Ir. Marcelinus Molo, MS. PhD. NIP. 19490320 197611 1 001

Surakarta, 28 Januari 2011 Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan segala puji syukur hanya kepada Allah SWT. atas segala petunjuk dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, yaitu kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dr. Ir. Eny Lestari, MSi., selaku Pembimbing Utama sekaligus yang telah membimbing dan meluangkan waktu serta memberikan masukan.

4. Bapak Arip Wijianto, SP., M.Si., selaku Pembimbing Akademis sekaligus sebagai Pembimbing Pendamping yang telah membimbing dan meluangkan waktu serta memberikan masukan.

5. Bapak Roni selaku Koordinator BPP Kecamatan Gondangrejo yang telah memberikan banyak informasi guna penyusunan skripsi ini.

6. Wanita tani di Kecamatan Gongdangrejo Kabupaten Karanganyar yang telah banyak membantu dan memberikan informasi guna terselesaikannya skripsi ini.

7. Keluarga Penulis (Ayah, Ibu, dan Kakak-kakak) yang telah memberikan doa, semangat serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga besar PKP angkatan 2005 terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak bisa disebut satu persatu.

Semoga Allah SWT. memberikan balasan atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan. Amin. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan


(4)

commit to user

iv

yang disebabkan keterbatasan penulis dan mengharapkan kritik dan saran membangun. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Januari 2011


(5)

commit to user

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... ... v

DAFTAR TABEL ... ... vii

DAFTAR GAMBAR .. ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

RINGKASAN………. ... xvi

SUMMARY... ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Landasan Teori ... 6

B. Kerangka Berfikir ... 17

C. Hipotesis .... ... 19

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 19

E. Pembatasan Masalah ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 24

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 24

C. Populasi dan Teknik Sampling ... 25

D. Jenis dan Sumber Data ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29


(6)

commit to user

vi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis ... 31

B. Pembagian Wilayah Administrasi ... 32

C. Kependudukan ... 32

D. Sosial ... 37

E. Pertanian .. ... 39

F. Lain-lain ... ... 41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas dan Karakteristik Responden ... 42

B. Kegiatan Ekonomi Wanita Tani ... 46

C. Kegiatan Non Ekonomi Wanita Tani ... 49

D. Pendapatan Wanita Tani ... 50

E. Curahan Waktu Wanita Tani ... 50

F. Kontribusi Wanita Tani ... 53

G. Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani dengan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga... 56

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88

B. Saran……….. ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jumlah Industri dan Jumlah

Petani (termasuk buruh tani) per Kecamatan di Kabupaten

Karanganyar ... 25 Tabel 3.2 Daftar Desa ... 26 Tabel 3.3 Daftar Dusun ... 27 Tabel 3.4 Daftar Jumlah Wanita Tani yang

Memiliki Pekerjaan Non Farm ... 27 Tabel 3.5 Rincian Ragam Data Dan

Sumber Penelitian ... 28 Tabel 4.1 Jumlah Pertumbuhan Penduduk

Kecamatan Gondangrejo Tahun

2004 - 2008 ... 32 Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk Kecamatan

Gondangrejo Tahun 2008 ... 33 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan

Gondangrejo Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rumah Tangga

Tahun 2008 ... 34 Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan

Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin ... 35 Tabel 4.5 Jumlah Penduduk 10 Tahun

Keatas Berdasarkan Mata

Pencaharian ... 36 Tabel 4.6 Jumlah Penduduk 5 Tahun

Keatas Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 37 Tabel 4.7 Sarana Pendidikan dan Jumlah

Guru dan Murid ... 38 Tabel 4.8 Luas Panen dan Produksi

Pertanian ... 39 Tabel 4.9 Jumlah Ternak di Kecamatan

Gondangrejo Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.10 Jumlah Industri di Kecamatan


(8)

commit to user

viii Tabel 4.11 Jumlah Sarana Transportasi di

Kecamatan Gondangrejo Tahun

2008 ... 41 Tabel 5.1 Distribusi Responden

Berdasarkan Kelompok Umur ... 42 Tabel 5.2 Distribuís Responden

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43 Tabel 5.3 Distribusi Responden

Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan Usahatani (Sawah, Tegal

dan Pekarangan) ... 44 Tabel 5.4 Distribusi Responden

Berdasarkan Matapencaharian

Utama ... 44 Tabel 5.5 Distribusi Responden

Berdasarkan Matapencaharian Sampingan

.

... 45 Tabel 5.6 Distribusi Jumlah Anggota

Keluarga Responden ... 46 Tabel 5.7 Distribusi Responden

Berdasarkan Kegiatan Off farm ... 47 Tabel 5.8 Dsitribusi Responden

Berdasarkan Alasan Melakukan

Kegiatan Off Farm ... 48 Tabel 5.9 Distribusi Responden

Berdasarkan Kegiatan Non

Farm Responden ... 48

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Melakukan

Kegiatan Non Farm ... 49 Tabel 5.11 Rata-rata Pendapatan Responden

dari Kegiatan Ekonomi Per

Maret – Juni 2010 ... 50 Tabel 5.12 Distribusi Responden

Berdasarkan Curahan Waktu

Pada Kegiatan On Farm ... 51 Tabel 5.13 Distribusi Responden

Berdasarkan Curahan Waktu


(9)

commit to user

ix Tabel 5.14 Distribusi Responden

Berdasarkan Curahan Waktu

Pada Kegiatan Non Farm ... 52 Tabel 5.15 Distribusi Responden

Berdasarkan Curahan Waktu

Pada Kegiatan Non Ekonomi ... 53 Tabel 5.16 Distribusi Responden

Berdasarkan Kontribusinya Pada

Pendapatan On Farm ... 53 Tabel 5.17 Distribusi Responden

Berdasarkan Kontribusinya Pada

Pendapatan Off farm ... 54 Tabel 5.18 Distribusi Responden

Berdasarkan Kontribusinya Pada

Pendapatan Non Farm ... 55 Tabel 5.19 Distribusi Responden

Berdasarkan Kontribusinya Pada

Pendapatan Total ... 55 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan On Farm dengan

Kontribusinya Terhadap

Pendapatan Keluarga ... 56 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Off Farm dengan

Kontribusinya Terhadap

Pendapatan Keluarga ... 57 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Farm

dengan Kontribusinya Terhadap

Pendapatan Keluarga ... 58 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Ekonomi dengan

Kontribusinya Terhadap


(10)

commit to user

x Tabel 5.24 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Ekonomi dengan Kontribusinya Terhadap

Pendapatan Keluarga ... 61 Tabel 5.25 Hasil Uji Korelasi Antara

Curahan Waktu Wanita Tani dengan Kontribusinya Terhadap

Pendapatan Keluarga ... 62 Tabel 5.26 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan On Farm dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

On Farm ... 63

Tabel 5.27 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan On Farm dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

Off Farm ... 64

Tabel 5.28 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan On Farm dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

Non Farm ... 65

Tabel 5.29 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan On Farm dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

Total ... 66 Tabel 5.30 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Off Farm dengan Kontribusinya Pada Pendapatan


(11)

commit to user

xi Tabel 5.31 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Off Farm dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

Off Farm ... 69

Tabel 5.32 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Off Farm dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

Non Farm ... 70

Tabel 5.33 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Off Farm dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

Total ... 72 Tabel 5.34 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Farm

dengan Kontribusinya Pada

Pendapatan On Farm ... 73 Tabel 5.35 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Farm

dengan Kontribusinya Pada

Pendapatan Off Farm ... 74 Tabel 5.36 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Farm

dengan Kontribusinya Pada

Pendapatan Non Farm ... 75 Tabel 5.37 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Farm

dengan Kontribusinya Pada


(12)

commit to user

xii Tabel 5.38 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Ekonomi dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

On Farm ... 78

Tabel 5.39 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Ekonomi dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

Off Farm ... 79

Tabel 5.40 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Ekonomi dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

Non Farm ... 80

Tabel 5.41 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Ekonomi dengan Kontribusinya Pada Pendapatan

Pendapatan Total ... 81 Tabel 5.42 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Ekonomi dengan Kontribusinya Pada

Pendapatan On Farm ... 83 Tabel 5.43 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Ekonomi dengan Kontribusinya Pada

Pendapatan Off Farm ... 84 Tabel 5.44 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Ekonomi dengan Kontribusinya Pada


(13)

commit to user

xiii Tabel 5.45 Distribusi Responden Berkaitan

dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Ekonomi dengan Kontribusinya Pada

Pendapatan Total ... 86 Tabel 5.46 Hasil Uji Korelasi Antara

Curahan Waktu Wanita Tani dengan Kontribusinya Terhadap


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Hubungan antara curahan waktu wanita tani dengan


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan (Kuesioner Penelitian) ... 94

Lampiran 2 Identitas Responden Petani (Tabulasi).... ... 101

Lampiran 3 Frekuensi Variabel X dan Y ... 111

Lampiran 4 Output Rank Spearman ... 115

Lampiran 5 Peta Kabupaten Karanganyar ... 116

Lampiran 6 Peta Kecamatan Gondangrejo ... 117

Lampiran 7 Foto Penelitian ... 118


(16)

commit to user

xvi RINGKASAN

Zuhud Rozaki, H0405060, “KONTRIBUSI CURAHAN WAKTU WANITA TANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Eny Lestari, MSi. dan Arip Wijianto, SP,M.Si

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan sebagian penduduk, menyediakan bahan baku bagi sektor yang berkembang, menghemat devisa negara maupun sebagai tempat pasar bagi industri yang berkembang. Namun, dengan kondisi sektor pertanian sekarang dimana banyak lahan pertanian mengalami alih fungsi dan masalah-masalah lain membuat masyarakat memilih mencari alternatif sumber pendapatan sampingan di luar pertanian (non farm). Wanita tani sebagai salah satu bagian dari keluarga tani mencoba untuk membantu ekonomi keluarga dengan mencurahkan sebagian waktunya untuk kegiatan ekonomi guna berkontribusi bagi pendapatan keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji curahan waktu wanita tani,

mengkaji kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga dan mengkaji hubungan antara curahan waktu wanita tani dengan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga. Curahan waktu ini meliputi curahan waktu pada kegiatan ekonomi dan curahan waktu pada kegiatan non ekonomi. Kegiatan ekonomi berupa kegiatan on farm, kegiatan off farm dan kegiatan non farm.

Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif atau format deskriptif di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Kecamatan Gondangrejo. Penarikan sampel menggunakan metode multi stage cluster sampling sebanyak 48 responden dari empat dusun yaitu Dusun Bojong, Dusun Dayu, Dusun Banyu Urip dan Dusun Wonorejo. Metode analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman (rank spearman).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa curahan waktu wanita tani pada kegiatan on farm dan non farm tergolong sedang dan pada kegiatan off farm tergolong rendah. Terkait dengan curahan waktu pada kegiatan non ekonomi tergolong sedang. Kemudian untuk kontribusi wanita tani pada on farm tergolong sedang, pada off farm tergolong rendah, pada non farm tergolong tinggi dan pada pendapatan total tergolong tinggi. Dari uji korelasi Rank Spearman pada taraf kepercayaan 95 % menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara curahan waktu wanita tani baik pada kegiatan ekonomi maupun kegiatan non ekonomi dengan kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga.


(17)

commit to user

xvii SUMMARY

Zuhud Rozaki, H0405060, “CONTRIBUTION OF EFFUSING TIME OF FEMALE FARMER TO FAMILY INCOME IN SUB DISTRICT GONDANGREJO REGENCY KARANGANYAR”. Agricultural Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. Under guidance of Dr. Ir. Eny Lestari, MSi. and Arip Wijianto, SP, MSi.

Agricultural sector plays an important part in providing work field for citizens, providing raw material for expanding sector, economizing state's stock and also as market place for expanding industry. But, now with the condition of agricultural sector where are a lot of agriculture farm displace the other and many other problem make the society chosen to looking for the alternative earnings source outside agriculture (non farm). Female Farmer as one part of from farmer family try to assist the family economics by effusing some of her time for the economic activity to contribute for family income.

This research aim to study the effusing time of female farmer, to study contribution of female farmer to family income and study the relation between effusing time of female farmer with her contribution to family income. This effusing time including effusing time at economic activity and effusing time at non economic activity. Economic activity include the on farm activity, off farm activity and non farm activity.

The basic method employed was descriptive one or descriptive format in Subdistrict Gondangrejo Regency Karanganyar. Determination of research Location have done by purposive in Subdistrict Gondangrejo. Withdrawal sample using multi stage cluster sampling methode as much 48 responder from four village, that is Village Bojong, Village Dayu, Village Banyu Urip and Village Wonorejo. Methods of analyzing data is used rank spearman correlation tests (rank spearman).

Pursuant to research result indicates that the effusing time of female farmer at on farm activity and non farm on medium category and at off farm activity on lower category. With the effusing time at non economic activity on medium category. Then, for the contribution of female farmer at on farm on medium category, contribution at off farm on lower category, contribution at non farm on high category and at total income on high category. From the correlation test of Rank Spearman at belief level 95 % is showing the existence of very significant correlation between effusing time of female farmer at economic activity and also at non economic activity with the contribution of female farmer to family income.


(18)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejarah pembangunan di Indonesia memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pertanian telah memberi kontribusi yang besar terhadap perubahan dalam perekonomian Indonesia terutama perekonomian pedesaan. Pertanian dan pedesaan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Pertanian merupakan komponen utama yang menopang kehidupan pedesaan di Indonesia. Pertanian ini tidak hanya sebatas pertanian dalam arti sempit, namun dalam arti luas yaitu penghasil produk primer yang terbarukan, termasuk di dalamnya pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan (Harianto, 2007). Program pembangunan di pedesaan khususnya pembangunan pertanian baik langsung maupun tidak langsung diharapkan mampu menyentuh semua lapisan masyarakat pedesaan, sehingga dapat mencapai pemerataan hasil pembangunan. Hal itu agar tujuan pertanian bisa tercapai yaitu untuk menyejahterakan masyarakat tani.

Namun, permasalahan yang dihadapi di sektor pertanian cukup kompleks. Selain jumlah penduduk yang banyak juga penyempitan lahan. Rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga pertanian pengguna lahan semakin kecil, dari 0,80 Ha pada tahun 1993 menjadi 0,72 Ha pada tahun 2003. penurunan rata-rata penguasaan lahan di Jawa lebih cepat dibandingkan dengan luar Jawa. Di Jawa turun 0,47 Ha menjadi 0,38 Ha, sementara di luar Jawa turun 1,20 Ha menjadi 1,14 Ha. Semakin mengecilnya rata-rata penguasaan lahan pertanian terjadi karena berbagai faktor seperti meningkatnya jumlah rumah tangga pertanian, terjadinya fragmentasi pemilikan lahan, dan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang berkaitan erat dengan kemiskinan (Suhariyanto, 2007).

Menurut fungsinya, sektor pertanian memiliki fungsi salah satunya menyediakan lapangan pekerjaan. Dengan kondisi sekarang dimana lahan pertanian banyak beralih fungsi membuat produksi pertanian menurun. Rumah


(19)

tangga di pedesaan relatif heterogen dalam aspek aktivitas yang dilakukan, serta dalam kepentingan relatif dari aktivitas tersebut dalam memberikan pendapatan rumah tangga. World Bank 2007 dalam Harianto (2007) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen rumah tangga pedesaan di Indonesia berpartisipasi di pertanian, namun pangsa pendapatan rumah tangga pedesaan yang berasal dari pertanian kurang dari 30 persen.

Kenyataan di atas memiliki dampak terhadap petani yang berupaya mencari pekerjaan sampingan di sektor non farm. Jenis pekerjaan non farm

meliputi pedagang, industri rumah tangga atau kecil, jasa, karyawan swasta, pemerintah dan buruh di luar pertanian lainnya. Seringkali petani yang merangkap sebagai pedagang atau pegawai ternyata memiliki tingkat penghasilan yang lebih baik daripada petani saja. Mereka memiliki kelebihan dibandingkan petani murni, misalnya akses terhadap pasar dan informasi, kegagalan terhadap resiko usahataninya dan sebagainya (Suharjito, 2003).

Managara (2004) menyatakan pada tahun 2002, penduduk yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 40,63 juta orang atau 44,34 persen dari seluruh penduduk yang bekerja, dengan produktivitas rata-rata per tahun sebanyak 1,69 juta rupiah. Tahun berikutnya, tahun 2003, sektor ini mempekerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja keseluruhan dan produktivitasnya turun menjadi 1,68 juta rupiah per tahun. Nilai produktivitas pekerja pertanian di Indonesia menempati urutan terakhir atau yang terendah di antara 9 sektor. Produktivitas tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan, listrik, gas dan air senilai 54,94 juta rupiah per orang per tahun, dan urutan kedua terendah adalah sektor perdagangan senilai 4,21 juta rupiah per orang per tahun. Hal ini berarti, bahwa nilai produktivitas pekerja di sektor pertanian pada tahun 2003 hanya sepertigapuluhtiga dari produktivitas urutan tertinggi. Dibandingkan dengan nilai produktivitas kedua terendahpun, posisi sektor pertanian masih cukup jauh yakni kurang dari separuhnya.

Lebih dari 35 persen di sektor pertanian adalah perempuan. Kemudian yang berada di sektor non pertanian, perempuan lebih terkonsesntrasi bekerja


(20)

di bidang perdagangan, industri pengolahan dan jasa. Pangsa perempuan yang bekerja di bidang lain seperti transportasi, konstruksi dan keuangan relatif kecil (Harianto, 2007). Sehingga selain sebagai ibu rumah tangga, para wanita tani mencoba untuk mencari tambahan penghasilan di luar sektor pertanian

(non farm).

Peluang wanita tani bekerja di luar sektor pertanian untuk membantu perekonomian keluarga cukup besar, hal ini dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang ibu rumah tangga selain mengurus rumah tangganya. Selain itu, menyertakan wanita di pedesaan dalam proses pembangunan bukanlah berarti hanya sebagai suatu tindakan perikemanusiaan yang adil belaka. Tindakan berupa mengajak, mendorong wanita di pedesaan untuk berpartisipasi dalam pembanguan merupakan suatu tindakan yang efisien (Sajogyo, 1983).

Oleh karena itu, kondisi di atas mendorong penulis untuk mengkaji kontribusi curahan waktu wanita tani terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Dengan begitu dapat diketahui seberapa besar curahan waktu wanita tani dan sumbangannya terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Gondangrejo.

B. Perumusan Masalah

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan sebagian penduduk, menyediakan bahan baku bagi sektor yang berkembang, menghemat devisa negara maupun sebagai tempat pasar bagi industri yang berkembang. Namun, dengan kondisi sektor pertanian sekarang dimana banyak lahan pertanian mengalami alih fungsi dan masalah-masalah lain membuat masyarakat memilih mencari alternatif sumber penghasilan sampingan di luar pertanian (non farm).

Syafri dkk (1993), meningkatnya tingkat pertisipasi angkatan kerja wanita (TPAK) di Indonesia merupakan suatu gejala yang menarik. Salah satu peluang kerja yang menyerap tenaga kerja wanita cukup tinggi adalah sektor industri, khususnya industri rumah tangga. Bagi rumah tangga miskin, keterlibatan wanita dalam aktivitas mencari nafkah akan membantu memenuhi


(21)

kebutuhan ekonomi rumah tangga. Adanya sumbangan ekonomi wanita bagi rumah tangga diharapkan dapat merubah status dan peranan wanita yang secara tradisional merupakan penanggungjawab kegiatan rumah tangga.

Wanita tani yang merupakan salah satu bagian dari keluarga petani mencoba untuk membantu ekonomi keluarga. Upaya tersebut dilakukan dengan mencurahkan waktunya untuk hal yang bermanfaat. Curahan waktu merupakan alokasi waktu yang dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan baik itu kegiatan ekonomi atau non ekonomi. Bagi wanita tani yang berupaya untuk menambah pendapatan di luar pertanian (non farm), curahan waktu pada kegiatan non farm akan berhubungan dengan pendapatan keluarga.

Berdasarkan uraian di atas, dari peneliti mencoba merumuskan perumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Seberapa besarkah curahan waktu wanita tani?

2. Seberapa besarkah kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga? 3. Bagaimana hubungan antara curahan waktu wanita tani dengan

kontribusinya terhadap pendapatan keluarga?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji curahan waktu wanita tani.

2. Mengkaji kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga.

3. Mengkaji hubungan antara curahan waktu wanita tani dengan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga.

D. Kegunaan Penelitian

1.Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh mengenai curahan waktu wanita tani dan sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana.

2.Bagi masyarakat, diharapkan dapat bermanfaat dalam proses pengembangan yang terkait dengan kegiatan on farm, off farm dan non

farm.

3.Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.


(22)

4.Bagi pemerintah dan instansi yang terkait, diharapkan dapat menjadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya khususnya di bidang pertanian.


(23)

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pedesaan

Istilah pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah yang didukung oleh partisipasi masyarakatnya, dengan menggunakan teknologi yang terpilih (Mardikanto, 1996).

Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan dan pertumbuhan (growth and change) dari banyak peristiwa yang sangat kompleks dan kait-mengait yang mencakup masalah-masalah ekonomi, kelembagaan dan tansformasi sosial, sebagaimana dikemukakan Todaro dalam Mardikanto (1988). Pertanian memberikan sumbangan bagi pembangunan dengan banyak cara. Dunia pertanian berkontribusi pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, sebagai mata pencaharian, dan sebagai cara untuk melestarikan lingkungan, sehingga menjadikan sektor ini sebuah instrumen unik bagi pembangunan (The World Bank, 2008).

Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap struktur perekonomian nasional tidak terlepas dari adanya beberapa titik lemah dalam kebijakan dan implementasi yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi (termasuk pertanian). Pemerintah telah melakukan berbagai pendekatan pembangunan sektor pertanian seperti pembangunan pertanian terpadu, pembangunan pertanian berwawasan lingkungan, dan pembangunan pertanian berwawasan agroindustri, namun upaya tersebut sampai saat ini belum menghasilkan pencapaian yang menggembirakan. Menempatkan pembangunan pertanian sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi nasional (agricultural-led development) dengan segala tantangan yang harus dihadapi baik yang sifatnya internal maupun


(24)

eksternal diharapkan mampu memecahkan persoalan ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi dengan perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan devisa, pemerataan, percepatan pembangunan ekonomi daerah, membangun ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang mempengaruhi corak berpikir petani, konsumen dan pelaku pembangunan pertanian yang lain, maka konsep klasik Mosher perlu disesuaikan, termasuk didalamnya reorientasi peran pemerintah (Susanto, 2005).

Pedesaan menurut perhatian pembangunan, disamping tempat menumpuknya sebagian besar angkatan kerja, juga memiliki jumlah dan jenis lapangan usaha yang terbatas, yang mengakibatkan banyaknya setengah pengangguran, kemiskinan dan ketidakmerataan pendapatan serta daerah terisolir (Cahyono, 1983).

2. Peranan Wanita Tani

Wanita adalah manusia yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai manusia, wanita lahir dengan naluri untuk sukses dan terus maju dalam kehidupan yang ditempuhnya. Tuntutan zaman modern yang bercirikan kebebasan individu dengan pengakuan hak asasi manusia dalam memilih cara hidup mendorong aturan gender cenderung untuk berubah. Perubahan itu tentunya mengarah pada perbaikan karakter perempuan yang makin diakui, karena pemikiran dan perubahan kualitas hidupnya. Peran gender bisa berkembang secara positif kepada peran publik perempuan seiring terbukanya arus informasi dan peluang untuk berkompetisi secara independen (Naqiyah, 2005).

Tenaga manusia terdiri atas pria dewasa, wanita dewasa dan anak-anak. Pria dewasa dianggab dapat mengerjakan semua pekerjaan. Wanita dewasa mengerjakan pekerjaan yang lebih ringan, seperti penanaman, pemeliharaan, dan panen. Sedangkan tenaga anak-anak membantu pria dan wanita dewasa untuk menyelesaikan pekerjaan (Soetriono dkk, 2006).


(25)

menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan status mereka. Seperti yang diungkapkan Davran (2004):

”...Women can participate to irrigation activities just in subsistence economies and they have helper status.”

Lebih jauh lagi Perkins (1994) menjelaskan:

”Women’s life experience in the work place, especially their low earning power, has far-reaching effects on the psychological, physical, social and economic. Women seek feelings of competence, of making contribution, of being necessary and productive and being in control of time and energy in their work lives. For women as well as men, earning are crucial to personal support and to support families. A major reason for the increase in women’s employment over the last for decades is economic necessary.”

Dapat diartikan bahwa:

Pengalaman hidup wanita-wanita dalam tekanan pekerjaan, khususnya karena kekuatan mereka dan pendapatan rendah mereka yang berpengaruh jauh pada psikologi, kesehatan, sosial dan ekonomi. Wanita merasa mampu bersaing, menyumbangkan, memerlukan dan menghasilkan dan membagi waktunya dalam bekerja. Bagi wanita, mereka sama dengan laki-laki, pendapatan yang diterima untuk penyokong pribadi dan untuk menyokong keluarga. Alasan utama wanita untuk mencari tambahan dalam mata pencaharian akhir-akhir ini yaitu karena kebutuhan ekonomi.

Keluarga inti yang terdiri dari ayah ibu dan anak-anaknya relevan digunakan untuk menelaah peranan wanita, khususnya dihubungkan dengan pembangunan. Bagaimanakah pengaruh pendidikan, bagaimanakah perubahan yang terjadi dalam produksi, fertilitas dan sebagainya terhadap posisi dan status wanita, dimana ia dalam keluarga bisa sebagai anak gadis, isteri, ibu, ibu rumah tangga, pencari nafkah tambahan atau sebagai pencari nafkah pokok (Sajogyo, 1983).

Wanita sebagai sumberdaya pembangunan tidak terlepas dia sebagai anggota dari suatu keluarga. Sehingga sebagai anggota keluarga, sumberdaya yang dia miliki juga menjadi milik keluarga tersebut, dengan


(26)

demikian segala tindakan atau pemanfaatannya juga harus berorientasi terhadap tujuan keluarga itu sendiri. (Kusnandar, 1995).

Partisipasi wanita saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat di Indonesia. Secara umum alasan perempuan bekerja adalah untuk membantu ekonomi keluarga. Keadaan perekonomian yang semakin tidak menentu, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Kondisi inilah yang mendorong ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menekuni sektor domestik (mengurus rumah tangga), kemudian ikut berpartisipasi di sektor publik dengan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya ibu rumah tangga cenderung memilih bekerja di sektor informal. Hal ini dilakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga (Handayani dan Artini, 2009).

Peranan wanita dalam pembangunan berkembang selaras dan serasi dengan perkembangan tanggungjawab dan peranannya dalam mewujudkan serta mengembangkan keluarga sehat dan sejahtera. Peranan dan tanggungjawab wanita dalam pembangunan makin dimantapkan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya (Noerdin, 1991).

Definisi dalam penjelasan Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman pasal 6, petani diartikan sebagai orang (laki-laki atau perempuan), baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan yang mata pencaharian pokoknya mengusahakan lahan dan atau media tumbuh tanaman untuk budidaya tanaman (Deptan, 2004).

Pada banyak masyarakat desa, pria yang melakukan pekerjaan di sawah. Sedangkan istrinya yang mengatur anggaran belanja. Dalam keadaan seperti itu, wanita memegang peranan yang cukup penting dalam


(27)

menentukan berapa besarnya biaya yang akan dikeluarkan untuk pupuk, obat-obatan, dan alat-alat kerja (Soetriono dkk, 2006).

Darvan (2004) menjelaskan bahwa:

“Educational activities related to empowerment of women, gender awareness etc. must be given to rural people. Both women and men should be taken into consideration together in this educational activity. However, women are dependent on their husband. So, first of all men have to be persuaded about women’s active participation in rural life, especially on economic/productive roles. Women’s needs should be determined to avoid increased workload on women.”

Jadi kegiatan pendidikan berkaitan dengan pemberdayaan wanita. Kesadaran akan persamaan gender harus disosialisasikan pada masyarakat pedesaan. Baik laki-laki maupun wanita harus bersama-sama terlibat dalam kegiatan pendidikan. Walaupun semua itu juga terganting suaminya, sehingga pertama kali suami harus diberitau mengenai pentingnya partisipasi wanita terutama dalam meningkatkan ekonomi dan peran produktifnya. Kebutuhan wanita harus ditentukan untuk menghindari meningkatnya beban kerja wanita tersebut.

3. Curahan Waktu

Curahan waktu kerja adalah proporsi waktu bekerja (yang dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu di sektor pertanian dan di luar sektor pertanian) terhadap total waktu kerja angkatan kerja. Curahan waktu kerja tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Ada jenis-jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu yang banyak dan kontinu, tapi sebaliknya ada pula jenis-jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu kerja yang terbatas (Nurmanaf dalam Handayani dan Artini, 2009).

Secara umum wanita mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam curahan waktu kerja wanita. Menurut Putri dkk. dalam Handayani dan Artini (2009), curahan waktu kerja wanita secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: curahan waktu kerja untuk kegiatan


(28)

ekonomi (mencari nafkah) dan kegiatan non ekonomi yaitu kegiatan dasar, kegiatan sosial, dan kegiatan rumah tangga.

Seorang wanita dalam kehidupan berumah tangganya harus bersedia meluangkan waktu untuk bekerja dan berjuang menemukan identitasnya sendiri. Seperti yang dinyatakan Kleiman (1980) sebagai berikut:

”Being a wife is a full time job and often women need to get together just to talk about the realities of marrige. Wives often struggle hard to find their own identity.”

Jadi seorang wanita selalu mempunyai pekerjaan yang penuh atau banyak dan seringkali mereka membutuhkan waktu bersama hanya untuk berbicara mengenai rumah tangganya atau pernikahannya. Istri-istri sering berjuang keras menemukan identitas dirinya sendiri.

Menurut Widodo (1990), bekerja penuh (full time) apabila penduduk yang bekerja memiliki jam kerja lebih dari 35 per minggu, setengah menganggur (part time) apabila penduduk yang bekerja memiliki jam kerja antara 14-35 jam per minggu, setengah menganggur kentara apabila penduduk yang bekerja antara dan memiliki jam kurang dari 14 jam per minggu.

Curahan waktu yang dialokasikan untuk kegiatan non ekonomi menurut Sumarsono (2003) adalah rata-rata 16 jam sehari, hal tersebut termasuk untuk kegiatan tidur, makan, kegiatan yang bersifat alami atau kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari selain untuk bekerja dan waktu luang. Selain bekerja dan melakukan keiatan rumah tangga setiap individu minimal memiliki waktu luang 1 jam tiap hari.

Pekerjaan dalam pertanian, jumlah tenaga kerja dihitung atau diukur dengan hari kerja orang (HKO) yang setara dengan 8 jam kerja. Adanya jam kerja tersebut dapat membantu efisiensi tenaga kerja karena keteraturannya (Soetriono dkk, 2006).


(29)

4. Pendapatan Keluarga

Suatu keluarga berarti semua anggota rumah tangga yang pada suatu tingkatan tertentu saling berhubungan melalui darah, adopsi, atau perkawinaan. Perlu diperhatikan keluarga lain dengan rumah tangga yang diartikan sebagai: Suatu kelompok individu yang hidup dalam sesuatu rumah, dan makan dari dapur yang sama (United Nations dalam Lucas at al, 1995).

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga

"kulawarga" yang berarti "anggota" "kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu (Anonim, 2010).

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam suatu masyarakat dan sekaligus merupakan unit ekonomi terkecil, mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Sehingga, seorang ibu dalam suatu keluarga selain berperan dalam sosialisasi anak (keluarga), juga sekaligus mempunyai tanggungjawab moral dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga (Kusnandar, 1995).

Wisadirana (2004) juga mengemukakan bahwa sifat utama perkembangan ekonomi adalah kemajuan kearah pola pembagian kerja yang makin tajam dan makin besar variasinya. Pada tingkat yang paling sederhana dari ekonomi keluarga, masih ada pembagian kerja diantara anggota keluarga yang didasarkan atas jenis kelamin dan umur. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sajogyo (1983) bahwa rumah tangga di pedesaan sebagai kesatuan sosial ekonomi penting, karena terdiri dari sejumlah anggota pemberi tenaga kerja dalam produksi dan lain-lain serta kegiatan pencari nafkah.

Menurut Soekartawi et al (1986), dalam memperhitungkan pendapatan dikemukakan beberapa pengertian sebagai berikut:

a. Pendapatan adalah semua penghasilan yang diterima oleh seseorang dalam kegiatan ekonomi pada periode waktu tertentu


(30)

b. Pendapatan kotor (gross farm income) adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

c. Pengeluaran total usahatani (total farm expense) adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.

d. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani.

5. Kegiatan Ekonomi Wanita Tani

1. Kegiatan On farm

Pertanian atau farm dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan (Mubyarto, 1989). Kegiatan agribisnis memiliki dua subsistem yaitu subsistem on farm (budidaya) dengan subsistem off farm (pengolahan dan pemasaran) diharapkan dapat berjalan secara simultan. Lewat terintegrasinya subsistem on farm

(budidaya) dengan sub-sistem off farm (pengolahan dan pemasaran), maka nilai tambah yang dapat diraih para pelaku usahatani akan semakin meningkat (Suprapto, 2002).

2. Kegiatan Off farm

Pemerintah sangat berharap agar petani tidak hanya berusaha di lahan pertanian mereka (on farm), tapi juga di luar lahan (off farm). Bila usaha on farm terkait dengan budidaya, maka off farm adalah produk non-budidaya atau hasil pasca panennya (Anonim, 2008). 3. Kegiatan Non farm

Pendapatan petani sekeluarga diperoleh dari usahatani (padi dan bukan padi) dan non usahatani (non farm) seperti berburuh, dagang, pengrajin, jasa dan usaha lainnya. Sedangkan pengeluaran petani sendiri dari: makanan pokok, lauk-pauk, kesehatan, pakaian, pendidikan, dan lain-lain (Prayitno dan Lincolin, 1987).


(31)

Pembangunan pertanian yang difokuskan pada peningkatan produksi cadangan relatif cukup berhasil, walaupun peningkatan produksi belum berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan. Berbagai persoalan mendasar masih dihadapi oleh masyarakat pedesaan, sehingga berbagai program kebijakan untuk memacu perkembangan sektor non pertanian di pedesaan harus senantiasa menjadi perhatian pemerintah. Permasalahan mendasar di pedesaan yang perlu ditangani dengan lebih serius diantaranya; (1). Rendahnya produktivitas tenaga kerja, (2). Semakin sempitnya luas lahan yang dikuasai rumah tangga, (3). Jumlah RT petani urem meningkat, (4). Pendapatan RT petani rendah dan keadaan ekonominya stagnan, (5). Rendahnya upah buruh tani dan (6). Mayoritas penduduk miskin. Dengan demikian, untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan, pengembangan sektor pertanian harus dibarengi dengan usaha nonpertanian. Usaha non pertanian yang dapat dikembangkan di pedesaan adalah usaha perdagangan dan industri pengolahan, sekalipun selama periode 1998-2006 kemampuan sektor non pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di pedesaan tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Hal ini selain tenaga kerja masih berstatus pekerja keluarga yang tidak dibayar juga sebagian besar usaha nonpertanian masih berskala mikro dan kecil yang lemah dalam manajemen, modal dan keterampilan serta dilakukan di lokasi yang tidak permanen (Suhariyanto, 2007).

Sebagai comtoh meningkatnya peran sektor industri rumah tangga di pedesaan mencerminkan bahwa sebagian masyarakat menyadari bahwa sektor ini mampu memberikan peluang usaha dan peluang pendapatan yang lebih baik. Industri bata merah, industri tahu-tempe, pedagang eceran, industri pengolahan makanan dan sejenisnya, buruh bangunan jasa angkutan seperti ojek dan kegiatan produktif non pertanian lainnya merupakan kegiatan bisnis yang banyak ditekuni oleh sebagian masyarakat pedesaan, terutama mereka yang tidak


(32)

memiliki lahan. Situasi yang demikian menjadikan semakin tingginya tingkat mobilitas masyarakat pedesaan terutama bagi mereka yang mencari peluang usaha diluar desanya, maupun diluar daerahnya. Hal yang demikian merupakan dampak akibat bahwa desa tidak lagi mampu menyediakan kesempatan usaha dan kesempatan berusaha disamping tidak lagi mampu menampung kelebihan tenaga kerja (Winarso, 2004).

Dari sinilah alternatif harus dibuat, membuka dan mengembangkan kesempatan kerja diluar kegiatan tani tapi dekat dengan pertanian. Pengertian dekat disini menyangkut 2 pertimbangan, yaitu secara fisik dan secara psikis. Secara fisik, kedekatan antara kedua sektor tersebut akan menggairahkan petani dan memberikan alternatif perbaikan. Sedangkan secara psikis, kedekatan akan mengaburkan pemisahan dan menciptakan situasi dimana kegiatan sektor pertanian dan non pertanian berada pada squence yang saling menguntungkan (Wibowo, 1993).

Rendahnya pendapatan yang diterima dari kegiatan pertanian dengan luasan yang sempit tidak dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu, angkatan kerja rumah tangga berupaya melakukan kegiatan lain termasuk jenis-jenis kegiatan di luar sektor pertanian sebagai sumber pendapatan tambahan. Akan tetapi besarnya peranan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan rumah tangga berlahan sempit bervariasi menurut perbedaan karakteristik antar wilayah (Nurmanaf, 2002).

Pertumbuhan sektor pertanian menjadikan ekonomi pedesaan lebih terdiversivikasi. Sektor non pertanian di pedesaan menjadi sumber pertumbuhan dan kesempatan kerja yang penting. Sektor non pertanian yang semula bersifat usaha sampingan dan berorientasi subsisten, semakin menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi dan menjadi sumber pendapatan yang penting bagi rumah tangga di pedesaan (Harianto, 2007).


(33)

Menurut Tjondronegoro at al (1981), terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap kesempatan seseorang untuk berpindah pekerjaan, yaitu faktor yang terdapat di lingkungan kerja asal, faktor yang terdapat di lapangan pekerjaan tujuan, faktor rintangan dan faktor pribadi.

4. Alasan Kegiatan

Menurut Sairin (2002), ada tiga kriteria masyarakat yang melakukan kerjanya, yaitu:

a. Masyarakat yang memandang kegiatan kerja sesuatu yang hanya berhubungan dengan upaya mencari nafkah semata. Masyarakat seperti ini mempunyai mentalitas sekedar survive. Sejauh hasil kerja itu sudah dapat memenuhi kebutuhan itu, maka ia akan berhenti pada titik itu saja.

b. Masyarakat yang memandang kegiatan kerja sebagai alat untuk mencapai status sosial tertentu. Pada masyarakat yang memandang kegiatan bekerja hanya dalam rangka tujuan yang berkaitan dengan kepentingan struktur sosial saja, maka kegiatan itu hanya ditekankan pada kepentingan untuk mencapai status sosial semata, seperti kedudukan, gelar akademis, dan sebagainya.

c. Masyarakat yang memandang aktivitas kerja sebagai suatu kegiatan yang lebih luas maknanya, antara lain memandang kegiatan kerja itu sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik dan bermutu. Pada masyarakat yang memandang kegiatan kerja seperti itu dengan perspektif yang lebih luas, maka kegiatan itu tidak hanya dinilai sebagai upaya mencari nafkah atau dalam rangka kepentingan status sosial semata, tetapi sudah mengarah pada kepentingan kerja itu sendiri, yaitu diorientasikan pada ukuran hasil dan kualitas kerja itu sendiri. Mereka yang memiliki ciri-ciri ketiga inilah yang dapat disebut sebagai orang yang memiliki etos kerja yang tinggi.


(34)

B. Kerangka Berpikir

Pembangunan pedesaan merupakan upaya yang ditujukan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pedesaan. Seiring dengan berkembangnya teknologi, pembangunan pedesaan mendorong masyarakat beralih dari berkerja di sektor pertanian menjadi bekerja di sektor non pertanian (non farm). Mereka beranggapan bahwa bekerja di sektor non farm

memiliki prospek yang lebih menjanjikan.

Turinda (2003), tenaga kerja manusia terdiri dari tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Wanita merupakan sumber daya yang tidak kalah pentingnya dibandingkan pria. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan wanita dalam sektor pertanian. Partisipasi wanita dalam hal ini adalah membantu mencari nafkah untuk memperoleh pendapatan tambahan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Soetanto (1991), meningkatkan peranan wanita sebagai mitra sejajar dan integrasinya dalam pembangunan bukan hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek pembangunan. Dengan demikian wawasan peranan wanita dalam pembangunan meliputi kesejahteraan keluarga, kesejahteraan masyarakat dan bangsa yang dilakukan secara bersama-sama dan seimbang.

Sudah lama menjadi rahasia umum bahwa wanita Indonesia merupakan pengelola keuangan yang paling pandai dalam mengatur keuangan rumah tangga. Hal ini dihubungkan dengan keadaan sosial-ekonomi yang labil, dengan gaji suami yang hampir tak cukup di akhir bulan, malah seringkali hanya sampai pertengahan bulan. Sebenarnya mereka yang paling banyak terkena pengaruh. Mereka pulalah yang memeras otak bagaimana agar dapurnya dapat terus berasap. Inilah salah satu aspek yang menarik untuk titeliti (Jufita Rahardjo dalam Koentjaraningrat dan Emerson, 1985).

Suyanto dalam Kusnandar (1995) menyatakan, ada dua faktor yang mendorong ibu bekerja di luar rumah. Faktor pertama, ialah karena semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesedaran kaum ibu akan hak dan kewajibannya. Dulu orang tua melakukan diskriminasi dalam membiayai sekolah bagi anak-anaknya. Anak laki-laki selalu mendapat prioritas dalam hal


(35)

pembiayaan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Faltor kedua yang menyebabkan semakin banyaknya wanita bekerja di luar rumah ialah untuk alasan membantu seuami dalam menegakkan ekonomi keluarga. Kaum ibu yang termasuk dalam kelompok ini justru bekerja di luar rumah karena tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan di rumah tangganya sendiri.

Pemerataan pembangunan memiliki arti seluruh masyarakat baik pria dan wanita ikut serta secara dalam menjalankan pembangunan. Pria dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menjalankan pembangunan. Lewat kemampuannya, wanita bisa dikatakan sebagai salah satu bagian yang menyukseskan pembangunan. Partisipasi wanita dalam kegiatan pembangunan salah satunya lewat kegiatan non farm, itu merupakan wujud keikutsertaan wanita tani untuk membantu perekonomian keluarga lewat pendapatan tambahan yang ia dapatkan dari kegiatan non farm.

Curahan waktu wanita tani didefinisikan sebagai waktu yang dimanfaatkan oleh wanita tani untuk beraktivitas. Pendapatan keluarga dinilai dari seluruh penghasilan yang didapat dari semua anggota keluarga yang memiliki kegiatan ekonomi (on farm, off farm dan non farm).

Gambar 2.1 Hubungan antara curahan waktu wanita tani dengan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga

Kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga (Y): • Pada kegiatan on farm

• Pada kegiatan off farm

• Pada kegiatan non farm

• Pada pendapatan total keluarga Curahan waktu wanita

tani(X):

•Curahan waktu pada kegiatan ekonomi •Curahan waktu pada


(36)

C. Hipotesis

Diduga ada hubungan yang signifikan antara curahan waktu wanita tani dengan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional

a. Curahan Waktu wanita tani adalah alokasi waktu wanita tani dalam kegiatan sehari-hari. Diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam jam per minggu. Curahan waktu ini terdiri:

1) Curahan waktu pada kegiatan ekonomi adalah alokasi waktu wanita tani untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bernilai ekonomi.

a) Curahan waktu pada kegiatan on farm adalah alokasi waktu dalam melakukan kegiatan on farm yaitu kegiatan dalam hal budidaya atau mengelola lahannya yang bisa lahan sawah, legal atau pekarangan. Diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam jam per minggu.

b) Curahan waktu pada kegiatan off farm adalah alokasi waktu dalam melakukan kegiatan off farm yaitu kegiatan mengolah atau merperjualbelikan hasil budidaya. Diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam jam per minggu.

c) Curahan waktu pada kegiatan non farm adalah alokasi waktu wanita tani dalam melakukan kegiatan non farm yaitu kegiatan selain kegiatan on farm dan off farm, seperti berdagang (bukan produk pertanian), buruh (bukan buruh tani), industri, pegawai swasta, usaha lainnya. Diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam jam per minggu.

2) Curahan waktu pada kegiatan non ekonomi adalah alokasi waktu wanita tani untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak bernilai ekonomi, antara lain:


(37)

a) Mengurus rumah tangga b) Mengurus keperluan pribadi c) Melakukan kegiatan sosial d) Melakukan kegiatan pendidikan e) Hiburan dan lain-lain

Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam jam per minggu.

b. Kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga adalah besarnya sumbangan wanita tani terhadap pendapatan keluarga yang dinilai dari persentase pendapatan wanita tani dari total pendapatan keluarga. Diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam persen. Kontribusi ini terdiri dari:

1) Pada kegiatan on farm adalah besarnya persentase pendapatan wanita tani dalam kegiatan on farm dari total pendapatan keluarga dalam kegiatan on farm. Diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam persen.

2) Pada kegiatan off farm adalah besarnya persentase pendapatan wanita tani dalam kegiatan off farm dari total pendapatan keluarga dalam kegiatan off farm. Diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam persen.

3) Pada kegiatan non farm adalah besarnya persentase pendapatan wanita tani dalam kegiatan non farm dari total pendapatan keluarga dalam kegiatan non farm. Diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam persen.

4) Pada pendapatan total keluarga adalah besarnya persentase pendapatan total wanita tani (on farm, off farm dan non farm) dari total pendapatan keluarga (on farm, off farm dan non farm). Diukur menggunakan skala ordinal, yang dinyatakan dalam persen.


(38)

2. Pengukuran Variabel

a. Curahan waktu wanita tani

1) Curahan waktu wanita tani pada kegiatan ekonomi a) Curahan waktu pada kegiatan on farm

Indikator Kriteria (Jam/minggu)

Skor Waktu yang digunakan

wanita tani untuk kegiatan

on farm

6 – 11 12 – 17 18 – 24

1 2 3

b) Curahan waktu pada kegiatan off farm

Indikator Kriteria (Jam/minggu)

Skor Waktu yang digunakan

wanita tani untuk kegiatan

off farm

0 – 11 12 – 23 24 – 35

1 2 3

c) Curahan waktu pada kegiatan non farm

Indikator Kriteria (Jam/minggu)

Skor Waktu yang digunakan

wanita tani untuk kegiatan

non farm

15 – 35 Jam/minggu 38 – 60 Jam/minggu 61 – 84 Jam/minggu

1 2 3


(39)

2) Curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi

Indikator Kriteria (Jam/minggu)

Skor 1. Waktu yang digunakan untuk

mengurus rumah tangga 2. Waktu yang digunakan untuk

mengurus keperluan pribadi 3. Waktu yang digunakan untuk

melakukan kegiatan sosial 4. Waktu yang digunakan untuk

melakukan kegiatan pendidikan

5. Waktu yang digunakan untuk hiburan

98 – 107 108 – 117 118 – 128

1 2 3

b. Kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga 1) Pada kegiatan on farm

Indikator Kriteria (%)

Skor Persentase pendapatan wanita tani dalam

kegiatan on farm dari total pendapatan keluarga dalam kegiatan on farm

28 – 35 23 – 43 44 – 50

1 2 3

2) Pada kegiatan off farm

Indikator Kriteria (%)

Skor Persentase pendapatan wanita tani dalam

kegiatan off farm dari total pendapatan keluarga dalam kegiatan off farm

0 – 34 35 – 68 69 – 100

1 2 3


(40)

3) Pada kegiatan non farm

Indikator Kriteria (%)

Skor Persentase pendapatan wanita tani dalam

kegiatan non farm dari total pendapatan keluarga dalam kegiatan non farm

20 – 46 47- 73 74 – 100

1 2 3

4) Pada pendapatan total keluarga

Indikator Kriteria (%)

Skor Persentase pendapatan total wanita tani

dari pendapatan total keluarga

30 – 45 46 – 60 61 – 75

1 2 3

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni sampai bulan Agustus tahun 2010 2. Curahan waktu wanita tani dihitung mulai bulan Maret sampai bulan Juni

tahun 2010

3. Perhitungan pendapatan on farm didasarkan pada pendapatan per musim tanam (Maret sampai Juni 2010). Perhitungan pendapatan off farm dan non farm didasarkan pada total pendapatan dari Maret sampai Juni 2010.


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, yaitu metode yang memusatkan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Kemudian data yang telah ada dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1990).

Penelitian dilakukan dengan teknik survey, yaitu penelitian dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagi alat pengumpul data. Kuisioner dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari populasi dan menjelaskan hubungan kausal antar variabel (Singarimbun dan Effendi, 1989).

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu didasarkan pada banyaknya industri dikombinasikan dengan banyaknya petani di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Jumlah industri yang banyak dikombinasikan dengan jumlah petani dapat digunakan untuk menggambarkan lokasi yang tepat dimana kegiatan non farm oleh wanita tani bisa terlihat. Berikut adalah tabel yang menunjukkan kombinasi jumlah industri dan jumlah petani di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar.


(42)

Tabel 3.1 Jumlah Industri dan Jumlah Petani (termasuk buruh tani) per Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008

No Kecamatan Jumlah Industri Jumlah Petani dan buruh tani

1. Jatipuro 1 12.932

2. Jatiyoso - 13.160

3. Jumapolo - 14.627

4. Jumantono 3 14.575

5. Matesih - 14.626

6. Tawangmangu - 17.513

7. Ngargoyoso 1 16.421

8. Karangpandan 4 12.518

9. Karanganyar 4 16.772

10. Tasikmadu 1 12.810

11. Jaten 91 4.507

12. Colomadu 18 2.621

13. Gondangrejo 31 13.433

14. Kebakkramat 22 12.277

15. Mojogedang 3 20.910

16. Kerjo 3 12.232

17. Jenawi - 10.719

Sumber: BPS Karanganyar

Menurut tabel 3.1, terlihat bahwa kecamatan yang memiliki jumlah industri terbanyak dikombinasikan dengan jumlah petaninya adalah Kecamatan Gondangrejo. Walaupun pemilik industri terbanyak adalah Kecamatan Jaten, namun bila dikombinasikan dengan jumlah petaninya maka Kecamatan Gondangrejo yang lebih banyak jumlah petaninya dibanding Kecamatan Jaten. Dasar itulah yang menjadikan Kecamatan Gondangrejo dipilih menjadi lokasi penelitian.

C. Populasi dan Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah semua istri petani (wanita tani) yang memiliki kegiatan non farm yang ada di Kecamatan Gondangrejo. Penentuan sampel dilakukan dengan cara Multistage Cluster Random

Sampling (Sampel Acak Gugus Bertahap), yaitu pengambilan sampel

dilakukan melalui tahap-tahap tertentu. Jadi satu populasi dapat dibagi-bagi dalam gugus tingkat pertama, kemudian gugus-gugus tingkat pertama ini dapat pula dibagi dalam gugus-gugus tingkat kedua, dan gugus tingkat kedua


(43)

masih dapat pula dibagi dalam gugus-gugus tingkat yang lebih lanjut (Singarimbun dan Efendi, 1989). Pemilihan teknik sampling ini karena tidak didapatkan frame sampelnya, yaitu data wanita tani yang memiliki pekerjaan

non farm di Kecamatan Gondangrejo.

Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap berdasar wilayah desa yang ada di Kecamatan Gondangrejo.

1. Langkah pertama, semua desa dibagi menjadi empat kelas dahulu berdasar pada jumlah petani, kemudian dari masing-masing kelas diambil satu desa secara acak.

Tabel 3.2 Daftar Desa

No Desa Jumlah petani Kategori kelas

1. Jeruksawit 962

2. Plesungan 554 Tinggi

3. Wonosari 519

1. Selokaton 499

2. Kragan 434 Cukup tinggi

3. Krendowahono 429

1. Dayu 419

2. Tuban 402 Cukup rendah

3. Karangturi 399

1. Wonorejo 391

2. Rejosari 372 Rendah

3. Jatikuwung 340

4. Bulurejo 334

Sumber: BPP Kecamatan Gondangrejo

Hasil pengambilan satu desa secara acak di masing-masing kelas, didapat Desa Jeruksawit, Desa Krendowahono, Desa Dayu, dan Desa Wonorejo. 2. Langkah kedua, diambil satu dusun secara acak dari masing-masing desa


(44)

Tabel 3.3 Daftar Dusun

No Desa Dusun

1. Jeruksawit 1. Blimbing

2. Mojorejo 3. Ploso Kerep 4. Ploso Rejo 5. Kedunggong

6. Banyu Urip

7. Jurang Kambil

2. Krendowahono 1. Gemolong

2. Krendowahono

3. Bojong

4. Ngrawan 5. Kayen

3. Dayu 1. Kedung Ulo

2. Tanjung 3. Grenjeng

4. Dayu

5. Jambu

4. Wonorejo 1.Wonolapan

2.Watu Burik

3.Wonorejo

4.Sugih Waras 5.Jetak

6.Sanggrahan Sumber: Data Sekunder

Hasil pengambilan satu dusun secara acak dari masing-masing desa, didapat Dusun Banyu Urip, Dusun Bojong, Dusun Dayu dan Dusun Wonorejo.

3. Langkah ketiga, dibuatlah daftar seluruh wanita tani yang memiliki pekerjaan non farm yang berada di keempat dusun terpilih itu.

Tabel 3.4 Daftar Jumlah Wanita Tani yang Memiliki Pekerjaan Non farm

No. Nama dusun Jumlah wanita tani yang memiliki pekerjaan

non farm

1. Banyu Urip 13 orang

2. Bojong 13 orang

3. Dayu 8 orang

4. Wonorejo 14 orang

Jumlah 48 orang


(45)

4. Langkah keempat, semua wanita tani yang terdaftar di langkah ketiga dijadikan sebagai responden penelitian.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Menurut Mardikanto (2001), data primer merupakan data yang diperoleh melalui, wawancara, rekaman percakapan (menggunakan perekam suara atau audio-visual), pengamatan lapang terhadap kegiatan yang sedang dilakukan, dan penyampaian/pengiriman angket atau daftar pertanyaan yang diisi sendiri oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang dapat memperkaya informasi pada penelitian ini antara lain berupa catatan dari instansi yang terkait, gambar atau foto serta rekaman suara.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.5 Rincian Ragam Data Dan Sumber Data Penelitian

Data yang diperlukan Cara memperoleh data

Sumber data P S

Data pokok :

1.Identitas responden

2.Curahan waktu wanita tani 3.Pendapatan wanita tani 4.Pendapatan suami 5.Pendapatan anak 6.Pendapatan keluarga Data pendukung : 1.Demografi

2.Kondisi wilayah penelitian 3.Keadaan alam

X X X X X X

X

X X X

Responden Responden Responden Responden Responden Responden Instansi

terkait

Keterangan :

P : Primer


(46)

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Salah satu teknik yang akan dilakukan adalah dengan wawancara. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) wawancara dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki dan mencatatnya.

Terkait dengan teknik wawancara tersebut, maka dilakukan wawancara mendalam dengan cara langsung bertatap muka dengan responden, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti serta informasi yang terkait dengan penelitian.

2. Observasi

Pengamatan dilakukan secara langsung oleh peneliti ke lokasi penelitian, serta mengamati fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat.

3. Dokumentasi,

Teknik ini dilakukan melalui teknik pencatatan data yang diperlukan baik dari responden maupun dari instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini

F. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis jenis-jenis kegiatan off farm dan non farm wanita tani digunakan analisis deskriptif yaitu dengan menggambarkan kondisi yang sesuai dengan data yang telah diperoleh di lapang. Untuk menganalisis curahan waktu menggunakan rumus lebar interval (I) yaitu menggunakan waktu (jam), digolongkan dalam tinggi, sedang dan rendah. Rumus lebar interval adalah sebagai berikut:


(47)

Lebar interval kelas (i) = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah Jumlah kelas

Kemudian, untuk mengetahui kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga diukur dengan rumus persentase. Rumus persentasenya sebagai berikut:

Untuk mengetahui hubungan antara curahan waktu wanita tani dengan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga menggunakan Uji korelasi Rank Spearman (rs). Analisis korelasi Rank Spearman (rs), dengan rumus : (Siegel, 1994).

N N

di r

n

i

s = −

=

3 1

2

6 1 keterangan:

rs = Koefisien korelasi Rank Spearman

N = Jumlah

di = Selisih atau rangking dari variabel pengamatan

Untuk pengujian hipotesis pada taraf signifikan 95% digunakan uji – t dengan rumus sebagai berikut:

2

1 2 t

rs N rs

− − =

Keterangan :

1. Jika thitung ≥ttabel (α = 0,05) maka Ho ditolak, berarti ada hubungan yang

signifikan antara curahan waktu wanita tani dengan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga.

2. Jika thitung < ttabel (α = 0,05) maka Ho diterima yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara curahan waktu wanita tani dengan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga.

Pendapatan wanita tani dari kegiatan on farm/off farm/non farm/pendapatan total

Pendapatan keluarga dari kegiatan on farm/off farm/non farm/pendapatan total X 100% =


(48)

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

1. Letak Geografis

Kecamatan Gondangrejo merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Kecamatan ini terdiri dari 13 desa yaitu Desa Wonorejo, Desa Plesungan, Desa Jatikuwung, Desa Selokaton, Desa Bulurejo, Desa Rejosari, Desa Jeruksawit, Desa Krangturi, Desa Kragan, Desa Wonosari, Desa Dayu, Desa Tuban, dan Desa Krendowahono. Jarak Kecamatan Gondangrejo dari ibu kota kabupaten adalah 23 Km arah barat. Ketinggian rata-rata 150 m di atas permukaan laut.

Batas wilayah Kecamatan Gondangrejo sebagai berikut, Sebelah Utara : Kabupaten Sragen

Sebelah Selatan : Kota Surakarta Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat

2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kecamatan Gondangrejo adalah 56,80 km2. Desa yang terluas adalah Desa Plesungan dengan luas 5,98 km2. Desa Dayu 5,69 km2 dan Desa Jeruksawit 5,53 km2. Sedangkan yang paling kecil adalah Desa Tuban yaitu 2,78 km2, Desa Bulurejo 3,14 km2 dan Desa Selokaton 3,29 km2.

Luas tanah Kecamatan Gondangrejo adalah 5.679,9519 Ha, yang terdiri dari tanah sawah seluas 1.026,1441 Ha dan tanah kering sseluas 4.508,6937 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 0,00 Ha, ½ teknis 0,00 Ha, sederhana 0,00 Ha, dan tadah hujan 1.026,1441 Ha, dan luas untuk tegalan/ kebun ada 2.775,8692 Ha. Di Kecamatan Gondangrejo terdapat tanah padang rumput seluas 35,9856 Ha dan tanah lainnya seluas 145,1141 Ha.


(49)

B. Pembagian Wilayah Administrasi

Kecamatan Gondangrejo terdiri dari 13 desa, 78 dusun, 157 dukuh, 101 RW dan 420 RT. Seluruh desa sudah berklasifikasi desa swa sembada. Desa dengan dusun terbanyak adalah Desa Jatikuwung, Selokaton, Jeruksawit, Kragan dan Wonosari, yaitu masing sebanyak 7 dusun, dan yang paling sedikit adalah Desa Rejosari, yaitu 4 dusun. Desa dengan jumlah RT terbanyak adalah Desa Wonorejo, yaitu 68 RT dan yang paling sedikit adalah Desa Krendowahono, yaitu 23 RT.

C. Kependudukan

1. Pertumbuhan Penduduk

Penduduk adalah salah satu komponen kependudukan yang memegang peranan penting. Seabab selain sebagai pelaku mobilisasi, penduduk juga merupakan pelaku aktivitas-aktivitas lain yang menjadi faktor perubahan. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu parameter perkembangan sebuah daerah, pertumbuhan penduduk yang baik menunjukkan daerah tersebut berkembang dengan baik. Pertumbuhan penduduk yang baik juga menunjukkan adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat. Berikut ini sajian data jumlah pertumbuhan penduduk Kecamatan Gondangrejo tahun 2004 – 2008.

Tabel 4.1 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Gondangrejo Tahun 2004 - 2008

No Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan

1. 2004 63.584 Jiwa 0,47 %

2. 2005 64.550 Jiwa 1,52 %

3. 2006 65.181 Jiwa 0,98 %

4. 2007 66.233 Jiwa 1,61 %

5. 2008 68.571 Jiwa 3,53 %

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar

Dapat dilihat dari tabel 4.1 bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk di Kecamatan Gondangrejo mengalami peningkatan. Pertumbuhan jumlah penduduk terbesar terjadi di tahun 2008 yaitu sebesar 3,53 %.


(50)

Pertumbuhan penduduk ini mencerminkan bahwa perkembangan Kecamatan Gondangrejo dalam kependudukan cukup baik.

Selain pertumbuhan penduduk, parameter lain yang digunakan untuk mengetahui perkembangan sebuah daerah adalah kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk mencerminkan bagaimana kondisi wilayah sebuah daerah ditinggali penduduk, semakin padat sebuah daerah, maka semakin terbatas ruang gerak penduduk yang berpengaruh pada kehidupan mereka.

Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Gondangrejo Tahun 2008 No. Desa Jumlah Pddk

(Jiwa)

Luas Wilayah

(Km2)

Distribusi Pddk (%)

Kepadatan Pddk (Jiwa/Km2) 1. Wonorejo 9.235 4,10 13,47 2252 2. Plesungan 8.242 5,98 12,02 1378 3. Jatikuwung 5.429 4,76 7,92 1141 4. Selokaton 6.985 3,29 10,19 2123 5. Bulurejo 5.556 3,14 8,10 1769 6. Rejosari 2.911 4,98 4,25 585 7. Jaruksawit 4.636 5,53 6,76 838 8. Karangturi 3.697 4,66 5,39 793

9. Kragan 4.164 3,20 6,07 1301

10. Wonosari 3.895 4,95 5,68 737

11. Dayu 3.370 5,69 4,91 592

12. Tuban 6.566 2,78 9,58 2362 13. Krendowahono 3.885 3,74 5,67 1039

JUMLAH 68.571 56,80 100 1207

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar

Seiring dengan kenaikan penduduk, maka kepadatan penduduk juga mengalami kenaikan. Dapat dilihat dari tabel 4.2, pada tahun 2008 kepadatan penduduk Kecamatan Gondangrejo sebanyak 1.207 jiwa/ km2. Disisi lain persebaran penduduk masih belum merata. Desa dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah Desa Tuban, yaitu 2.362 jiwa/ km2, dan yang paling rendah adalah Desa Dayu, yaitu 592 jiwa / km2. Kondisi ini menunjukkan bahwa ruang gerak penduduk dalam kecamatan masih cukup luas.

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Data kependudukan memegang peranan penting, karena sumber daya manusia (penduduk) yang memadai dan berkualitas merupakan salah


(51)

satu komponen yang dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Termasuk didalamnya data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, karena dengan data ini akan bisa dihitung sex ratio di sebuah daerah. Lewat sex ratio itulah dapat diketahui perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Gondangrejo Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rumah Tangga Tahun 2008

No Desa Jumlah Penduduk Rumah

Tangga Laki-laki Perempuan Total

1 Wonorejo 4.645 4.590 9.235 2.845

2 Plesungan 4.135 4.107 8.242 2.219

3 Jatikuwung 2.669 2.760 5.429 1.481

4 Selokaton 3.549 3.436 6.985 1.649

5 Bulurejo 2.755 2.801 5.556 1.278

6 Rejosari 1.427 1.484 2.911 715

7 Jaruksawit 2.326 2.310 4.636 1.435

8 Karangturi 1.777 1.920 3.697 1.029

9 Kragan 2.051 2.113 4.164 1.036

10 Wonosari 1.967 1.928 3.895 1.033

11 Dayu 1.673 1.697 3.370 907

12 Tuban 3.172 3.394 6.566 1.552

13 Krendowahono 1.903 1.982 3.885 935

JUMLAH 34.049 34.522 68.571 18.144

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar

Jumlah penduduk di Kecamatan Gondangrejo tahun 2008 berdasarkan pada tabel 4.3 sebanyak 68.571 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 34.049 jiwa dan perempuan 34.552 jiwa. Sex Ratio dapat dihitung menggunakan rumus: % 100 ) ( x perempuan penduduk laki laki penduduk SR ratio Sex

− =

SR = 100

522 . 34 049 . 34 x SR = 98,63

Sex ratio di Kecamatan Gondangrejo adalah 98,63. Artinya tiap 100 orang

penduduk perempuan terdapat 98 orang penduduk laki-laki. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak


(52)

dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki, dan selisih antara penduduk perempuan dan laki-laki tidak begitu besar.

Desa dengan penduduk terbanyak adalah Desa Wonorejo, yaitu 9.235 jiwa. Sedangkan desa dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Rejosari, yaitu 2.911 jiwa. Dalam hal jumlah rumah tangga, Kecamatan Gondangrejo memiliki 18.114 rumah tangga. Dimana jumlah rumah tangga terbanyak terdapat di Desa Wonorejo, yaitu 2.845 rumah tangga. Sedangkan jumlah rumah tangga paling sedikit adalah Desa Rejosari, yaitu sebanyak 715 rumah tangga.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Selain berdasarkan jenis kelamin, keadaan penduduk berdasarkan umur juga penting, yaitu untuk mengetahui proporsi penduduk yang produktif dan yang tidak produktif.

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Umur (Tahun) Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) 0 - 4

5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74

>75 2.782 2.942 3.109 3.252 3.051 2.850 2.625 2.407 2.157 1.893 1.614 1.389 1.216 1.056 889 817 2.717 2.893 3.076 3.235 3.045 2.855 2.634 2.420 2.175 1.913 1.650 1.443 1.288 1.153 1.024 1.001 5.499 5.835 6.185 6.487 6.096 5.705 5.259 4.827 4.332 3.806 3.264 2.832 2.504 2.209 1.913 1.818

Jumlah 22.801 23.493 46.294

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar

Terlihat dari tabel 4.4 bahwa penduduk di Kecamatan Gondangrejo terbanyak berada di kelompok umur 15 – 19 tahun, yaitu sebanyak 6.487


(53)

jiwa, sedangkan yang paling sedikit berada pada kelompok umur 75 tahun keatas, yaitu sebanyak 1.818 jiwa. Kemudian berdasarkan kelompok umur produktif (umur 15-64 tahun) diketahui jumlahnya sebanyak 42.608 jiwa dan non produktif (umur 0-14 tahun dan > 65 tahun) sebanyak 8.444 jiwa. Terkait dengan Angka Beban Tanggungan (ABT), dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ABT = 100

) 59 15 ( ) 60 ( ) 14 0 ( x tahun P tahun P tahun P − > + −

= 100

42608 8444 17519

x

+ = 60,93

ABT yang diperoleh dari perhitungan sebesar 60,93, yang berarti setiap 100 orang penduduk berusia produktif menanggung 60 penduduk yang tidak produktif. Kondisi ini mencerminkan bahwa ABT di Kecamatan Gondangrejo bisa dikategorikan cukup tinggi.

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Perkembangan suatu daerah bisa juga dilihat lewat jenis pekerjaan yang dimiliki penduduknya, oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya.

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk 10 Tahun Keatas Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa) %

1. Petani sendiri 7.973 13,93

2. Buruh tani 5.486 9,58

3. Nelayan -

4. Pengusaha 943 1,65

5. Buruh Industri 10.452 18,26

6. Buruh Bangunan 7.075 12,36

7. Pedagang 1.516 2,65

8. Pengangkutan 649 1,13

9. PNS/TNI/POLRI 519 0,91

10. Pensiunan 1.259 2,19

11. Lain-lain 21.366 37,33

Jumlah 57.238 100 Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar


(1)

commit to user

Keterangan:

rs : 0,216 (NS) (NS) : Non Signifikan t hitung : 1,500

t tabel : 2,024

Berdasarkan tabel 5.42 diketahui bahwa 30 orang memiliki curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dalam kategori sedang. Dari 30 wanita tani tersebut 3 orang memiliki kontribusi pada pendapatan on farm pada kategori tinggi dan 20 wanita tani pada kategori sedang. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi tergolong sedang dan mayoritas kontribusi wanita tani pada pendapatan on farm tergolong sedang.

Terlihat pada tabel 5.42 nilai rs sebesar 0,216 dengan t hitung 1,500 lebih kecil dibanding t tabel 2,024. Nilai ini menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dengan kontribusinya pada pendapatan on farm. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi karena kegiatan non ekonomi tidak terlalu berpengaruh terhadap curahan waktu wanita tani pada kegiatan on farm, sehingga kegiatan non ekonomi wanita tani tidak terlalu berpengaruh terhadap kontribusi wanita tani pada pendapatan on farm.

b. Hubungan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dengan kontribusinya pada pendapatan off farm

Tabel 5.43 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Ekonomi dengan Kontribusinya Pada Pendapatan Off Farm

Curahan Waktu Pada Kegiatan Non

Ekonomi

Kontribusi Wanita Tani pada

Pendapatan Off Farm Jumlah Rendah Sedang Tinggi - Rendah

- Sedang - Tinggi

4 21

7

1 4 3

0 5 3

5 30 13

Jumlah 32 8 8 48


(2)

commit to user

Keterangan:

rs : 0,184 (NS) (NS) : Non Signifikan t hitung : 1,269

t tabel : 2,024

Berdasarkan tabel 5.43 diketahui bahwa 30 orang memiliki curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dalam kategori sedang. Dari 30 wanita tani tersebut 5 orang memiliki kontribusi pada pendapatan off farm pada kategori tinggi dan 4 wanita tani pada kategori sedang. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi tergolong sedang dan mayoritas kontribusi wanita tani pada pendapatan off farm tergolong rendah.

Tampak pada tabel 5.43 nilai rs adalah 0,184 dengan t hitung 1,269 lebih kecil dari t tabel 2,024. Nilai ini menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dengan kontribusinya pada pendapatan off farm. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi karena kegiatan non ekonomi tidak terlalu mengganggu kegiatan off farm, sehingga kegiatan non ekonomi tidak berpengaruh terhadap kegiatan off farm. c. Hubungan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan non

ekonomi dengan kontribusinya pada pendapatan non farm.

Tabel 5.44 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Ekonomi dengan Kontribusinya Pada Pendapatan Non Farm

Curahan Waktu Pada Kegiatan Non

Ekonomi

Kontribusi Wanita Tani pada

Pendapatan Non Farm Jumlah Rendah Sedang Tinggi - Rendah

- Sedang - Tinggi

0 17

0

0 5 1

5 8 12

5 30 13

Jumlah 17 6 25 48

Sumber: Analisis Data Primer 2010 Keterangan:

rs : 0,263 (NS) (NS) : Non Signifikan t hitung : 1,849


(3)

commit to user

Berdasarkan tabel 5.44 diketahui bahwa 30 orang memiliki curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dalam kategori sedang. Dari 30 wanita tani tersebut 8 orang memiliki kontribusi pada pendapatan non farm pada kategori tinggi dan 20 wanita tani pada kategori sedang. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi tergolong sedang dan mayoritas kontribusi wanita tani pada pendapatan non farm tergolong tinggi.

Berdasarkan tabel 5.44 nilai rs sebesar 0,263 dengan t hitung 1,849 lebih kecil dibandingkan t tabel 2,024. Nilai ini menunjukkan hubungan yang tidak siginifikan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dengan kontribusinya pada pendapatan non farm. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi karena kegiatan non ekonomi tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan non farm.

d. Hubungan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dengan kontribusinya pada pendapatan total

Tabel 5.45 Distribusi Responden Berkaitan dengan Hubungan Antara Curahan Waktu Wanita Tani Pada Kegiatan Non Ekonomi dengan Kontribusinya Pada Pendapatan Total

Curahan Waktu Pada Kegiatan Non

Ekonomi

Kontribusi Wanita Tani pada

Pendapatan Total Jumlah Rendah Sedang Tinggi - Rendah

- Sedang - Tinggi

0 17

1

1 6 1

4 7 11

5 30 13

Jumlah 18 8 22 48

Sumber: Analisis Data Primer 2010 Keterangan:

rs : 0,210 (NS) (NS) : Non Signifikan t hitung : 1,457

t tabel : 2,024

Berdasarkan tabel 5.45 diketahui bahwa 30 orang memiliki curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dalam kategori sedang. Dari 30 wanita tani tersebut 7 orang memiliki kontribusi pada pendapatan total pada kategori tinggi dan 6 wanita tani pada kategori


(4)

commit to user

sedang. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi tergolong sedang dan mayoritas kontribusi wanita tani pada pendapatan total tergolong tinggi.

Dari tabel 5.45 terlihat nilai rs adalah 0,210 dengan t hitung 1,457 lebih kecil dibandingkan t tabel 2,024. Nilai ini menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dengan kontribusinya pada pendapatan total. Hubungan yang tidak signifikan ini disebabkan oleh kegiatan non ekonomi tidak menghasilkan pendapatan sehingga kegiatan non ekonomi tidak berpengaruh pada perolehan pendapatan wanita tani. Berikut adalah hasil analisis rs untuk seluruh variabel yang menunjukkan masing-masing hubungan.

Tabel 5.46 Hasil Uji Korelasi Antara Curahan Waktu Wanita Tani dengan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga

Curahan Waktu Wanita Tani

Kontribusi Wanita Tani Terhadap Pendapatan Keluarga

Y1 Y2 Y3 Y4 Ytotal Rs T hit Rs T hit Rs T hit Rs T hit Rs T hit CW On Farm

(X1.1) 0,163 NS 1,399 0,047 NS 0,361 0,348* S 2,517 0,207 S 1,435 0,304* S 2,164

CW Off farm

(X1.2) -0,089 NS -0,606 0,96** SS 23,254 -0,314* S -2,243 -0,219 NS 1,522 0,092 NS 0,626

CW Non Farm (X1.3) 0,318* S 2,275 -0,219 NS 1,522 0,563** SS 4,620 0,453** SS 3,446 0,566** SS 4,357 CW Ekonomi

(X1) 0,159

NS 1,092 0,219 NS 1,522 0,455** SS 3,465 0,316*\ SS 2,259 0,613** SS 5,262 CW Non Ekonomi (X2)

0,216 NS 1,500 0,184 NS 1,269 0,263 NS 1,849 0,210 S 1,457 0,508** SS 3,999

Sumber : Analisis Data Primer 2010 Keterangan :

NS : Tidak signifikan S : Signifikan SS : Sangat Signifikan

Y1 : Kontribusi Pada Pendapatan On Farm Y2 : Kontribusi Pada Pendapatan Off farm Y3 : Kontribusi Pada Pendapatan Non Farm Y4 : Kontribusi Pada Pendapatan Total

Ytotal : Kontribusi Terhadap Pendapatan Keluarga Ttabel : 2,024 (taraf kepercayaan 95%)


(5)

commit to user

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Curahan waktu wanita tani meliputi sebagai berikut,

a. Curahan waktu wanita tani pada kegiatan on farm rata-rata tergolong sedang yaitu antara 12 – 17 Jam/minggu.

b. Curahan waktu wanita tani pada kegiatan off farm rata-rata tergolong rendah yaitu antara 0- 11 Jam/minggu.

c. Curahan waktu wanita tani pada kegiatan non farm rata-rata tergolong sedang yaitu antara 38 – 60 Jam/minggu.

2. Kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga

a. Kontribusi wanita tani pada pendapatan on farm rata-rata tergolong sedang yaitu antara 36 – 43 %.

b. Kontribusi wanita tani pada pendapatan off farm rata-rata tergolong rendah yaitu antara 0 – 34 %.

c. Kontribusi wanita tani pada pendapatan non farm rata-rata tergolong tinggi yaitu antara 74 – 100 %.

3. Hasil uji korelasi antara curahan waktu wanita tani dengan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga pada taraf kepercayaan 95% adalah sebagai berikut,

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan on farm dengan kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga dengan arah hubungan positif.

b. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan off farm dengan kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga.

c. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara curahan waktu wanita tani pada kegaitan non farm dengan kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga dengan arah hubungan positif.


(6)

commit to user

d. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan ekonomi dengan kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga dengan arah hubungan positif.

e. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara curahan waktu wanita tani pada kegiatan non ekonomi dengan kontribusi wanita tani terhadap pendapatan keluarga dengan arah hubungan positif.

B. Saran

1. Untuk menjaga hasil on farm maka curahan waktu untuk kegiatan on farm perlu ditingkatkan.

2. Untuk meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan keluarga, maka wanita tani perlu meningkatkan peran sertanya dalam pengelolaan kegiatan on farm.

3. Perlu adanya penyeimbangan antara kegiatan on farm, off farm dan non farm agar tidak ada yang terkesampingkan.


Dokumen yang terkait

ALOKASI WAKTU DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN TENAGA KERJA WANITA PEMETIK TEH TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi kasus Desa Kertowono Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang)

1 10 2

ALOKASI WAKTU DAN KONTRIBUSI WANITA PEMETIK TEH TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Di PT. Candi Loka KebunTeh Jamus, Desa Girikerto,Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi)

1 11 3

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

17 50 159

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 17

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 6

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 16

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 2

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 66

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA WANITA TANI KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG

0 0 9