PERANAN INDUSTRI KREATIF TERHADAP PERBAIKAN KONDISI SOSIAL BUDAYA DI KAMPUNG WISATA DAGO POJOK KOTA BANDUNG.

(1)

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Program Studi Manajemen Resort & Leisure

oleh

Ratu Selly Permata NIM 1104095

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN RESORT & LEISURE

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

BANDUNG

Oleh : Ratu Selly Permata

1104095

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

© Ratu Selly Permata – 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus – 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PERANAN INDUSTRI KREATIF TERHADAP PERBAIKAN KONDISI SOSIAL BUDAYA DI KAMPUNG WISATA DAGO POJOK KOTA

BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh :

Dosen Pembimbing I :

Rosita, SS., MA NIP. 19781019 200604 2 001

Dosen Pembimbing II :

Sri Marhanah, S.S., MM NIP. 19811014 200601 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Resort dan Leisure

Fitri Rahmafitria, SP., M.Si. NIP. 19741018 200812 2 001


(4)

Hari, Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2014 Waktu : 07.00 s.d. selesai

Tempat : Gedung FPIPS, lantai 5 Ruang V.21 Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia Ujian Sidang terdiri dari :

Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. Sekretaris : Fitri Rahmafitria, SP., M.Si. Anggota : 1. Dr. Elly Malihah, M.Si.

2. Dr. HH. Aceng Kosasih, M.Ag. 3. Wida Budiarti, S.Pd.

4. Ahmad Hidayat

Penguji : HP. DyahSetiyorini, MM.

19761031 200812 2 001

Drs. Pramaputra, MM.

Reiza Miftah W., S.ST., MM.


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peranan Industri Kreatif terhadap Perbaikan Kondisi Sosial Budaya di Kampung Wisata Dago Pojok Kota Bandung” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan ini,


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti menurut kompas.com yang terbit pada tanggal 2 April 2014 menyebutkan bahwa Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang saat itu dijabat oleh Mari Elka Pangestu, pariwisata di Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan pariwisata yang bagus di antara negara-negara keanggotan G20. Seperti yang diberitakan di international.kompas.com G20 adalah kelompok 20 ekonomi utama yang terdiri dari 19 negara ditambah dengan Uni Eropa. Kelompok ini terbentuk pada tahun 1999. Kelompok ini menguasai 90 persen total produk nasional bruto (GNP). G20 pun menguasai 80 persen total perdagangan dunia dan dua pertiga penduduk dunia. Selain Indonesia, lima negara Asia lainnya yang menjadi anggota G20 adalah Arab Saudi, China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Hal tersebut merupakan suatu peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh industri pariwisata di Indonesia. Pariwisata di Indonesia mengalami perkembangan seiring dengan jumlah peningkatan wisatawan asing yang datang ke Indonesia.

Perkembangan pariwisata dewasa ini kadang hanya mementingkan keuntungan dari sisi ekonomi, padahal terdapat aspek-aspek yang harus menjadi perhatian pengelola. Aspek-aspek yang seharusnya dapat menjadi suatu kesatuan pada saat proses pembangunan dan perkembangan itu terjadi, seperti aspek lingkungan, sosial dan budaya masyarakat sekitar. Masyarakat yang ada di sekitar kawasan pembangunan dan perkembangan wisata sering menjadi komunitas yang tidak diperhitungkan oleh pihak pengelola. Padahal dengan adanya proyek pembangunan dan pengembangan suatu kawasan khususnya pariwisata diharapkan mampu membantu perekonomian masyarakat. Namun pihak pengelola beranggapan bahwa masyarakat tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan pembangunan dan perkembangan kawasan wisata tersebut, sehingga pihak pengelola lebih memilih sumber daya yang bukan berasal dari masyarakat lokal


(7)

setempat. Sudah seharusnya pemerintah dan pengelola bekerja sama dengan meningkatkan keahlian masyarakat sekitar kawasan wisata menjadi masyarakat yang lebih produktif dan sadar wisata.

Masyarakat merupakan aspek penting dalam pembangunan dan pengembangan kawasan wisata. Masyarakat pula yang akan merasakan dampak yang ditimbulkan dari adanya pembangunan dan pengembangan kawasan wisata. Tidak jarang pihak pengelola dan masyarakat lokal terjadi perselisihan, masyarakat yang merasa aktivitasnya terganggu karena tidak dilibatkannya mereka dalam pembangunan wisata, tidak jarang menutup akses menuju kawasan wisata tersebut. Sehingga wisatawan yang datang berkunjung merasa terganggu dengan adanya hal tersebut. Sehingga dapat membentuk citra yang kurang baik bagi suatu kawasan wisata tersebut. Dengan kurangnya lapangan pekerjaan yang disediakan pihak pengelola akan masyarakat lokal, dapat meningkatkan kriminalitas di daerah kawasan wisata tersebut, sehingga wisatawan enggan datang berkunjung karena merasa kemanan dan kenayamannya merasa terganggu. Sedangkan dalam bukunya Sosiologi Pariwisata, Pitana (2005, hlm. 111) menyatakan bahwa:

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.

Salah satu pembangunan kepariwisataan yang melibatkan masyarakat yaitu konsep Community Based Tourism atau sering disingkat CBT, konsep ini diharapakan mampu menguntungkan berbagai pihak yang terkait dalam pembangunan suatu kawasan wisata. CBT sendiri dapat memberikan kesempatan pada masyarakat lokal dalam mengontrol dan terlibat dalam manajemen pembangunan pariwisata, selain itu masyarakat lokalpun mendapat keuntungan dari kegiatan pariwisata yang lebih adil. CBT sendiri merupakan pariwisata berkelanjutan yang memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT mampu mendukung pengentasan kemiskinan dengan mendorong pemerintah dan masyarakat untuk tetap menjaga sumber daya alam dan budaya. Timothy dalam jurnal Sri Endah Nurhayati yang berjudul Community Based


(8)

Tourism (CBT) sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, menyatakan:

CBT berkaitan erat dengan adanya partisipasi dari masyarakat lokal. Menurut Timothy (1999:372) partisipasi masyarakat dalam pariwisata terdiri dari dua perspektif yaitu dalam partisipasi lokal dalam proses pengambilan keputusan dan partisipasi lokal berkaitan dengan keuntungan yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata.

Bandung merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat berkembang saat ini, berbagai pembangunan proyek wisata dan akomodasi dibangun di berbagai daerah di Kota Bandung, selain banyak destinasi wisata yang dapat dikunjungi, Bandung juga merupakan salah satu kota kreatif. Sebagai salah satu kota yang memiliki julukan Kota Kreatif di Indonesia, Bandung menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Salah satu bukti bahwa Bandung merupakan Kota yang kreatif terlihat dari perkembangan kuliner dan mode di Kota Bandung, tidak dapat dipungkiri pula Bandung mendapat julukan Paris van Java atau Parisnya Pulau Jawa, banyak ditemui factory outlet di sekitar Bandung dan cafe-cafe yang membanjiri Kota Bandung. Hal-hal tersebut membuat kunjungan wisatawan yang datang ke Bandung cukup meningkat.

Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bandung Selama Lima Tahun Terakhir

Tahun Wisatawan

Mancanegara Domestik Jumlah 2009 168.712 2.928.157 3.096.869 2010 180.603 3.024.666 3.205.269 2011 194.062 3.882.010 4.076.072 2012 158.848 3.354,857 3.513.705 2013 170.982 3.726.447 3.897.429 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2014

Tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa Bandung selalu mengalami peningkatan jumlah wisatawan tiap tahunnya, namun penurunan yang cukup signifikan terlihat pada tahun 2012, namun pada tahun 2013 terjadi lagi peningkatan jumlah wisatawan. Hal tersebut membuktikan bahwa Bandung menjadi salah satu destinasi yang diminati wisatawan, hal tersebut pula yang memicu pengelola industri wisata untuk mengembangkan usahanya.


(9)

Dago, salah satu kawasan yang berada di Bandung ini cukup tersohor bagi kalangan wisatawan yang berkunjung ke Bandung. Kawasan yang berada di utara Bandung ini menjadi primadona oleh wisatawan, karena terdapat beberapa factory outlet, cafe, hotel, kawasan wisata dan beberapa instansi lainnya. Wisata belanja dan wisata kuliner merupakan dua jenis wisata yang ada di Dago. Hal tersebut mengundang pihak developer untuk mambangun dan mengembangkan beberapa proyek wisata. Menurut data yang diperoleh dari Profil dan Tipologi Kelurahan Dago tahun 2014, terdapat beberapa tempat prasarana hiburan di Kelurahan Dago, di antaranya:

Tabel 1.2. Prasarana Hiburan di Kelurahan Dago tahun 2014

Uraian Jumlah

Taman 3

Tempat Pertunjukan Tradisional 1

Toko Souvenir 2

Hotel 5

Penginapan 3

Sangar Seni 1

Bioskop 0

Sumber: Profil dan Tipologi Kelurahan Dago 2014

Dari tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa jumlah hotel lebih banyak dibandingkan dengan tempat pertunjukan tradisional, taman dan sanggar seni. Padahal beberapa tempat tersebut memilki fungsi sosial budaya. Taman bisa menjadi salah satu sarana sosialisasi masyarakat, sedangkan tempat pertunjukan tradisional dan sanggar seni bisa menjadikan pelestarian budaya masyarakat lokal. Pemerintah seharusnya memperhatikan akan sarana taman, tempat pertunjukan tradisional, sanggar seni dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan kualitas sosial budaya masyarakat lokal.

Dengan adanya universitas dan beberapa instansi menjadikan kawasan Dago diminati oleh pendatang. Salah satu kawasan yang cukup dipadati pendatang adalah Kawasan Dago Pojok. Dengan adanya pendatang yang menduduki Kawasan Dago Pojok menimbulkan beberapa dampak. Dampak yang ditimbulkan bukan hanya dampak positif, dampak negatif pula yang dibawa oleh pendatang. Semakin sempitnya lapangan kerja yang menyerap masyarakat lokal, karena pihak


(10)

pengelola lebih memilih pendatang yang dianggap lebih kompeten dibandingkan masyarakat lokal selain itu, pendatang yang berasal dari berbagai daerah dan budaya tidak selamanya diterima baik oleh masyarakat lokal karena adanya perbedaan budaya antara masyarakat lokal dan pendatang.

Pihak pengelola yang lebih memilih pendatang sebagai tenaga kerjanya, membuat kecemburuan sosial di antara masyarakat lokal dan pendatang. Sempitnya lapangan pekerjaan dan kurangnya komunikasi antara masyarakat lokal dan pendatang menjadikan penyebab tawuran di Kawasan Dago Pojok. Tingkat kriminalitas yang cukup tinggi pula yang menjadi masalah di kawasan ini, karena sempitnya lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga masyarakat lokal. Seperti yang telah disebutkan di atas, masyarakat adalah aspek yang cukup penting dalam pembangunan dan perkembangan di kawasan wisata yang sedang berkembang dewasa ini.

Padahal dalam visi misi kelurahan Dago menyatakan bahwa harus adanya upaya-upaya yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di kawasan Dago. Beberapa misi yang dirumuskan antara lain: menggali potensi masyarakat lokal, mndorong masyarakat lokal ke arah yang lebih maju, menumbuhkan potensi pendidikan, ekonomi, lingkungan dan sosial budaya, dan mengembangkan kegiatan ekonomi yang lebih produktif. Salah satu upaya dalam mewujudkan misi yang dirumuskan oleh Kelurahan Dago adalah mengembangan kegiatan ekonomi kreatif untuk menciptakan kreativitas dan melestarikan nilai-nilai seni budaya yang memiliki nilai ekonomi.

Ekonomi kreatif dan pariwisata adalah dua hal yang saling berkaitan, di Indonesia ekonomi kreatif dan pariwisata ditangani oleh satu kementerian, yakni Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang disingkat menjadi Kemenparekraf. Sedangkan menurut Ooi dan Yoeti (dalam Suparwoko, 2010, hlm. 5) yang berjudul “Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri Priwisata” menyebutkan bahwa:

Ekonomi kreatif dan sektor wisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling bersinergi jika dikelola dengan baik (Ooi, 2006). Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada something to see, something to do dan something to buy (Yoeti, 1985). Something to see terkait dengan atraksi di daerah tujuan wisata, something to do terkait dengan aktivitas wisatawan di daerah wisata,


(11)

sementara something to buy terkait dengan souvenir khas yang dibeli di daerah wisata sebagai memorabilia pribadi wisatawan. Dalam tiga komponen tersebut, ekonomi kreatif dapat termasuk melalui something to buy dengan menciptakan produk inovatif khas daerah.

Kampung Wisata Dago Pojok adalah salah satu industri kreatif yang ada di kawasan Dago. Kampung wisata ini dibentuk karena hilangnya humanitas masyarakat lokal yang disebabkan beberapa hal yang sebelumnya telah dibahas di atas. Selain itu kampung wisata ini mampu membantu mewujudkan visi dan misi kelurahan Dago dengan menyertakan masyarakat dalam kegiatannya. Kampung wisata dago pojok juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan setelah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang saat itu dijabat oleh Marie Eka Pangestu dan Walikota Bandung Ridwan Kamil mengunjungi kawasan ini. Kawasan wisata ini juga menjadikan aspek seni budaya sebagai daya tariknya.

Banyak yang dapat dilakukan wisatawan di kampung ini, dengan memiliki konsep yang unik yaitu wisata kampung, wisatawan diajak untuk menelusuri gang yang ada, melihat mural di beberapa dinding-dinding rumah warga lokal, beberapa warga pun ada yang membudidayakan tanaman-tanaman obat dan hias, sehingga wisatawan dapat belajar akan tanaman hias dan obat. Selain berwisata kampung, wisatawan yang datang yang umumnya berkelompok akan diberikan seminar pendek akan industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok. Bila wisatawan ingin turut mengapresiasikan kreativitasnya, wisatawan dapat turut melukis mural di salah satu dinding. Buah tangan yang dapat dibawa oleh wisatawanpun cukup unik, wisatawan dapat membeli patung-patung kecil yang dibuat oleh masyarakat lokal, yang menjadi unik yakni patung-patung kecil tersebut dibuat berbeda dan tidak ada yang sama motif maupun warnanya. Selain itu apabila wisatawan datang pada hari libur yakni sabtu hingga minggu dapat melihat secara langsung proses latihan warga dan anak-anak dalam melastarikan kesenian dan kebudayaan setempatnya.

Kawasan Dago Pojok yang awalnya terlihat semerawut, kini sudah banyak berubah. Terdapat pemandangan yang cukup menarik, yaitu berupa mural beraneka warna yang menghiasi rumah warga dan gang-gang yang berada di kawasan Dago Pojok, mural tersebut merupakan hasil karya masyarakat sekitar, sehingga tempat tinggal mereka terlihat menjadi indah. Banyak perubahan yang


(12)

terjadi setelah adanya kampung wisata yang menitikberatkan dalam partsisipasi masayarakat dalam aktivitasnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul: “Peranan Industri Kreatif terhadap Perbaikan Kondisi Sosial Budaya di Kampung Wisata Dago Pojok Kota Bandung”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Beradasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa saja industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok?

2. Bagaimana kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung Wisata Dago Pojok berdasarkan presepsi msyarakat?

3. Bagaimana peranan industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial budaya di Kampung Wisata Dago Pojok?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah:

1. Mengidentifikasi industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok. 2. Menganalisis kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung

Wisata Dago Pojok.

3. Menganalisis seberapa besar peranan industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial budaya di Kampung Wisata Dago Pojok.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya yaitu:

1. Bagi sektor pariwisata memberikan informasi mengenai pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis industri kreatif.

2. Bagi pihak terkait untuk membantu dalam pengambilan keputusan pada saat industri kreatif ini akan dikemabangkan.


(13)

3. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian yang memilki keterkaitan dengan penelitian ini.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Merujuk pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2014/2015, maka sistematika penulisan ini adalah:

1. BAB I Pendahuluan

Berisikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. BAB II Kajian Pustaka

Pada bab ini memiliki peran yang penting. Dengan memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

3. BAB III Metode Penelitian

Berisikan desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan analisis data.

4. BAB IV Temuan dan Bahasan

Berisi tentang temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan hingga analisis data dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

5. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

Menyajikan penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian.

6. Daftar Pustaka


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah Kampung Wisata Dago Pojok ataupun sepanjang Jalan Dago Pojok yang merupakan salah satu kawasan bagi Komunitas Taboo Bandung yang berada pada daerah administratif Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Sumber: Google Maps (2015)

Gambar 3.1. Peta Lokasi Jalan Dago Pojok dan Komunitas Taboo

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis, untuk mendapatkan data, dengan tujuan dan kegunaan yang telah ditentukan. Sedangkan Sugiono (2005, hlm 1) mengemukakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif atau yang biasa disebut mixed method. Sugiyono 2011, hlm. 404) menjelaskan


(15)

bahwa mix method atau metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang mengkombinasikan antara metode kualitatif maupun kuantitatif secara bersamaan dalam kegiatan penelitian, sehingga data yang diperoleh lebih komprehensif, valid, reliabel dan obyektif.

Selain itu penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Sedangkan penelitian deskriptif menurut Nazir (1999, hlm. 63) menyatakan merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sedangkan Sugiyono (2012, hlm. 29) mendefinisikan bahwa metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang luas.

C. Populasi, Sampel, Teknik Sampling dan Narasumber 1. Populasi

Dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kuantitaif Sebuah Pengantar, Taniredja dan Mustafidah menyadur beberapa pengertian populasi dari berbagai ahli, Taniredja dan Mustafidah (2014:33) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-pristiwa yang terjadi sebagai sumber. Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah masyarakat yang tinggal di sekitar Dago Pojok Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Dago. Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil dan Tipologi Kelurahan Dago, diketahui jumlah penduduk berjumlah 29.453 jiwa, terdiri atas 14.348 jiwa laki-laki dan 15.105 jiwa peremepuan pada tahun 2014.

2. Sampel

Ali (1985, hlm. 54) dalam Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 34) menyatakan bahwa sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 73) mendefinisikan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,


(16)

dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Sampel pada penilitian ini adalah beberapa dari masyarakat yang berada di sekitar Kampung Wisata Dago Pojok Kelurahan Dago.

Untuk mennentukan berapa jumlah sampel, penulis menggunakan perhitungan besarnya ukuran sampel dengan menggunakan Rumus Slovin, sebagai berikut:

= + NeN

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dicari N = Jumlah populasi

e = Persentase kelonggaran penelitian karena kesalahan pengambilan yang masih dapat ditolerir (e = 0,10)

Dalam penelitian ini jumlah populasi di Kelurahan Dago seperti yang sudah disebutkan pada subab populasi sebelumnya pada tahun 2014 diketahui terdapat 29.453 jiwa, sedangkan persentase kelonggaran penelitian atau error tolerance yang dilambangkan dengan e yaitu 10% atau (0,1), adapun perhitungan sampel menurut Rumus Slovin sebagai berikut:

= 9.

+ 9. ,

= 9.9 ,

= 99, dibulatkan menjadi 100 orang)

Dengan begitu, sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang yang merupakan masyarakat lokal Dago Pojok.

3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling. Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 35) menyebutkan bahwa teknik ini juga disebut acak, tidak pilih kasih dan obyektif, sehingga seluruh elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk


(17)

menjadi sampel penelitian. Sampel ini berjumlah 100 orang dengan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Narasumber

Dalam penelitian ini selain menggunakan simple random sampling dalam kebutuhannya menjawab pernyataan dalam kuesioner, diperlukan narasumber demi kebutuhan menjawab sejumlah wawancara yang dilakukan oleh penulis. Narasumber sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online yakni orang yang memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi, atau sejumlah tersebut berfungsi sebagai informan bagi penulis. Dalam penelitian ini yang menjadi narasumber adalah penduduk lokal yang mendiami Kampung Wisata Dago Pojok, adapula pengelola Komunitas Taboo yang bertanggung jawab dan mengetahui segala yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok, selain masyarakat lokal juga terdapat anggota Komunitas Taboo yang berasal dari luar Kampung Wisata Dago Pojok demi memperkuat data yang telah di dapat.

Tabel 3.1. Data Narasumber

No Nama Narasumber Usia Pekerjaan Domisili Lama Tinggal 1 Bapak Rahmat

Jabaril 41 tahun

Pengagas Komunitas

Taboo

Dago Pojok 19 tahun

2 Bapak Arifin 47 tahun Ketua RT Dago Pojok 21 tahun

3 Ibu Ani 53 tahun PRT Dago Pojok 14 tahun

4 Ibu Ratih 39 tahun IRT Dago Pojok 11 tahun

5 Sendhy 18 tahun Pelajar Dago Pojok 18 tahun

6 Eko 23 tahun Mahasiswa Luar Dago

Pojok -


(18)

D. Variabel Penelitian

Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 40) mengungkapkan bahwa variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan, variabel tersebut diberi definisi operasional dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel keadaan sosial budaya, yang penulis ambil dari teori Dampak Pariwisata terhadap Kondisi Sosial Budaya yang dikemukakan oleh Pizam and Milman dalam Pitana. Hal tersebut diperlukan dalam pengukuran keadaan sosial budaya sebelum dan sesudah terbentuknya Kampung Wisata Dago Pojok, seperti di bawah ini:

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Lokal

Variabel Sub Variabel Indikator Skala No

Item

Aspek Demografis

Adanya peningkatan

penduduk pendatang Ordinal 1

Mata

Pencaharian

Lapangan pekerjaan yang

ada bertamabah luas Ordinal 2

Perubahan mata

pencaharian penduduk Ordinal 3

Aspek Budaya

Terpeliharanya

kebudayaan setempat Ordinal 4

Kebudayaan setempat

lebih dikenal Ordinal 5

Penggunaan bahasa

setempat lebih fasih Ordinal 6

Transformasi Norma

Nilai dan moral aturan adat

tetap ditaati dan dijaga Ordinal 7

Modifikasi Pola

Konsumsi

Infrastruktur yang ada

semakin baik dan terjaga Ordinal 8

Komoditas hasil olahan

masyarakat meningkat Ordinal 9

Lingkungan

Kelestarian dan keasrian lingkungan lebih

ditingkatkan

Ordinal 10

Lalu lintas sekitar

mengalami keteraturan Ordinal 11 Sumber: Diolah penulis (2015)


(19)

E. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang diperoleh melalui data primer dan data sekunder. Sumber data digunakan untuk memperoleh informasi mengenai data. Menurut Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 46) yang dimaksud dengan data primer dan data sekunder adalah sebagai berikut:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada pelaku yang telibat langsung dengan menggunakan terknik data tertentu. Data dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dengan pihak-pihak yang dianggap paling tahu dan penyebaran kuesioner kepada masyarakat lokal Dago Pojok Kelurahan Dago.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain atau data yang sudah tersedia sebelumnya yang berasal dari buku-buku, undang-undang, seperangkat peraturan pemerintah, literatur, artikel dan jurnal. Data ini berupa data yang dijadikan sumber teori baik itu dari buku, literatur, peraturan perundang-undangan, artikel, jurnal dan semacamnya yang berkaitan dengan penelitian ini, selain itu data-data yang diperoleh dari Kampung Wisata Dago Pojok itu sendiri.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan penulis dalam menyimpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis, sebagai berikut:

1. Observasi

Sudjana dalam Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 47) sebagai alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenernya maupun dalam situasi buatan. Dalam penlitian ini, peulis melakukan observasi di Kampung Wisata Dago Pojok untuk melihat industri kreatif dan kondisi sosial budaya yang ada di sana.

2. Wawancara

Sugiyono (2012, hlm. 231) mendefinisikan bahwa wawancara adalah diskusi antara dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya


(20)

jawab dengan tujuan tertentu. Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks. Dalam hal ini wawancara dilakukan guna menjawab beberapa rumusan masalah penelitian yang terkait dengan menggunakan teknik purposive sampling seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

3. Kuesioner/Angket

Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 44) menyatakan bahwa angket adalah daftar pernayaan tentang topic tertentu yang diberikan pada subyek, baik secara individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu. Dalam penelitian ini daftar pernyataan dalam kuesioner merupakan data yang diambil penulis melalui olahan operasionalisasi variabel yang telah dijelaskan di atas. Jenis pernyataan dalam kuesioner yang digunakan adalah pernyataan dengan jawaban berupa skala. Sedangkan kuesioner dibagikan kepada 100 responden dengan teknik sample random sampling kepada masyarakat lokal setempat guna mengetahui keadaan sosial-budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung Wisata Dago Pojok, selain itu digunakan dalam mengetahui peranan industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial budaya.

4. Literatur

Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data-data tersbut bisa diperoleh melalui buku literatur, jurnal, artikel dan lain sebagainya yang relevan dengan penelitian ini.

G. Instrumen Penelitian dan Penetapan Skala

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitiannya berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan dalam mengumpulkan data. Dalam mempermudah menjawab kuesioner/angket, penulis menggunakan skala likert sebagai alternatif jawaban pada kuesioner yang akan dibagikan kepada sejumlah responden yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 93) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekolompok orang tentang fenomena sosial. Untuk mengukur nilai jawaban dari


(21)

kuesioner, maka setiap jawaban diberi nilai atau skor berdasarkan tingkat bobot nilai. Sedangkan Nasution (2000, hlm. 63) menyatakan bahwa skala likert merupakan jenis skala yang mempunyai reliabilitas tinggi dalam mengurutkan manusia berdasarkan internsitas sikap tertentu.

Penetapan skala yang digunakan dalam penelitian ini untuk penyebaran kuesioner/angket yakni dengan menggunakan skala likert. Nasution (2000, hlm. 63) menfasirkan skala likert dalam data yang relatif lebih mudah. Skor yang lebih tinggi menunjukkan sikap yang lebih tinggi taraf atau intensitasnya dbandingkan dengan skor yang lebih rendah. Skala likert dalam penelitian ini terdiri dari lima kategori dan diberi bobot dari satu sampai lima, seperti berikut

Tabel 3.3. Kategori Skala Likert

Pernyataan Nilai/Bobot

Sangat Setuju/Sangat Baik/Selalu 1

Setuju/Baik/Sering 2

Cukup 3

Tidak Setuju/Tidak Baik/Hampir Tidak Pernah 4 Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Baik/Tidak Pernah 5 Sumber: diadaptasi dari Sugiyono (2005, hlm. 94)

Adapun perhitungan bobot penilaian kelas nterval berdasarkan Skala Likert, yaitu: Jarak = Nilai Tertinggi – Nilai Terrendah

Nilai Tertinggi = Total Responden × Bobot Terbesar = 100 × 5

= 500

Nilai Terrendah = Total Responden × Bobot Terkecil = 100 × 1

= 100

Interval = Jarak : Banyaknya Kelas = (500-100) : 5

= 80

Dari perhitungan bobot penilaian kelas interval berdasarkan skala likert di atas, adapun kategori penilaian tersebut yang dijelaskan pada tabel 3.4 berikut::


(22)

Tabel 3.4. Penilaian dan Kelas Interval

Interval Penilaian

100-180 Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Baik 181-260 Tidak Setuju/Tidak Baik

261-340 Cukup

341-420 Setuju/Baik

421-500 Sangat Setuju/Baik

Sumber: Diolah penulis (2015)

Setelah mengkalkulasikan kuesioner yang telah disebar, terkumpul dan terisi, penulis kemudian mengkalkulasikan jawaban dari pernyataan kemudian untuk melihat hasilnya, akan lebih menggunakan garis kontinum seperti berikut:

STS/STB TS/TB Cukup S/B SS/SB

0 180 260 340 420 500

Sumber: Diolah penulis (2015)

Gambar 3.2. Penilaian Kelas Interval berdasarkan Skala Likert

Adapun tahapan cara mengolah kuesioner/angket ini, setalah form isian kuesioner telah tersebar, tekumpul dan terisi, selanjutnya dianalisis dengan menyajikan dalam bentuk tabel (tabulasi data) dengan menggunakan rumus persentase yang merupakan teknik statistik sederhana yang digunakan untuk melihat seberapa banyak kecenderungan frekuensi jawaban yang diberikan responden yakni:

� =n ×f %

Dengan keterangan sebagai berikut: P = Persentase

f = Frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih responden

n = Jumlah seluruh frekuensi alternative jawaban yang menjadi pilihan responden (dalam hal ini jumlah sampel)

Setelah dilakukan perhitungan, maka menurut Santoso (2001, hlm. 57), hasil persentase ditafsirkan dengan kategori seseuai dengan tabel 3.5 berikut ini:


(23)

Tabel 3.5. Kategori Persentase

Persentase Kategori

0% Tidak Seorangpun

1% - 24% Sebagian Kecil 25% - 49% Hampir Setengahnya

50% Setengahnya

51% - 74% Sebagian Besar 75% - 99% Hampir Seluruhnya

100% Seluruhnya

Sumber: Santoso (2011, hlm 57)

H. Proses Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini data yang diperoleh kemudian diolah berdasarkan kuesioner/angket yang disebar kepada sejumlah responden yang telah ditentukan pada sampel, maka dari itu kuesioner sebagai sebuah alat insrumen penelitian haruslah memeiliki validitas dan realibilitasnya.

1. Uji Validitas

Dalam instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner, data yang diperoleh harus dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan, sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 267) validitas merupakan derajat ketetapan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Data penelitian tidak akan berguna apabila instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitia itu tidak memiliki validitas yang tinggi. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor item-item dengan rumus Product Momment Pearson, yaitu:

=

√{� .∑ 2� ∑ − ∑ ∑− ∑ 2} . √{� .∑ 2− ∑ 2}

Keterangan:

r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari n = Banyaknya koresponden


(24)

Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item

∑X = Jumlah Skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah Skor dalam distribusi Y

∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X

∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y

Guna memperoleh data yang absah, terutama data yang diperoleh melalui wawancara, diperlukan teknik pemeriksaan data untuk membuktikan validitas dan reliabilitasnya yang merupakan hal penting dalam sebuah penelitian. Mengacu pada model yang dikemukakan Lincoln dan Guba sebagaiman yang dikutip oleh Burhan Bungin (2003, hlm. 60), dalam penelitian ini akan dilaksanakan beberapa langkah sebagai berikut ini:

a) Memperpanjang keikutsertaan peneliti proses pengumpulan data di lapangan. Caranya antara lain dilakukan dalam bentuk peningkatan frekuensi pertemuan peneliti dengan responden sebagai sumber informasi, atau peningkatan frekuensi kontak dengan menggunakan berbagai momentum yang relevan dengan masalah penelitian.

b) Melakukan pengumpulan data secara terus menerus dan sungguh-sungguh terhadap masalah yang menjadi fokus penelitian.

c) Melakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh dari satu sumber dan membandingkannya kepada sumber yang lainnya dalam waktu yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode yang berbeda, proses triangulasi berlanjut sejak penelitian dilakukan.

d) Melibatkan teman sejawat yang tidak terlibat dalam penelitian untuk memberikan masukan, kritik atau tanggapan terhadap hasil penelitian.

e) Mengupayakan referensi yang cukup untuk meningkatkan keabsahan informasi yang diperlukan dengan memperbanyak dukungan bahan referensi seperti buku, media cetak maupun elektronik, jurnal, makalah ataupun artikel yang terkait.

f) Melakukan pemeriksaan ulang atau sering disebut juga dengan “member check” pada setiap kali selesai melakukan wawancara untuk meyakinkan bahwa informasi yang diperoleh peneliti mengenai segala masalah berkait


(25)

dengan yang dimaksud partisipas yang kemudian diinterpretasika oleh peneliti sesuai dengan kerangka pemikiran penelitian.

Penulis kemudian membagikan 20 kuesioner, untuk menguji validitas dari tiap butir pernyataan yang akan dibagikan pada responden. Selanjutnya nilai r hitung yang dihasilkan dari perhitungan dibandingkan dengan nilai r tabel sebesar 0,3783 hasil tersebut merupakan ketentuan yang diperoleh penulis, karena membagikan kepada 20 orang responden untuk melakukan pengujian vaiditas. Jika nilai r hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel, maka dapat dinyatakan bahwa pernyataan tersebut valid. Pengujian ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16 dan menggunakan tingkat signifikasi sebsar 5%. Adapun hasil uji validitas, sebagai berikut:

Tabel 3.6. Hasil Pengujian Validitas Sosial Budaya

No Pernyataan r

hitung r tabel Keterangan 1 Banyak pendatang yang menempati

Dago Pojok 0,472

0,3783

Valid 2 Tersedia lapangan pekerjaan baru bagi

masyarakat Dago Pojok 0,532 Valid

3 Ada perubahan mata pencaharian

penduduk 0,632 Valid

4 Masyarakat Dago Pojok tetap menjaga

tradisi kebudayaan lokal 0,579 Valid

5 Budaya lokal di Dago Pojok dikenal

oleh masyarakat luar desa 0,545 Valid

6 Masyarakat Dago Pojok masih

menggunakan Bahasa Sunda 0,447 Valid

7 Masyarakat Dago Pojok masih

mentaati nilai dan moral aturan adat 0,746 Valid 8 Masyarakat Dago Pojok menjaga

dengan baik infrastruktur desanya 0,639 Valid

9

Komoditas (kerajinan) hasil olahan masyarakat Dago Pojok beragam dan meningkat

0,424 Valid

10 Masyarakat Dago Pojok tetap menjaga

kelestarian lingkungan 0,631 Valid

11 Lalu lintas di Dago Pojok teratur 0,628 Valid Sumber: Diolah penulis (2015)


(26)

Berdasarkan hasil pengujian validitas pada tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa seluruh butir pernyataan variabel sosial budaya menunjukkan nilai r hitung yang lebih besar disbanding dengan nilai r tabel (0,3783). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa seluruh butir pernyataan variabel sosial budaya dinyatakan valid dan memenuhi syarat sebagai alat ukur variabel sosial budaya.

2. Uji Reliabilitas

Selain harus memiliki nilai validitas yang cukup tinggi, instrumen penelitian juga harus dapat dipercaya (reliable). Arikunto (2002, hlm. 154) menyebutkan bahwa reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan teknik Cronbach Alpha Coeficient, sebagai berikut:

r11 = [�−� ] [ −∑ �

� ] Keterangan:

r11 = nilai reliabilitas

s1 = jumlah varian skor tiap item St = varian total

k = jumlah item

Seperti dalam pengujian validitas, untuk menguji reliabilitas penulis menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16. Adapun hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.6. Hasil Pengujian Reliabilitas Sosial Budaya

Cronbach's Alpha N of Items

0,809 11

Sumber:Diolah penulis (2015)

Dari tabel 3.6 di atas dapat dilihat hasil pengujian Cronbach’s Alpha sebesar


(27)

0,809 lebih besar dari 0,3783. Setelah instrumen dikatakan valid dan reliabel, maka instrumen dapat dipakai dalam pengumpulan data.

I. Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggabungkan antara analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok dengan menggunakan hasil kuesioner/angket yang dibagikan kepada sejumlah masyarakat Dago Pojok. Sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk memperkuat dan membuat data yang telah dihasilkan dalam analisis kuantitatif menjadi kredibel, dengan menggunakan beberapa teknik pengumpuan data seperti wawancara maupun observasi. Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini:

1. Analisis Kuantitatif

Teknik penyusunan analisis data kuantitatif dalam penelitian ini antara lain: a. Menyusun data

Kegiatan menyusun data ditujukan untuk memeriksa kelengkapan data yang dibutuhkan seperti identitas responden, jawaban kuesioner dan data-data lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Tabulasi data

Tahapan dalam kegiatan tabulasi data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberi skor pada setiap item variabel penelitian. b. Menjumlahkan skor pada setiap item variabel penelitian.

c. Menyusun rangking pada setiap item variabel penelitian dari yang tertinggi hingga terrendah.

c. Pengujian data

Dalam kegiatan mengolah data, peneliti melakukan pengujian data untuk pembagian kuesioner/angket terlebih dahulu agar dapat diperoleh suatu kesimpulan yang dapat diperatnggungjawabkan. Pengujian tersebut antara lain:


(28)

a) Method of Successive Interval (MSI)

Penelitian ini menggunakan data ordinal sehingga tidak dapat langsung untuk dianlasis dengan menggunakan statistic parametric seperti regresi. Oleh karena itu semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu ditransformasikan menjadi skala interval dengan cara MSI. Langkah-langkahnya diantaranta adalah sebagai berikut:

1) Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban berdasarkan hasil jawaban dari responden pada setiap pertanyaan.

2) Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, dilakukan perhitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi (f) dengan jumlah responden.

3) Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan, dilakukan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.

4) Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pernyataan dan setiap jawaban.

5) Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut ini:

��� � � � = �� ��� � � �� �� � − �� ��� � ��� � �� �� � − ��� � � �� �� ��� �� �

b) Paired-Sample T-Test

Paired-Sample T-Test merupakan prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu grup. Artinya pula analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan. Adapun persamaan rumus paired-sample t-test, yaitu:

=

��√��̅

Keterangan:

t = Nilai t hitung

�̅ = Rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2 SD = Standar deviasi seslisih 1 dan 2 N = Jumlah sampel


(29)

 Nilai α

 df (degree of freedom) = N-k (untuk paired sample t-test df=N-1) Bandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, apabila:

 t-hitung > t-tabel → Berbeda secara signifikan (H0 ditolak)

 t-hitung < t-tabel → Tidak berbeda secara signifikan (H0 diterima) Adapun hipotesis yang diajukan, yakni:

H0 = Tidak terjadi perbedaan

H1 = Terjadi adanya perbedaan atau perubahan 2. Analisis Kualitatif

Teknik penyusunan analisis data kualitatif dalam penelitian ini antara lain: a. Mengedit Data

Mengedit data atau yang biasa disebut dengan editing dalam Bahasa Inggris merupakan kegiatan memperbaiki kualitas data. Tujuannya adalah menghilangkan keraguan akan kebenaran yang mungkin timbul setelah membaca data tersebut. Kegiatan editing mencakup hal-hal seperti, pemeriksaan mengenai kelengkapan data, pemeriksaan mengenai kejelasan data, pemeriksaan mengenai konsistensi data dan pemeriksaan mengenai keseregaman ukuran data. Editing terhadap data yang diperoleh akan lebih baik jika dilaksanakan sesaat setelah data diperoleh dan di tempat sumber data supaya pengecekan terhadap data mudah dilakukan.

b. Mengolah Data

Mengolah data merupakan tahapan yang sangat penting dan menentukan keberhasilan penelitian. Pada tahap ini data diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan berupa kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

c. Triangulasi Teknik

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 241) triangulasi teknik yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penliti dengan menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti bisa saja menggunakan teknik pengumpualn data berupa obeservasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner demi mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kampung Wisata Dago Pojok untuk mengetahui peranan industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial budaya, beserta data-data dan pembahasan yang disertai teori-teori yang mendukung mengenai industri kreatif maupun kondisi sosial budaya pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan yakni, terdapat lima sub sektor industri kreatif yang ada di Dago Pojok yakni Seni Pertunjukan, seperti Tari Jaipong, Tari Bajidor Kahot dan tarian tradisional lainnya. Selain tarian juga terdapat seni pertunjukan pagelaran wayang. Industri kreatif berikutnya adalah Seni Rupa, salah satu keunggulan dan keunikan dari Kampung Wisata Dago Pojok adalah adanya seni melukis dinding yang disebut mural yang menghiasi rumah warga, maupun jalan-jalan di Dago Pojok. Selanjutnya adalah Musik, musik yang dimainkan biasanya alat musik yang berasal dari bambu seperti calung dan angklung. Kemudian Kerajinan, kerajnan di Kampung Wisata Dago Pojok beragam bentuknya, begitu pula dengan materialnya, seperti tanah liat, semen, koran bekas dan kayu bekas. Dan industri kreatif yang terakhir yakni Mode, salah satu mode disana adalah adanya batik fractal.

Tanggapan responden akan kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung Wisata Dago Pojok yakni terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung Wisata Dago Pojok. Perbedaan atau perubahan terlihat pada tiap pernyataan, perubahan pada tiap pernyataan memiliki nilai selisih yang bersifat positif atau dengan kata lain kondisi sosial budaya di Dago Pojok mengalami perbaikan sesudah adanya Kampung Wisata Dago Pojok.

Lima jenis industri kreatif terbentuk setelah adanya Kampung Wisata Dago Pojok. Adanya Kampung Wisata Dago Pojok juga memberikan dampak yang positif pada kondisi sosial budaya. Kondisi sosial budaya di Dago Pojok mengalami perbaikan seiring adanya industri kreatif, bisa dikatakan bahwa industri kreatif berperan pada perbaikan kondisi sosial budaya di Kampung


(31)

Wisata Dago Pojok, industri kreatif di Dago Pojok juga berperan dalam meningkatkan toleransi dan kohesi sosial pada masyarakat, memberdayakan masyarakat lokal lebih produktif, melestarikan budaya lokal, meningkatkan bahan baku bekas yang ramah lingkungan serta yang terakhir adalah meningkatkan perempuan dalam pembangunan di Kampung Wisata Dago Pojok.

B. Rekomendasi

Setelah diketahui hasil penelitian mengenai peranan industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial budaya di Kampung Wisata Dago Pojok, penulis merekomendasikan beberapa hal yang dapat dilakukan dan perlu direalisasikan oleh berbagai pihak. Seperti berikut:

1. Bagi pihak pengelola dan masyarakat lokal Dago Pojok agar menambahkan sub sektor industri kreatif, guna meningkatakan produktvitas dan kreativitas masyarakat, seperti menambahkan sub sektor industri kreatif kuliner, karena Dago Pojok memiliki populasi ibu rumah tangga yang cukup banyak dengan penciptaan kuliner sebagai kuliner khas, Kampung Wisata Dago Pojok bisa lebih mendapat perhatian oleh pihak lain dan meningkatkan nilai ekonomis industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok. Selain menambah sub sektor kuliner, perlu adanya jaminan dan hak paten yang diberikan pada batik ractal maupun kerajinan yang dibuat di Kampung Wisata Dago Pojok 2. Pihak pengelola direkomendasikan tidak hanya membuat kelas bahasa asing

bagi anak-anak, tetapi juga mengadakan kelas Bahasa Sunda bagi anak-anak lokal Dago Pojok, sehingga penggunaan Bahasa Sunda mampu dilestarikan oleh anak-anak yang merupakan penerus dan tonggak dari kebudayaan dan kesenian lokal Dago Pojok. Bukan hanya itu masyarakat juga dituntut untuk aktif dalam kegiatan Kampung Wisata Dago Pojok, dan mampu mengajak warga lainnya yang belum terlibat.

3. Pengelola Dago Pojok juga direkomendasikan untuk bekerja sama dengan travel agent, untuk memasarkan Kampung Wisata Dago Pojok. Selain itu perlu adanya kerja sama antar instansi sekitar Dago Pojok seperti Taman Budaya, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial dan Komunitas Hong. Bukan hanya bekerja sama dengan instansi sekitar, perlu adanya koordinasi dengan


(32)

pihak keamaanan ketika diadakannya festival tahunan, sehingga lalu lintas maupun keamanan Dago Pojok lebih terakomodir.

4. Saran terakhir ditujukan untuk pemerintah kota Bandung dan dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Bandung agar mampu menjadikan Kampung Wisata Dago Pojok menjadi kampung percontohan kampung wisata bagi kampung lain yang ada di Kota Bandung. Selain itu pemerintah maupun dinas harus mampu memberikan perbantuannya berupa materi, sehingga operasionalisasi di Kampung Wisata Dago Pojok masih bisa berlangsung.


(1)

0,809 lebih besar dari 0,3783. Setelah instrumen dikatakan valid dan reliabel, maka instrumen dapat dipakai dalam pengumpulan data.

I. Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggabungkan antara analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok dengan menggunakan hasil kuesioner/angket yang dibagikan kepada sejumlah masyarakat Dago Pojok. Sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk memperkuat dan membuat data yang telah dihasilkan dalam analisis kuantitatif menjadi kredibel, dengan menggunakan beberapa teknik pengumpuan data seperti wawancara maupun observasi. Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini:

1. Analisis Kuantitatif

Teknik penyusunan analisis data kuantitatif dalam penelitian ini antara lain: a. Menyusun data

Kegiatan menyusun data ditujukan untuk memeriksa kelengkapan data yang dibutuhkan seperti identitas responden, jawaban kuesioner dan data-data lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Tabulasi data

Tahapan dalam kegiatan tabulasi data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberi skor pada setiap item variabel penelitian. b. Menjumlahkan skor pada setiap item variabel penelitian.

c. Menyusun rangking pada setiap item variabel penelitian dari yang tertinggi hingga terrendah.

c. Pengujian data

Dalam kegiatan mengolah data, peneliti melakukan pengujian data untuk pembagian kuesioner/angket terlebih dahulu agar dapat diperoleh suatu kesimpulan yang dapat diperatnggungjawabkan. Pengujian tersebut antara lain:


(2)

a) Method of Successive Interval (MSI)

Penelitian ini menggunakan data ordinal sehingga tidak dapat langsung untuk dianlasis dengan menggunakan statistic parametric seperti regresi. Oleh karena itu semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu ditransformasikan menjadi skala interval dengan cara MSI. Langkah-langkahnya diantaranta adalah sebagai berikut:

1) Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban berdasarkan hasil jawaban dari responden pada setiap pertanyaan.

2) Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, dilakukan perhitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi (f) dengan jumlah responden.

3) Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan, dilakukan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.

4) Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pernyataan dan setiap jawaban.

5) Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut ini:

��� � � � = �� ��� � � �� �� � − �� ��� � ��� � �� �� � − ��� � � �� �� ��� �� �

b) Paired-Sample T-Test

Paired-Sample T-Test merupakan prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu grup. Artinya pula analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan. Adapun persamaan rumus paired-sample t-test, yaitu:

=

��√��̅

Keterangan:

t = Nilai t hitung

�̅ = Rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2 SD = Standar deviasi seslisih 1 dan 2 N = Jumlah sampel


(3)

 Nilai α

 df (degree of freedom) = N-k (untuk paired sample t-test df=N-1) Bandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, apabila:

 t-hitung > t-tabel → Berbeda secara signifikan (H0 ditolak)

 t-hitung < t-tabel → Tidak berbeda secara signifikan (H0 diterima) Adapun hipotesis yang diajukan, yakni:

H0 = Tidak terjadi perbedaan

H1 = Terjadi adanya perbedaan atau perubahan 2. Analisis Kualitatif

Teknik penyusunan analisis data kualitatif dalam penelitian ini antara lain: a. Mengedit Data

Mengedit data atau yang biasa disebut dengan editing dalam Bahasa Inggris merupakan kegiatan memperbaiki kualitas data. Tujuannya adalah menghilangkan keraguan akan kebenaran yang mungkin timbul setelah membaca data tersebut. Kegiatan editing mencakup hal-hal seperti, pemeriksaan mengenai kelengkapan data, pemeriksaan mengenai kejelasan data, pemeriksaan mengenai konsistensi data dan pemeriksaan mengenai keseregaman ukuran data. Editing terhadap data yang diperoleh akan lebih baik jika dilaksanakan sesaat setelah data diperoleh dan di tempat sumber data supaya pengecekan terhadap data mudah dilakukan.

b. Mengolah Data

Mengolah data merupakan tahapan yang sangat penting dan menentukan keberhasilan penelitian. Pada tahap ini data diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan berupa kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

c. Triangulasi Teknik

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 241) triangulasi teknik yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penliti dengan menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti bisa saja menggunakan teknik pengumpualn data berupa obeservasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner demi mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kampung Wisata Dago Pojok untuk mengetahui peranan industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial budaya, beserta data-data dan pembahasan yang disertai teori-teori yang mendukung mengenai industri kreatif maupun kondisi sosial budaya pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan yakni, terdapat lima sub sektor industri kreatif yang ada di Dago Pojok yakni Seni Pertunjukan, seperti Tari Jaipong, Tari Bajidor Kahot dan tarian tradisional lainnya. Selain tarian juga terdapat seni pertunjukan pagelaran wayang. Industri kreatif berikutnya adalah Seni Rupa, salah satu keunggulan dan keunikan dari Kampung Wisata Dago Pojok adalah adanya seni melukis dinding yang disebut mural yang menghiasi rumah warga, maupun jalan-jalan di Dago Pojok. Selanjutnya adalah Musik, musik yang dimainkan biasanya alat musik yang berasal dari bambu seperti calung dan angklung. Kemudian Kerajinan, kerajnan di Kampung Wisata Dago Pojok beragam bentuknya, begitu pula dengan materialnya, seperti tanah liat, semen, koran bekas dan kayu bekas. Dan industri kreatif yang terakhir yakni Mode, salah satu mode disana adalah adanya batik fractal.

Tanggapan responden akan kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung Wisata Dago Pojok yakni terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung Wisata Dago Pojok. Perbedaan atau perubahan terlihat pada tiap pernyataan, perubahan pada tiap pernyataan memiliki nilai selisih yang bersifat positif atau dengan kata lain kondisi sosial budaya di Dago Pojok mengalami perbaikan sesudah adanya Kampung Wisata Dago Pojok.

Lima jenis industri kreatif terbentuk setelah adanya Kampung Wisata Dago Pojok. Adanya Kampung Wisata Dago Pojok juga memberikan dampak yang positif pada kondisi sosial budaya. Kondisi sosial budaya di Dago Pojok mengalami perbaikan seiring adanya industri kreatif, bisa dikatakan bahwa industri kreatif berperan pada perbaikan kondisi sosial budaya di Kampung


(5)

Wisata Dago Pojok, industri kreatif di Dago Pojok juga berperan dalam meningkatkan toleransi dan kohesi sosial pada masyarakat, memberdayakan masyarakat lokal lebih produktif, melestarikan budaya lokal, meningkatkan bahan baku bekas yang ramah lingkungan serta yang terakhir adalah meningkatkan perempuan dalam pembangunan di Kampung Wisata Dago Pojok.

B. Rekomendasi

Setelah diketahui hasil penelitian mengenai peranan industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial budaya di Kampung Wisata Dago Pojok, penulis merekomendasikan beberapa hal yang dapat dilakukan dan perlu direalisasikan oleh berbagai pihak. Seperti berikut:

1. Bagi pihak pengelola dan masyarakat lokal Dago Pojok agar menambahkan sub sektor industri kreatif, guna meningkatakan produktvitas dan kreativitas masyarakat, seperti menambahkan sub sektor industri kreatif kuliner, karena Dago Pojok memiliki populasi ibu rumah tangga yang cukup banyak dengan penciptaan kuliner sebagai kuliner khas, Kampung Wisata Dago Pojok bisa lebih mendapat perhatian oleh pihak lain dan meningkatkan nilai ekonomis industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok. Selain menambah sub sektor kuliner, perlu adanya jaminan dan hak paten yang diberikan pada batik ractal maupun kerajinan yang dibuat di Kampung Wisata Dago Pojok 2. Pihak pengelola direkomendasikan tidak hanya membuat kelas bahasa asing

bagi anak-anak, tetapi juga mengadakan kelas Bahasa Sunda bagi anak-anak lokal Dago Pojok, sehingga penggunaan Bahasa Sunda mampu dilestarikan oleh anak-anak yang merupakan penerus dan tonggak dari kebudayaan dan kesenian lokal Dago Pojok. Bukan hanya itu masyarakat juga dituntut untuk aktif dalam kegiatan Kampung Wisata Dago Pojok, dan mampu mengajak warga lainnya yang belum terlibat.

3. Pengelola Dago Pojok juga direkomendasikan untuk bekerja sama dengan travel agent, untuk memasarkan Kampung Wisata Dago Pojok. Selain itu perlu adanya kerja sama antar instansi sekitar Dago Pojok seperti Taman Budaya, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial dan Komunitas Hong. Bukan hanya bekerja sama dengan instansi sekitar, perlu adanya koordinasi dengan


(6)

pihak keamaanan ketika diadakannya festival tahunan, sehingga lalu lintas maupun keamanan Dago Pojok lebih terakomodir.

4. Saran terakhir ditujukan untuk pemerintah kota Bandung dan dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Bandung agar mampu menjadikan Kampung Wisata Dago Pojok menjadi kampung percontohan kampung wisata bagi kampung lain yang ada di Kota Bandung. Selain itu pemerintah maupun dinas harus mampu memberikan perbantuannya berupa materi, sehingga operasionalisasi di Kampung Wisata Dago Pojok masih bisa berlangsung.