EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI DI MA NEGERI 2 PALEMBANG

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI DI MA NEGERI 2 PALEMBANG SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : DINA MUTHIA NIM. 10221701

Program Studi Tadris Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2014

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hal : Pengantar Skripsi Lamp. : -

Kepada Yth. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Di

Palembang

Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah melalui proses bimbingan, arahan dan koreksian baik dari segi isi

maupun teknik penulisan terhadap skripsi saudari : Nama

: Dina Muthia NIM

: 10221701 Program

: S1 Tadris Matematika Judul Skripsi : Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Word Square

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI Di MANegeri 2 Palembang

Maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari tersebut dapat diajukan dalam Sidang Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu:alaikum Wr. Wb

Palembang, Desember 2014 Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Hj. Rohmalina Wahab, M.Pd.I Yuli Fitrianti, M.Pd NIP. 19531215 198203 2 003

NIP. 19830717 200912 2 003

Skripsi Berjudul : EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI DI MA NEGERI 2 PALEMBANG

yang ditulis oleh DINA MUTHIA dengan NIM 10221701 telah dimunaqosyahkan dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Pada Tanggal, 23 Desember 2014

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Palembang, 23 Desember 2014 Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Sekretaris

Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si Gusmelia Testiana, M.Kom NIP. 19720812 200501 2 005

NIP. 19750801 200912 2 001

Penguji Utama

: Choirun Niswah, M.Ag

NIP. 19700821 199603 2 002

Anggota Penguji

: Muhammad Win Afgani, M.Pd

NIP. 19821210 200912 1 002

Megesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. Kasinyo Harto, M.Ag

NIP. 19710911 199703 1 004

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO :

 “sabar, satu kata yang mungkin sering kamu dengar ketika dalam kesulitan. Terkadang bersabar membuat hati kita lelah, tetapi percayalah pada akhirnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri arti sebuah keberhasilan”.

 “start a day with Bismillah, Mulailah hari dengan mengucapkan Bismillah”.  Kebahagian orang tua merupakan tiang semangat bagiku untuk tidak mudah menyerah dalam mencapai sebuah kesuksesan”.  “usaha yang sungguh-sungguh serta diiringi dengan doa yang ikhlas pasti membuahkan hasil yang terbaik”.  “kita melihat kebahagian itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala o rang lain”. (Thomas Hardy)

Goresan tanganku ini ku persembahkan sebagai wujud kasih sayangku kepada ... ♥ Almarhum papa H. Junaidi MD, yang telah memberikan kasih sayang

kepadaku selama ini. Terima kasih papa, aku berharap semoga aku bisa membuatmu bangga. Semoga di surganya Allah, papa bisa tersenyum bahagia.

♥ Mama tersayang Mardianah, S.Pd, terima kasih telah menjadi orang tua yang hebat untukku. Sedikit kebahagian yang mungkin bisa aku berikan untukmu.

♥ Saudaraku Aulia Shabrina, A.md Gz, Ade Kurniawan, Ayu Zaujatus Shalihah, Mustaghfiroh Rahmah, Khoirunnisa Junaidi yang tersayang. Terima kasih untuk dukungan dan semangat yang selalu kalian berikan.

♥ Keluarga besarku MD yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

♥ Dosen dan staf pendidikan di Jurusan Tadris Matematika ♥ Sahabat-sahabat terbaikku (Evy kurniaty, A.md dan Fitri Haryanti, A.md) ♥ Sahabat-sahabatku di Tadris Matematika 2010 (Dian, Heni Apryanti,

Mega Silvia, Mistriana, Tika Herlina) ♥ Teman-teman PPL (di MA Negeri 2 Palembang) ♥ Teman-teman seperjuangan jurusan Tadris Matematika 2010, terima kasih

telah berbagi cerita baik suka maupun duka. Semoga kesuksesan menyertai kita semua

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Dina Muthia

Tempat dan Tanggal lahir

: Palembang, 14 April 1992

Program Studi

: Tadris Matematika

NIM

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Seluruh data, informasi, interprestasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan.

2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di IAIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.

Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sangsi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini

Palembang, Desember 2014 Yang Membuat Pernyataan

Dina Muthia NIM. 10221701

ABSTRACT

The aim of this study was to know the effectiveness of the application usage of Word Square learning model on learning outcomes at the eleventh grade students of MA Negeri 2 Palembang. This study used true experimental design with pretest and posttest control group designs. The population of this study were all of eleventhgrade students of MA Negeri 2 Palembang in 2014/2015 academic years which consisted of four class with 152 students. From four classes population were taken two sample classes,it was XI IPA 2, which consisted of 38 students as an experimental group and XI IPA 3 which consisted of 38 students as a control group. In this study, the method of research used probality sampling techique with type of cluster random sampling. Data collection techniques were used were to know the mathematics learning outcomes of student. Analysis of data used hypothesis test. Based of the result, it can be concluded that the students learning outcome in mathematics learning during applied learning instructional of model Word Square average value of the experimental class was 80.10 that greater than the control class, it was 73.13 where t test = 2.333> 1.996 t table with α = 5 %, so the

null hypothesis (H 0 ) was rejected it means that application of word square learning model was effective foward students earning outcomes at the eleventh grade students of MA Negeri 2 Palembang.

Keywords : Word Square Learning Model, The Students Learning Outcomes Learning Mathematics.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan penggunaan model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas XI MA Negeri 2 Palembang. Jenis penelitian yang digunakan adalah true experimental design dengan bentuk pretest-posttest control group design, populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas XI IPA yang ada di MA Negeri 2 Palembang tahun ajaran 2014-2015 yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah siswa 152 orang. Dari empat kelas populasi diambil dua kelas sampel yaitu kelas XI IPA 2 dengan jumlah 38 siswa sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 3 berjumlah 38 siswa sebagai kelas kontrol. Dengan penentuan sampel teknik probality sampling jenis cluster random sampling. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa. Analisis data tes menggunakan uji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika selama diterapkan model pembelajaran Word Square di dapatkan nilai rata-rata kelas eksperimen 80,10 lebih besar dari kelas kontrol 73,13 dimana t hitung = 2,333 > t tabel

1,996 dengan 𝛼 = 5%, maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak artinya penggunaan model pembelajaran Word Square efektif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas

XI di MA Negeri 2 Palembang.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Word Square, Hasil Belajar Matematika Siswa

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Word Square

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI Di MA Negeri 2

Pale mbang”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak ditemukan kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan, namun berkat inayah Allah SWT serta bantuan dari berbagai pihak segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. H. Aflatun Muchtar, MA selaku Rektor IAIN Raden Fatah Palembang.

2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

3. Ibu Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika.

4. Ibu Dra. Hj. Rohmalina Wahab, M.Pd selaku Pembimbing I.

5. Ibu Yuli Fitrianti, M.Pd selaku Pembimbing II.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta staf Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

7. Bapak Alinudin, M.Si selaku kepala Kaur Tata Usaha MA Negeri 2 Palembang.

8. Ibu Hj. Masnah selaku guru mata pelajaran matematika kelas XI serta guru- guru dan staf MA Negeri 2 Palembang.

9. Kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberikan semangat serta dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2010 dan almamaterku di Tadris matematika IAIN Raden Fatah Palembang.

11. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memilki banyak kekurangan, karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dapat digunakan demi perbaikan skripsi ini nantinya. Penulis juga berharap agar skripsi ini akan memberikan banyak manfaat bagi yang membacanya dan bagi proses pengajaran bidang studi matematika serta bidang studi lainnya di seluruh jenjang pendidikan.

Palembang, Desember 2014 Penulis,

Dina Muthia NIM. 10221701

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi- potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan-keterampilan). Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 bab II pasal 3, yang merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Sanjaya, 2011:65).

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal, Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal,

Pendidikan non formal biasanya terdapat pada anak usia belia ataupun sebagai pedidikan penunjang kegiatan belajar secara formal. Pendidikan non formal sangat mudah kita jumpai seperti hadirnya tempat kursus, diantaranya kursus bimbingan belajar, kursus menyanyi, kursus menari, dan sebagainya. Sedangkan yang lainnya bisa kita jumpai pendidikan di TPA untuk peserta didik beragama muslim atau sekolah minggu untuk peserta didik beragama kristen dan khatolik. Memang tidak semua lapisan masyarakat mampu mengenyam pendidikan non-formal, tapi banyak juga lembaga yang menyediakannya secara gratis (Calidjah, 2000:63).

Pendidikan merupakan pendidikan yang dilakukan secara mandiri dari dalam diri sendiri yang memiliki kesadaran serta tanggung jawab yang penuh dalam proses penerapannya. Pendidikan informal biasanya dimulai dari lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Jika pendidikan ini dimulai dari ruang lingkup keluarga, maka peran orang tua sangatlah penting karena orang tua merupakan panutan pertama yang biasanya dijadikan teladan dari para peserta didik. Maka dari itu, orang tua pun harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup sehingga dampak yang diharapkan akan berhasil dengan baik. Sementara itu, pendidikan dari lingkungan masyarakat juga tidak kalah penting, karena peran masyarakat adalah sebagai penunjang Pendidikan merupakan pendidikan yang dilakukan secara mandiri dari dalam diri sendiri yang memiliki kesadaran serta tanggung jawab yang penuh dalam proses penerapannya. Pendidikan informal biasanya dimulai dari lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Jika pendidikan ini dimulai dari ruang lingkup keluarga, maka peran orang tua sangatlah penting karena orang tua merupakan panutan pertama yang biasanya dijadikan teladan dari para peserta didik. Maka dari itu, orang tua pun harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup sehingga dampak yang diharapkan akan berhasil dengan baik. Sementara itu, pendidikan dari lingkungan masyarakat juga tidak kalah penting, karena peran masyarakat adalah sebagai penunjang

Pendidikan baik yang bersifat agama dan umum merupakan wadah yang efektif dalam rangka membina, memperbaiki mental, nilai dan mempercepat pertumbuhan pemikiran manusia. Oleh karena itu manusia harus mengasah otaknya dengan ilmu pengetahuan, menggali dan menuntut ilmu pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap masyarakat melalui jalur pendidikan non-formal yang lainnya. Sebab dengan ilmu kita dapat hidup teratur, terarah, dan bergaul dengan baik. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yaitu :

Artinya : “Dari Anas ra, berkata Rasulullah SAW tuntutlah ilmu pengetahuan sekalipun ke negeri Cina, maka sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim, sesungguhnya malaikat mengembangkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu karena suka kepada apa yang ia tuntut”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

Sekolah merupakan suatu lingkungan yang bernuansa akademis sebab berbagai kegiatan akademis banyak dilaksanakan di sekolah, baik yang berkaitan dengan intrakurikuler maupun ekstrakulikuler. Dengan adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku di sekolah, Sekolah merupakan suatu lingkungan yang bernuansa akademis sebab berbagai kegiatan akademis banyak dilaksanakan di sekolah, baik yang berkaitan dengan intrakurikuler maupun ekstrakulikuler. Dengan adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku di sekolah,

Menurut Cockorft (dalam Abdurrahman, 2009:253) Mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : 1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; 2) semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai; 3) merupakan komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; 6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran matematika dapat diukur dari pemahaman dan penguasaan materi, keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, serta hasil belajar siswa. Para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada bermacam-macam kelompok, besar Keberhasilan suatu proses pembelajaran matematika dapat diukur dari pemahaman dan penguasaan materi, keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, serta hasil belajar siswa. Para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada bermacam-macam kelompok, besar

individual. “Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar pada masing-

masing individu”. Namun jika pengajaran secara individu diterapkan dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang maka tampak kurang efisien karena akan menghabiskan banyak waktu baik dari segi siswa maupun dari segi guru. Tinjauan terhadap penelitian mengenai pengajaran individual dalam pelajaran matematika misalnya menurut Miller dan Schoen (Sl avin, 2012:189) “Secara seragam menyimpulkan bahwa pengajaran individual tidak lebih efektif dibandingkan dengan metode-metode tradisional dalam hal meningkatkan kemampuan para siswa.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti saat PPLK II di MA Negeri 2 Palembang mulai dari 02 Oktober 2013 sampai dengan 20 Agustus 2014, ditemukan beberapa kelemahan diantaranya adalah prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah hanya 50%. Fakta tersebut ditunjukkan oleh nilai hasil belajar matematika siswa MA Negeri 2 Palembang yaitu 65 yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) seperti yang telah ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan yaitu 71. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa pada pembelajaran matematika antara lain : 1) keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika masih belum nampak, 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan, 3) kurangnya keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan.

Selain dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran guru juga sangat penting. Pada kondisi awalnya cara guru mengajar di MA Negeri 2 Palembang khususnya guru matematika rata-rata mengajar dengan model pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Dimana guru mengharapkan siswa duduk, diam dengan mencatat dan hafal.

Mengingat dalam pembelajaran itu melibatkan aktivitas mendengar, menulis, membaca, dan diskusi untuk mengkomunikasikan suatu masalah khusunya matematika maka diskusi kelompok perlu dikembangkan. Dengan menerapkan diskusi kelompok diharapkan aspek-aspek komunikasi bisa dikembangkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu alternatife untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan penggunaan strategi mengajar. Pemilihan strategi pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik di ajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi, keaktifan siswa, serta hasil belajar siswa lebih meningkat adalah dengan model pembelajaran Word Square. Model pembelajaran Word Square memungkinkan siswa mengeksplorasi seluruh kemampuan otak untuk keperluan berpikir dan belajar.

Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban (Haryono, 2013:129).

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman.

Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Instrument utama model pembelajaran ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan angka acak pada kolom yang telah disediakan.

Dengan menerapkan model pembelajaran Word Square ini diharapkan agar proses pembelajaran yang selama ini pasif, dapat meningkat setelah penggunaan model pembelajaran Word Square yang mampu untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pelaksanaannya siswa dituntut agar jeli dalam berpikir yang tujuannya untuk melatih sikap teliti dan kritis.

Bedasarkan dari uraian di atas, memotivasi penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN WORD SQUARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS XI MA NEGERI 2 PALEMBANG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas penerapan penggunaan model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas XI MA Negeri 2 Palembang?”

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan penggunaan model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas XI MA Negeri 2 Palembang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan yang berharga bagi penelitian hasil belajar dan mutu pendidikan matematika di sekolah. Secara rinci sumbangan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis Memperkaya wawasan teoritis dalam ilmu pendidikan, khususnya tentang model pembelajaran Word Square pada mata pelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi siswa Dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Word Square dan memperoleh suatu cara belajar yang lebih menyenangkan.

b) Bagi guru Sebagai sarana yang berguna dalam mengadakan variasi dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat menjadi lebih baik.

c) Bagi sekolah Sebagai salah satu masukan dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dalam mata pelajaran matematika

d) Bagi peneliti Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya tentang model pembelajaran Word Square sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan sebagai bahan untuk mempersiapkan diri sebagai calon pendidik.

e) Bagi peneliti lain Dapat menjadi motivator peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lebih luas sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran di sekolah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodelogis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).

Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut Undang-Undang ini, pembelajaran diartikan sebaai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sebagaimana dalam Al- Qur’an banyak menunjukkan aktivitas pembelajaran, diantaranya surah An-Nahl ayat 78 :

َعًَّْسنا ُىُكَن َمَعَج َو بًئْيَش ٌَىًَُهْعَت لا ْىُكِتبَهَّيُأ ٌِىُطُ ٍِْي ْىُكَجَرْخَأ ُ َّللَّا َو ُ ْ َت ْىُكَّهَعَن َ َدِئْفاا َو َربَلْ اا َو

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S An-Nahl : 78)

Dari ayat di atas, setidaknya terdapat tiga hal pembahasan yang berhubungan dengan pembelajaran. Pertama menjelaskan tentang asal

kejadian manusia yang tidak mengetahui sesuatu apapun ketika diciptakan, bagaikan kertas putih yang tidak ternodai apapun bila kita tidak mengotorinya. Kedua, setelah Allah SWT menjelaskan tentang penciptaan manusia pertama kali yang tidak mengetahui apapun kemudian Allah SWT memberikan kepada manusia potensi pembelajaran melalui kemampuan fisik yakni pendengaran dan juga penglihatan serta memberikan juga kepada manusia kemampuan psikis yakni akal. Semua kemampuan tersebut harus dikembangkan dan dibina melalui pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan ajaran Islam. Ketiga, setelah Allah SWT memberikan semua potensi tersebut kepada manusia, Allah SWT memerintah agar potensi tersebut digunakan untuk kebaikan dan beribadah kepada-Nya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. (Natta, 2002:23)

Menurut Corey (Susanto, 2013:186), pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu pada kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Menurut Dimyati (Susanto, 2013:186), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses pendidikan dalam lingkup persekolahan dan inti dari proses belajar mengajar pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama, karena peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses pendidikan dalam lingkup persekolahan dan inti dari proses belajar mengajar pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama, karena peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah

1. Pembelajaran Matematika

Kata matematika berasa dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari” sedangkan dalam bahasa

Belanda, matematika disebut wiskunde (ilmu pasti) yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001:7)

Menurut Johnson dan Myklebust, (Abdurrahman, 2009:252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

Menurut Kline (Abdurrahman, 2009:252) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

Lerner (Abdurrahman, 2009:252) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.

Dalam Al- Qur’an Allah SWT banyak sekali menjelaskan yang berkaitan dengan matematika, diantaranya dalam surah Al-Qomar ayat 49 yang berbunyi :

Artinya : “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Ayat tersebut melukiskan keteraturan penciptaan segala sesuatu yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada rumusnya, atau ada persamaannya.

Dalam surah lain Allah SWT juga menyebutkan :

Artinya : “Dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu (Qs. Al-Jin :28)

Esensi ayat ini adalah bahwa ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu, tidak ada yang tertinggal. Semua kejadian, objek alam, penciptaan di bumi dan langit, dan struktur al- Qur’an, tidak ada yang kebetulan. Semuanya ditetapkan dengan hitungan yang sangat teliti. Sebenarnya bila diketahui, (sebagian) ilmu tersebut meliputi risalah-risalah yang disampaikan dan ilmu yang ada pada para Rasul.

Dalam kehidupan modern sekarang pun, kita akan menjumpai “hitungan tersebut”, mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit. Contohnya oksigen (O 2 ) memberikan kehidupan kepada semua makhluk di bumi melalui sistem pernafasan; sangat vital. Tetapi bila kelebihan hitungan satu atom, ia akan menjadi ozon (O 3 ); yang bila dihirup manusia boleh jadi menyebabkan bencana. Tetapi bila ditempatkan di atas atmosfer bumi, maka ia sangat berguna untuk menyerap sebagian sinar-sinar ultraviolet yang berbahaya (radiasinya) bagi makhluk di bumi.

Matematika terus berkembang pesat baik dari segi materi maupun aplikasinya. Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang digunakan oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa serta Matematika terus berkembang pesat baik dari segi materi maupun aplikasinya. Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang digunakan oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa serta

Tujuan diberikannya matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Umum adalah :

a. Mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan yang selalu berkembang, melalui latihan yang bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.

b. Mempersiapkan peserta didik agar dapat menggunakan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran matematika, untuk mempelajari konsep B yang

dasarnya adalah konsep A. Maka peserta didik perlu memahami terlebih dahulu konsep A. Hal ini berarti bahwa mempelajari matematika haruslah bertahap dan perlu didasarkan pada pengetahuan yang sudah dimiliki. Matematika jika belajar itu didasarkan pada apa yang sudah dimiliki.

Peserta didik akan lebih mudah mempelajari Matematika jika belajar itu didasarkan pada apa yang sudah diketahui. Oleh karena itu, untuk mempelajari materi Matematika yang baru perlu dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimilki. Karena karakteristik materi Matematika yang hierarkis, maka belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu proses pembelajaran.

2. Model Pembelajaran

Di dalam pembelajaran, Al- Qur’an mengatur pola interaksi belajar mengajar yang harus dilakukan guru dalam penyampaian pembelajaran di dalam kelas. Guru dituntut untuk memiliki dua modal dasar dalam mengelola kegiatan belajar mengajar yaitu mendesign pembelajaran dan mengkomunikasikan pembelajaran terhadap siswa. Pemilihan model pembelajaran ini digambarkan dalam firman Allah SWT yang juga berkaitan dengan dakwah Rasulullah SAW di zamannya yaitu :

Artinya :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl 16:125)

Model pembelajaran yang ada pada ayat ini yaitu harus dengan Hikmah (bijaksana), al-mau'idhotil hasanah (pendidikan yang baik) serta jaadilhum billatii hiya ahsan (bantahan yang baik). Dalam penggunaannya bisa langsung menyentuh, bersifat halus dan meyakinkan, sehingga guru dan murid dapat melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan yang diharapkan.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. (Trianto, 2010:51).

Joyce dan Weil (Trianto, 2010:53) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti buku-buku, film, komputer, kurikuler dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksankan pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Word Square

a. Pengertian Model Pembelajaran Word Square

Menurut Laurence Urdang (2011:8) Word Square is a set of words such that when arranget one beneath another in the form of a square the read a like horizontally, artinya Word Square adalah sejumlah kata yang disusun satu dibawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun. Sedangkan menurut Homby adalah sejumlah kata yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.

Word Square terdiri dari dua kata Word dan Square. Word berarti kata sedangkan Square adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah lapangan kata. Word Square adalah salah satu model-model pembelajaran melalui sebuah permainan “belajar sambil bermain” yang ditekankan

adalah belajarnya. Belajar dan bermain memiliki persamaan yang sama adalah belajarnya. Belajar dan bermain memiliki persamaan yang sama

Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelihan dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban (Haryono, 2013:129).

Model Word Square adalah model yang mirip dengan pengisian TTS (teki-teki silang) dimana siswa diminta mengisi sejumlah kotak kosong dengan kata atau kalimat yang relevan dengan materi pembelajaran (Ismail, 2013: 13).

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman.

Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti

Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman sisiwa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Instrument utama model ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan angka acak pada kolom yang telah disediakan.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran Word Square sebagai berikut : (Ismail, 2012:21)

1) Buat kotak sesuai keperluan.

2) Buat soal sesuai indikator pembelajaran.

3) Sampaikan materi sesuai kompetensi

4) Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.

5) Peserta didik disuruh menjawab soal, kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban.

6) Berikan poin pada setiap jawaban dalam kotak. Media yang diperlukan dalam model Word Square ada dua bentuk

yaitu: (Aqib, 2013:31)

1) Buat kotak Word Square sesuai keperluan.

2) Buat soal sesuai TPK (Tujuan Pengajaran Khusus). Lebih lanjut (Aqib, 2013:31) menunjukkan langkah-langkah model

pembelajaran Word Square sebagai berikut :

1) Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

2) Guru membagikan lembar kegiatan sesuai contoh.

3) Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf/angka dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal, maupun diagonal.

4) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak Berikut contoh bentuk kotak Word Square pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

KNR

UO

E R MN

SIS

RL

CONTOH SOAL : KELOMPOK A

Isilah titik-titik dari pertanyaan dibawah ini !!!

1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara ...

2. ... digunakan sebagai alat pembayaran yang sah

3. uang ... saat ini banyak di palsukan.

KELOMPOK B

Susunlah huruf-huruf pada kolom sehingga membentuk kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kelompok A.

1. Tarreb

2. Ganu

3. Trasek Mengadopsi dari langkah-langkah yang di deskripsikan aqib maka peneliti merumuskan langkah Word Square dalam pembelajaran Matematika sebagai berikut:

1. Kolom Word Square dalam pembelajaran matematika, huruf diubah menjadi angka. Dimana penerapannya nanti angka-angka akan disusun secara acak atau tidak berurutan

2. Siswa menjawab soal pada kelompok A yang kemudian jawabannya dicocokkan pada kelompok B.

3. Setelah siswa mendapatkan jawaban yang tepat. Siswa mengarsir angka dalam kotak Word Square sesuai jawaban secara vertikal, horizontal, maupun diagonal

4. Setiap jawaban yang tepat diberikan poin Berikut contoh bentuk kotak Word Square pada mata pelajaran Matematika :

CONTOH SOAL : KELOMPOK A

Isilah titik-titik dari pertanyaan dibawah ini !!!

2. 30 + ( 5 x 7) = ....

KELOMPOK B

Susunlah angka-angka pada kolom sehingga membentuk kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kelompok A.

Dari kajian teori di atas, peneliti merumuskan langkah-langkah Word Square dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai berikut :

1. Persiapan Pada tahap ini, sebelum memulai kegiatan pembelajaran peneliti terlebih dahulu mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat lembar Word Square serta soal sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran.

2. Menjelaskan topik pembelajaran sesuai kompetensi Pada tahap ini peneliti menyampaikan informasi mengenai topik pembelajaran yang mencakup pokok-pokok inti dari materi yang akan dibahas sesuai kompetensi.

3. Pembentukan kelompok dan pembagian LKS Pada tahap ini peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa dan membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari sesuai contoh yang diberikan. Dengan aturan permainannya, siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada kelompok A dan dilanjutkan langkah berikutnya dengan mencocokkan jawaban pada kelompok B. Setelah mendapatkan jawaban yang tepat, setiap kelompok mengaksir jawaban pada kotak Word Square 1 berupa angka-angka dan kotak Word Square 2 berupa huruf-huruf secara vertikal, horizontal, maupun diagonal. Namun untuk mengaksir jawaban tersebut peneliti telah menentukan warna-warna untuk setiap jawaban yang diaksir yaitu : nomor 1 (warna biru), nomor

2 (warna kuning), nomor 3 (warna hijau), nomor 4 (warna ungu), 2 (warna kuning), nomor 3 (warna hijau), nomor 4 (warna ungu),

4. Diskusi Pada tahap ini, setiap kelompok berpikir untuk menjawab soal pada LKS yang telah diberikan peneliti, kemudian setiap kelompok mengarsir jawaban yang ada di kolom Word Square secara vertikal, horizontal maupun diagonal.

5. Memberi kesimpulan Pada tahap ini, peneliti bersama siswa memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Word Square

Mujiman menyatakan beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Word Square yaitu : Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square :

1) Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

2) Melatih untuk berdisiplin

3) Dapat melatih sikap teliti dan kritis

4) Merangsang siswa untuk berpikir efektif Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa

terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang

Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran Word Square yaitu :

1) Mematikan kreatifitas siswa.

2) Siswa tinggal menerima bahan mentah.

3) Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan

kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran Word Square ini.

d. Cara Menanggulangi Kekurangan Model Pembelajaran Word Square

1) Mematikan kreatifitas siswa. Hal ini dapat diatasi dengan guru bersama siswa memeriksa kembali hasil kerja yang telah dikerjakan dengan cara menukarkan lembar jawaban antar siswa. Utami Munandar (Hamzah :2012) mengemukakan bahwa indikator kreativitas antara lain : memiliki rasa ingin tahu yang besar dengan memeriksa kembali hasil kerja mereka.

2) Siswa tinggal menerima bahan mentah. Hal ini dapat diatasi dengan cara siswa diberikan kesempatan untuk membuat soal yang berkaitan 2) Siswa tinggal menerima bahan mentah. Hal ini dapat diatasi dengan cara siswa diberikan kesempatan untuk membuat soal yang berkaitan

3) Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat diatasi dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang yang ada di kehidupan sehari-hari dalam soal yang diberikan di lembar Word Square.

e. Efektivitas Model Pembelajaran Word Square Terhadap hasil Belajar Matematika Siswa

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya). Sedangkan definisi dari kata efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian pilihan. Maka efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai efektivitas model pembelajaran Word Square adalah sejauh mana usaha yang dilakukan dengan model pembelajaran Word Square dalam pencapaian suatu tujuan yang telah direncanakan yaitu hasil belajar matematika siswa.

Sedangkan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa Sedangkan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar matematika siswa dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa

4. Model Pembelajaran Konvensional

a. Pengertian Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Sanjaya (2008:177) mengemukakan bahwa model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Model pembelajaran konvensional merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan kepada sejumlah pendengar. Kegiatan ini berpusat pada penceramah dan komunikasi yang searah.

Pada model pembelajaran konvensional, siswa belajar lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa. Sistem konvensional merupakan sebuah sistem pengajaran yang biasa dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru dimana guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga menjadikan siswa lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru dimana guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga menjadikan siswa lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Konvensional

Ciri-ciri model pembelajaran konvensional diantaranya sebagai berikut:

1) Peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2) Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.

3) Perilaku dibangun atas proses kebiasaan.

4) Kemampuan diperoleh dari latihan.

5) Tujuan akhir adalah penguasaan materi pembelajaran.

6) Tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu/peserta didik tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman.

7) Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

8) Keberhasilan pembelajaran biasanya hanya di ukur dari tes.

9) Peserta didik lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran.

10) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konvensional

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional sebagai berikut (FTK, 2011:26):

1) Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang materi yang diajarkan.

2) Guru memberikan motivasi

3) Guru menerangkan bahan ajar secara verbal

4) Guru memberikan contoh-contoh

5) Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab pertanyaannya

6) Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan contoh soal yang telah diberikan

7) Guru mengkonfirmasi tugas yang telah dikerjakan oleh siswa

8) Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan inti pelajaran

9) Guru mengecek pengertian atau pemahaman siswa

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Konvensional

1) Kelebihan

a) Dapat menampung kelas yang berjumlah besar.

b) Bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara sistematis dengan penjelasan yang monoton.

c) Guru dapat diberikan tekanan pada hal-hal tertentu misalnya rumus atau konsep yang dianggap penting.

d) Dapat menutupi kekurangan karena ketidaktersediaan buku pelajaran atau alat-alat bantu sehingga tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran.

2) Kelemahan

a) Pelajaran berjalan monoton sehingga membosankan dan membuat siswa pasif karena kurangnya kesempatan yang diberikan.

b) Siswa lebih terfokus membuat catatan.

c) Siswa akan lebih cepat lupa.

d) Pengetahuan dan kemampuan siswa hanya sebatas pengetahuan yang diberikan oleh guru.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.