BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Penggunaan Metode Discovery Learning terhadap Pencapaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakikat IPA

Hakikat IPA di SD yang terdapat dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) Tahun 2006 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pegetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Folwer (Trianto, 2014:136) “IPA adalah pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi ”. Adapun Wahyana (2014:136) mengatakan bahwa “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam ”.

Menurut Trianto (2014:137) “pada hahikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur ”. Sebagai proses diartiakan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai umtuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method ).

Dari berbagai pendapat yang telah dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa pada hakekatnya IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap siswa seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya . Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi yang edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA. Dalam KTSP 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa;

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA; c) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan; e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan alam; f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala keturunannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

Dengan demikian, tujuan mata pelajaran IPA secara umum yaitu menciptakan ketaqwaan terhadap Tuhan sebagai pencipta alam semesta, memahami berbagai macam gejala alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu mengenal pengaruh IPA dengan lingkungan, meningkatkan kesadaran dalam menjaga lingkungan alam. Berdasarkan BNSP kurikulum 2006 (KTSP) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas;

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; 4) Bumi dan alam semesta

meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Tujuan dan ruang lingkup di atas mengisyaratkan bahwa pembelajaran IPA di SD, hendaknya tidak menitikberatkan pada upaya pencapaian akademik semesta, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Maka penyajian materi atau konsep tidak dilakukan secara informatif melalui ceramah. Pembelajaran IPA, sebaiknya melibatkan siswa dalam kegiatan yang memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuanya sendiri. Agar situasi ini terjadi maka pemilihan metode pembelajaran menjadi penentu penting. Dengan demikian, diharapkan dengan menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran tujuan pembelajaran IPA seperti yang

diharapkan dapat tercapai.

Dalam pembelajaran IPA demi tercapainya tujuan pembelajaran maka disusunlah acuan dalam standar kompetensi (SK) yang kemudian diperinci ke dalam kompetensi dasar (KD). Berdasarkan BNSP 2006 Tentang Standar Isi

“Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun ke mampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

2.1.2. Metode Discovery Learning

Menurut Hamdani (2011:80) “metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa ”. Hal ini sependapat dengan Yamin (2007:281) “metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan ”. Suprihatiningrum (2014:154) menyatakan bahwa

“metode pembelajaran adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan ”. Dari pendapat di atas menitikberatkan metode pada cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan demikian pemaparan di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu strategi atau cara yang digunakan dalam pembelajaran melalui penyajian, penguraian materi pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penggunaan metode yang tepat akan berpengaruh pada penerimaan materi pembelajaran oleh siswa.

2.1.2.1. Pengertian Discovery Learning

Dalam menerapkan pembelajaran penemuan (discovery learning) guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Guru berperan sebagai pembimbing dan pengarah kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Menurut Sani (2014:97) “discovery learning adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan ”. Sedangkan Sani dan Kurniasih (2014:64) “discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri ”. Dalam discovery learning guru harus memberikan kesempatan kepada siswanya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis , dan historin. Guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sejalan dengan Mohamad (2012:31) bahwa “dalam sistem belajar-mengajar, guru tidak langsung

menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, anak didik diberi peluang untuk

mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang sudah menjadi pijakan dalam menganalisis masalah kesulitan belajar”. Jerome Bruner (Hosnan, 2014:281) menyatakan bahwa “ discovery

learning adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman dimana siswa menggorganisasi bahan yang akan dipelajari dengan suatu bentuk akhir”.

Pernyataan di atas menunjukkan metode discovery learning menuntut siswa untuk menggunakan kemampuannya mencari jawaban atas suatu masalah atau pertanyaan. Dengan demikian siswa diharapkan mampu menemukan konsep dan prinsip sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Proses discovery learning menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Maka dapat dikatakan bahwa metode discovery learning adalah suatu metode pembelajaran yang berperan melibatkan atau mengatifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Adapun tujuan yang spesifik dari pembelajaran penemuan (discovery learning) menurut Bell (Hosnan, 2014:284), yakni sebagai berikut:

a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran dan siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan; b) Membantu siswa cara kerja yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain; c) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, yang akan dipelajari; d) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

Tujuan dari dilakukan pembelajaran menggunakan metode discovery learning di atas mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran discovery learning siswa dilatih menarik kesimpulan dari fakta hasil pengamatan melalui percobaan yang telah dilakukan. Selain tujuan adapun karakteristik dalam pembelajaran penemuan (discovery learning), yaitu: 1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan;

2) berpusat pada siswa; 3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Hosnan, 2014:284). Tujuan dan karakteristik di atas mengisyaratkan bahwa discovery learning merupakan pembelajaran yang dalam kegiatan belajarnya lebih berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing ataupun nara sumber dalam 2) berpusat pada siswa; 3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Hosnan, 2014:284). Tujuan dan karakteristik di atas mengisyaratkan bahwa discovery learning merupakan pembelajaran yang dalam kegiatan belajarnya lebih berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing ataupun nara sumber dalam

menyuplai ilmu pengetahuan, guru lebih lebih memperhatikan perkembangan kognitif dan kreatif siswa. dalam hal inilah peran guru sebagai motivator, fasilitator, dan manajer pembelajaran sangat diharapkan. Berikut uraian peranan guru sebagai motivator, fasilitator, dan manajer pembelajaran menurut Kosasih (2014:84).

1) Motivator, yakni mendorong siswa untuk mau berpikir dan bekerja keras untuk bisa belajar dengan baik; 2) Fasilitator, yakni penyedia sumber belajar yang diperlukan para siswa di dalam mewujudkan penemuan-penemuannya; 3) Manajer pembelajaran, yakni menata hubungan antar siswa dan rencana pembelajaran yang akan mereka lakoni, misalnya dengan berpasang-pasangan, diskusi kelompok, dan mengunjungi tempat-tempat tertentu sehingga kegiatan mereka berlangsung efektif.

Bedasarkan pemaparan di atas dalam pembelajaran discovery guru mempunyai peranan penting dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu sebagai motivator (mendorong siswa untuk berfikir), fasilitator (penyedia sumber belajar yang diperlukan), dan manajer pembelajaran (menata hubungan antar siswa dan rencana pmbelajaran) dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran disvovery learning guru hanya sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif, dimana dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk mencari data-data ataupun prinsip-prinsip baru melalui pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan oleh siswa sehingga siswa dapat memukan ide/gagasan baru atau konsep-konsep baru mengenai materi yang telah dipelajari. Menurut sulistyowati dan Wisudawati (2014:80) discovery learning merupakan “model pembelajaran esensial dalam melaksanakan pembelajaran IPA”. Sulistyowati dan Wisudawati (2014:80)

menyatakan bahwa

Proses pembelajaran IPA yang menitikberatkan pada suatu proses penemuan tentang alam sehinggga diperlukan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan proses mental, rasa ingin tahu, dan berfikir logis-kritis peserta didik. Proses penemuan terhadap suatu objek dalam IPA mengarah pada suatu penyelidikan.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dinyatakan metode discovery learning (penemuan) penting untuk diterapkan pada pembelajaran IPA yang pada dasarnya menitikberatkan pada suatu proses penemuan. Dengan demikian pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran IPA merupakan proses pengalaman dimana siswa dihadapkan ke dalam persoalan dan mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertannyaan di dalam suatu prosedur, sehingga siswa memperoleh pengalaman baru dimana dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk mencari data-data ataupun prinsip-prinsip baru melalui pengalaman terhadap percobaan yang telah dilakukan.

2.1.2.2. Langkah-Langkah Metode Discovery Learning Dalam mengaplikasikan metode discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Agar metode discovery learning tersebut dapat berjalan secara efektif, maka perlu diterapkan langkah-langkah metode discovery learning. Berikut langkah- langkah operasional metode dicovery learning menurut Sani dan Kurniasih (2014:68):

1) Langkah Persiapan, meliputi: a) Menentukan tujuan pembelajaran dan melakukan identifikasi karakteristik siswa; d) Menentukan topik- topik yang harus dipelajari siswa secara induktif; e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh- contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa; f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks; g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. 2) Pelaksanaan, meliputi: a) Stimulation; b) Problem statement ; c) Data collection; d) Data Processing; e) Verification ; (f) Generalization.

Langkah pelaksanaan discovery learning di atas meliputi enam tahap yaitu stimulation , problem statement, data collection, data processing, verification, generalization Berikut uraian langkah metode discovery learning dalam melaksanakan pembelajaran.

a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Dalam tahap ini pembelajaran dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan siswa, kemudian dilanjut dengan kegiatan mengamati yang sangat a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Dalam tahap ini pembelajaran dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan siswa, kemudian dilanjut dengan kegiatan mengamati yang sangat

b) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) Dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran melalui pertanyaan yang telah dilakukan kepada siswa. Menurut Hosnan (2014:50) Menanya (Questioning) “adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, siswa kepada guru, dan siswa kepada siswa ”.

c) Data collection (Pengumpulan Data) Kegiatan ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian siswa diberi kesempatan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Menurut Hosnan (2014:57) “Mengumpulkan informasi merupakan tidak lanjut dari bertanya ”. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Dalam permendikbud No 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya.

d) Data Processing (Pengolahan Data) Kegiatan mengolah data dan informasi yang diperoleh siswa melalui pengamatan dan pengumpulkan informasi dari hasil percobaan. Dari kegiatan tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis melalui penalaran yang telah dlakukan. Menurut Hosnan (2014:67) Penalaran adalah proses berpikir d) Data Processing (Pengolahan Data) Kegiatan mengolah data dan informasi yang diperoleh siswa melalui pengamatan dan pengumpulkan informasi dari hasil percobaan. Dari kegiatan tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis melalui penalaran yang telah dlakukan. Menurut Hosnan (2014:67) Penalaran adalah proses berpikir

e) Verification (Pembuktian) Pada kegiatan ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar/tidaknya hipotesis yang ditetapkan dihubungkan dengan hasil data processing. Pembuktian menurut Bruner (Hosnan, 2014:291) “bertujuan agar proses belajar akan belajar dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya ”.

f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Menurut Syah (2004:244) “tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi ”.

Uraian tentang langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran discovery learning di atas, menunjukkan dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diarahkan untuk aktif dalam melakukan pembelajaran, seperti pengamatan, percobaan, pengumpulan data, pengolahan data, minyimpulkan data sampai mempresentasikan data ataupun informasi yang telah diperoleh. Adapun langkah- langkah pembelajaran discovery menurut Kosasih (2014:85) dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Langkah-langkah pembelajaran discovery learning

Langkah-langkah Perilaku guru Guru menyampaikan suatu permasalahan

untuk mengunggah dan menimbulkan

1. Merumuskan tertentu. Masalah ini mendorong siswa untuk masalah melakukan suatu rangkaian pengamatan

kepenasaran-kepenasaran tentang fenomena

mendalam. Siswa diajak menemukan identifikasi

2. Membuat jawaban masalah yang kemudian diharapkan bisa sementara

bermuara

pada

perumusan jawaban

sementara.

Hipotesis merupakan jawaban sementara. Maka, perlu ada pembuktian untuk merumuskan benar tidaknya. Caranya adalah dengan serangkaian pengumpulan data, yakni dengan: a) membaca berbagai dokumen; b)

3. Mengumpulkan data melakukan pengamatan lapangan; c)

penelitian laboratorium; d) melakukan wawancara; e) menyebarkan angket. Dengan cara-cara tersebut, diharapkan siswa dapat memperoleh data yang benar-benar faktual, kuat, dan meyakinkan. Setelah data terkumpul dan dianalisis, kemudian dikoreksi dengan rumusan masalah yang dirumuskan sebelumnya. Data-data

untuk menjawab kesimpulan

permasalahan tersebut. Kesimpulan itulah yang dimaksud sebagai penemuan di dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Masing-masing siswa, individu, atau

5. Mengkomunikasikan depan forum diskusi untuk ditanggapi oleh

kelompok melaporkan hasil kegiatannya di

siswa lain.

Pada dasarnya kedua pendapat di atas hampir sama, karena dalam pembelajarn penemuan (discovery learning) sama-sama memuat penjelasan permasalahan, membuat hipotesis, pengumpulan data, perumusan kesimpulan, dan mengkomunikasikan. Adapun sintak pembelajaran discovery learning menurut Sani (2014:99) dapat dilihat pada tabel 2.1.1.

Tabel 2.1.1.

Sintak pembelajaran discovery learning

Langkah-langkah Perilaku guru

1. Guru memaparkan topik yang akan Guru masuk ke kelas menanyakan kabar dikaji,

tujuan pembelajaran, siswa, guru mengucapkan salam dan

motivasi, memberikan penjelasan berdoa, mengkondisikan siswa untuk ringkas.

menyiapkan alat tulis, dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Guru mengajukan permasalahan Guru menyediakan alat yang akan atau pertanyaan yang terkait digunakan, kemudian menjelaskan materi dengan topik yang dikaji.

yang akan pelajari

3. Guru membuat kelompok, dan Guru membimbing siswa untuk membuat 3. Guru membuat kelompok, dan Guru membimbing siswa untuk membuat

4. Guru memfasilitasi kelompok Guru menyiapkan alat dan bahan kepada dalam melaksanakan percobaan.

setiap kelompok melakukan untuk melakukan percobaan.

siswa dalam untuk mengumpulkan data yang melakukan percobaan.

5. Kelompok melakukan percobaan Guru

membimbing

dibutuhkan untuk

menguji

hipotesis. 6. Kelompok

mengorganisasikan Guru meminta siswa untuk mengamati

dan menganalisis data serta percobaan yang telah dilakukan, hasil membuat laporan hasil percobaan pengamatan ditulis dalam buku untuk atau pengamatan.

dianalisa.

7. Kelompok memaparkan hasil Guru mengevaluasi data atau informasi investigasi dan mengemukakan yang telah telah dipaparkan oleh masing- konsep yang ditemukan.

masing kelompok, kemudian bersama siswa guru mengambil kesimpulan

berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.

Berdasarkan pemaparan di atas, untuk memulai pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning guru terlebih dahulu memaparkan topik serta tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dilanjutkan dengan mengajukan permasalahan yang terkait dengan materi yang akan dipelajari. Setelah siswa menemukan suatu masalah guru membuat kelompok kepada siswa untuk melakukan percobaan dan mendiskusikan masalah yang telah diperoleh siswa dalam materi pembelajaran. Kemudian guru memfasilitasi siswa berupa alat dan bahan untuk melakukan percoban. Dalam melakukan percobaan siswa diminta untuk mengamati dan menuliskan data atau informasi dari hasil percobaan tersebut. Setelah siswa mendapatkan data atau informasi guru meminta siswa unuk membuat laporan sesuai dengan informasi yang telah diperoleh dan meminta siswa untuk menyampaikan laporan dari hasil percobaan tersebut.

Dengan demikian semakin jelas bahwa dalam langkah-langkah discovery learning lebih melibatkan dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. discovery learning memiliki dua tahap dalam proses pembelajaran, yaitu: (1)

langkah perencanaan (persiapan untuk melaksanakan pembelajaran), dalam tahap ini guru harus merencenakan atau mempersiapkan dahulu sebelum melakukan proses pembelajaran supaya dalam pembelajaran lebih teratur sehingga akan memudahkan bagi guru dan siswa dalam melaksanaakan proses pembelajaran, meliputi: a) Menentukan Kompetensi Dasar dan mengembangkannya ke dalam tujuan pembelajaran beserta indikator-indikatornya; b) Melakukan identifikasi masalah yang layak ditemukan jawabannya oleh para siswa; c) Menyusun kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan siswa terkait dengan penemuan itu beserta perangkat-perangkat pembelajaran yang dibutuhkan. (2) langkah pelaksanaan, dalam tahap ini proses pembelajaran sedang berlangsung, artinya guru dan siswa sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode discovery learning. Berdasarkan pendapat para pakar menganai sintak atau langkah pelaksanaan metode discovery learning di atas maka langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam menerapkan metode discovery learning adalah sebagai berikut:

1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Guru menuntun siswa ke arah materi pembelajaran, untuk membangkitkan rasa ingin tau siswa, antusiasme, dan kesediaan belajar siswa.

2) Problem stetment (identifikasi masalah)

Memfokuskan perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan dibahas.

3) Data collection (pengolahan data) Pengumpulan data berdasarkan pendapat siswa melalui pengalaman atau pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan, sehingga dapat menberikan hipotesis dari permasalahan yang diberikan.

4) Data processing (pengolahan data) Siswa mengumpulkan iformasi atau data melalui percobaan yang telah dilakukan.

5) Verification (pembuktian) Siswa membuktikan bahwa dengan percobaan dapat menemukan suatu konsep, dan pemahaman melalui pengamatan yang telah dilakukan.

6) Generalization (menarik kesimpulan) Menyimpulkan konsep sesuai dengan informasi yang telah diperoleh melalui percobaan.

Dengan demikian pembelajaran dengan mengunakan metode discovery learning adalah suatu pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mencari data- data serta informasi melalui suatu percobaan yang telah disediakan oleh guru untuk diolah sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru, kemudian siswa sendiri menemukan sebuah prinsip umum dari data dan informasi yang disediakan tersebut.

2.1.2.3. Keuntungan dan Kelemahan Metode Discovery Learning

Dalam penggunaan metode discovery learning ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar yaitu, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan dalam suatu percobaan. Tentunya metode ini memiliki kelebihan/keuntungan dalam proses pembelajaran. Adapun keuntungan metode discovery learning Menurut Hosnan

(2014:287-288) adalah sebagai berikut:

1) Membantu siswa meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif; 2) Menimbulkan rasa senang pada siswa; 3) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri; 4) Dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya; 5) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan; 6) Mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; 7) Mendorong siswa berfikir atas inisiatif sendiri; 8) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri serta memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; 9) Dapat

mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Pembelajaran menggunakan metode discovery learning lebih berpusat kepada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan, artinya dalam pembelajaran discovery learning siswa akan lebih terlibat dan aktif saat proses pembelajaran berlangsung, siswa akan mencari tahu sendiri informasi atau data-data melalui percobaan yang dilakukan, tentunya akan menimbulkan rasa senang pada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya keterampilan-keterampilan ataupun hasil belajar siswa. Terbukti penelitian yang dilakukan Vera Atmawati (2012) dengan judul

“Perbedaan hasil belajar matematika yang diajar dengan metode ekspositori dan metode discovery learning kelas V11 SMP Tuntang Kabupaten Semarang”.

Menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional/ekspositori. Dengan demikian metode discovery learning diyakini dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga sangat memungkinkan untuk digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Selain keuntungan menggunakan metode discovery learning dalam pembelajaran adapun kelemahannya. Menurut Hosnan (2014:288- 289) kelemahan metode discovery learning adalah sebagai berikut:

1) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar; 2) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak; 3) Harapan- harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama; 4) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa;

5) Tidak menyediakan kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan metode discovery learning masih terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanakan pembelajaran. Terutama bagi siswa yang kuarang pandai akan mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak atau berfikir untuk mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan, sehingga akan menimbulkan frustasi kepada siswa. Metode discovery learning juga tidak efisien untuk mengajar dengan jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Menurut Herdian (https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode- pembelajaran-discovery-penemuan/ ) untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. “Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai ”.

Dengan demikian untuk dapat mengatasi masalah metode discovery learning terlebih dahulu guru mengajukan beberapa pertanyaan dengan memberikan informasi secara singkat, artinya sebelum pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, serta guru harus menjelaskan langkah-langkah metode discovery learning kepada siswa melalui LKS yang telah dipersiapkan, sehingga siswa tidak mengalami kebingungan atau kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode discovry learning.

2.1.2.4 Penerapan Metode Discovery Learning Dalam Pembelajaran IPA

Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar proses pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Berikut uraian pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar proses:

a) Pendahuluan, pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b) Inti, kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c) Penutup, penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

Berdasarkan uraian di atas tentang pelaksanaan pembelajaran, maka dapat dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga tahap yang harus dilakukan, yaitu: tahap kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan, langkah yang harus dilakukan guru meliputi, menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Dalam kegiatan inti, harus menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam kegiatan penutup, langkah yang harus dilakukan guru adalah bersama- sama dengan peserta didik simpulan pelajaran, melakukan penilaian, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Dengan demikian, langkah-langkah penerapan metode discovery learning dalam pembelajaran IPA harus dilakukan secara sistematis demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Menurut Sulistyawati dan Wisudawati (2014:80) “discovey learning merupakan metode pembelajaran esensial dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA”. Metode pembelajaran ini melandasi dan menjadi bagian dari model-model pembelajaran IPA yang lain. Proses pembelajaran IPA yang menitikberatkan pada suatu proses penemuan tentang alam sehingga diperlukan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan proses mental, rasa ingin tau, dan berfikir logis-kritis peserta didik. Proses penemuan terhadap suatu objek dalam IPA mengarah pada suatu penyelidikan. Menurut Westwood (Sani, 2014:98) Pembelajaran dengan metode discovery learning akan efektif jika terjadi hal-hal sebagai berikut: a) Proses belajar dibuat secara tersetruktur dengan hati-hati; b) Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar; c) Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk melakukan penyelidikan. Selain itu Menurut Sani dan Kurniasih

(2014:68) Metode pembelajaran discovery learning dapat diaplikasikan pada mata pelajaran IPA yang meliputi tahap persiapan/perencanaan dan tahap pelaksanaanya. Tahap persiapan/perencanaan, hal yang harus dilakukan guru sebelum mengaplikasikan metode discovery learning.

1. Tahap persiapan/perencanaan, hal yang harus dilakukan guru sebelum mengaplikasikan metode discovery learning, antara lain:

a) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya); b) Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa; c) Menentukan materi yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi); d) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa;

e) Mengatur materi pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yangkonkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik; f) Mempersiapkan penilaian proses dan hasil belajar siswa. (Sani dan Kurniasih, 2014:69)

2. Tahap pelaksanaan, hal yang harus dilakukan guru sebelum mengaplikasikan metode discovery learning, antara lain:

a. Stimulation (pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan (Sani dan kurniasih, 2014:69).

b. Problem statment (pertanyaan) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda- agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Sani dan Kurniasih, 2014:69).

c. Data collection (pengumpulan data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. “Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya ” (Sani dan Kurniasih, 2014:70).

d. Data processing (pengolahan data) Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan”. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan

sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Sani dan Kurniasih, 2014:70).

e. Verivication (pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner (2003), “bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-

contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya ” (Sani dan Kurniasih, 2014:70).

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah “proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi ” (Sani dan Kurniasih, 2014:69).

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa dalam menerapkan metode discovery learning guru harus mempersiapkan atau merencanakan pembelajaran sesuai meteri yang akan dipelajari, selanjutnya dalam pelaksanaan pembelajaran discovery guru siap membimbing siswa dalam melakukan pengamatan, pertanyaan, pegumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan penarikkan kesimpulan. Dalam pembelajaran discovery siswa terlibat lebih aktif untuk menemukan suatu konsep melalui percobaan. Adapun sintak pelaksanaan pembelajaran discovery dalam pembelajaran IPA menurut Sulistyowati dan Wisudawati (2014:83) adalah sebagai berikut:

1) Mengamati, pesrta didik melakukan pengamatan pada persoalan yang akan dihadapi; 2) Menggolongkan, peserta didik mengklasifikasi dan melakukan inferensi terhadap data-data yang diperoleh; 3) Memprediksi, peserta didik di ajak untuk dapat memperkirakan

mengapa suatu gejala dapat terjadi; 4) Mengukur, peserta didik

melakukan pengukuran terhadap objek yang diamati sehingga memperoleh data yang lengkap dan akurat untuk dapat mengambil kesimpulan, 5) Menjelaskan: peserta didik dibantu untuk menjelaskan dari data hasil pengukuran yang dilakukan, 6) Menyimpulkan: peserta didik mengambil kesimpulan dari data-data yang didapatkan.

Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar proses pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang dalam pelaksanaannya meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Maka setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan demikian untuk menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses yakni dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode disovery learning, ada beberapa langkah yang harus dipeerhatikan diantaranya kegiatan persiapan, kegiatan pelaksanaan pembelajaran discovery learning . Dalam penelitian ini kegiatan persiapan nantinya akan mengacu pada penyampaian tujuan pembelajaran yang merupakan dasar Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar proses pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang dalam pelaksanaannya meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Maka setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan demikian untuk menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses yakni dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode disovery learning, ada beberapa langkah yang harus dipeerhatikan diantaranya kegiatan persiapan, kegiatan pelaksanaan pembelajaran discovery learning . Dalam penelitian ini kegiatan persiapan nantinya akan mengacu pada penyampaian tujuan pembelajaran yang merupakan dasar

Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dan pendapat para ahli di atas, dalam penerapan metode discovery learning dalam pembelajaran IPA meliputi tahap persiapan pembelajaran dan tahap pelaksanaan pembelajaran. Berikut uraian tahap persiapan dan pelaksanaan discovery learning dalam pembelajaran IPA.

1) Rencana pembelajaran (persiapan)

a. Menentukan tujuan pembelajaran;

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya);

c. Memilih materi belajar yang akan dipelajari;

d. Menentukan topik-topik yang haris dipelajarui peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi) atau merumuskan indikator yang akan dicapai;

e. Mengembangkan bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,

tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa;

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ko kompleks, dari yang kongkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ekonik, sampai ke simbolik;

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

1. kegiatan pendahuluan Guru menyampaikan salam dan menanyakan kehadiran siswa, menyampaikan KD dan tujuan pembelajaran. Setelah siswa memberikan respons terhadap pertanyaan guru, guru menyatakan atau menulis topik yang akan dipelajari.

2. Kegiatan inti

Eksplorasi Fase 1: Penciptaan situasi/stimulasi

a. Guru menunjukan alat peraga atau contoh benda sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

b. Siswa memperhatikan (mengamati) alat atau contoh benda yang telah ditunjukkan oleh guru.

c. Siswa bertanya tentang alat atau contoh benda yang telah ditunjukan oleh guru.

d. Siswa mengidentifikasi (mengumpulkan informasi) persamaan dan perbedaan yang terdapat pada alat atau contoh benda yang telah ditunjukkan.

Pembahasan dan identifikasi masalah

a. Guru meminta siswa untuk mencari ciri-ciri benda yang telah diamati.

b. Siswa mengidentifikasi benda ataupun alat peraga yang telah diamati.

Elaborasi Fase 2: Observasi

a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok setiap kelompok maksimal terdiri dari 5 siswa.

b. Guru membagikan alat dan bahan atau siswa mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan percobaan sesuai meteri atau topik yang telah

diberikan.

c. Kelompok melakukan percobaan sesuai LKS pada masing-masing kelompok.

d. Siswa mengamati percobaan yang telah dilakukan oleh masing- masing kelompok.

Fase 3: Pengumpulan data

Masing-masing kelompok mencatat informasi sesuai dengan percobaan yang dilakukan.

Fase 4: Verifikasi data

Siswa melakukan pencermatan data (mengasosiasi) yang diperoleh melalui percobaan yang dilakukan.

Fase 5: Generalisasi

Siswa menyimpulkan data atau informasi sesuai dengan percobaan yang dilakukan, kemudian melakukan presentasi untuk menyampaikan data atau informasi yang telah diperoleh.

Konfirmasi

a. Guru meluruskan konsep yang deiperoleh siswa terkait dengan materi yang dipelajari.

b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.

c. Guru memberikan umpan balik dan penguatan.

c. Penutup

a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang telah dipelajari.

b. Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui berhasil tidaknya dalam pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa langkah-langkah discovery learning dalam pembelajaran IPA yaitu kegiatan persiapan (menyampaikan materi, alat, dan bahan percobaan, persiapan LKS atau penilaian yang akan dilakukan untuk mengetahui keberhasilan siswa ataupun guru terhadap materi yang telah dipelajari), dan kegiatan pelaksanaan mencakup kegiatan pembukaan/pendahuluan (apresiasi, motivasi, penyampaian tujuan), kegiatan inti (penjelasan materi, pembagian kelompok, stimulasi, observasi, pengumpilan data, verivikasi data, generalisasi), kegiatan penutup (merangkum, menarik kesimpulan, mengadakan evaluasi atau tes, tindak lanjut).

Berdasarkan pengertian, tujuan, karakteristik, kelebihan dan kelemahan serta langkah-langkah pembelajaran discovery learning yang telah dipaparkan di halaman sebelumnya maka dapat dinyatakan bahwa metode discovery learning penting diterapkan dalam pembelajaran IPA untuk melibatkan siswa aktif dan Berdasarkan pengertian, tujuan, karakteristik, kelebihan dan kelemahan serta langkah-langkah pembelajaran discovery learning yang telah dipaparkan di halaman sebelumnya maka dapat dinyatakan bahwa metode discovery learning penting diterapkan dalam pembelajaran IPA untuk melibatkan siswa aktif dan

2.1.3. Hasil Belajar

2.1.3.1. Pengertian Hasil Belajar

Dunia pendidikan selalu berkaitan dengan belajar dan hasil belajar. Menurut Rusman (2012:123) “hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang dipeloreh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik ”. Hal tersebut senada dengan pendapat Omar Hamalik (2002:45) yang menyatakan bahwa “hasil belajar dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perubahan perilaku ”. Menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum Jamil, 2014:37) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner performance) ”.

Uraian yang telah dipaparkan tentang pengertian hasil belajar di atas, menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan- kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Reigeluth (Suprihatiningrum Jamil, 2014:38) berpendapat bahwa

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan karakteristik Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 B

0 1 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD N

0 0 32

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS CTL REFLEKSI SISWA KELAS 5 SD NEGERI SEPAKUNG 03 BANYUBIRU SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sepakung 03 Banyubiru Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 96

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Blotongan 01 Salatiga Tahu

0 0 14

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Blotongan 01 Salatiga

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Blotongan

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Blotongan 01 Salatiga Tahun 2014/2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Blotongan 01 Salatiga Tahun 2014/2015

0 0 61

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Penggunaan Metode Discovery Learning terhadap Pencapaian Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Bringin 01 Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 8