Analisis kinerja keuangan pemerintah kota berdasarkan rasio keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) : studi kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta.

(1)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BERDASARKAN RASIO KEUANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Theodora Sekar Andhika NIM: 092114107

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

i

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BERDASARKAN RASIO KEUANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Theodora Sekar Andhika NIM: 092114107

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

ii

Skripsi

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BERDASARKAN RASIO KEUANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta

Oleh:

Theodora Sekar Andhika NIM: 092114107

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si,.Akt., QIA Tanggal: 5 Juli 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

iii

Skripsi

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BERDASARKAN RASIO KEUANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta

Dipersiapkandanditulisoleh: Theodora Sekar Andhika

NIM: 092114107

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada Tanggal 29 Juli 2013

Dan dinyatakan memenuhi syarat Susunan Dewan Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si.,Akt., QIA .……… Sekretaris Lisia Apriani, S.E., Ak.,M.Si., QIA ………. Anggota Ir. Drs. Hansiadi Yuli H, M.Si,.Akt., QIA ………. Anggota Drs. YP.Supardiyono, M.Si.,Akt., QIA ………. Anggota Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si.,Akt., QIA ……….

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Dekan


(5)

iv

Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If you love what you are doing, you will be successful.

(Albert Schweitzer )

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan,

Selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya

(Alexander Pope)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Sang penolongku Ibuku Maria Swamin T, Mas Pandhu dan Adikku Galih Sayangku Yossafat Reinas dan keluarga Serta teman-temanku semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BERDASARKAN

RASIO KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 29 Juli 2013 adalah

hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Berdasarkan Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (APBD)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Akt.selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Segenap dosen Program Studi Akuntansi yang telah membagikan ilmunya kepada penulis selama menjalani kuliah di Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(8)

vii

4. Drs. Kadri Renggono, M.Si. selaku Kepala Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta.

5. Dra. Sukamiasih selaku sekretaris Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta.

6. Sulistyawati, S.E., M.Si. selaku Kepala Bidang Pelaporan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta.

7. Eko Suryanto, BA. selaku Staf Bidang Pelaporan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta.

8. Sri Sulawesti Kombar, B.Sc. selaku Kepala Seksi Pembiayaan Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta.

9. Devi Rahmawati, S.E. selaku Kepala Seksi Akuntansi Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta.

10.Ibuku Maria Swamin T, Kakakku Mas Pandhu, dan Adekku Galeh yang selalu memberikan doa, perhatian dan kasih sayang serta semangat untukku.

11.Sayangku Yossafat Reinas yang selalu mendampingi, menemani dan memberikan motivasi untukku, serta cinta dan kasih sayang yang selalu diberikan untukku.

12.Teman-teman MPTku: tika, aster, tota, chika, mbok sum, vani, ayu bola, siska, dea yang selalu memberi semangat untukku dan telah menjadi bagian dalam kebersamaan kita.

13.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(9)

viii

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.Oleh sebab itu, dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran dari pembaca yang berguna sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.Penuis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 5 Juli 2013

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KARYA TULIS ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Kinerja ... 7

1. Pengertian Kinerja ... 7

2. Tujuan Pengukuran Kinerja ... 7

3. Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah ... 8

B. Laporan Keuangan Daerah ... 9

1. Pengertian Laporan Keuangan Daerah ... 9

2. Tujuan Laporan Keuangan Daerah ... 11

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 12

4. Laporan Realisasi Anggaran ... 15

C. Analisis Rasio Keuangan APBD ... 16

D. Penelitian Terdahulu ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Subjek dan Objek Penelitian………. 27

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 27


(11)

x

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KEUANGAN DAERAH ... 36

A. Sejarah Kota Yogyakarta ... 36

B. Kondisi Geografis ... 41

C. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 43

D. Organisasi Pemerintah Daerah ... 45

E. Sosial ... 48

F. Pertanian ... 50

G. Perekonomian ... 53

H. Keuangan dan Harga-harga ... 55

I. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 57

J. Pendapatan Daerah ... 57

K. Belanja Daerah ... 66

L. Pembiayaan Daerah ... 67

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Rasio Kemandirian ... 68

B. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah ... 76

C. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Rasio Aktivitas dengan Menggunakan Rasio Keserasian……… .. 83

D. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dariDebt Service Coverage Ratio……… 95

E. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Rasio Pertumbuhan ... 100

F. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Derajat Desentralisasi ... 106

G. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah ... 112

H. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Rasio Efektivitas Pajak Daerah ... 118

I. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Derajat Kontribusi BUMD ... 123

J. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Rasio Efisiensi Belanja Daerah ... 128

K. Perkembangan Keuangan Kota Yogyakarta Ditinjau dari Rasio Belanja Daerah terhadap PDRB ... 134

BAB VI PENUTUP ... 138

A. Kesimpulan ... 138

B. Keterbatasan Penelitian ... 141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(12)

xi

C. Saran ... 142 DAFTAR PUSTAKA ... 144 LAMPIRAN ... 146


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Realisasi PAD Kota Yogyakarta tahun 2007 – 2011 ... 70 Tabel 5.2 Realisasi Total Penjumlahan Dana Perimbangan dan Pinjaman

Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 71 Tabel 5.3 Rasio Kemandirian Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 72 Tabel 5.4 Trend Rasio Kemandirian Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 74 Tabel 5.5 Target PAD Kota Yogyakarta Tahun 2007- 2011 ... 78 Tabel 5.6 Rasio Efektivitas Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 78 Tabel 5.7 Trend Rasio Efektivitas PAD Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 80 Tabel 5.8 Total Belanja Rutin/Operasi Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 85 Tabel 5.9 Rasio Belanja Rutin/Operasi Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 85 Tabel 5.10 Rasio Belanja Modal /Pembangunan Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 87 Tabel 5.11 Total Belanja Modal/Pembangunan Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 89 Tabel 5.12 Trend Rasio Belanja Rutin/Operasi terhadap APBD Kota

Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 90 Tabel 5.13 Trend Rasio Belanja Modal/Pembangunan terhadap APBD Kota

Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 91 Tabel 5.14 Total Penjumlahan PAD Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi

Umum Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 95 Tabel 5.15 Total (PAD + DBH + DAU) – Belanja Wajib Kota Yogyakarta

Tahun 2007 -2011 ... 96 Tabel 5.16 Total Penjumlahan Angsuran Pokok Pinjaman, Bunga,

dan Biaya Lain-lain Kota Yogyakarta tahun 2007 – 2011 ... 96 Tabel 5.17 Debt Service Coverage Ratio Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 97 Tabel 5.18 Trend Debt Service Coverage Ratio Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 98 Tabel 5.19 Rasio Pertumbuhan Kota Yogyakarta Tahun 2007 -2011 ... 103 Tabel 5.20 Derajat Desentralisasi Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 107 Tabel 5.21 Trend Derajat Desentralisasi Kota Yogyakarta Tahun 2007 –

2011 ... 109 Tabel 5.22 Total Penerimaan Daerah Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 110 Tabel 5.23 Trend Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Kota

Yogyakarta Tahun 2007 -2011 ... 114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(14)

xiii

Tabel 5.24 Jumlah Pendapatan Transfer-Dana Perimbangan Kota

Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 116 Tabel 5.25 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 116 Tabel 5.26 Rasio Efektivitas Pajak Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2007 –

2011 ... 118 Tabel 5.27 Trend Rasio Efektivitas Pajak Daerah Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 121 Tabel 5.28 Trend Derajat Kontribusi BUMD Kota Yogyakarta Tahun 2007 –

2011 ... 125 Tabel 5.29 Realisasi Penerimaan Bagian Laba BUMD Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 126 Tabel 5.30 Derajat Kontribusi BUMD Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 126 Tabel 5.31 Rasio Efisiensi Belanja Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2007 –

2011 ... 129 Tabel 5.32 Trend Rasio Efisiensi Belanja Daerah Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 130 Tabel 5.33 Total Realisasi Belanja Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2007 –

2011 ... 132 Tabel 5.34 Total Anggaran Belanja Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2007 –

2011 ... 132 Tabel 5.35 Rasio Belanja Daerah Terhadap PDRB Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 134 Tabel 5.36 Trend Rasio Belanja Daerah Terhadap PDRB Kota Yogyakarta


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 5.1 Diagram Rasio Kemandirian Kota Yogyakarta Tahun 2007 –

2011 ... 72 Gambar 5.2 Grafik Trend Rasio Kemandirian Kota Yogyakarta Tahun

2007 - 2011 ... 75 Gambar 5.3 Diagram Rasio Efektivitas Kota Yogyakarta Tahun 2007 –

2011 ... 77 Gambar 5.4 Grafik Trend Rasio Efektivitas PAD Kota Yogyakarta Tahun

2001 – 2011 ... 81 Gambar 5.5 Diagram Rasio Belanja Rutin terhadap APBD Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 86 Gambar 5.6 Diagram Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD Kota

Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 88 Gambar 5.7 Grafik Trend Rasio Belanja Rutin terhadap APBD Kota

Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 91 Gambar 5.8 Grafik Trend Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD Kota

Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 92 Gambar 5.9 Diagram Debt Service Coverage Ratio Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 98 Gambar 5.10 Grafik Trend Debt Service Coverage Ratio Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 99 Gambar 5.11 Diagram Rasio Pertumbuhan Kota Yogyakarta Tahun 2007 –

2011 ... 102 Gambar 5.12 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 104 Gambar 5.13 Diagram Derajat Desentralisasi Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 108 Gambar 5.14 Grafik Trend Derajat Desentralisasi Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 109 Gambar 5.15 Diagram Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Kota

Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 113 Gambar 5.16 Grafik Trend Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Kota

Yogyakarta Tahun 2007 – 2011 ... 115 Gambar 5.17 Diagram Rasio Efektivitas Pajak Daerah Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 120 Gambar 5.18 Grafik Trend Rasio Efektivitas Pajak Daerah Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 121 Gambar 5.19 Grafik Trend Derajat Kontribusi BUMD Kota Yogyakarta

Tahun 2007 –2011 ... 125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(16)

xv

Gambar 5.20 Diagram Derajat Kontribusi BUMD Kota Yogyakarta Tahun

2007 – 2011 ... 128 Gambar 5.21 Diagram Rasio Efisiensi Belanja Daerah Kota Yogyakarta

Tahun 2007 -2011 ... 131 Gambar 5.22 Grafik Trend Rasio Efisiensi Belanja Daerah Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 131 Gambar 5.23 Diagram Rasio Belanja Daerah terhadap PDRB Kota Yogyakarta

Tahun 2007 – 2011 ... 135 Gambar 5.24 Grafik Trend Rasio Belanja Daerah terhadap PDRB Kota


(17)

xvi

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BERDASARKAN RASIO KEUANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta

Theodora Sekar Andhika NIM: 092114107 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kinerja keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun anggaran 2007 – 2011. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Analisis rasio keuangan digunakan untuk menghitung rasio kemandirian, rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), rasio aktivitas, Debt Service Coverage Ratio (DSCR), rasio pertumbuhan, derajat desentralisasi, rasio ketergantungan keuangan daerah, rasio efektivitas pajak daerah, derajat kontribusi BUMD, rasio efisiensi belanja daerah, dan rasio belanja daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Hasil penelitian menunjukkan rasio kemandirian, rasio belanja operasi terhadap APBD, DSCR, rasio pertumbuhan PAD dan pertumbuhan penerimaan daerah, derajat desentralisasi, rasio efektivitas pajak daerah, rasio efisiensi belanja daerah dan rasio belanja daerah terhadap PDRB memiliki kecenderungan meningkat. Sementara itu rasio efektivitas PAD, rasio belanja modal terhadap APBD, rasio pertumbuhan belanja operasi dan pertumbuhan belanja modal, rasio ketergantungan keuangan daerah, dan derajat kontribusi BUMD menunjukkan kecenderungan menurun.

Kata kunci: kinerja keuangan daerah, analisis rasio keuangan, APBD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(18)

xvii

ABSTRACT

ANALYSIS OF MUNICIPAL GOVERNMENT FINANCIAL PERFORMANCE BASED ON THE REGIONAL REVENUE AND

EXPENDITURE BUDGET FINANCIAL RATIO A Case Study at Municipality Government of Yogyakarta

Theodora Sekar Andhika NIM: 092114107 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to determine the financial performance trend of Yogyakarta Municipality Government for the years 2007 – 2011. The type of this research is a case study. The data collecting techniques used in this research are documention and interview. Financial statement analysis was used to calculate the autonomy ratio, PAD effectiveness ratio, activity ratio, Debt Service Coverage Ratio (DSCR), growth ratio, decentralization degree, dependency of regional financial ratio, effectiveness of regional tax ratio, BUMD contribution degree, efficiency of regional expenditure ratio, and regional expenditure to PDRB ratio.

The result shaowed that autonomy ratio, operation expenditure to APBD ratio, DSCR, PAD growth ratio and growth of regional income ratio, decentralization degree, effectiveness of regional tax ratio, efficiency of regional expenditure ratio and regional expenditure to PDRB ratio have a tendency to increase. On the other hand PAD effectiveness ratio, capital expenditure to APBD ratio, growth of operation expenditure ratio and growth of capital expenditure, dependency of regional financial ratio, and BUMD contribution degree have a tendency to decline.


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada ketidakpuasan.Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap pertanggungjawaban yang diberikan oleh penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Dengan kata lain, kinerja instnsi pemerintah kini lebih banyak mendapat sorotan, karena masyarakat mulai mempertanyakan manfaat yang mereka peroleh atas pelayanan instansi pemerintah (Mahsun, 2006: 26).

Kondisi ini mendorong peningkatan kebutuhan adanya suatu pengukuran kinerja terhadap para penyelenggara negara yang telah menerima amanat dari rakyat. Pengukuran tersebut akan melihat seberapa jauh kinerja yang telah dihasilkan dalam suatu periode tertentu dibandingkan dengan yang telah direncanakan (Mahsun,2006: 26).

Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam pelayanan publik yang lebih banyak, yaitu bukan sekedar kemampuan menunjukan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara efesien dan efektif (Mardiasmo, 2002:121).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(20)

Pengelolaan pemerintah daerah baik di tingkat propinsi maupun kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004 dan No. 33 Tahun 2004, kedua UU ini mengatur tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai revisi UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah menetapkan bahwa pemerintah dilaksanakan berdasarkan atas asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan, maka dalam rangka desentralisasi dibentuk dan disusun pemerintah propinsi dan pemerintah kota sebagai daerah otonomi. Selain itu, UU Nomor 33 Tahun 2004, sebagai revisi UU Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara pusat dan daerah akan dapat memberikan kewenangan atau otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara proporsional (Diani, 2010: 1-2).

Hal tersebut diimplementasikan dengan memberikan otonomi kepada daerah maupun kota untuk mengatur dan mengelola pembangunan dan keuangan di daerahnya masing-masing. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan termuat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas pembangunan.Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan yang efektif dan efisien mampu mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan pemerataan dan keadilan dengan


(21)

3

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah (Diani, 2010: 2).

Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk menilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak.Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan (Halim, 2002).

Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan (Mahmudi 2007: 9). Terdapat beberapa metode dalam analisis laporan keuangan dan salah satunya adalah analisis rasio keuangan.Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis laporan keuangan yang banyak digunakan karena dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembanding yang menunjukkan kondisi atau kecenderunagn yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat komponen rasio itu sendiri (Mahsun, 2006: 140).Analisis rasio keuangan APBD diharapkan dapat menjadi suatu alat ukur untuk menilai kemandirian keuangan daerah dalam menghargai penyelenggaraan otonomi daerah serta dapat melihat pertumbuhan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(22)

perkembangan pendanaan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu (Diani, 2010: 3).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta berdasarkan rasio keuangan APBD tahun 2007 – 2011?

C. Batasan Masalah

Penilaian kinerja suatu pemerintah daerah/kota meliputi banyak aspek, di antaranya aspek finansial, aspek kepuasan pelanggan, operasi dan bisnis internal, kepuasan pegawai, kepuasan komunitas dan shareholders/stakeholders, dan waktu (Bastian, 2006: 276).Aspek finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.Aspek finansial ini sangat penting diperhatikan dalam pengukuran kinerja untuk mengetahui selisih antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan.Dalam hal ini penulis ingin lebih fokus pada bidang yang ditekuni penulis yaitu keuangan.Oleh sebab itu, penulis membatasi pada aspek finansial saja dalam mengukur kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan kinerja keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta berdasarkan rasio keuangan APBD tahun 2007 - 2011.


(23)

5

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan koreksi untuk meningkatkan kinerja keuangannya pada tahun berikutnya.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi pihak-pihak yang ingin memperdalam pengetahuan tentang keuangan daerah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya yang meneliti pada bidang yang sama, yaitu bidang pemerintahan.

F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Pada babini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian untuk dijdikan dasar dalam menganalisis data yang diperoleh. Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(24)

yang diperlukan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan penulis untuk menjawab permasalahan yang ada. Bab IV Gambaran Umum

Pada bab ini akan diuraikan mengenai sejarah Kota Yogyakarta, kondisi geografis, penduduk dan tenaga kerja, organisasi pemerintah daerah, sosial, pertanian, perekonomian, keuangan dan harga-harga, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Yogyakarta.

Bab V Analisis Dan Pembahasan

Bab ini berisi analisis data dan pembahasan dengan menggunakan metode dan teknik sesuai dengan metode penelitian

Bab VI Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh analisis dan pembahasan dari hasil penelitian, keterbatasan dalam penelitian, dan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian ini dan peneliti selanjutnya.


(25)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur (Halim, 2007: D-8). Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan visi dan misi organisasi (Bastian, 2006: 274).

Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target-target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya (Mahsun,2006: 25).

2. Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Mahmudi (2010:14), pengukuran kinerja merupakan bagian penting dari proses pengendalian manajemen, baik organisasi publik maupun swasta. Namun karena sifat dan karakteristik organisasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(26)

sektor publik berbeda dengan sektor swasta, penekanan dan orientasi pengukuran kinerjanya pun terdapat perbedaan. Tujuan dilakukan penilaian kinerja di sektor publik adalah:

a) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi b) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai c) Memperbaiki kinerja periode berikutnya

d) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward dan punishment

e) Memotivasi pegawai

f) Menciptakan akuntabilitas publik 3. Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut Whittaker (1993), dalam Government performance and Results Act, A Mandate for Strategic Planning and Performance Measurement dalam Bastian (2006: 275), pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Mahsun, 2006: 25).


(27)

9

Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah (Pemda) harus mencakup pengukuran kinerja keuangan dan nonkeuangan. Hal ini terkait dengan tujuan organisasi. Pemda yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat, mengumpulkan dan mengalokasikan atau mendistribusikan sumber daya (Mahsun, 2006: 196).

Indikator kinerja Pemda meliputi indikator input, indikator proses, indikator output, indikator outcome, indikator benefit, dan indikator impact(Mahsun, 2006: 196). Indikator kinerja pemerintah daerah meliputi perbandingan antara anggaran dan realisasinya, perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya dan target serta prosentase fisik proyek (Halim, 2007: 3).

B. Laporan Keuangan Daerah

1. Pengertian Laporan Keuangan Daerah

Menurut Halim (2007: D-8), laporan keuangan daerah adalah informasi keuangan yang disusun oleh suatu pemerintah daerah yang terutama ditujukan bagi kepentingan luar pihak pemerintah daerah tersebut. Menurut pasal 169 ayat 2g Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Laporan Keuangan Daerah terdiri atas:

a) Laporan Realisasi Anggaran b) Neraca

c) Laporan Arus Kas

d) Catatan atas Laporan Keuangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(28)

Laporan keuangan tersebut juga sesuai dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP, setelah adanya perubahan atas Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Laporan Keuangannya terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan (Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006: 30).

Pada tahun 2005 dan 2006 bentuk APBD menganut pada Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 dan mulai tahun 2007 mengacu pada PP Nomor 24 tahun 2005 tentang SAP. Disebutkan dalam buku yang ditulis oleh Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik (2006: 29) bahwa Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 lebih banyak mengatur sistem akuntansi pemerintah daerah dan PP Nomor 24 Tahun 2005 mengatur standar akuntansi yaitu SAP. Perbedaan mendasar yang pertama adalah pada pengelompokan belanja.

Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah yaitu:

a) Masyarakat

b) Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa c) Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,

dan pinjaman d) Pemerintah.


(29)

11

2. Tujuan Laporan Keuangan Daerah

Dalam Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2005 tentang SAP, laporan keuangan pemerintah ditujukan untuk memenuhi tujuan umum pelaporan keuangan, namun tidak untuk memenuhi kebutuhan khusus pemakainya. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Mardismo (2002) dalam Nordiawan (2006: 131-132) menyebutkan bahwa tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik adalah untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, memberikan dasar perencanaan dan kebijakan serta aktivitas di masa yang akan datang, serta membantu dalam menentukan apakah suatu organisasi untuk menjalankan kegiatan operasionalnya di masa yang akan datang.

Dalam SFAC (Statement of Financial Accounting Concept) No.4: Objective of Financial Reporting by Nonbussines Organization

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(30)

dalam Nordiawan (2006: 132-133) menjelaskan tujuan laporan keuangan sektor publik adalah laporan keuangan organisasi nonbisnis yang hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan pengguna dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya ekonomi, dalam menilai pelayanan, dalam menilai kinerja manajer organisasi atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan dan yang lainnya. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, kekayaan organisasi, kinerja organisasi, pelaksanaan pembelanjaan kas, dan untuk membantu dalam memahami informasi keuangan.

3. Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah(APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah daftar yang memuat rincian penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja daerah selama satu tahun yang ditetapkan dengan peraturan daerah (perda) untuk masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember (Mahsun, et.all, 2011: 81).

APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.Dalam menyusun APBD, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.Penyusunan Rancangan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah


(31)

13

Daerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antargenerasi, sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan cadangan, dan peningkatan jaminan sosial (Mahsun, et.all, 2011: 82).

Menurut Basuki (2007: 47-48), dalam struktur APBD terdapat beberapa pengertian sebagai berikut:

a) Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. b) Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. c) Pendapatan yang tercantum dalam APBD adalah semua

penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. d) Belanja daerah yang tercantum dalam APBD adalah semua

pengeluaran dari rekening kas umum daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(32)

e) Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

APBD merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari: a) Pendapatan Daerah

b) Belanja Daerah c) Pembiayaan Daerah

Anggaran Daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah.Sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dan berbagai unit kerja (Mardiasmo, 2002: 9).

Fungsi APBD menurut Memesah (1995: 18) adalah sebagai berikut: a) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan pada rakyat daerah


(33)

15

b) Merupakan suatu sarana untuk mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.

c) Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan kepala daerah khususnya, karena APBD itu menggambarkan seluruh kebijakan pemerintah daerah.

d) Merupakan suatu sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap daerah dengan cara yang lebih mudah dan berhasil guna. e) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah di dalam

batas-batas tertentu. 4. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan dalam APBD di awal periode dengan jumlah yang telah terealisasi dalam APBD di akhir periode (Bastian, 2003: 181).

Dalam Lampiran II PP RI Nomor 24 Tahun 2005 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemrintahan, Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(34)

Menurut Mahsun (2011: 83) elemen atau komponen Laporan Realisasi Anggaran yaitu:

a) Pendapatan

Pendapatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

b) Belanja

Belanja terdiri dari Belanja Aparatur daerah, Belanja Pelayanan Publik, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan Belanja Tak Tersangka.

c) Pembiayaan

Pembiayaan meliputi Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.

C. Analisis Rasio Keuangan APBD

Beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD menurut Halim adalah sebagai berikut:

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian keuangan daerah menunujukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio ini dihitung dengan rumus:


(35)

17

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

X 100% Bantuan Pemerintah Pusat/Propinsi dan Pinjaman

Rasio ini menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap sumber pendanaan eksternal.Semakin tinggi angka rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal semakin rendah, dan sebaliknya (Halim, 2007: 232).

2. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Rasio ini dirumuskan:

Realisasi Penerimaan PAD

X 100%

Target Penerimaan PAD yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar satu atau 100%.Semakin tinggi rasio efektivitas, maka kemampuan daerah semakin baik (Halim, 2007: 234).

Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Rasio ini dirumuskan:

Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD

X 100%

Realisasi Penerimaan PAD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja semakin baik.Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau tidak (Halim, 2007: 234).

3. Rasio Aktivitas dengan menggunakan Rasio Keserasian

Rasio aktivitas menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Rasio ini dihitung dengan rumus:

a) Rasio Belanja Rutin terhadap APBD Total Belanja Rutin

X 100%

Total APBD

b) Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD Total Belanja Pembangunan

X 100% Total APBD

Semakin tinggi prosentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti prosentase untuk belanja pembangunan yang digunakan untuk sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil (Halim, 2007: 236)

4. Penyerapan Dana per Triwulan

Penyerapan dana per triwulan menggambarkan kemampuan


(37)

19

mempertanggungjawabkan secara periodik kegiatan yang direncanakan pada masing-masing triwulan. Apabila realisasi penerimaan pendapatan per triwulan dikurangi realisasi pengeluaran per triwulan terjadi surplus dan sementara penyerapan dana untuk pengeluaran terbesar tejadi pada periode triwulan terakhir, berarti beban kerja pelaksanaan pembangunan terpusat pada triwulan terakhir (Halim, 2007: 236).

5. Debt Service Coverage Ratio (DSCR)

DSCR merupakan perbandingan antara penjumlahan PAD, Bagian Daerah (BD), Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi Belanja Wajib (BW), dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga, dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo. DSCR dirumuskan sebagai berikut:

(PAD + BD + DAU) – BW

Total (Pokok Angsuran + Bunga + Biaya Pinjaman)

BD dalam APBD dan laporan realisasinya adalah bagi hasil pajak maupun non pajak.Sedangkan Belanja Wajib merupakan Dana Alokasi Khusus ditambah dengan Belanja Rutin (DAK + belanja rutin) (Halim, 2007: 238).

6. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapainya dari periode ke periode berikutnya.Rasio ini dihitung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(38)

dengan membandingkan angka-angka APBD dari tahun ke tahun, sehingga nampak perbedaan kenaikan atau penurunan dari perbandingan tersebut.

Sedangkan macam-macam analisis rasio keuangan menurut Mahmudi adalah:

1. Derajat Desentralisasi

Derajat desentralisasi menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi (Mahmudi, 2010: 142).

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah (PAD)

X 100%

Total Pendapatan Daerah

2. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Rasio ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh daerah dengan total penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat/provinsi (Mahmudi, 2010: 142).

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Pendapatan Transfer/Dana Perimbangan

X100%


(39)

21

3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian keuangan daerah dihitung dengan membandingkan jumlah penerimaan PAD dibagi dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan propinsi serta pinjaman daerah (Mahmudi, 2010: 142). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

PAD

X 100%

Transfer Pusat + Provinsi + Pinjaman 4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi PAD

Rasio efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan. Kemampuan memperoleh PAD dikatakan efektif apabila rasio ini mencapai minimal 1 atau 100% (Mahmudi, 2010: 143). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Realisasi Penerimaan PAD

X 100% Target Penerimaan PAD

Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan PAD dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 100%. Rasio efisiensi dirumuskan sebagai berikut:

Biaya Pemerolehan PAD

X 100% Realisasi Penerimaan PAD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

5. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pajak Daerah

Rasio efektivitas pajak daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan pajak daerah yang ditargetkan. Rasio ini dianggap baik apabila mencapai angka minimal 1 atau 100% (Mahmudi, 2010: 144) Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

X 100% Target Penerimaan Pajak Daerah

Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pajak daerah dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 100%.Semakin kecil rasio efisiensi maka semakin baik. Rasio efisiensi pajak daerah dirumuskan sebagai berikut:

Biaya Pemungutan Pajak Daerah

X 100% Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

6. Derajat Kontribusi BUMD

Derajat kontribusi BUMD bermanfaat untuk mengetahui tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam mendukung pendapatan daerah (Mahmudi, 2010: 145).

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Penerimaan Bagian Laba BUMD

X 100% Penerimaan PAD


(41)

23

7. Debt Service Coverage Ratio (DSCR)

Rasio DSCR sangat diperlukan apabila pemerintah daerah berencana untuk mengadakan utang jangka panjang.Rasio ini untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar kembali pinjaman daerah (Mahmudi, 2010: 145).

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

{PAD + (DBH – DBHDR) + DAU} – belanja wajib Angsuran Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain-lain Ket :

DBH : Dana Bagi Hasil yang merupakan bagian dari PBB, BPHTB, dan Bagi Hasil SDA

DBHDR : Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi

Belanja Wajib : belanja pegawai dan belanja anggota DPRD Belanja Lain : biaya terkait pengadan pinjaman antara lain Biaya Administrasi, Biaya Provisi, Biaya Komitmen, Asuransi dan Denda.

Berdasarkan rasio ini, pemerintah daerah layak untuk melakukan pinjaman daerah apabila nilai DSCR nya minimal 2,5 dan jika nilai DSCR kurang dari 1, maka hal itu mengindikasikan terjadinya arus kas negative yang berarti pendapatan tidak cukup untuk menutup seluruh beban utang (Mahmudi, 2010: 146).

8. Debt Service Ratio (DSR)

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar kembali pinjaman daerah meliputi pokok dan bunganya dengan pendapatan daerah yang dimilikinya.Rasio ini dapat digunakan untuk mendukung analisis DSCR (Mahmudi, 2010: 148).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(42)

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Total Pendapatan Daerah

X100% Pokok Pinjaman + Bunga

9. Rasio Utang terhadap Pendapatan Daerah

Rasio utang terhadap pendapatan daerah sangat bermanfaat bagi pihak eksternal terutama calon kreditor untuk menilai kemampuan pemerintah daerah dalam mengembalikan pinjaman (Mahmudi, 2010: 149).

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Total Utang Pemerintah Daerah

X 100%

Total Pendapatan Daerah

10.Rasio Efisiensi Belanja

Rasio efisiensi belanja digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.Angka yang dihasilkan dari perhitungan rasio ini tidak bersifat absolute, tetapi relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%, sebaliknya jika lebih maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran (Mahmudi. 2010; 166).

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Realisasi Belanja

X 100% Anggaran Belanja


(43)

25

11.Rasio Belanja terhadap PDRB

Rasio belanja terhadap PDRB merupakan perbandingan antara total belanja daerah dengan PDRB yang dihasilkan daerah. Rasio ini menunjukkan produktivitas dan efektivitas belanja daerah (Mahmudi, 2010: 166).Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Total Realisasi Belanja Daerah

X 100%

Total PDRB D. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis rasio keuangan APBD antara lain dilakukan oleh Valentina (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Rasio Kemandirian Kota Yogyakarta yang diukur melalui PAD hanya mencapai rata-rata sebesar 17,37% untuk setiap tahun dan mengalami penurunan tiap tahun sebesar 1,5%. Kondisi ini menunjukkan kemandirian Kota Yogyakarta masih jauh dari yang diharapkan (2) Rasio efektivitas pemungutan PAD Kota Yogyakarta mencapai rata-rata sebesar 105,51% dengan peningkatan sebesar 1,89% tiap tahun. Kondisi ini menunjukkan pemungutan PAD sudah efektif. Sedangkan rasio efisiensi pemungutan PAD mencapai rata-rata sebesar 1,57% tiap tahun. Penurunan rasio efisiensi sebesar 0,08% menunjukkan pemungutan PAD semakin efisien tiap tahunnya (3) Rasio pertumbuhan APBD pada tahun 2005 – 2007 cenderung mengalami peningkatan, kecuali pada komponen total pendapatan mengalami penurunan sebesar 13,82% dan komponen belanja tidak tersangka yang mengalami penurunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(44)

sebesar 501,8% (4) DSCR pada tahun 2005 – 2007 menunjukkan Pemerintah daerah dilihat dari kemampuan keungannya layak untuk melakukan pinjaman, yaitu pada tahun 2005 sebesar 23,69, tahun 2006 sebesar 145,27, dan tahun 2007 sebesar 22,83%.

Penelitian lain dilakukan oleh Khoirul Furqon (2008) dengan judul “Analisis Rasio sebagai Salah Satu Alat untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang”. Penelitian tersebut menunjukkan rasio kemandirian tahun 2001 – 2005 cenderung tinggi atau baik.Dari perhitungan rasio efisiensi, rasionya cenderung naik, jadi kinerja pemerintah dalam mengeluarkan biaya untuk memperoleh PAD kurang efisien karena terjadi kenaikan. Ditinjau dari rasio aktivitas/keserasian pemda masih memprioritaskan anggaran dana belanja untuk belanja rutin daripada belanja pembangunan, tetapi pemda sudah memperhatikan sektor pembangunan yang mempunyai multiple effect dan pengaruh langsung terhadap peningkatan pendapatan daerah. Dan dilihat dari rasio pertumbuhan, untuk mendapatkan PAD belum maksimal karena terjadi penurunan pada dua tahun terakhir.


(45)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan dengan menganalisis rasio keuangan pemerintah dan APBD Pemerintah Kota Yogyakarta.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif.Pemilihan pendekatan penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku subjek penelitian. Hasil dari penelitian ini tidak dapat digunakan bagi pemerintah kota/kabupaten lain.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian ini adalah Dinas Peajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta.

2. Obyek penelitian ini adalah rasio keuangan APBD Pemerintah Kota Yogyakarta untuk tahun 2007-2011.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian dilaksanakan di Pemerintah Kota Yogyakarta 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2013 sampai

bulan Maret tahun 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(46)

D. Data yang Diperlukan

a. Gambaran umum Kota Yogyakarta

b. Laporan Realisasi APBD Tahun 2007 - 2011 E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan dan mempelajari tentang data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti antara lain: gambaran umum Pemerintah Kota Yogyakarta, target APBD, realisasi APBD, dan Laporan Realisasi Anggaran.

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan mengenai hal-hal yang tidak ditemui dalam metode pengumpulan data lain, misalnya kebijakan-kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta. F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Menghitung seluruh rasio keuangan APBD. a)Rasio KemandirianKeuangan Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) X 100% Bantuan Pemerintah Pusat/Propinsi dan Pinjaman


(47)

29

Dari hasil perhitungan tersebut, dapat ditarik kesimpulan dengan parameter (Halim, 2004: 188-189):

1) Apabila tingkat kemandirian 0% - 25% artinya kemampuan keuangan daerah tersebut rendah sekali dan menunjukkan pola hubungan instruktif, yaitu daerah tersebut sangat tergantung kepada pemerintah pusat yang tidak mampu melaksanakan otonomi.

2) Apabila tingkat kemandirian 25% - 50% artinya kemampuan keuangan daerah rendah dan menunjukkan pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat mulai berkurang, dengan demikian dianggap sedikit mampu melaksanakan otonomi daerah.

3) Apabila tingkat kemandirian 50% - 75%, artinya kemampuan keuangan daerah sedang dan menunjukkan pola hubungan partisipatif, yaitu peranan pemerintah pusat semakin berkurang. Dengan demikian daerah tersebut tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah.

4) Apabila tingkat kemandirian 75% - 100%, artinya kemampuan keuangan daerah tersebut tinggi dan menunjukkan pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(48)

b)Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah Rasio Efektivitas = Realisasi Penerimaan PAD

X100% Target Penerimaan PAD yang ditetapkan

berdasarkan potensi riil daerah

Untuk menentukan tingkat efektivitas tidaknya pungutan PAD digunakan asumsi (Halim, 2002: 129):

1) Apabila kontribusi keluaran yang dihasilkan (realisasi PAD) semakin besar terhadap nilai pencapaian sasaran (target PAD) maka dapat dikatakan kinerja pemungutan PAD semakin efektif.

2) Apabila kontribusi yang dihasilkan semakin kecil terhadap nilai pencapaian sasaran maka dapat dikatakan kinerja pemungutan PAD kurang efektif. Namun apabila rasio efektivitas mencapai 1 berarti daerah tersebut mampu menjalankan tugasnya dengan efektif.

Rasio = iyo

iyoBiaya yg dikeluarkan untuk memungut PAD

Efisiensi X 100% Realisasi Penerimaan PAD

Untuk menentukan tingkat efisiensi kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (100%) (Halim, 2002: 131).


(49)

31

c) Rasio Aktivitas dengan Menggunakan Rasio Keserasian Rasio Belanja Rutin terhadap APBD

Total Belanja Rutin

X 100% Total APBD

Rasio Belanja Pembangunan terhadap APBD Total belanja Pembangunan

X 100% Total APBD

Untuk menarik kesimpulan dari hasil perbandingan, prioritas terbesar di antara rasio di atas menunjukkan dana lebih diprioritaskan ke salah satu atau keduanya dengan range antara 1% - 100%. Apabila prioritas tertinggi untuk belanja rutin, artinya kinerja pemerintah daerah masih kurang mengutamakan kepentingan pembangunan masyarakatnya.

d)Debt Service Coverage Ratio

DSCR = (PAD + BD + DAU) – BW

Total (Pokok Angsuran + Bunga + Biaya Pinjaman)

Hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan rumus di atas merupakan angka maksimal apabila pemerintah daerah akan melakukan tambahan dana dari pinjaman pihak luar.

e) Rasio Pertumbuhan

Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(50)

yang telah dicapainya dari periode ke periode berikutnya (Halim, 2002: 135).

Untuk penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara melihat kenaikan atau penurunan pada masing-masing komponen pendapatan dan pengeluaran tiap tahunnya. Apabila ada kenaikan maka menunjukkan pertumbuhan positif dan kinerjanya baik, sebaliknya jika ada penurunan maka menunjukkan pertumbuhan negative atau kinerjanya tidak baik.

f) Derajat Desentralisasi

Derajat desentralisasi dihitung dengan menggunakan rumus: Pendapatan Asli Daerah (PAD)

X 100% Total Pendapatan Daerah

Dari hasil perhitungan dapat ditarik kesimpulan apabila kontribusi PAD terhadap total pendapatan menunjukkan persentase yang tinggi, berarti kemampuan pemertintah dalam menyelenggarakan desentralisasi adalah baik.

g)Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Rasio ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan menggunakan rumus:

Pendapatan Transfer/Dana Perimbangan

X 100% Total Pendapatan Daerah


(51)

33

Dalam penarikan kesimpulan dapat dilihat dari hasil perhitungan. Apabila rasio ketergantungan menunjukkan prosentase yang tinggi maka semakin besar pula tingkat ketergantungan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat maupun provinsi.

h)Rasio Efektivitas Pajak Daerah

Rasio efektivitas pajak daerah dihitung dengan menggunakan rumus:

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

X 100% Target Penerimaan Pajak Daerah

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat disimpulkan dengan cara melihat hasil rasio tersebut. Rasio ini dianggap baik apabila mencapai angka minimal 1 atau 100%. i) Derajat Kontribusi BUMD

Derajar kontribusi BUMD dihitung dengan menggunakan rumus: Penerimaan Bagian Laba BUMD

X 100% Penerimaan PAD

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat disimpulkan dengan cara melihat hasil rasio tersebut. Semakin tinggi rasio tersebut maka semakin baik pula tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam menambah Pendapatan Asli Daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(52)

j) Rasio Efisiensi Belanja Daerah

Rasio efisiensi belanja daerah dihitung dengan menggunakan rumus:

Realisasi Belanja

X 100% Anggaran Belanja

Angka yang dihasilkan dari perhitungan rasio ini tidak bersifat absolute, tetapi relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%, sebaliknya jika lebih dari 100% maka mengidikasikan telah terjadi pemborosan anggaran.

k)Rasio Belanja Daerah terhadap PDRB

Rasio belanja daerah terhadap PDRB dihitung dengan menggunakan rumus:

Total Realisasi Belanja Daerah

X 100% Total PDRB

Dapat disimpulkan apabila hasil dari perhitungan menggunakan rumus di atas menunjukkan persentase yang kecil maka kesenjangan antara pengeluaran belanja dengan periode yang diperoleh juga kecil.


(53)

35

2. Melakukan analisis trend untuk melihat kecenderungan masing-masing rasio keuangan dengan formula sebagai berikut:

Y’ = a + bX

Keterangan:

Y = Variabel rasio kemandirian

Y’ = Trend

a = Besarnya Y saat X = 0

b = Besarnya perubahan Y bila X mengalami perubahan 1 satuan

X = Waktu

3. Memaparkan hasil analisis dan menyimpulkan hasil perhitungan yang tersedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(54)

36

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KEUANGAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

A. Sejarah Kota Yogyakarta

Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi Perjanjian Gianti: Negara Mataram dibagi dua: setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah. Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan.

Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkanbahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu


(55)

37

diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755.

Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah hutan yang disebut Beringin. Di sana telah ada sebuah desa kecil bernama Pachetokan dan terdapat suatu pesanggrahan yang dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Setelah penetapan tersebut di atas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.

Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga.Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755.Dari tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang sedang dikerjakan.

Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan memasuki Istana Baru sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk berpindah dan menetap di Kraton yang baru. Peresmian nama terjadi pada tanggal 7 Oktober 1756.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(56)

Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan Beringin, suatu kawasan di antara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi tersebut nampak strategis menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu. Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945. Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional.

Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang pemerintahan massih tetap berada di tangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.


(57)

39

Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakarta.

Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr. Soedarisman Poerwokusumo yang kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap menjadi Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(58)

Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta.

Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Berdasarkan Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I yang dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya bagi beliau Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.

Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluarlah Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang


(59)

41

Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk Kotamadya Dati II Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk pemerintahannya disebut dengan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta sebagai Kepala Daerahnya.

B. Kondisi Geografis

1. Batas Wilayah

Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY

dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di

samping 4 daerah tingkat II lainnya yang berstatus kabupaten. Kota

Yogyakarta merupakan ibukota dari Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.Letaknya yang berada di tengah-tengah provinsi

menyebabkan daerah ini merupakan daerah yang strategis untuk

pemerintahan.Kota Yogyakarta dikelilingi oleh kabupaten-kabupaten

yang mengelilinginya. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah

Kabupaten Kulon Progo yang terletak di sebelah barat kota,

Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan dan barat daya dari kota,

Kabupaten Sleman yang terletak di sebelah utara, barat, maupun

timur, sedangkan Kabupaten Gunung Kidul terletak di sebelah timur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(60)

Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara

110o 24I 19II sampai 110o 28I 53II Bujur Timur dan 7o 15I 24II sampai

7o49I 26II Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 m diatas

permukaan laut.

2. Keadaan Alam

Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung Merapi, memiliki kemiringan lahan yang relatif datar antara 0-2% dan berada pada ketinggian rata-rata 114 meter dari permukaan air laut (dpa).Sebagian wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya (1.593 hektar) berada pada ketinggian antara 100-199 meter dpa.Sebagian besar jenis tanahnya adalah regosol.

Selama tahun 2011, penggunaan lahan paling banyak diperuntukkan bagi perumahan, yaitu sebesar 2.104,308 hektar dan bagian terkecil berupa lahan kosong seluas 20,113 hektar.

Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah

dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan

memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang

melintas di Kota Yogyakarta, yaitu: sebelah timur adalah Sungai

Gajah Wong, bagian tengah adalah Sungai Code, dan sebelah barat


(61)

43

3. Luas Wilayah

Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit

dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² atau

1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY. Dengan luas 3.250 hektar

tersebut Kota Yogyakarta terbagi menjadi 14 kecamatan, 45

kelurahan, 614 RW, dan 2.524 RT.

4. Iklim

Secara umum, rata-rata curah hujan tertinggi selama tahun

2011 terjadi pada bulan Januari, yaitu sebanyak 351,3 mm dan

terendah terjadi pada bulan Juni (1,5 mm). Rata-rata hari hujan per

bulan adalah 9,56 hari.

Kelembaban udara rata-rata cukup tinggi, tertinggi terjadi

pada bulan April sebesar 85 persen dan terendah pada bulan Agustus

sebesar 67,3 persen. Tekanan udara rata-rata 995,3 mb dan suhu udara

rata-rata 26ᴼC

C. Penduduk dan Tenaga Kerja

1. Penduduk

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk tahun 2010 tercatat 388.627 orang. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 48,67 persen laki-laki dan 51,33 persen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(62)

perempuan. Secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk laki-laki seperti tampak dari rasio jenis kelamin penduduk yang lebih kecil dari 100, yaitu sebesar 94,81 pada tahun 2010.

Jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2011 sebanyak 390.554 orang dengan rincian sebanyak 190.075 orang penduduk laki-laki dan 200.479 orang penduduk perempuan.

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 32,50 km2, kepadatan penduduk Kota Yogyakarta 12.017 jiwa per km2.

2. Tenaga Kerja

Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2011 sebanyak 8.372 orang yang terdiri dari 3.216 laki-laki dan 5.156 perempuan. Sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan Sarjana yaitu 73,8 persen, kemudian diikuti yang berpendidikan Diploma (12,3 persen). SMU (10,2 persen) dan sisanya (3,77 persen) berpendidikan S2, SMP, dan SD.


(63)

45

3. Transmigrasi

Jumlah transmigran dari Kota Yogyakarta pada tahun 2011 tercatat 25 kepala keluarga yang terdiri dari 88 jiwa. Para transmigran tersebut berasal dari hampir seluruh kecamatan kecuali kecamatan Pakualaman, Gondomanan dan Wirobrajan dan daerah penempatan terbanyak adalah Sumatra Utara.

D. Organisasi Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah adalah Kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya sebagai Badan Eksekutif daerah.Pemerintah Kota Yogyakarta dipimpin oleh seorang Walikota sebagai kepala eksekutif yang dibantu oleh seorang Wakil Walikota.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) adalah Badan Legislatif Daerah.DPRD Kota Yogyakarta masa bakti 2009-2014 terdiri dari 40 orang anggota berasal dari 5 fraksi.

Dengan mendasarkan pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah, kewenangan yang dimiliki dan kondisi serta potensi Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota Yogyakarta melaksanakan penataan ulang organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(64)

1. Sekretariat daerah, terdiri dari:

a. Sekretaris Daerah

b. Asisten Tata Praja, membidangi Bagian Tata Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian Organisasi

c. Asisten Pembangunan, membidangi Bagian Perekonomian dan Pendapatan Daerah, Bagian Pengendalian Pembangunan, Bagian Kesejahteraan Masyarakat dan Pengarusutamaan Gender.

d. Asisten Administrasi, membidangi Bagian Umum, Bagian Protokol dan Bagian Kerjasama.

2. Sekretariat DPRD

3. Dinas Daerah, terdiri dari:

a. Dinas Kesehatan b. Dinas Pendidikan

c. Dinas Lingkungan Hidup

d. Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah e. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi f. Dinas Kesejahteraan Sosial

g. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya h. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi i. Dinas Pengelolaan Pasar


(65)

47

k. Dinas Perhubungan l. Dinas Perizinan

4. Badan, terdiri dari:

a. Badan Pengwasan Daerah b. Badan Kepegawaian Daerah

c. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah d. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

e. Badan Kependudukan Keluarga Berencana dan Catatan Sipil f. Badan Informasi Daerah

g. Badan Pengelolaan Barang Daerah

5. Kantor, terdiri dari:

a. Kantor Pelayanan Pajak Daerah

b. Kantor Kesatuan Bangsa, Pemuda, dan Olah Raga

c. Kantor Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Kebakaran

d. Kantor Pertanian dan Kehewanan

6. Komisi Pemilihan Umum 7. RSUD

8. BUMD, terdiri dari:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(66)

a. PDAM Tirtamarta b. PD BPR Bank Pasar

9. Kecamatan, terdiri dari 14 Kecamatan.

Kelurahan, terdiri dari 45 Kelurahan.

E. Sosial

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Untuk itu perlu didukung dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga pengajar yang memadai.

Pada tingkat pendidikan pra sekolah dan sekolah menengah sebagian besar diselenggarakan oleh pihak swasta.Sedangkan untuk tingkat pendidikan dasar lebih banyak diselenggarakan oleh pemerintah.

Pada tahun ajaran 2011/2012 di Kota Yogyakarta terdapat 66 perguruan tinggi swasta.Perguruan tinggi tersebut terdiri dari 8 universitas, 24 institut/sekolah tinggi dan 34 akademi/politeknik.Jumlah dosen sebanyak 2.700 orang yang terdiri dari 2.371 orang dosen yayasan dan 239 orang dosen DPK.Jumlah mahasiswa yang terdaftar sebanyak 46.215 orang.


(67)

49

2. Kesehatan

Keterssediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada tahun 2011 jumlah dokter praktek di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 1.458 orang pada tahun 2010 menjadi 1.581 orang. Jumlah apotek adalah 125.

Untuk menekan pertumbuhan penduduk, pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB). Respon masyarakat terhadap program tersebut cukup positif.Hal ini terlihat dari tingginya jumlah penduduk yang aktif menjadi akseptor. Pada tahun 2011 jumlah akseptor tercatat 33.697 orang atau 72,07 persen dari pasangan usia subur (PUS) yang terdapat di Kota Yogyakarta. Alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah STK (32,25 persen).

3. Agama

Penduduk Kota Yogyakarta mayoritas memeluk agama Islam. Jumlah pemeluk agama Islam pada tahun 2011 sebanyak 379.154 orang atau 81,22 persen dari total penduduk Kota Yogyakarta. Pemeluk agama yang lain adalah 11,51 persen Katolik, 6,66 persen Kristen, 0,17 persen Hindu, 0,42 persen Budha dan 0,01 lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(68)

4. Peradilan

Tindak kejahatan di Kota Yogyakarta menunjukkan gejala terjadinya peningkatan.Pada tahun 2011 perkara pelanggaran yang masuk ke Pengadilan Negeri Yogyakarta sebanyak 26.267.

Jumlah perkara di Kejaksaan Negeri Yogyakarta naik dari 425 pada tahun 2010.Penghuni Rumah Tahanan pada tahun 2011 sebanyak 192 orang.

F. Pertanian

1. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan dibedakan menjadi lahan sawah dan bukan sawah. Lahan bukan sawah meliputi lahan untuk bangunan dan sekitarnya, tegal/kebun, ladang/huma, padang rumput, tambak, kolam/tebat/empang, lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan untuk tanaman kayu-kayuan dan perkebunan negara/swasta.

Pada tahun 2011 luas penggunaan lahan di Kota Yogyakarta tercatat 3.250 hektar, terdiri dari 83 hektar lahan sawah dan 3.167 hektar lahan bukan sawah.


(69)

51

2. Tanaman Pangan

Data tanaman pangan meliputi tanaman padi, palawija dan buah-buahan. Luas panen tanaman padi sawah pada tahun 2011 mencapai 218 hektar dengan produksi 1.304 ton gabah kering giling. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi padi sawah mengalami penurunan sekitar 1,15 persen.

Produksi palawija pada tahun 2011 terdiri dari kacang tanah dan jagung adalah 1 ton dan 27 ton, dengan luas panen 1 hektar untuk tanaman kacang tanah dan 4 hektar juga untuk tanaman jagung.

Tanaman buah-buahan yang paling banyak terdapat di Kota Yogyakarta adalah pisang. Pada tahun 2011 populasi pohon pisang sebanyak 7,59 ribu pohon dengan produksi 152 ton.

3. Tanaman Perkebunan

Komoditi perkebunan tidak cukup potensial untuk wilayah Kota Yogyakarta.Tanaman perkebunan yang paling dominan adalah kelapa. Pada tahun 2011 populasi tanaman kelapa sebanyak 2.500 pohon dan 1.950 pohon di antaranya sudah menghasilkan dengan total produksi 1,05 ton.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(70)

4. Perikanan

Produksi perikanan pada tahun 2011 tercatat 847,65 kuintal yang terdiri dari 18,56 kuintal hasil penangkapan di perairan umum, 671,66 kuintal perikanan kolam dan 157,43 kuintal produksi ikan dalam karamba. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya produksi perikanan mangalami peningkatan.

Produksi benih ikan baik dari BBI Mendungan maupun dari Usaha Pembenihan Rakyat (UPR) mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 produksi benih ikan tercatat 100,44 ribu ekor dan pada tahun 2011 menjadi 1.633,02 ribu ekor.

5. Peternakan

Populasi ternak besar yang terdiri dari kerbau, sapi potong, sapi perah dan kuda pada tahun 2011 secara berturut-turut adalah 9 ekor, 345 ekor, 26 ekor dan 27 ekor.

Sementara itu, populasi kambing, domba, babi dan kelinci yang dikelompokkan sebagai ternak kecil berturut-turut adalah 369 ekor, 545 ekor, 161 ekor, dan 52 ekor.

Populasi ternak kecil paling banyak terdapat di Kecamatan Kotagede. Populasi ungags yang terdiri dari burung puyuh, ayam


(1)

163 Lampiran 17: Mutasi Hutang Jangka Panjang Per 31 Desember 2008


(2)

Lampiran 18: Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang Per 31 Desember 2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

165 Lampiran 19: Mutasi Hutang Jangka Panjang Per 31 Desember 2010


(4)

Lampiran 20: Mutasi Hutang Jangka Panjang Per 31 Desember 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

xvi

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BERDASARKAN RASIO KEUANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta

Theodora Sekar Andhika NIM: 092114107 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan kinerja keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun anggaran 2007 – 2011. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Analisis rasio keuangan digunakan untuk menghitung rasio kemandirian, rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), rasio aktivitas, Debt Service Coverage Ratio (DSCR), rasio pertumbuhan, derajat desentralisasi, rasio ketergantungan keuangan daerah, rasio efektivitas pajak daerah, derajat kontribusi BUMD, rasio efisiensi belanja daerah, dan rasio belanja daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Hasil penelitian menunjukkan rasio kemandirian, rasio belanja operasi terhadap APBD, DSCR, rasio pertumbuhan PAD dan pertumbuhan penerimaan daerah, derajat desentralisasi, rasio efektivitas pajak daerah, rasio efisiensi belanja daerah dan rasio belanja daerah terhadap PDRB memiliki kecenderungan meningkat. Sementara itu rasio efektivitas PAD, rasio belanja modal terhadap APBD, rasio pertumbuhan belanja operasi dan pertumbuhan belanja modal, rasio ketergantungan keuangan daerah, dan derajat kontribusi BUMD menunjukkan kecenderungan menurun.


(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF MUNICIPAL GOVERNMENT FINANCIAL PERFORMANCE BASED ON THE REGIONAL REVENUE AND

EXPENDITURE BUDGET FINANCIAL RATIO A Case Study at Municipality Government of Yogyakarta

Theodora Sekar Andhika NIM: 092114107 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to determine the financial performance trend of Yogyakarta Municipality Government for the years 2007 – 2011. The type of this research is a case study. The data collecting techniques used in this research are documention and interview. Financial statement analysis was used to calculate the autonomy ratio, PAD effectiveness ratio, activity ratio, Debt Service Coverage Ratio (DSCR), growth ratio, decentralization degree, dependency of regional financial ratio, effectiveness of regional tax ratio, BUMD contribution degree, efficiency of regional expenditure ratio, and regional expenditure to PDRB ratio.

The result shaowed that autonomy ratio, operation expenditure to APBD ratio, DSCR, PAD growth ratio and growth of regional income ratio, decentralization degree, effectiveness of regional tax ratio, efficiency of regional expenditure ratio and regional expenditure to PDRB ratio have a tendency to increase. On the other hand PAD effectiveness ratio, capital expenditure to APBD ratio, growth of operation expenditure ratio and growth of capital expenditure, dependency of regional financial ratio, and BUMD contribution degree have a tendency to decline.

Keywords: regional financial performance, financial ratio analysis, APBD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI